"Para murid melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan
mempersiapkan."

(Yes 50:4-9a; Mat 26:14-25)

“Pada hari pertama dari hari raya Roti
Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: "Di mana
Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?" Jawab
Yesus: "Pergilah ke kota kepada si
Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam
rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku."
Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan
mempersiapkan Paskah. Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan
kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: "Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan
Aku." Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi
seorang kepada-Nya: "Bukan aku, ya Tuhan?" Ia menjawab: "Dia
yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah
yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang
ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia
itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak
dilahirkan."Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya:
"Bukan aku, ya Rabi?" Kata Yesus kepadanya: "Engkau telah
mengatakannya."(Mat 26:17-25),
demikian kutipan Warta Gembira hari ini

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Pada hari terakhir menjelang Trihari Suci ini kepada
kita dihadapkan kisah kesibukan para murid untuk mempersiapkan perjamuan
Paskah. Paskah bagi orang Yahudi merupakan pesta kenangan akan pembebasan
mereka dari Mesir dengan melintasi Laut Merah, pesta pembebasan atau pemerdekaan
bangsa. Bagi kita para pengikut Yesus Kristus masa kini Paskah berarti pesta
kenangan akan wafat dan kebangkitan Yesus. Baik Yudas, yang disebut sebagai
pengkhianat, serta sebelas rasul lainnya sibuk mempersiapkan ‘Wafat dan
Kebangkitan Yesus’: sebelas rasul memikirkan apa-apa yang harus dipersiapkan
untuk pesta, sedangkan Yudas memikirkan bagaimana menyerahkan Yesus kepada
musuh-musuhNya untuk disalibkan. Rasanya kita semua dipanggil untuk
mempersiapkan pesta Paskah: apa yang telah dan sedang kita persiapkan?
Persiapan yang baik adalah membuka hati, jiwa, akal budi dan tubuh/tenaga untuk
berpartisipasi dalam perayaan Trihari Suci: Kamis Putih, Jum’at Agung, dan
Malam/Minggu Paskah. Marilah meneladan para murid yang “melakukan seperti yang 
ditugaskan Yesus kepada mereka”. Tugas utama
dari Yesus kepada kita adalah perintah untuk saling mengasihi, maka marilah
kita mawas diri apakah kita masih memiliki ‘musuh-musuh’, dan jika masih
memiliki musuh baiklah berdamai dengan mereka sebelum memasuki Trihari Suci
ini, agar kita dapat bersama-sama dengan gairah mempersiapkan pesta Paskah,
yang antara lain di malam Paskah kita akan memperbaharui janji baptis kita.
Biarlah setelah mengenangkan pesta Paskah nanti kita saling memperhatikan dan
membantu dalam menghayati janji baptis: “hanya
mau mengabdi Tuhan Allah saja dan menolak semua godaan setan”

·   “ Tuhan ALLAH
menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Sebab itu aku meneguhkan
hatiku seperti keteguhan gunung batu karena aku tahu, bahwa aku tidak akan
mendapat malu” (Yes 50:7). Jika kita
berjalan atau melangkah di jalan benar, percayalah bahwa kita akan sampai ke
tujuan dengan selamat, meskipun untuk itu di perjalanan harus menghadapi banyak
tantangan dan hambatan. Milikilah keteguhan hati dalam perjalanan hidup 
menghayati
panggilan dan melaksanakan tugas pengutusan. “Selama kita memiliki kemauan, 
keuletan, dan keteguhan hati, besi
batangan pun bila digosok terus menerus , pasti akan menjadi sebatang
jarum…Miliki keteguhan hati”, demikian salah satu motto Bapak Andrie
Wongso, Promotor Indonesia. Percayalah bahwa jika kita berjalan di jalan yang
benar atau setia pada ujud lurus, aneka tantangan dan hambatan tidak akan
mengendorkan semangat dan gairah kita, tetapi justru memperkuat dan
meneguhkannya. Tantangan dan hambatan menjadi wahana pemurnian hati, jiwa, akal
budi dan tubuh kita, sehingga kita bersih seutuhnya dan dengan demikian ‘tidak 
akan mendapat malu’. Maka jika
kita berjalan di jalan yang benar hendaknya juga tidak perlu malu untuk berbuat
baik atau setia pada panggilan dan tugas pengutusan kita masing-masing. Pemalu
pada umumnya lalu tidak berbuat apa-apa dan cenderung untuk hidup menyendiri
atau mengurung diri, dan dengan demikian semakin kerdil kepribadiannya. Marilah
kita imani bahwa Tuhan Allah senantiasa mendampingi perjalanan kita, antara
lain menggejala dalam diri sesama kita yang berkehendak baik. Bukankah kita
semua berkehendak baik? Marilah kita sinerjikan kehendak baik kita untuk
mengusahakan kebahagiaan dan keselamatan kita bersama. 

 

“Aku akan memuji-muji nama Allah dengan
nyanyian, mengagungkan Dia dengan nyanyian syukur; Lihatlah, hai orang-orang
yang rendah hati, dan bersukacitalah; kamu yang mencari Allah, biarlah hatimu
hidup kembali! Sebab TUHAN mendengarkan orang-orang miskin, dan tidak memandang
hina orang-orang-Nya dalam tahanan “
(Mzm 69:31.33-34)

 

Jakarta, 8 April 2009




      Akses email lebih cepat. Yahoo! menyarankan Anda meng-upgrade browser ke 
Internet Explorer 8 baru yang dioptimalkan untuk Yahoo! Dapatkan di sini! 
http://downloads.yahoo.com/id/internetexplorer

Kirim email ke