;-)
istiaji ini ngaku muslim, gembar-gembor pembela islam, tapi tak lebih ternyata 
orang sakit...
sekarang yang jadi Bush sapa ya... Belum jelas fiktif atau riil tapi 
disebarluaskan...

Bahkan jika riil-pun betapa Allah telah berjanji untuk menutupi aib kita di 
hari Kiamat jika kita menutupi aib saudara kita.




  ----- Original Message ----- 
  From: H. M. Nur Abdurahman 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, January 19, 2010 9:21 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] PELAJARAN BERHARGA - Tragedi Kiyai Liberal, 
Akhir Hayatnya Memilukan


    
  Sebuah kisah (fiktif atau nyata?) yang cukup menarik, kira-kira begitulah 
gambaran pergolakan bathin mendiang Nurholis Madjid icon Islam Liberal, tatkala 
mengentahui anak perempuannya kawin dengan seorang Yahudi.

  Wassalam
  HMNA

  ----- Original Message ----- 
  From: "ismail sutopo" <manmandir...@gmail.com>
  To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  Cc: <badaw...@gmail.com>; <issut...@yahoo.com>
  Sent: Tuesday, January 19, 2010 20:22
  Subject: [wanita-muslimah] PELAJARAN BERHARGA - Tragedi Kiyai Liberal, Akhir 
Hayatnya Memilukan

  Tragedi Kiyai Liberal, Akhir Hayatnya Memilukan

  100119-ISMAIL-Assalaamu'alaikum wr. wb

  Suatu pelajaran berharga bagi Jaringan Islam Liberal-ICRP dll ketika seorang
  tokoh cendekiawan Liberal mendapati puterinya dihamili orang ..bacalah
  kisahnya ..

  "Apa!? kamu hamil?!" Pak tua itu terbelalak mendengar pengakuan putri
  bungsu yang dicintainya. Dia langsung berdiri dan memburu ke arah sang
  putri, mengangkat tangannya tinggi-tinggi, siap mendaratkan tamparannya,
  tapi...

  "Jangan Paa... sabaar..!" istrinya menjerit sambil berusaha menghalangi
  dengan memeluk erat tubuh gadis kesayangannya. Sang bapak pun mengurungkan
  niatnya, tapi nampak jelas kemarahan dan kekecewaan luar biasa menguasai
  dirinya. Tubuhnya bergetar, matanya merah melotot, menatap tajam ke arah
  putrinya.

  "Siapa!? Siapa yang berbuat kurang ajar begini, hah??" bentaknya tiba-tiba.

  Sang putri hanya terdiam, terisak dan menyembunyikan wajahnya dalam pelukan
  sang ibu.

  "Ya Allahhh. kenapa ini terjadi pada keluargakuu. .?? Aku yang ditokohkan
  orang sebagai cendekiawan muslim terkemuka di negeri ini, hanya membesarkan
  seorang pelacur!!!" Orang tua itu mengeluh dan mengomel seolah ingin
  memuntahkan seluruh kekesalan dan kekecewaan dari ubun-ubunnya. Sementara,
  sambil terus memeluk anaknya, sang istri berusaha menenangkan suasana.

  "Istigfar Paa, siapa sih yang pelacur? Anak kita kan hanya korban." belum
  selesai si istri berbicara, "Korban apa? Wong dia sengaja melakukannya! !!"
  Pak tua yang masih kesal itu kini bertambah marah mendengar istrinya
  berusaha membela sang anak.

  Suasana langsung hening, sang istri hanya menunduk, tidak mampu berkata
  apa-apa. Sejenak kemudian lelaki tua itu menarik kursi ke arah istri dan
  anaknya yang masih saling berpelukan, dan menghempaskan tubuhnya yang mulai
  renta itu.

  "Ufhhh., kenapa kau lakukan ini, Nak?" nada bicaranya nampak mulai menurun.
  Lalu dia menunduk sambil menutupi mukanya dengan kedua tangan keriputnya,
  seakan tindakan itu bisa menutupi rasa malu yang akan dipikulnya ketika
  tersiar kabar di media massa infotaintment, "Putri Cendikiawan Muslim
  Terkemuka Liberalis, Hamil di Luar Nikah dengan Pemuda Kristen."

  "Pokoknya, kamu harus dicambuk seratus kali!" tiba-tiba dia berucap tegas. I

  Istrinya yang sedari tadi diam, serta-merta menoleh ke arahnya sambil
  mengernyitkan dahi.

  "Apa, Pa? Dicambuk? Bukannya papa pernah bilang cambuk itu hukuman primitif
  yang tidak pantas untuk diberlakukan lagi? Papa juga sering menulis di buku
  dan berbagai media bahwa hudud itu sudah tidak relevan dan ketinggalan
  zaman?!" sang istri memberanikan diri untuk angkat bicara.

  Mendengar itu, sang cendekiawan pun semakin terhenyak ke kursinya, dia pun
  terdiam tak tahu harus bagaimana.

  *****

  Semenjak kejadian itu, kini lelaki tua tujuh puluh tahunan itu terkulai
  lemah di atas pembaringan sebuah ruangan gawat darurat sebuah rumah sakit
  ibu kota . Dia mengalami depresi yang cukup berat. Dalam dirinya terjadi
  pertentangan batin yang hebat. Dia sadar bahwa selama ini dia terdepan
  meneriakkan keabsahan nikah beda agama, meneriakkan slogan anti penerapan
  syariat Islam, menentang jilbab dan menyatakan jilbab bukan ajaran Islam
  tapi tradisi Arab. "Itu budaya orang Arab, bukan budaya Islam!" tegasnya
  setiap saat ketika memberikan mata kuliah di depan mahasiswanya.

  Tapi, kini nuraninya berontak ketika menyaksikan kedua putri-putrinya
  menyingkap aurat, berpakaian minim dan sudah tidak seakidah lagi dengannya.
  Dia ingin menyuruh mereka istiqamah dalam syariat Islam, hidup dalam rumah
  tangga islami, dan menutup aurat seperti yang diperintahkan Al Quran, tapi
  apa daya nasi sudah menjadi bubur.

  Kedua putrinya justru jadi orang yang gigih mengamalkan ideologi sekuler
  liberalnya.

  Dengan busana gaul ala artis MTV, kini putrinya terjerumus kepada perbuatan
  zina dengan pemuda non muslim. Nuraninya menuntut untuk menjatuhkan hukuman
  sesuai dengan syariat Islam. Karena dia sangat mengerti bahwa hukuman di
  dunia akan membebaskan sang putri dari hukuman yang lebih dahsyat di akhirat
  nanti.

  "Nak, walau bagaimana, kamu adalah seorang muslimah, jika terlanjur
  melakukan zina, kamu harus bertobat dan dihukum dengan hukuman yang telah
  ditetapkan oleh Islam." Entah untuk ke berapa kalinya dia mengatakan itu
  pada sang putri. Karena tuntutan nuraninya, dia selalu mencoba meyakinkan
  putrinya agar mau menjalani hukuman cambuk dan pengasingan.

  Hingga suatu ketika, saat saat sang putri membesuknya, dia mencoba membujuk
  putrinya. Tak disangka-sangka sang putri langsung berkata, "Ya sudah, kalau
  memang dalam Islam seperti itu, aku mau masuk Kristen aja!"

  "Apaaa?!" bak disambar petir, pak tua itu langsung terlonjak berdiri.
  Matanya melotot seolah mau copot. "Kamu sudah gila, ya? Kalo kamu masuk
  Kristen, kamu berarti Murtad!! Kamu kafir dan..." Ia tak sanggup lagi
  meneruskan kata-katanya, karena amarahnya sudah membumbung tinggi. Dengan
  suara menggelegar dia hardik sang putri yang langsung terdiam, menggigil
  ketakutan.

  "Apa nggak salah denger nih, Pa?" tiba-tiba putri sulungnya yang kebetulan
  sedang berkunjung, angkat bicara membela adiknya. "Papa ngomong apa sih,
  murtad.. kafir.

  Hak Diana dong Pa, untuk masuk Kristen, karena dia sudah merasa tidak cocok
  dengan Islam. Agama kan, wilayah privat yang tidak bisa dicampuri orang
  lain. Pindah agama ke Kristen adalah wilayah privat Diana. Papa tidak bisa,
  dong... ikut campur!"

  "Jangan asal ngomong kamu, Len!!" pak tua itu langsung membentaknya.

  "Dengar Lena, sebenarnya papa tidak pernah merestui kamu menikah dengan
  orang Kafir itu. Haram hukumnya muslimah menikah dengan orang kafir!!"

  "Sekarang papa berani bilang begitu, lalu kenapa papa selama ini sibuk
  menulis di buku dan berbagai media bahwa semua agama itu sama kebenarannya?
  Untuk apa papa berkoar-koar semua pemeluk agama akan masuk surga? Itu semua
  bohong? Iya, Pa ? Papa selama ini hanya menipu orang banyak dengan semua
  tulisan dan ucapan Papa itu?" Lena memberondong sang ayah yang sudah tua dan
  sedang sakit itu dengan berbagai pertanyaan yang sangat menyudutkan.

  "Diaamm..!!!" dia semakin kalap mendengar ocehan sang putri sulung.

  "Kenapa Lena harus diam? Lena kan hanya mengulang ucapan-ucapan yang Papa
  ajarkan!" Si sulung tidak mau kalah, balas membentak. "Asal Papa tahu,
  sekarang aku sudah ikut agama Mas Yudha, aku sudah masuk agama Budha!"

  "Apaa?! ... beraninya kamu murtad Lena .. kamu sudah kafir, akan masuk
  neraka. darahmu sekarang halal ditumpahkan. akan aku bun... aaaakhhh!"

  "Pa..pa..istigfar pa., istigfaaar!! !" Sang istri berusaha menenangkan
  suaminya yang berteriak-teriak mengigau. Lelaki itu terus meronta-ronta
  sambil berteriak tak karuan.

  "Susteer. tolong susteer.." Sang istri pun menjerit histeris. Tak lama
  kemudian berdatanganlah beberapa perawat laki-laki, memegangi tangan dan
  kakinya sampai dia tenang kembali.

  "Ahh.. hhh..hhh" lelaki itu nampak terengah, nafasnya memburu..

  "Tenang Pak, istigfar.." salah seorang perawat terus berusaha
  menenangkannya.

  Lelaki tua itu pun berangsur tenang, perlahan dia membuka kedua bola
  matanya, memandang sekelilingnya. Nampak olehnya sang istri yang masih
  menyisakan cemas di wajahnya. Kedua biji matanya menyapu sekeliling ruangan
  itu, namun tak didapatinya kedua orang putrinya.

  "Ma.. apa.. d..Di..ana jj..jadi masuk kk..Kristen?" mulutnya bergetar,
  dengan suara yang amat lemah dia berusaha bertanya ke istrinya. Setelah
  terdiam beberapa saat, bingung harus menjawab apa, sang istri pun
  memberanikan diri untuk mengangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

  ..Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong, perlahan dia pun kembali
  memejamkan mata. tiba-tiba.. dia teringat sebuah hadits Nabi yang dulu
  sangat dihafalnya sejak kecil...

  "Fhhhhh." lelaki itu menghembuskan nafas kuat-kuat, seolah ingin melepaskan
  semua beban di dadanya. Kepalanya terkulai lemas, tatapannya kosong,
  perlahan dia pun kembali memejamkan mata. tiba-tiba.. dia teringat sebuah
  hadits Nabi yang dulu sangat dihafalnya sejak kecil... "Apabila anak Adam
  meninggal dunia, terputus seluruh amalannya kecuali tiga perkara. Ilmu yang
  bermanfaat, shadaqah jariah, dan anak shaleh yang akan mendoakan.."

  Dia langsung membelalakkan matanya, "Anak yang shalehhh." mulutnya berdesis.
  "Aku tidak punya anak yang shaleeeh. kedua putri ku telah murtaaad!!..
  aahhh, siapa nanti yang akan mendoakanku? ? Hik..hik..hik. ." dia pun
  terisak, tubuhnya berguncang hebat menahan isakan tangis penyesalannya.

  ***

  Sang cendekiawan tertunduk menatap tajam ke arah gundukan tanah yang masih
  merah tempat istrinya dibaringkan untuk selama-lamanya. Tanpa disangka,
  istrinya yang segar-bugar, mendahuluinya menemui sang Khaliq. Sementara sang
  cendekiawan tua yang belum bisa mengatasi depresi berat itu masih bertahan
  hidup, meski sakit-sakitan. Kini, tinggallah Kyai Liberal ini dengan dua
  orang putrinya.

  Tiba-tiba dia tersentak, teringat kedua putrinya kini beda agama dengannya,
  berarti hanya dia sendiri yang muslim.

  Ketika hendak beranjak berdiri. Tanpa sengaja bola matanya terpaku pada
  sebuah nisan berlambang salib, tak jauh dari makam istrinya. "Ya Allah, bila
  aku mati nanti, akankah namaku terpampang di batu nisan seperti di makam
  salib itu?" [...@hra/voa-islam.com]

  http://www.voa- islam.com/ news/hikmah/ 2009/12/27/ 2231/tragedi-
  kiyai-liberalakh ir-hayatnya-
  
memilukan/<http://www.voa-islam.com/news/hikmah/2009/12/27/2231/tragedi-kiyai-liberalakhir-hayatnya-memilukan/>

  1/6/2010 12:34 PM

  [Non-text portions of this message have been removed]



  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke