Aturan di Islam itu tidak datang sekaligus makbreg tapi berangsur 
angsur,yo bejane Nabi ketika itu sempat kawin lebih dari 4 karena 
waktu itu aturannya masih begitu.Aturan Khamr dilarang juga belakangan 
makane Umar bin Khattab sempat juga jadi peminum.
La saya berpikir lebih fair Sulaiman kata Bijbel bininya 1000.Tapi kok 
wong Kristen diem wae.
Yesus kata Dan Brown di Davincy Code punya bini dua,ini kan lebih 
alami,masak gagang Putra Tuhan kok 33 th gur dipakai nguyuh?
La yang hebat itu Nabi saya yang bisa membuktikan kekasih Allah 
beneran sebab didunia gak kekurangan bini padahal beliau itu bukan 
cukong tapi kok do gelem,nah itu tandanya nabi saya memang wong 
hebat.Kalau cukong maka suaminya Ana Nicole Smith pun bisa memiliki 
walaupun sudah jompo.

Shalom,
Tawangalun.

- In zamanku@yahoogroups.com, "gkrantau" <gkran...@...> wrote:
>
> Banyak orang Islam yg sengaja melupakan bhw nabi junjungan kawin dg
> kira-kira 23 bini. Mereka ini ada yg jahiliyah, Muslimah, Kristiani,
> Yahudi dsb.
> 
> Kalo Muslim itu dianjurkan mengikuti sunnah nabi, maka seharusnya 
mereka
> tidak perlu terlalu finicky soal kawin beda agama. Jelas teladan yg
> diberikan asal suka-sama suka dan tidak merugikan orang laen. Eh,
> ngawinin tante sendiri dan anak mantu itu merugikan orang laen ato
> tidak, ya? Juga ngawinin bocah cilik seumur kelas 2 SD itu merugikan
> tidak ya?
> 
> Gabriela Rantau
> 
> --- In zamanku@yahoogroups.com, mimie <mimie_2007@> wrote:
> >
> >
> >
> >   KAMU IKUTI SAJA CARA KAMBING KAWin... perlu ada aturan... beda
> agama..
> >  karena kata kamu manusia itu sam di mata tuhan.... ya kan..
> >
> >  kawin ma kawin aja...... gitu kan madsuk kamu...... nah ikuti 
cara
> kambing kawin.. nanti kamu tau kenapa tuhan melarang kawin beda 
agama.
> >
> > salam juga MIMIE
> >
> > --- Pada Sen, 16/2/09, leonardo rimba leonardo_rimba@ menulis:
> >
> > Dari: leonardo rimba leonardo_rimba@
> > Topik: [zamanku] Kenapa di Indonesia pernikahan yg berbeda agama
> dilarang?
> > Kepada: leo.rimba@
> > Tanggal: Senin, 16 Februari, 2009, 11:24 AM
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> > Dear sahabat terkasih,
> >
> > Maaf jika saya salah bertutur dalam pertanyaan ini: Kenapa ya di
> indonesia, pernikahan yg terjadi karena berbeda agama dilarang?  
Padahal
> Tuhan YME,  tidak pernah mempermasalahkan tentang siapa kamu? Apa
> agamamu? siapa Tuhanmu ? Semua sama dimata Tuhan YME,  sama-sama 
kembali
> kepada sang khaliq kelak, walau beda cara menggapai Tuhannya, kenapa
> harus dipermasalahkan? Kenapa harus diharamkan? kenapa tidak
> diperbolehkan? Kenapa kita harus berkedok dibalik sebuah agama?
> >
> > Salam Cinta Kasih,
> >
> > +
> >
> > JAWABAN SAYA:
> >
> > Pernikahan berbeda agama dilarang di Indonesia karena Pemerintah
> Republik Indonesia menginjak-injak HAM (Hak Azasi Manusia).
> >
> > Kita semua tahu bahwa RI telah meratifikasi Deklarasi Universal 
HAM.
> Dan isi dari pasal 16, ayat 1, Deklarasi Universal HAM, sbb:
> >
> > "Pasal 16
> > (1) Laki-laki dan Perempuan yang sudah dewasa, dengan tidak 
dibatasi
> kebangsaan, kewarganegaraan atau agama, berhak untuk menikah dan 
untuk
> membentuk keluarga. Mereka mempunyai hak yang sama dalam soal
> perkawinan, di dalam masa perkawinan dan di saat perceraian."
> >
> > Karena pernikahan berbeda agama tidak mau dilakukan oleh 
pencatatan
> sipil di Indonesia, maka artinya sudah jelas bahwa Pemerintah RI
> melecehkan HAM Universal. HAM dari mereka yg berbeda agama dan ingin
> menikah telah diinjak-injak oleh Pemerintah RI, dan situasi seperti 
itu
> masih berlangsung sampai saat ini.
> >
> > +
> >
> > Saya sendiri sangat terperangah ketika memperoleh pertanyaan 
spesifik
> tentang hal itu dari seorang ahli tentang Indonesia berkewarga-
negaraan
> Australia, Prof. Dr. Julia Day Howell, dari Griffith University,
> Australia. Tanggal 23 Januari 2009 saya bertemu dengan Prof. Dr. 
Julia
> Day Howell di Jakarta. Ini pertemuan kami untuk pertama-kalinya. Dr.
> Howell berada di Jakarta untuk memberikan pidato pembukaan dalam 
acara
> "Urban Sufism Days" di Universitas Paramadina.
> >
> > Ternyata Dr. Howell dan saya memiliki concern yg sama tentang masa
> depan kehidupan spiritual di Indonesia yg berkaitan dengan politik
> keagamaan negara. Kami sependapat bahwa sampai saat ini Indonesia 
masih
> tidak menghormati HAM Kebebasan Beragama (Religious Freedom) yg
> dibuktikan oleh susah atau tidak mungkinnya melakukan pernikahan 
antar
> agama. Kalau mau menikah, maka harus satu agama. Kalau agama 
berbeda,
> maka tidak bisa atau sangat dipersulit. Ini jelas melanggar HAM.
> > So, sebagai pengamat dan pelaku spiritualitas kami memiliki 
pendapat
> sama bahwa negara harus sekuler. Harus ada pemisahan tegas antara 
negara
> dan agama. Negara hanya mengurusi kepentingan umum dan tidak boleh
> mencampuri urusan keagamaan.
> >
> > Agama merupakan domain pribadi dari warganegara. Yg beragama itu
> pribadi per pribadi, para manusia yg menjadi warganegara. Negara 
sendiri
> tidak beragama karena negara bukan manusia. Segala kolom agama di 
dalam
> KTP dan berbagai formulir yg harus kita isi sebaga WNI merupakan
> pelanggaran atau setidaknya pelecehan HAM. Negara-negara modern 
sudah
> meninggalkan kebiasaan membedakan manusia berdasarkan agama. Bahkan
> menanyakan dan mencatat latar belakang agama warganegara bisa 
dianggap
> pelecehan HAM. Negara modern cuma mencatat perjanjian sipil antara
> warganegara yg menikah. Tetapi pernikahan itu sendiri merupakan 
domain
> pribadi dari warganegara, dan negara sama sekali tidak berhak untuk
> menentukan bahwa hanya warganegara yg beragama sama yg bisa menikah.
> >
> > So, berlainan dengan salah kaprah kebanyakan orang, sebagai 
pengamat
> dan pelaku spiritualitas kami justru mendukung sistem sekuler atau
> pemisahan tegas antara negara dan agama. Kenapa demikian ? Jawab: 
Karena
> spiritualitas manusia hanya bisa berkembang dalam masyarakat yg 
sekuler
> dimana kesempatan bagi semua manusia itu sama besar tanpa perlu
> dibedakan agamanya apa. Agama merupakan urusan pribadi, mau beragama
> ataupun tidak beragama merupakan HAM yg ada di diri tiap manusia. 
Kami
> tahu bahwa kultivasi spiritualitas manusia bisa dilakukan dengan 
metode
> apapun, baik melalui agama maupun di luarnya. Dan semuanya itu 
merupakan
> domain pribadi.
> >
> > Negara tidak berhak menentukan apa yg baik dan tidak baik bagi 
para
> warganegara, termasuk tidak berhak menentukan bahwa hanya mereka yg
> beragama sama saja yg bisa mengikatkan diri dalam pernikahan seperti
> praktek administrasi pencatatan sipil di Indonesia sampai saat ini 
yg
> jelas merupakan pelanggaran HAM kelas berat sehingga orang-orang yg
> berbeda agamanya dan ingin menikah terpaksa harus "memilih" salah 
satu
> agama. Memilih agama apapun merupakan HAM yg ada di diri manusia, 
tetapi
> "memilih" salah satu agama karena terpaksa keadaan, yg dalam hal ini
> dipaksa oleh situasi pencatatan sipil di Indonesia yg tidak mau
> menikahkan calon pasangan yg berbeda agama adalah hal lain. Hal
> pemaksaan pemilihan agama demi pernikahan seperti dipraktekkan di
> Indonesia merupakan pelanggaran HAM, dan bukan HAM Kebebasan 
Beragama
> dimana orang secara sukarela akan memeluk agama yg disukainya atau
> bahkan meninggalkan agama yg tidak lagi disukainya.
> >
> > Mereka yg beragama berbeda harusnya bisa menikah tanpa dipersulit.
> Mempersulit atau melarang pernikahan berbeda agama merupakan 
pelanggaran
> HAM yg sangat serius. Ini merupakan pelanggaran HAM kelas berat 
karena
> seharusnya catatan sipil cuma mencatat saja pernikahan yg dilakukan 
oleh
> warganegara. Catatan sipil seharusnya cuma mencatat pernikahan,
> perceraian, kelahiran, adopsi, dan kematian, cuma itu fungsinya..
> >
> > Leo
> > Komunitas Spiritual Indonesia <http://groups. yahoo.com/
> group/spiritual- indonesia>.
> >
> >
> >
> >
> >
> > New Email addresses available on Yahoo!
> > Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and
> @rocketmail.
> > Hurry before someone else does!
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >
> >       Coba Yahoo! Messenger 9.0 baru. Akhirnya datang juga!
> http://id.messenger.yahoo.com
> >
>


Kirim email ke