Dengan komentar Eyang ini,
nanti kalo ada yang bilang Rasulullah gak kuat ingatannya,
ada lagi yang marah-marah.....  wahahahahahaha duh susah....

Kenapa sih harus kebakaran jenggot jika memang Rasulullah sedikit tahu ttg 
Nasrani dan Yahudi?
Lha namanya saja sumbernya sama dan merupakan kelanjutan...
Kalo beda sama sekali kan dimana kelanjutannya? Dimana benang merahnya?

Bukankah jika kita perhatikan, 
pengurusan Allah terhadap kita kan tidak hanya bersumber pada wahyu,
tapi yang pasti setiap detik pengalaman hidup kita merupakan bentuk pengurusan 
Allah kepada kita.
Termasuk siapa saja yang kita temui, apa saja yang kita pelajari setiap saat, 
apa yang TIDAK SEMPAT kita pelajari juga, merupakan bagian dari pengurusan 
Allah kepada kita. 

Sehingga tentu saja Allah mempersiapkan Rasulullah sejak kecil dengan berbagai 
macam cara yang tidak perlu terlihat istimewa buat kita, termasuk mempertemukan 
beliau dengan banyak orang-orang yang tepat.


  ----- Original Message ----- 
  From: H. M. Nur Abdurahman 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, February 03, 2010 4:07 PM
  Subject: Re: Keutamaan Kota Suci Makkah <= Re: [wanita-muslimah] Pakar: 
Indonesia Tak Memerlukan Pluralisme


    

  ----- Original Message ----- 
  From: "Ari Condro" <masar...@gmail.com>
  To: <wanita-muslimah@yahoogroups.com>
  Sent: Wednesday, February 03, 2010 15:51
  Subject: Re: Keutamaan Kota Suci Makkah <= Re: [wanita-muslimah] Pakar: 
  Indonesia Tak Memerlukan Pluralisme

  Muhammad muda pernah mendengarkan khotbah Qus ibn Sâ`idah, seorang pendeta
  Kristen dari Thaif. Muhammad Husain Haikal, sebagaimana dikutip Khalîl Abdul
  Karim, menjelaskan isi khotbah Qus ibn Sâ`idah itu sebagai berikut;

  "Wahai manusia, dengarkan dan sadarlah. Siapa yang hidup pasti mati, dan
  siapa yang mati pasti musnah. Semuanya pasti akan datang. Malam gelap
  gulita, langit yang beribntang, laut yang pasang, bintang-bintang yang
  bercahaya, cahaya dan kegelapan, kebaikan dan kemaksiatan, makanan dan
  minuman, pakaian dan kendaraan. Aku tidak melihat manusia pergi dan tidak
  kembali, menetap dan tinggal di sebuah tempat, atau meninggalkannya kemudian
  tidur. Tuhannya Qus ibn Sa'adah tidak ada di muka bumi. Agama yang paling
  mulia semakin dekat waktunya denganmu, semakin dekat saatnya. Maka sungguh
  beruntung bagi orang yang mendapati dan kemudian mengikutinya, dan celaka
  bagi yang mengingkarinya".

  Muhammad Husain Haikal melanjutkan kisah tentang Qus ibn Sâ`idah. Alkisah,
  utusan Bani Iyad--suku Qus ibn Sa`îdah--menemui Nabi. Nabi bertanya
  keberadaan Qus. Mereka menjawab, Qus ibn Sâ`idah sudah meninggal dunia.
  Mendengar informasi tersebut, Nabi teringat akan khotbahnya di Pasar Ukazh;
  ia menunggang unta yang berwarna keabuan sambil berbicara. Tapi, aku tidak
  hafal detail ungkapannya.
  ###########################################################
  HMNA:
  Kejadian itu tidak bisa dijadikan reasoning, bahwa Muhaamd sebelum Nabi 
  pernah belajar pada orang Kristen. Beliaukan bilang: "aku tidak hafal detail 
  ungkapannya."
  ########################################################### 



  

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke