Di negeri kita ini perbedaan antara teori dan praktek memang antara bumi 
dan langit.  Yang namanya teori, rencana, aturan, semuanya punya tujuan 
bagus2.  Tapi, pas pelaksanaannya 'amburadul'.
Menurut saya, ini tak lepas dari masih banyaknya orang yang berlomba2 
kepingin jadi pejabat hanya supaya bisa cepat kaya dan jadi ternama. 
Repotnya cepet kayanya para pejabat kita itu, baik pejabat level 'kelas 
bulu' sampe pejabat 'kelas berat', karena menyalah gunakan wewenang 
mereka, alias korupsi.
Maka jadilah, para pejabat kita itu pejabat yang pak ABS sebut: cuma bisa 
membuat 'kertas sampah' itu.

Repotnya lagi mental korupsi ini kan sudah meluas kemana-mana.  Yang 
awalnya cuma dilakukan oleh para pejabat, sekarang sudah dilakukan oleh 
banyak orang dan di semua lapisan masyarakat.  Rasanya ya nggak aneh kalau 
Negeri kita ini dinobatkan oleh Transparency International Indonesia (TII) 
menjadi negara terkorup ke 6 di dunia dari 133 negara (Kompas OnLine 
09-10-03).  Mana ada sih hari2 yang kita lalui di negeri ini tanpa 
bersenggolan dengan korupsi?

Kalau sudah menjadi budaya seperti sekarang ini, ditambah lagi senjata 
pemusnahnya yaitu: ekonomi yang sehat, hukum yang konsekuen dan adil, 
politik yang stabil dan demokratis serta sistem pendidikan yang baik, 
melempem, atau cuma berisi peluru angin,..pussssss, yaaa, nggak bakalan 
deh, sampai langitpun runtuh korupsi dapat dihapuskan dari bumi Indonesia 
tercinta ini.

Lalu, apa yang kita bisa lakukan dong?  Ngomong doang, atau cuma bisa 
berdoa?

Menurut saya kita mungkin bisa melakukan hal2 antara lain:
1- Memulai dari diri sendiri, seperti kata mas Priyo, untuk bersikap 
konsekuen, wajar, hemat, adil, tidak main curang/fair, demokratis dan taat 
hukum.
2- Mengimbaskan pendirian tersebut ke lingkungan keluarga sendiri, RT dan 
kelompok2 sosial/organisasi dimana kita terlibat didalamnya.
3- Mendirikan organisasi LSM atau Politik yang bertujuan menjadi motor 
penggerak menuju Indonesia Baru yang maju, modern dan bebas korupsi.

Saya mengamati, bahwa sikap hidup kalangan menengah keatas di republik ini 
cenderung ingin 'show'.  Sepatu, tas perhiasan musti yang bermerk.  Mobil 
musti yang 'macho'.  Olah raga kalau nggak main golf namanya kuper. 
Padahal semua itu kan biayanya mahal dan lebih-lebih lagi sifatnya 
konsumtif, sementara GNP kita kan cuman USD 630, jauh dibawah NL misalnya, 
yang USD. 27.000.  Ini kan namanya sikap hidup boros dan berpikiran 
sempit?  Menurut saya, sikap hidup yang seperti ini yang musti mendapat 
prioritas nomor satu untuk dirubah.  Bayangkan bagaimana jadinya hidup 
rakyat bawah, kalau panutan mereka memiliki sikap hidup seperti itu.

Di negara2 maju (khususnya Eropa barat), kalangan menengah keatasnya tidak 
gila 'show'.  Kalau bikin kegiatan reuni-reunian, nggak ada tuh pakai 
tournament golf segala.  Beli barang konsumtif, ya disesuaikan dengan 
kebutuhan, kualitas barang dan kemampuan beli.  Jadi nggak pernah maksa 
diri, apalagi untuk tujuan 'show' memperlihatkan punya tas merk Gucci, 
parfum Boss, jam tangan Rolex, T-shirt Esprit, sepatu Bally, mobil Audi. 
Menterinya saja pergi ke kantor ada yang memakai sepeda, padahal jatah 
yang diberikan negara adalah mobil mewah.

Sekalipun ada segelintir kalangan atas yang hidup sangat ekslusif, namun 
saya mengamati bahwa hidup di negara2 maju ini, adalah hidup serba wajar. 
Nggak ada yang maksa, dan nggak ada perasaan terpaksa, kecuali ya tunduk 
kepada peraturan.  Setiap orang dihargai as he/she is, bukan berdasarkan 
atributnya.  Antara teori dan praktek tidak jauh berbeda,karena yang 
dipraktekkan adalah sesuatu yang berdasarkan teori.  Bukan teorinya lain, 
prakteknya lain.  Jadi, menemukan benang kusut dan meluruskannya lebih 
gampang, karena semuanya transparant, tanpa tedeng aling2, rasional, 
praktis, simpel, tidak njeliwet.

Dapat bertahan dan terus majunya negara2 maju itu, sekalipun dengan 
natural resources (di Eropa barat) yang sangat terbatas, jelas tidak 
terlepas dari sikap hidup rakyatnya seperti diatas itu.

Sekarang Indonesia, apakah kita tidak akan mencoba juga untuk menerapkan 
sikap hidup seperti itu, atau kita tetap akan membiarkan diri kita dinina 
bobokkan dan terlena oleh lagu Rayuan Pulau Kelapa, kenangan akan kejayaan 
Sriwijaya-Majapahit dan bangga sebagai bangsa yang berkepribadian dan 
berkebudayaan Indonesia?, namun disisi lain hidup secara tidak realistis, 
konsumptif dan korup?

Kalau rekan Sharif mengajak kita untuk segera mulai membenahi negeri ini, 
saya setuju sekali.
Ayo kita mulai..........Rambate rata hayo.....!

Salam hangat,
HermanSyah XIV.







"Abas F Soeriawidjaja" <[EMAIL PROTECTED]>
10/11/2003 16:18
Please respond to yonsatu

 
        To:     <[EMAIL PROTECTED]>
        cc: 
        Subject:        [yonsatu] Re: Kita perlu menundukkan kepala..........


 
Bung Priyo PS wrote :
>Bagaimana rasanya melihat tubuh2 yang terbakar , matang , berserakan
dan 
dikeluarkan dari Bus yang terbakar . Seharian , yang ada cuma rasa
sesak, 

mual , sedih , kesal dan prihatin .<

Yang lebih menyedihkan lagi........

Judul Berita Harian Tempo, hari ini : PEMERINTAH PERKETAT UJI LAIK JALAN
KENDARAAN.

> Pemerinta melalui Direktorat Jendral Perhubungan Darat mengeluarkan
Surat Edaran Nomor AJ 501/1/17/DRJD 2003 tertanggal 9 Oktober mengenai
peningkatan kewaspadaan dan penanggulangan kecelakaan lalu lintas di
jalan raya.<

Lho ? Kenapa sih, Pemerintah dan para Pejabat kita di Negeri ini selalu
bertindak pura2 tidak tahu ??? Itu kan cuma surat yang nilanya
hanya...SAMPAH !!

Masalah kir kendaraan kan semua orang tahu, Pengusaha Angkutan kita kan
serakah tidak mau rugi satu hari pun untuk tidak beroperasi, untuk itu
mereka tidak mengirim kendaraannya ke Depot LLAJR untuk di Kir., yang
dikirim cukup surat2 kendaraan saja dan seorang kurir.

Akhirnya dengan berkolusi dengan Petugas DisHub ( dulu DLLAJR )
surat2nya diproses se-olah2 sudah di Kir, sementara itu kendaraannya
terus beroperasi. Artinya dengan sejumlah uang, Kendaraannya memiliki
Surat Kir resmi, padahal pada kenyataannya kendaraannya sendiri tidak
pernah di Kir.

Sementara bagi mereka yang memenuhi persyaratan untuk mengirim
kendaraannya ke Depot DisHub, diperlambat dan dipersulit pelaksanaannya,
seolah-olah memaksa agar praktek suap tetap berjalan, di Kir ataupun
tidak di Kir.

Sementara itu,  Standard Keamanan bagi Kendaraan Umum, khususnya Bus
tidak pernah dilaksanakan. Yaitu kewajiban memiliki Pintu
Emergency/Darurat dan Palu di setiap jendela untuk memecahkan kaca
se-waktu2 terrjadinya keadaan darurat, agar setiap jendela dapat dipakai
sebagai pintu keluar.

Surat Sampah Dirjen itu....... membuat saya tidak percaya akan mampu
mencegah, dan kejadian yang sama pasti akan terjadi lagi selama sikap
dari petugas yang bertanggung jawab masih pura2 tidak tahu.

 

 



--[YONSATU - 
ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>






--[YONSATU - ITB]----------------------------------------------------------
Online archive : <http://yonsatu.mahawarman.net>
Moderators     : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Unsubscribe    : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>
Vacation       : <mailto:[EMAIL PROTECTED]>


Kirim email ke