PKS? itu singkatan dari Partai kesayangan Soeharto kah? Partai Kader
Soehartoisme kah? atau Partai keblinger sableng?

dan Golkar sih saya maklumi memihak kepada soeharto karena partai ini
dahulunya bisa lahir dan hidup karena kekuasaan Soeharto...

Teddy

Pada 12 November 2008 23:14, Umar Said <[EMAIL PROTECTED]> menulis:

>     Tulisan ini juga disajikan dalam website
> http://kontak.club.fr/index.htm
>
>  *Catatan A. Umar Said*
>                   Suharto bukanlah pahlawan dan                 bukan pula
> guru bangsa
>
> * *
>
>
>
> Mohon kepada para pembaca menyimak isi dua berita di bawah ini, yang
> menyajikan informasi bahwa partai Golkar dan PKS mengusulkan supaya Suharto
> diberi gelar sebagai "pahlawan nasional" dan sebagai "guru bangsa". Dan
> setelah membaca dua berita tersebut, mohon juga ikut menelaah bersama-sama
> berbagai pandangan mengenai usul aneh yang betul-betul perlu dihujat atau
> dikutuk sekeras-kerasnya ini.  Sebelumnya, dimohonkan ma'af, kalau dalam
> memberikan tanggapan mengenai usul yang "gila" ini terdapat
> ungkapan-ungkapan yang terdengar terlalu kasar atau – bahkan – terasa tidak
> senonoh. Itu semua hanyalah dimaksudkan sebagai cara untuk menggarisbawahi
> persoalan-persoalan yang diangkat, mengingat sangat pentingnya masalah
> apakah Suharto pantas untuk mendapat gelar "pahlawan nasional dan guru
> bangsa"" ataukah tidak. Sebab, soal ini adalah soal besar sekali, bagi
> bangsa dan negara kita.
>
>
>
> Singkatan dua berita tersebut adalah sebagai berikut :
>
>
>
>
> Politikus PDIP Kecam Penokohan Soeharto
>
>
>
> Senin, 10 November 2008 TEMPO Interaktif, Jakarta: Mantan Aktivis 1998
> Budiman Sudjatmiko mengecam keras penayangan mantan Presiden Soeharto
> sebagai salah seorang guru bangsa dalam iklan Partai Keadilan Sejahtera
> (PKS). "Soeharto tidak layak menjadi guru bangsa," katanya ketika dihubungi,
> Senin (10/11).
>
>
>
> Menurut politikus  PDI Perjuangan ini, atas dasar tindakan korupsi yang
> dilakukan hingga ke kroni-kroni dan berbagai tindak kekerasan, Soeharto tak
> pantas menyandang gelar guru bangsa  apalagi pahlawan nasional.
>
>
>
> Dia menilai, PKS  telah beralih rupa menjadi partai nonreformis. "Ini
> membuktikan PKS tidak peka atas korban kemanusiaan dan kemiskinan akibat
> korupsi," katanya. Bahkan, dia mempertanyakan sikap PKS yang kembali
> memunculkan sosok Soeharto. "Apakah hanya demi kekuasaan, ideologinya
> pudar," katanya.
>
>
>
> Pendapat berbeda dinyatakan mantan aktivis 1998 yang kini merupakan
> politisi Partai Keadilan Sejahtera Fahri Hamzah. Dia menyatakan semua mantan
> presiden ini layak menjadi guru bangsa. "Dia (Soeharto) pernah mempengaruhi
> hidup kita," katanya.
>
>
>
> Fahri mengakui, setiap manusia pasti memiliki kekurangan dan kesalahan.
> "Nilai negatif pasti ada, tapi yang harus jadi contoh nilai yang positif,"
> katanya.
>
>
>
> ***
>
>
>
> Harian Komentar, 11 September 2008
>
>
>
> *Golkar Ngotot Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional *
>
> * *
>
> Partai Golkar tetap mengusulkan pemberian gelar pahlawan nasional untuk
> Soeharto, meski ada pihak yang masih keberatan mengenai usul itu. "Golkar
> memang pernah mengusulkan hal itu, tetapi terserah kepada pemerintah untuk
> memutuskan. Sampai saat ini, kami tetap usulkan," kata Wakil Ketua Umum DPP
> Partai Golkar Agung Laksono, di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin (10/11).
>
>
>
> Agung Laksono berharap pemerintah segera mengambil keputusan atas usul
> tersebut. Partai Golkar mengusulkan gelar pahlawan nasional kepada Pak Harto
> karena jasanya membangun negeri ini. Agung Laksono, yang juga caleg Partai
> Golkar nomor urut 1 untuk daerah pemilihan (Dapil) DKI I (meliputi wilayah
> Jakarta Timur) mengakui, sampai saat ini masih ada pihak yang belum setuju
> dengan usul Golkar. Tetapi Golkar akan tetap mengusulkan.
>
>
>
> "Setiap pahlawan adalah manusia biasa seperti manusia lainnya, ada
> kelemahan dan kekurangan. Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kemanusiaan,
> tentu tidak hanya melihat dari sisi kelemahannya," kata Agung. Ia
> menjelaskan, di samping kelemahan dan kekurangan, baik dari sisi pribadi mau
> pun saat memimpin pemerintahan, Pak Harto memiliki banyak jasa kepada bangsa
> dan negara. "Walau pun ada yang belum setuju (pemberian gelar pahlawan untuk
> Pak Harto). Itu hak masing-masing, tetapi juga hak bagi Golkar untuk
> mengusulkan," kata Agung.
>
>
>
> Golkar memahami usul itu sampai saat ini belum dikabulkan pemerintah karena
> untuk menetapkan seseorang sebagai pahlawan membutuhkan proses dan waktu.
> Golkar akan tetap mengusulkan, walau pun belum ada kepastian kapan usul itu
> akan dikabulkan. "Gelar pahlawan nasional untuk Bung Tomo saja baru
> diberikan setelah sekian lama. Padahal semua orang tahu siapa Bung Tomo,"
> katanya.
>
>
>
> Mengenai penggunaan nama Pak Harto untuk iklan Partai Keadilan Sejahtera
> (PKS), Golkar tidak mempersoalkan. "Itu bagus dong. Berarti apa yang
> diusulkan Golkar benar adanya. Tidak masalah, boleh-boleh saja," katanya.
> Sedangkan sejarawan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Asvi Warman
> Adam menilai, Soeharto bukan seorang pahlawan. "Soeharto belum diangkat jadi
> pahlawan. Kalau guru bangsa, guru apa?" tanya Asvi. *(kutipan berita
> selesai*).
>
>
>
> *Golkar adalah tetap yang itu-itu juga*
>
> * *
>
> Setelah membaca dua berita tersebut di atas, barangkali tidak sedikit  orang
> yang bertanya-tanya – agaknya dengan keheranan yang bercampur kemarahan --
> tentang kejernihan fikiran  atau kesehatan jiwa pimpinan partai Golkar dan
> PKS, yang mempunyai fikiran untuk mengusulkan supaya Suharto diberi gelar
> "pahlawan nasional dan guru bangsa"
>
>
>
> Adalah wajar, atau masuk akal, atau bisa dimengerti, bahwa Golkar
> menghormati, bahkan mencintai, Suharto. Karena Suharto adalah "bapak
> kandung" Golkar sejak ia mengkudeta presiden Sukarno. Suharto adalah Pembina
> tertinggi Golkar selama puluhan tahun. Suharto tidak hanya menjabat sebagai
> panglima tertinggi angkatan bersenjata RI, melainkan juga pimpinan  paling
> tinggi dan paling berpengaruh (dan paling berkuasa !) di Golkar. Jadi, bahwa
> Golkar menjunjung tinggi Suharto, itu adalah sudah semestinya.
>
>
>
> Juga, bahwa Golkar menganggap Suharto sebagai orang yang berjasa bagi
> Golkar, itu adalah urusan atau hak Golkar, yang mungkin tidak begitu
> dipersoalkan oleh banyak orang. Tetapi, kalau dikatakan oleh pimpinan Golkar
> (dan juga PKS) bahwa Suharto sudah berjasa besar untuk rakyat dan negara
> Indonesia, sehingga patut mendapat gelar "pahlawan nasional"  atau "guru
> bangsa", maka pernyataan semacam itulah yang patut sekali dikaji
> sedalam-dalamnya, dan seluas-luasnya dan seadil-adilnya oleh kita semua.
>
>
>
> Dengan pernyataan (yang berulang-ulang selama beberapa tahun ini) bahwa
> Suharto perlu diberi gelar pahlawan nasional maka sekali lagi, dan untuk
> kesekian kalinya, menunjukkan bahwa Golkar yang sekarang ini adalah
> sebenarnya masih tetap Golkar yang itu-itu juga, yang selama lebih dari 40
> tahun sudah meracuni atau merusak kehidupan bangsa dan negara kita,
> bersama-sama golongan militer pendukung Suharto.
>
> * *
>
> *Kejahatan Suharto adalah kejahatan Golkar juga*
>
>
>
> Rejim militer Suharto, yang sudah dinajiskan oleh rakyat Indonesia lewat
> aksi-aksi patriotik secara nasional generasi muda dalam tahun 1998, sudah
> didukung sepenuhnya atau sekuat-kuatnya oleh Golkar. Artinya, bolehlah
> dikatakan bahwa seluruh kejahatan, dan dosa-dosa, dan kesalahan, dan
> pelanggaran HAM, dan korupsi, dan segala penyalahgunaan kekuasaan yang
> dilakukan oleh rejim militer Orde Baru sepenuhnya didukung oleh Golkar.
> Bahkan, bisa dikatakan juga bahwa semua kejahatan pemerintahan Suharto
> adalah sebenarnya juga kejahatan Golkar. Karena, dalam jangka waktu yang
> lama sekali, Golkar merupakan penjelmaan atau pengejawantahan Suharto. Atau,
> dalam kalimat lain, jati-diri Suharto adalah jati-diri Golkar.
>
>
>
> Sejarah rakyat Indonesia akan mencatat bahwa menentang sekeras-kerasnya
> niat buruk Golkar (dan PKS) untuk mengusulkan gelar "pahlawan nasional" dan
> "guru bangsa" kepada Suharto adalah  sikap politik yang benar dan sikap
> moral yang luhur. Sebaliknya, menyetujui atau mendukung gagasan yang begitu
> buruk bagi bangsa dan negara itu adalah sikap yang nista dan mencerminkan
> iman yang sesat, dan merupakan pengkhianatan kepada rakyat.
>
>
>
> Mengingat telah jadi satunya Suharto dengan Golkar  dalam waktu yang
> begitu panjang,; maka jelaslah bahwa bagi kepentingan  bangsa dan
> anak-cucu kita di kemudian hari, tidaklah cukup untuk hanya  menelanjangi
> kebusukan  dan dosa-dosa Suharto saja, melainkan juga harus membongkar
> segala kejahatan dan pengkhianatan Golkar. Sampai batas tertentu, kejahatan
> dan kebusukan Suharto sudah banyak dibongkar, namun belum banyak kejahatan
> dan kebusukan Golkar yang disoroti dengan jelas, benar dan adil. Padahal,
> kalau kejahatan dan kebusukan Golkar selama pemerintahan Suharto (dan
> sesudahnya) dibuka seluas-luasnya dan juga seobjektif mungkin, maka banyak
> orang akan meninggalkannya.
>
>
>
> *Mengapa Suharto bukanlah pahlawan*
>
> * *
>
> Usul atau  tuntutan Golkar unutk menjadikan  Suharto sebagai pahlawan
> nasional adalah  betul-betul mencerminkan ketidakberesan cara berfikir
> para tokohnya dan bahkan keanehan (untuk tidak mengatakan kedunguan) dalam
> cara mereka memandang persoalan Suharto. Mereka tidak melihat bahwa Suharto
> tidak bisa disebut sebagai pahlawan, karena ia justru telah mengkhianati
> (dan membunuh secara tidak langsung) pahlawan besar bangsa yang sebenarnya,
> yaitu Bung Karno.
>
>
>
> Kalau diteliti kurun waktu sejak Suharto  menggulingkan Presiden Sukarno,
> maka sulitlah kiranya untuk memasukkan Suharto dalam jajaran pahlawan
> bangsa, karena ia justru telah merusak jiwa gerakan revolusioner rakyat dan
> membelokkan revolusi Indonesia ke arah kanan dan pro-imperialis, terutama
> imperialis AS. Suharto juga tidak bisa dianggap sebagai pahlawan nasional,
> karena justru ia telah mengebiri Bhinneka Tunggal Ika atau melecehkan
> Pancasila, dengan pelanggarannya yang besar terhadap persatuan bangsa, serta
> pengkhianatannya terhadap sila kemanusiaan (ingat pembantaian dan
> pemenjaraan jutaan orang kiri yang tidak bersalah apa-apa), dan kejahatannya
> di bidang keadilan sosial.
>
>
>
> Usul untuk memberikan gelar pahlawan nasional kepada Suharto juga
> sebenarnya berarti melecehkan gelar pahlawan.  Para pahlawan kita yang
> sudah betul-betul berjasa kepada rakyat dan negara tidak bisa dan tidak
> boleh disejajarkan dalam satu deretan dengan Suharto, seorang bekas serdadu
> kolonial Belanda yang sudah mengkhianati Bung Karno dan revolusi rakyat
> Indonesia. Suharto bukanlah pahlawan bangsa, melainkan maling terbesar
> bangsa, yang sudah menumpuk harta haram yang besar sekali jumlahnya bagi
> keluarganya (ingat : Tien Suharto, Tutut, Bambang, Sigit, dan Tommy).
>
>
>
> *Menyetujui Suharto sebagai pahlawan adalah pengkhianatan*
>
> * *
>
> Kalau kita ingat kepada  banyaknya buku atau majalah (baik di dalam negeri
> atau luar negeri) yang sudah menulis tentang kejahatan atau dosa-dosa
> Suharto, maka nyatalah bahwa usul (atau tuntutan)  Golkar tentang
> pemberian gelar pahlawan bagi Suharto adalah fikiran yang sesat dan sikap
> moral yang keliru. Untuk ini setiap orang dapat meng-klik Google dalam
> Internet, dimana terdapat ratusan ribu halaman yang berisi bahan-bahan
> tentang persoalan Suharto. Karena itu,  ada baiknya bagi tokoh-tokoh
> Golkar dan PKS untuk menyimaki bahan-bahan di Google itu untuk mengetahui
> bahwa nama busuk Suharto serta dosa-dosanya yang besar sudah pernah banyak
> sekali ditulis di dunia.
>
>
>
> Mengingat itu semua, adalah menjadi kewajiban kita semua untuk menghujat
> sekeras-kerasnya Golkar dan PKS yang punya niat untuk menjadikan Suharto
> sebagai "pahlawan nasional dan guru bangsa". Fikiran yang busuk dan salah
> demikian ini harus sama-sama kita lawan dan kita kutuk, dengan berbagai cara
> dan jalan atau bentuk. Sebab, kita tidak bisa dan tidak boleh membiarkan
> berkembangnya anggapan bahwa Suharto adalah pahlawan nasional atau guru
> bangsa.
>
>
>
> Sebab, kalau Suharto dianggap sebagai pahlawan nasional dan guru bangsa,
> maka bisa berarti bahwa kita harus memandang segala dosa atau kejahatannya (
> yang sudah dilakukannya selama 32 tahun )  sebagai hal  yang serba baik
> juga.  Dan, kita juga tidak bisa menganggap Suharto sebagai guru bangsa,
> sebab kenyataannya justru ia adalah seorang  oknum yang membikin banyak
> kerusakan parah bagi rakyat dan negara. Menyetujui adanya gagasan pemberian
> gelar "pahlawan nasional dan guru bangsa" kepada Suharto adalah
> pengkhianatan yang sebesar-besarnya kepada puluhan juta orang yang telah
> menjadi korban rejim Orde Baru, dan kepada generasi muda Indonesia yang
> sudah meng-emohkan atau menajiskan kepemimpinannya.
>
>
>
> *Kita harus memperlakukan Suharto seadil-adilnya*
>
>
>
> Kita semua harus memperlakukan Suharto seadil-adilnya, dan menilainya
> secara benar dan jujur, menurut kenyataan yang  sebenarnya. Memang,
> tentulah Suharto ada"jasanya". Tetapi jasa yang dibikinnya ibaratnya adalah
> segundukan kecil saja, sedangkan dosa dan kejahatannya adalah sebesar
> gunung. Kebaikannya tentu ada juga, tetapi jelas sekali, seperti yang sudah
> disaksikan sendiri oleh banyak orang selama ini,  bahwa kejelekannya atau
> kebusukannya adalah jutaan kali lebih banyak lagi.
>
>
>
> Melihat sejarah perjuangan bangsa selama ini nyatalah dengan jelas sekali
> bahwa pahlawan nasional yang sejati (dan yang besar pula) adalah Bung Karno
> dan bahwa tokoh yang pantas dan berhak untuk disebut sebagai guru bangsa
> adalah juga Bung Karno, dan sama sekali bukannya orang yang semacam Suharto.
>
>
>
> Karena itu, hendaknya sama-sama kita renungkan dalam-dalam yang berikut
> ini, yaitu : pemberian gelar "pahlawan nasional " kepada Suharto adalah
> malapetaka dan aib besar bagi bangsa kita, dan juga penamaan  bahwa ia
> "guru bangsa" adalah memberikan dosa kepada rakyat dan juga warisan haram
> bagi generasi yang akan datang. Sebab, kenyataannya Suharto adalah guru
> (bahkan, guru besar !)  dalam hal-hal yang haram,  nista dan penuh dosa.
>
>
>
> Oleh karena itu, usul atau gagasan tokoh-tokoh Golkar semacam itu bisalah
> diumpamakan sebagai  tambah mengotori muka mereka (yang sudah penuh dengan
> kotoran dan borok selama puluhan tahun Orde Baru) dengan  comberan.  Karena
> tokoh-tokoh PKS juga mengusulkan julukan "guru bangsa" bagi Suharto, maka
> muka PKS pun kecipratan oleh comberan ini.
>
>
>
> Dosa Golkar terhadap rakyat Indonesia sudah terlalu banyak dan terlalu lama
> selama lebih dari 40 tahun ! Usul pemberian gelar "pahlawan nasional" kepada
> Suharto hanya menunjukkan lebih gamblang lagi bahwa Golkar sebenarnya adalah
> satu dan senyawa dengan Suharto, yaitu sama-sama pengkhianat terhadap Bung
> Karno dan rakyat !
>
>
>
> Paris, 13 November 2008.
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>  
>

Kirim email ke