http://hariansib.com/2008/08/03/alkitab-buatan-china-dan-perkembangan-kristen-di-sana/
Alkitab Buatan China dan Perkembangan Kristen di Sana Posted in Berita Utama by Redaksi on Agustus 3rd, 2008 Beijing (SIB) Jika anda berjalan-jalan di Beijing dan menyempatkan diri mampir ke toko-toko buku Kristen di sana maka anda akan menemukan banyak kopi Alkitab yang dicetak di negara tirai bambu itu oleh Perusahaan Percetakan Amity (APC) yang bermabes di Nanjing. Alkitab ini dicetak dengan kertas tipis namun berkualitas tinggi dan sebagian besarnya dilapisi sampul keras berkilat yang juga bermutu tinggi dengan variasi harga antara 9 dolar Singapura (sekira Rp. 60 ribu) sampai 32 dolar Singapura (sekira Rp. 214 ribu). Alkitab buatan China yang diluncurkan dalam 75 bahasa ini rencananya juga akan dibagi secara cuma-cuma kepada para atlit, ofisial dan penonton Pertandingan Olimpiade di Beijing yang sepekan lagi akan dibuka. 20 tahun setelah mengeluarkan cetakan pertama Alkitab-nya pada tahun 1987, APC telah mencetak 50 juta Alkitab sepanjang tahun lalu saja, Namun hanya sedikit orang yang tahu hubungan perusahaan percetakan buku suci umat Kristen yang kemungkinan sebagai terbesar di dunia itu dengan Singapura. Uskup besar Anglikan Singapura, John Crew turut diundang sebagai pembicara tamu dalam pembukaan APC baru, yang merupakan perluasan dari percetakan tersebut di Nanjing pada Mei lalu. Percetakan pers baru ini dapat mencetak Alkitab sebanyak 2.900 kopi perjam atau 12 juta pertahun. Tahun ini saja percetakan tersebut diperkirakan akan mencetak delapan juta kopi Alkitab dengan tiga jutanya diperuntukkan bagi gereja-gereja di China baru kemudian sisanya diekspor. Keterlibatan Singapura dengan APC dapat ditilik mundur di tahun-tahun awal perusahaan tersebut beroperasi yakni sekira tahun 1990-an saat percetakan itu kesulitan memenuhi meningkatkan permintaan Alkitab di China. Perusahaan itu kemudian melakukan kerjasama gabungan dengan Yayasan Amity -- satu kelompok amal umat Kristen China-- dan United Bible Societies (UBS) -- organisasi internasional yang mencurahkan perhatiannya pada terjemahan Alkitab, pemublikasian dan pendistribusian. Kua Wee Seng yang warga Singapura sekaligus koordinator program UBS di China kemudian ditempatkan di Nanjing dari tahun 1993 sampai 1995 dan sebagai deputi manajer umum perusahaan itu, ia membantu menciptakan sistem akutansi dan melatih para staf manajemen. Sebelumnya, seorang warga Singapura lainnya yang seorang pakar percetakan, Ng Kok Huat, 48, juga dikirim ke sana oleh UBS sebagai pengawas. Lebih lanjut, sejumlah staf manajemen dan pekerja perusahaan itu datang ke Singapura sepanjang tahun 1990-an untuk melatih diri di Universitas Nasional Singapura (NUS) dan Percetakan Nasional Singapura. Salah satunya adalah Liu Lei, 40 yang saat ini menjabat sebagai deputi manajer umum APC. Kepada The Straits Times ia mengatakan: "Kami banyak belajar khususnya seputar tehnik pewarnaan cetakan yang merupakan hal baru bagi kami di awal-awal tahun dulu." Pak Kua, 51, yang juga dari UBS, seorang akuntan terlatih, mengatakan Amity Bibles kini juga tersedia dengan mudah di China dengan kisaran harga sekira 7 yuan (1,50 dolar Singapura). Sehingga tidak seperti di masa lalu, Alkitab kini tidak perlu lagi diselundupkan ke China meskipun impor kitab suci cetakan luar masih dilarang di negara itu. Meningkatnya jumlah permintaan Alkitab di China ini menunjukkan berkembangnya fenomena Kristiani di Cina dalam beberapa dekade terakhir ini. Pada tahun 1949, saat Republik Rakyat China didirikan, hanya ada kurang dari tiga juta umat Kristen di sana dengan mayoritasnya Katolik. Saat ini, setelah hampir tiga abad reformasi berorientasi pasar yang dilakukan China, terdapat sekira 30 juta umat Kristen di sana yang sebagian besarnya pemeluk Protestan. Mereka beribadah di gereja-gereja yang terdaftar di negara itu sementara 20 sampai 60 juta umat Kristen China lainnya beribadah di sejumlah gereja "rumah" tak terdaftar di seluruh negara itu. Banyak kelompok-kelompok gereja Singapura terlibat dalam perjalanan misionaris untuk membantu perkembangan Kristen di China. Gereja Baptis Internasional misalnya, mengirimkan 36 tim untuk menyebarkan Alkitab gratis di China sepanjang dua tahun terakhir khususnya di kawasan-kawasan pedesaan. Uskup Besar Chew mengatakan Gereja Anglikan juga telah melatih pastor-pastor dan pakar teologi dari China sejak awal tahun 1990-an umumnya di Trinity Theological College. Sejauh ini sedikitnya 50 pemimpin gereja dan mahasiswa China telah lulus dari universitas itu sebagian besarnya bahkan lulusan S-2. Lebih lanjut ia menambahkan gereja-gereja Singapura juga memiliki hubungan erat dengan Administrasi Negara China untuk Urusan Keagamaan dan lembaga-lembaga nasional Kristen seperti Three Self Patriotic Movement dan China Christian Council. Uskup Besar Chew menuturkan Menteri Urusan Agama China, Ye Xiaowen, telah bertemu sejumlah pemimpin pemerintahan dan pemimpin gereja Singapura dalam satu kunjungannya ke sana belum lama ini dan sangat terkesan dengan negara Kristen itu. "Menteri China mengatakan jika ajaran Kristen seperti yang tampak di Singapura mengajarkan keharmonisan, kedamaian dan kesejahteraan pada rakyatnya, maka ia menginginkan hal itu juga di China," tandasnya. (TST/JL/d) This entry was posted on Minggu, Agustus 3rd, 2008 at 8:12 am and is filed under Berita Utama. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.
<<postheaderend.gif>>