Siapa Pemenang di Gaza? 

Oleh Muhsin Labib *

Terjadi perdebatan sengit di kalangan politisi serta media Arab dan Palestina 
secara khusus seputar cara menentukan dan menilai hasil perang tiga pekan yang 
dilancarkan Israel atas Jalur Gaza dari untung dan rugi. Pendukung gerakan 
perlawanan mengaku sebagai pemenang.

Penentangnya di blok ''Arab moderat'', termasuk pejabat pro-Presiden Mahmud 
Abbas di Ramallah, Tepi Barat, menganggapnya sebagai kekalahan dengan 
menjadikan jumlah korban luka dan meninggal serta angka kerugian material dan 
kerusakan bangunan dan infrastruktur sebagai tolok ukur.

Pindah Isu 

Mari kita diskusikan dengan rasional, apalagi sejumlah fakta di lapangan mulai 
muncul, setelah agresi Israel atas Gaza berhenti, meski sementara. Fokus pindah 
ke isu-isu rekonstruksi, dana-dana yang telah dianggarkan dan pihak manakah 
yang berhak melaksanakan tugas ini. 

Coba kita bersikap sebagai penentang gerakan perlawanan, Hamas. Asumsikan 
secara dialetik bahwa Hamas tak menang. Bahwa kemenangannya adalah kemenangan 
amat mahal, maka pertanyaannya, apakah Israel pemenang dalam perang ini dan 
mencapai semua targetnya?

Berbagai pengalaman pertempuran yang silam mengajarkan kita bahwa pemenang 
adalah yang mencapai target-targetnya dan memaksakan syarat-syarat untuk 
menyerah terhadap pihak yang hanya punya opsi menerima kekalahan terebut. 
Selanjutnya menandatangi dokumen tanpa sedikit pun keberatan, sebagaimana 
dialami Iraq yang kalah pada perang 1991.

Lalu, apakah milisi-milisi perlawanan di Gaza mengalami proses-proses 
kepecundangan seperti itu bila dianggap sebagai pihak yang melemparkan handuk 
putih dan menerima syarat-syarat yang diajukan pemenang?

Jawabannya tentu tidak. Hamas dan faksi-faksi perlawanan hingga detik ini 
dengan lantang sesumbar untuk mempertahankan tanah dan harkat rakyatnya dan 
sama sekali tidak meminta gencatan senjata sesuai syarat-syarat yang diajukan 
Israel. 

Bukan hanya itu, Hamas dan faksi-faksi perlawanan menolak proposal yang 
dirancang Mesir tanpa ragu-ragu, sehingga menyebabkan Israel mengambil 
keputusan gencatan senjata sepihak dan menarik seluruh pasukannya dari Gaza 
demi mengurangi kerugian-kerugian politik dan militer.

Dapat dikatakan dengan tegas, Israel dalam agresi ini mengalami kekalahan 
militer sekaligus kerugian politik. Jadi pecundang, meski telah menciptakan 
kehancuran dan membunuh serta melukai ribuan warga.

Pertama, bila Israel memang pihak yang menang, mengapa mereka mengemis ke 
masyarakat internasional agar mengirimkan kapal-kapal perang guna mengawasi 
pantai Gaza dan buru-buru menandatangani perjanjian keamanan dengan pemerintah 
AS demi menghalangi penyelundupan senjata ke Gaza?

Kedua, jelas Israel memperlakukan Jalur Gaza dan faksi-faksi perlawanan di 
dalamnya layaknya negara besar yang mengancam keamanannya, yang memiliki 
kemampuan dahsyat kini dan mendatang, yang bisa menjadi tantangan eksistensial 
bagi negara Israel.

Ketiga, mesin propaganda Israel secara masif mendramatisasi isu terowongan 
Rafah. Hingga kini, Tel Aviv terus melakukan kontak intensif dengan 
negara-negara besar dan Mesir demi memperkuat langkah-langkah keamanan dan 
mengimpor teknologi mutakhir guna melakukan misi ini.

Maka sebenarnya, bila Israel adalah sang pemenang dan faksi-faksi perlawanan 
(dilukiskan sebagai) pecundang dan pihak yang kalah, mengapa pasukan Israel 
tidak tetap menduduki lintasan Shalahuddin yang dikenal dengan jalur 
Philadephia dan mengatasi masalah penyelundupan ini tanpa meminta bantuan 
kepada pihak-pihak lain?

Keempat, galibnya, perang dilakukan demi meraih tujuan-tujuan politik bagi 
mereka yang mengambil keputusan untuk melemparkan peluru pertama dan 
mengerahkan tentara untuk memasuki medannya. 

Tak Mengubah Dominasi 

Lalu, apa tujuan politik yang diraih petinggi politik Israel dalam agresi ini? 
Ia sama sekali tidak mengubah dominasi dan mengganti kekuasaan Hamas di Gaza. 
Tidak juga mampu menghentikan tembakan roket ke arah negaranya. Tidak pula 
berhasil menyerahkannya kepada pejabat Palestina di Ramallah.

Kelima, semestinya porsi dan kontribusi pihak yang (mengaku) menang dalam 
agresi ini menghiasi survei-survei dua pekan menjelang pemilu Israel 10 
Februari nanti. Namun, kenyataan menunjukkan kelompok kanan Israel pimpinan 
Benjamin Netanyahu yang tidak ikut dalam agresi atas Gaza malah melonjak (29 
kursi hingga kini). 

Sebaliknya, porsi Partai Kadima pimpinan Menteri Luar Negeri Livni menurun 
hingga 26 kursi. Sementara Ehud Barak, menteri pertahanan Israel, hanya sibuk 
menghitung kursi-kursi yang tersisa untuk Partai Buruh pimpinannya akibat 
agresi ini.

Sebaliknya, saat orang-orang Palestina sibuk menghitung jumlah korban gugur, 
indikator-indikator menegaskan adanya perubahan tak berarti dalam perjudian 
politiknya di dalam dan di luar Israel. 

Yang ingin menetapkan Israel sebagai pemenang adalah rezim-rezim ''poros 
moderat'', bukan rakyat Palestina, masyarakat dunia Islam yang menjadi pemenang 
karena keteguhan faksi-faksi perlawanan. Bukan jutaan massa di seluruh dunia 
yang turun ke jalan melakukan demonstrasi solidaritas dengan warga Gaza 
sekaligus mengecam sikap diam pemimpin mereka. 

Sikap itu menunjukkan adanya konspirasi andil rezim-rezim tersebut dalam agresi 
ini karena semua memiliki kepentingan yang sama dengan Israel. Yaitu, menumpas 
opsi perlawanan militer di tanah Palestina. 

Kita harus berterus terang bahwa faksi-faksi perlawanan dan pejuang di Gaza 
tidak pernah berkata akan menaklukkan Tel Aviv, membebaskan Masjid Al Aqsa, dan 
gereja-gereja Jerusalem yang dijajah. Apa yang dikatakan dan menjadi slogannya 
adalah melawan agresi Israel dengan segala daya dan upaya.

Itulah yang dilakukan secara menakjubkan. Belum pernah ada sebelumnya sepanjang 
sejarah perang melawan pendudukan Israel, kecuali dalam pertempuran heroik di 
perkemahan Jenin saat melawan agresi Israel dengan tujuan yang sama pula.

*. Muhsin Labib, doktor filsafat, alumnus International Centre for Islamic 
Studies, Iran; penulis buku ''Ahmadinejad: David di Tengah Angkara Goliath'' 
dan ''Good Bye Bush'' 
 
 
http://jawapos.com/

 
http://media-klaten.blogspot.com/
 
 
 
salam
Abdul Rohim


      

Kirim email ke