om MAS ini kayaknya beragama ahmadiah juga tuh .. (mungkin loh, gak nuduh) Pada 2 September 2010 16.24, Lina <linadah...@yahoo.com> menulis:
> > > Setelah bermain kata dengan kafir langsung dan tak langsung, skrg ada lagi > permainan kata 'mengutip dan membajak'. > > Om MAS mo bilang karena ALQuran telah membajak Taurat dan Injil, jadi syah2 > saja Tadzkirah membajak AlQur'an. Membajak=mengutip??? he he he aya2 wae. > Mari kita buka Kamus Besar Bhs Indonesia: apa itu membajak n apa itu > mengutip. > > Memang om MGA gak pernah bilang kitab suci Tadzkirah. Memang ungkapan > 'kitab suci'diberikan oleh orang LPPI. Tapi ane kok bisa mengerti knp om > AMin memberi ungkapan kitab suci kpd Tadzkirah, karena bagi ahmadiers tentu > saja buku itu buku yg harus diimani (=buku suci=kitab suci). Bukti nya ane > yg gak beriman ama Tadzkirah berarti ane gak percaya ama kerasulan MGA, > dibilang kafir (tak langsung)..aha aha. Gpp seh, mo dibilang kafir langsung > ama om MAS krn hal ini..ya gpp juga...:-)) > > Jadi wahyu2 yang diperlukan oleh MGA utk melegitimasi, spt pernikahannya, > yang gak bisa di kutip dari AlQur'an (krn emang gak ada)....yaaa harus ada > wahyunya sendiri, yaitu di Tadzkirah. > > Pan kalo soal kerasulan 'Ahmad' buat om MGA ntu bisa di bajak (ape di kutip > ye...) dari AlQur'an (karena ada disebut kata 'Ahmad' dlm AlQuran). Nah > sebisa mungkin deh terjemahan dan tafsir di plintir sedemikian rupa agan > AHmad itu merujuk ke MGA. (Nah ini yg ane maksud setelah membaca ada kata > Ahmad dalam AQ, maka di plintirlah makna nya menjadi lain dari mainstrean). > Maka jadilah Tadzkirah berkesesuaian dgn AlQuran. Yaaa suka suka lah. > > eh om MAS, ada gak ahmadiers yg gak percaya ama Tadzkirah??? > > Makasih and wassalam, > > ********** > > > > 2. Ahmadiyah Qadyan mempunyai kitab suci sendiri yaitu kitab suci > > > "Tadzkirah". > > > > Tidak diragukan lagi bagi Jemaat Ahmadiyah bahwa tidak ada kitab suci > lain kecuali Al-Qur'an, dan nama Tadzkirah yang disebut-sebut sebagai kitab > suci baru muncul sekitar tahun 1992 ketika salah seorang penulis buku yang > terbit di Indonesia yaitu M. Amin Djamaluddin mengarang buku berjudul > Ahmadiyah & Pembajakan Al-Qur'an. Jadi, istilah kitab suci yang melekat pada > buku Tadzkirah memang diciptakan oleh M. Amin Djamaluddin (Ketua LPPI), > bukan oleh Jemaat Ahmadiyah. > > > > Di dalam literatur-literatur Ahmadiyah apa pun, sejak masa hidup Hz. > Mirza Ghulam Ahmad a.s. (1835-1908) sampai dengan hari ini, tidak pernah > ditemukan istilah kitab suci untuk Tadzkirah. > > > > Ayat-ayat al-Qur'an adalah milik Allah Ta'ala, bukan milik M. Amin > Djamaluddin dan kroni-kroninya, sehingga jika ada beberapa wahyu yang beliau > terima merupakan pengulangan dari ayat-ayat suci Al-Qur'an. Hal tersebut > dimaksudkan sebagai penekanan pada beberapa segi konotasi ayat-ayat tertentu > dan penerapannya pada situasi tertentu. Dengan adanya beberapa wahyu yang > sama redaksinya dengan ayat suci Al-Qur'an serta diulang-ulang, bukanlah > pilihan dan keinginan dari Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagai penerima > wahyu, namun hal itu semata-mata merupakan kehendak dari Allah Ta'ala > sebagai Pemberi Wahyu. > > > > Jadi, jika tuduhannya adalah membajak ayat-ayat suci Al-Qur'an, maka > tuduhan itu tidak ada dasarnya sama sekali, sebab dapat kita temukan juga > `pembajakan' serta pengulangan-pengulangan ayat-ayat Al-Qur'an dalam > kehidupan sehari-hari. > > > > Contohnya adalah pengutipan ayat-ayat Qur'an dalam ceramah-ceramah dan > juga dalam tulisan di berbagai macam buku. Orang-orang yang mengutip > ayat-ayat suci Al-Qur'an itu juga dapat dikatakan telah membajak kitab suci > Al-Qur'an dengan menurutkan tuduhan para penentang Ahmadiyah, sebab mereka > tidak meminta izin dari Pemilik Al-Qur'an yaitu Allah Ta'ala untuk mengutip > isi Al-Qur'an. > > > > Bahkan dalam Al-Qur'an Karim juga dapat kita temukan kesamaan dengan > kitab-kitab suci terdahulu sebelum lahirnya Al-Qur'an. Kalau begitu > keadaannya, apakah kita punya keberanian untuk mengatakan bahwa Islam telah > mengacak-acak dan membajak isi dari kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat > dan Injil karena ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an Karim yang merupakan > pengulangan dari kedua kitab tersebut? > > > > "Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku,…" (61: > 6) > > "Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: "Hai Bani Israil,…" (61: > 7) > > > > Apakah kita mau mengatakan bahwa, na'udzubillahii min dzalik, Rasululah > Muhammad s.a.w. telah membajak perkataan nabi-nabi sebelumnya? Demikian pula > halnya dengan kisah-kisah yang terdapat dalam Taurat juga ada di dalam > Al-Qur'an, apakah kita juga ingin mengatakan bahwa Al-Qur'an telah menyadur > dan membajak isi Taurat? > > Bahkan ahl-kitab (Yahudi dan Nasrani) mengatakan bahwa banyak ayat > Al-Qur'an yang diambil dari Alkitab (Bible). Dengan kata lain, dapat pula > orang Islam dituduhkan telah membajak isi Alkitab mereka. Apakah kita > sanggup menerima tuduhan ini dengan lapang dada? Tentu tidak. > > > > > 3. Kitab suci "Tadzkirah"adalah kumpulan "wahyu" yang diturunkan > "Tuhan" > > > kepada "Nabi Mirza Ghulam Ahmad" yang kesuciannya sama dengan Kitab > Suci > > > Al-Qur'an dan kitab-kitab suci yang lain seperti; Taurat, Zabur dan > Injil, > > > karena sama-sama wahyu dari Tuhan. > > > > Tadzkirah bukanlah kitab suci bagi Jemaat Ahmadiyah, dan kitab sucinya > Jemaat Ahmadiyah adalah kitab yang diturunkan kepada Nabi Besar Muhammad > s.a.w. yaitu Al-Qur'an. > > > > Demikian pula Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. telah menyatakan mengenai > Al-Qur'an sebagai berikut: > > > > "Tidak ada kitab kami selain Qur'an Syarif. Dan tidak ada rasul kami > kecuali Muhammad Musthafa shallallaahu `alaihi wasallam. Dan tidak ada agama > kami kecuali Islam. Dan kita mengimani bahwa nabi kita s.a.w. adalah > Khaatamul Anbiya', dan Qur'an Syarif adalah Khaatamul Kutub. Jadi, janganlah > menjadikan agama sebagai permainan anak-anak. Dan hendaknya diingat, kami > tidak mempunyai pendakwaan lain kecuali sebagai khadim Islam. Dan siapa saja > yang mempertautkan hal [yang bertentangan dengan] itu pada kami, dia > melakukan dusta atas kami. Kami mendapatkan karunia berupa berkat-berkat > melalui Nabi Karim s.a.w. Dan kami memperoleh karunia berupa > makrifat-makrifat melalui Qur'an Karim. Jadi, adalah tepat agar setiap orang > tidak menyimpan di dalam kalbunya apa pun yang bertentangan dengan petunjuk > ini. Jika tidak, dia akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah Ta'ala. > Jika kami bukan khadim Islam, maka segala upaya kami akan sia-sia dan > ditolak, serta akan diperkarakan." (Maktubaat-e-Ahmadiyyah, jld. 5, no. 4) > > > > Jadi, yang namanya Tadzkirah sebenarnya adalah sebuah buku yang berisi > kumpulan wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang diterima oleh Hz. > Mirza Ghulam Ahmad dalam hidupnya selama lebih dari 30 tahun. Selama Hz. > Mirza Ghulam Ahmad hidup, tidak ada buku yang bernama Tadzkirah dalam > lingkungan Jemaat Ahmadiyah dan Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. tidak pernah > menulis buku yang berjudul Tadzkirah. > > > > Buku Tadzkirah ini dibuat atas prakarsa Hz. Mirza Bashiruddin Mahmud > Ahmad r.a. bertahun-tahun kemudian setelah wafatnya Hz. Mirza Ghulam Ahmad > a.s., yaitu pada sekitar tahun 1935, ia menginstruksikan Nazarat Ta'lif wa > Tashnif, sebuah biro penerangan dan penerbitan Jemaat Ahmadiyah pada waktu > itu untuk menghimpun wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang > diterima Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. sebagaimana terdapat dalam berbagai > macam terbitan (buku-buku, jurnal-jurnal [selebaran, majalah] dan surat > kabar-surat kabar) yang mana materi terbitan itu telah disebarkan kepada > umum pada saat itu. Selain dari berbagai macam terbitan, dari > catatan-catatan harian Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. juga ditemukan keterangan > mengenai pengalaman ruhani beliau, juga tidak ketinggalan adanya kesaksian > dari para Sahabat, anggota keluarga, kerabat, dan lainnya, di mana mereka > diberitahu oleh Hz. Mirza Ghulam Ahmad mengenai wahyu, kasyaf, mimpi yang > beliau terima dari Allah Ta'ala. > > > > Untuk maksud ini dibentuklah sebuah panitia yang terdiri dari Maulana > Muhammad Ismail, Syekh Abdul Qadir dan Maulvi Abdul Rasyid. Panitia tersebut > kemudian menyusun wahyu-wahyu, kasyaf-kasyaf serta mimpi-mimpi yang diterima > Hz. Mirza Ghulam Ahmad a.s. secara sistematis dan kronologis ke dalam bentuk > sebuah buku. Setelah pekerjaan tersebut selesai, maka buku tersebut diberi > nama Tadzkirah. Nama Tadzkirah sendiri mempunyai arti kenangan atau > peringatan. Buku ini kemudian dicetak dalam jumlah yang terbatas, dan di > Indonesia pun jumlahnya sangat terbatas serta hanya dimiliki oleh mereka > yang mengerti bahasa Urdu. > > > > > -- Best Regard Kang Gery | Pengelana Blog ID Ym : wiji_tukul | Phone : +6281282750057 | Office : SaungIDE Media Citra Blog : http://saungide.blogspot.com | Comunity Blog | http://seruit.com | http://lampunggech.blogspot.com ! http://blog.ujung-genteng.info | http://ujung-genteng.info [Non-text portions of this message have been removed]