Refleksi: Selama ini memang dilakukan langkah cerdas, tetapi angka kemiskinan 
tidak menurun malah meningkat, karena yang melakukan langkah cerdas  adalah 
pencopet bin garong yang duduk di kursi empuk kekuasaan negara. Mungkin sekali 
impian kemarin untuk hidup sejahtera tidak kunjung terwujud selama 
mereka-mereka itu bertachta atas nama rakyat.

http://www.waspada.co.id/opini/langkah-cerdas-hentikan-pemiskinan.html


      Langkah cerdas hentikan pemiskinan      
      Tuesday, 18 November 2008 06:21 WIB  
      WASPADA ONLINE

      Oleh Suparlan Lingga

      Kemiskinan merupakan masalah yang sangat krusial di negara kita. Data BPS 
2007 menunjukkan angka kemiskinan mencapai 37,17 juta orang atau 16,58% dari 
seluruh penduduk Indonesia. Angka fantastis ini menunjukkan bahwa kemiskinan 
adalah persoalan serius yang harus dihadapi bangsa ini.

      Ironis memang, di negeri yang dilimpahi kekayaan alam justru kemiskinan 
seolah menjadi takdir yang berkepanjangan. Persoalan kemiskinan tidak hanya 
dimonopoli negara ini, secara global dunia juga terus bertarung melawan 
kemiskinan. Sekitar 1,3 miliar penduduk berada di bawah garis kemiskinan. 
Program Millenium Development Goals (MDG) diharapkan dapat mengurangi angka 
kemiskinan yang sudah sangat mengkhawatirkan.

      Pasca kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) sebesar 28,7% Mei lalu, 
angka kemiskinan dipastikan meningkat tajam. Kebijakan pemerintah yang tidak 
populis ini semakin menyengsarakan rakyat terutama masyarakat kecil. Secara 
otomatis, kenaikan harga BBM akan memacu laju inflasi dengan cepat terutama 
bahan kebutuhan pokok. Bahkan laju inflasi yang tidak diimbangi perbaikan 
ekonomi dan peningkatan pendapat akan menambah beban penderitaan rakyat yang 
sudah berat.

      Untuk mengantisipasi dampak kemiskinan akibat naiknya harga BBM 
pemerintah menyalurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rp14 triliun kepada sekitar 
19.1 juta rumah tangga miskin. Penyaluran dilakukan dengan memberikan jatah 100 
ribu rupiah untuk setiap rumah tangga per bulan. Pemerintah berharap dana ini 
bisa dimanfaatkan kaum miskin untuk kebutuhan hidup dan menghadapi dampak 
inflasi. Namun langkah ini tidak cukup efektif untuk mereduksi angka 
kemiskinan. Pembagian uang tunai 100 ribu per bulan tidak bisa mengimbangi 
lonjakan tajam harga berbagai kebutuhan jasa. Uang ini tidak akan berpengaruh 
besar dalam mengurangi beban penderita hidup masyarakat. Di samping itu 
penyaluran dana kompensasi BBM juga tidak menjangkau seluruh keluarga miskin. 
Pengalaman empiris 2005 menunjukkan banyak dana BLT yang diselewengkan dan 
salah sasaran.

      Kemiskinan karena pemiskinan
      Lingkaran setan kemiskinan ibarat benang kusut yang harus diurai. Akar 
penyebab kemiskinan yang multifaktor membutuhkan analisis tajam sehingga 
didapat strategi yang tepat dalam menanggulanginya. Asumsi bahwa kemiskinan 
hanya disebabkan kemalasan dan kebodohan tidak selamanya benar. Kemiskinan yang 
dialami bangsa ini lebih disebabkan berbagai kebijakan dan sistem yang ada 
tidak membuka akses bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya. 
Ada dua penyebab utamanya yaitu, Pertama: faktor eksternal berupa intervensi 
asing (lembaga donor dan negara kreditur) yang menekan pemerintah dan 
mengeksploitasi habis-habisan bangsa ini melalui jebakan siklus utangnya. 
Kedua: faktor internal berupa pemimpin yang tidak berpihak pada kepentingan 
rakyat dan manajemen pemerintahan yang amburadul (bad governance).

      Kedua faktor ini bersinergi menyebabkan kaum miskin benar-benar 
terpinggirkan. Berbagai kebijakan yang diambil pemerintah justru semakin 
menutup ruang bagi kaum miskin untuk memperbaiki hidupnya. Anggaran negara 
justru lebih banyak dihabiskan untuk menanggulangi dana BLBI yang dilarikan 
para konglomerat hitam maupun belanja rutin para pejabat dan birokrat. 
Sementara koruptor terus berpesta pora menjarah uang rakyat.

      Liberalisasi ekonomi (simbiosis mutualisme antara penguasa vampir dan 
antek asing) mencekik para petani, nelayan, dan pedagang kecil. Kebijakan yang 
diambil lebih menguntungkan pengusaha besar dan kepentingan asing. Dengan 
pongahnya pemerintah meliberalisasi perdagangan (misalnya: mencabut subsidi dan 
proteksi terhadap petani) padahal di negara maju seperti AS sekalipun, 
petaninya masih disubsidi. Sementara anggaran pendidikan dan kesehatan gratis 
bagi kaum miskin masih sebatas jargon-jargon belaka. Kaum miskin justru 
dieksploitasi untuk mencairkan anggaran (utang) tertentu yang selanjutnya akan 
dikorupsi birokrat. Inilah yang disebut pemiskinan sistemik. Jadi faktor utama 
penyebab kemiskinan yang berkepanjangan di negara ini adalah pemiskinan.

      Langkah cerdas
      Melihat realitas ini maka dibutuhkan strategi yang tepat dalam upaya 
menghentikan pemiskinan ini. Ada tiga langkah cerdas yang bisa dilakukan 
pemerintah. Pertama: Melepaskan ketergantungan dari utang. Jeratan utang 
membuat bangsa ini tidak berdaya dan bertekuk lutut di hadapan mesin 
globalisasi. Lingkaran setan utang dan bunganya. Berbagai kebijakan seperti 
privatisasi BUMN, liberalisasi perdagangan, pencabutan subsidi akibat tekanan 
lembaga dan negara pemberi utang mengakibatkan bangsa ini makin terpuruk. Untuk 
itu saatnya pemerintah mengakhiri ketergantungan terhadap utang dan meminta 
penghapusan utang (debt relief). Pemerintah juga harus berani menolak berbagai 
kebijakan yang tidak berpihak pada rakyat akibat intervensi asing terutama dua 
lembaga penggagas perekonomian global yaitu IMF dan Bank Dunia.

      Kedua: Pemberdayaan kaum miskin. Paradigma berpikir yang memandang kaum 
miskin sebagai orang lemah yang selalu menjadi beban negara harus diakhiri. 
Kaum miskin harus memberdayakan secara ekonomi dan diberikan akses lebih agar 
menjadi potensi bangsa. Strategi yang dilakukan dengan melakukan program padat 
karya, peningkatan ketrampilan, dan pemberian akses pendidikan serta kesehatan 
gratis kepada kaum miskin sebagai investasi masa depan. Pola pemberian dan 
kompensasi 100 ribu rupiah pada setiap rumah tangga per bulan hanyalah bersifat 
sementara dan tidak menyelesaikan akar masalah kemiskinan. Pemberian bantuan 
uang tunai tanpa alokasi pemberdayaan pemberdayaan justru menjadikan 
ketergantungan dan pembodohan.

      Ketiga: Komitmen terhadap pelaksanaan good governance. Adanya tata 
pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel akan menciptakan lahirnya 
berbagai kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat terutama kaum miskin. 
Artinya, seluruh kebijakan yang diambil pemerintah benar-benar ditujukan untuk 
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Seluruh potensi bangsa harus dikelola 
secara efisien dan efektif untuk kemajuan bangsa.

      Ketiga langkah ini merupakan syarat mutlak dalam upaya memerangi 
kemiskinan di tanah air. Bagaimanapun juga kemiskinan merupakan persoalan berat 
dan kronis yang harus ditangani secara sungguh-sungguh oleh pemerintah bersama 
seluruh komponen bangsa. Upaya konkret memerangi kemiskinan adalah dengan 
menghentikan segala bentuk pemiskinannya. 

      Penulis adalah Ketua Badan SEUSA Indonesia
     

<<printButton.png>>

<<emailButton.png>>

Kirim email ke