“Betapa lambannya hatimu sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu” (Kis 3:1-10; Luk 24:13-35) “Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. Ketika itu terbukalah mata mereka dan mereka pun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." Lalu kedua orang itu pun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.” (Luk 24:25-35), demikian kutipan Warta Gembira hari ini Berrefleksi atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut: · Bodoh atau pandai/cerdas dalam hal hidup beriman atau beragama adalah masalah hati bukan otak atau pikiran, sebagaimana pernah dimohon oleh Salomon, sebelum menjadi raja :”Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat, sebab siapakah yang sanggup menghakimi umat-Mu yang sangat besar ini?"(!Raj 3:9). Kepada dua murid dari Emaus yang frustrasi dan lesu Yesus, yang telah bangkit dari mati, bersabda: “Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yant telah dikatakan para nabi”. Setelah Yesus menjelaskan isi Kitab Suci dan membagi roti, maka dua murid Emaus pun menjadi cerdas serta segar bugar dan bergairah. Sabda Tuhan dan Ekaristi itulah yang menggairahkan dan mencerdaskan hati mereka, maka marilah sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus kita tingkatkan dan perdalam keterlibatan kita dalam permenungan atau refleksi sabda-sabda Tuhan serta kahadiran atau partisipasi dalam Perayaan Ekaristi. Sabda Tuhan sebagaimana tertulis di dalam Kitab Suci dapat dibacakan dan didengarkan, artinya jika membaca sendiri hendaknya jangan bisik-bisik atau batin tetapi sampai telinga kita mendengarkan, sebaliknya jika diadakan bersama hendaknya salah seorang membacakan dengan baik dan yang lain mendengarkan. Teks kitab suci hemat saya dapat mengikuti agenda Liturgi sebagaimana saya kutipkan setiap hari. Partisipasi dalam Perayaan Ekaristi, entah harian atau mingguan, hendaknya dipersiapkan dengan baik. Dalam hukum Gereja tertulis aturan minimal satu jam sebelum Perayaan Ekaristi harus berpuasa (maksud puasa ini rasanya adalah persiapan yang baik). Selama berpartisipasi dalam Perayaan Ekaristi hendaknya aktif: ikut menyanyi maupun dialog sebagaimana tertulis dalam Tata Perayaan Ekaristi. · "Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!”(Kis 3:6), demikian jawaban Petrus terhadap permintaan orang lumpuh yang mohon belaskasihan, dan orang lumpuh itu dapat berjalan. Mungkin ada di antara rekan atau sahabat kita ada yang lumpuh, tidak lumpuh secara phisik melainkan lumpuh, lesu hati maupun jiwanya. Dalam Nama Yesus Kristus sapalah dan perlakukan mereka dalam dan oleh kasih agar dapat sembuh. Bercermin dari apa yang dilakukan oleh Petrus kami berharap kepada orangtua atau bapak-ibu, lebih-lebih yang memiliki anak balita, hendaknya pertama-tama dan terutama kepada anak-anak balita diberi kasih, artinya bapak-ibu berani memboroskan waktu dan tenaga bagi anak-anak balita. Hal ini kami ingatkan berdasarkan pencermatan saya rasanya cukup banyak ibu atau orangtua lebih cenderung untuk menitiipkan asuhan anak-anak balita kepada para pembantu, perawat atau neneknya. Memang anak-anak balita atau bayi mudah untuk ditinggalkan atau dititipkan, ia tidak akan memberontak, tetapi jika mereka tumbuh menjadi dewasa ada bahaya merasa kurang dikasihi oleh orangtua dan dengan demikian kurang taat kepada orangtua. Anak-anak sering lebih taat pada guru di sekolah daripada pada orangtuanya di rumah. Anak, seorang manusia diadakan/diciptakan dan dilahirkan dalam dan oleh kasih , maka kiranya dapat tumbuh berkembang menjadi pribadi cerdas beriman jika mereka menerima kasih yang memadai. “Bersyukurlah kepada TUHAN, serukanlah nama-Nya, perkenalkanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa! Bernyanyilah bagi-Nya, bermazmurlah bagi-Nya, percakapkanlah segala perbuatan-Nya yang ajaib! Bermegahlah di dalam nama-Nya yang kudus, biarlah bersukahati orang-orang yang mencari TUHAN! Carilah TUHAN dan kekuatan-Nya, carilah wajah-Nya selalu” (Mzm 105:1-4) Jakarta, 15 April 2009 ___________________________________________________________________________ Dapatkan nama yang Anda sukai! Sekarang Anda dapat memiliki email di @ymail.com dan @rocketmail.com. http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/