Adanya bencana alam bukan atas dasar kuasa dan murka dari Tuhan tapi
keserakahan manusia yang menyalah gunakan alam ini dengan sewenang-wenang.

Teddy

Pada 9 Oktober 2009 22:27, mediacare <mediac...@cbn.net.id> menulis:

>
>
> *Robohnya Syariat Kami*
>
> *"Kamu tinggal di tanah Indonesia yang maha kaya raya. Tapi, engkau
> biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Aku beri kau
> negeri yang kaya raya, tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena
> beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang."*
>
> *Petikan dari cerpen "Robohnya Surau Kami" oleh AA Navis*
>
> _________________________________
>
> *Protes*
>
> Kenapa bencana alam kini banyak terjadi di wilayah yang menegakkan Syariat
> Islam?
>
> Banyak orang protes atas  terjadinya G-30-S (Gempa  30 September) di
> wilayah Sumatra Barat yang  berkekuatan cukup dahsyat: 7,6 SR. Kenapa di
> wilayah yang sudah menegakkan Syariat Islam kok  masih dikirim bencana alam?
> Protes serupa juga  pernah terjadi saat sebagian wilayah Aceh digulung
> tsunami. Dalam sebuah video amatir sempat terekam
> seorang perempuan Aceh berujar, kira-kira isinya  seperti ini: "Ya Allah,
> Kenapa bukan non-muslim  yang dikasih bencana? Kenapa kami yang diberi
> azab,  bukan mereka?"
>
> Sebelum terjadi tragedi G-30-S Sumbar, beberapa  minggu sebelumnya sebagian
> wilayah Jawa Barat, khususnya Tasikmalaya yang menerapkan Syariat Islam,
> juga diguncang oleh gempa bumi. Ada apa ini, ya Tuhan?
>
> Terkait dengan tragedi G-30-S Sumbar, ramailah  kiriman pesan lewat SMS,
> milis, facebook, twitter  dan jejaring sosial online lainnya: Gempa bumi di
> Sumbar yang terjadi pada 30 September  2009 pukul 17.16 dikaitkan Surat 17
> Ayat 16  Alquran. Orang ramai menyebutnya "ilmu gathuk mathuk":
>
> *"Tuhan akan membinasakan suatu negeri karena  keingkaran orang-orang yang
> hidup mewah di negeri  itu."*
>
> Kenapa terjadi di Sumbar, bukan di Jakarta yang  serba mewah? Warga Sumbar
> banyak yang miskin, taat  beribadah!" Protes urang awak.
>
> *Robohnya Surau Kami*
>
> Terkait dengan Ranah Minang, penulis A.A Navis pernah menuliskan sebuah
> cerpen berjudul "Robohnya Surau Kami". Cerpen ini bercerita tentang  kisah
> tragis matinya seorang Kakek penjaga surau  (masjid yang berukuran kecil) di
> kota kelahiran  tokoh utama cerpen itu. Dia - si Kakek, meninggal  dengan
> menggorok lehernya sendiri setelah mendapat  cerita dari Ajo Sidi - si
> pembual, tentang Haji Soleh  yang masuk neraka walaupun pekerjaan
> sehari-harinya  beribadah di Masjid, persis yang dilakukan oleh si  Kakek.
> Haji Soleh dalam cerita Ajo Sidi adalah  orang yang rajin beribadah, semua
> ibadah dari A  sampai Z ia laksanakan semua, dengan tekun.Tapi,  saat "hari
> keputusan", hari ditentukannya manusia  masuk surga atau neraka, Haji Soleh
> malah  dimasukkan ke neraka. Haji Soleh memprotes Tuhan,  mungkin dia alpa
> pikirnya.
>
> Tapi, mana mungkin Tuhan alpa, maka dijelaskanlah  alasan dia masuk neraka.
> "Kamu tinggal di tanah  Indonesia yang maha kaya raya,tapi, engkau biarkan
> dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya  semua. Aku beri kau negeri
> yang kaya raya, tapi kau  malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena
> beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak  membanting tulang." Merasa
> tersindir dan tertekan  oleh cerita Ajo Sidi, Kakek memutuskan bunuh diri.
> Dan Ajo Sidi yang mengetahui kematian Kakek hanya  berpesan kepada istrinya
> untuk membelikan kain  kafan tujuh lapis untuk Kakek, lalu pergi kerja.
>
>
> Facebook:
> Bizzcomm Indonesia
>  
>

Kirim email ke