Setuju Dr Kartono dan sdr Syahrul 
 bukankah data dan laporan intervensi sudah tersedia mulai dari desa siaga, 
jampersal, IPKM dan intervensinya( dgn fasilitasi litbangkes) , emergency 
obsteteri seingat saya malahan intervensi banyak dilakukan di luar jawa 
terutama yg didorong lembaga  internasional seperti  UNFPA di ditambah adanya 
data sdki, sensus, IPKM dan Rifaskes dan sebentar lagi data riskesdas 2013 kita 
harus jelas apa masalahnya dan apa intervensi di puskesmas , kabupaten dan kota 
, dan kita harus lihat apa yg jalan dan tak jalan salam CS 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: <mohnuh2...@yahoo.com>
Sender: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com
Date: Sun, 29 Sep 2013 03:37:24 
To: Desentralisasi<desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com>
Reply-To: desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com
Subject: Re: Bls: [des-kes] AKI melonjak tinggi: Apa yang terjadi?

Prof, Indonesia bukan hanya Jakarta atau Jawa. Dan penyumbang AKI yang tinggi 
justru di luar Jawa. PONED pernah dicobakan di lebih dari 100 puskesmas, 
terutama di Jawa. Kemudian berguguran dan terabaikan. Mari kita kaji kembali 
segala cara yang pernah dicobakan. Lalu buat diagnosis kausatif yang lebih 
tepat. 

Selama ini berbagai terapi telah dicobakan, bukannya AKI menurun tetapi justru 
naik. Mungkin terapi itu yang kurang tepat.

KM



Sent from Windows Mail



From: kotase...@hotmail.com
Sent: ‎Sunday‎, ‎September‎ ‎29‎, ‎2013 ‎10‎:‎12‎ ‎AM
To: Desentralisasi

  



Usul sy coba kaji unsur proses, lihat Rifaskes ttg emergency obstetri di rs dan 
puskesmas rasanya jelek semua dan setahu saya Emergency obstetri di rs 
puskesmas merupakan syarat mutlak utk penurunan aki termasuk kualitas layanan 
(ketrampilan provider dan waktu pelayanan) selama ini hal ini kurang 
diperhatikan kita hanya konsentrasi di anc K1 dan K4 padahal sejak th 2009 
orientasi dunia ke emergency obstetri. sbg unsur utama utk menurunkan AKI , 
saya usul lihat daerah aki yg meningkat korelasikan dgn keberadaan emergency 
obstetri dan sekalian perhatikan keadaan persalinan usia muda ( upaya KB 
pasangan muda ) 
Singkatnya analisa utk intervensi dari pada berdebat salah atau benar
Salam Charles Surjadi 

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT



From:  Tjahjo Harsojo <tere_hars...@yahoo.co.id> 

Sender:  desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com 

Date: Sun, 29 Sep 2013 10:50:58 +0800 (SGT)

To: 
desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com<desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com>

ReplyTo:  desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com 

Subject: Bls: [des-kes] AKI melonjak tinggi: Apa yang terjadi?



  


Apapun perbaikan sistemnya, sepanjang SDM kualitasnya makin turun hal ini akan 
terus terjadi.  
Pendidikan bidan, makin lama makin memprihatinkan.  Lulus bidan keterampilan 
dalam menolong persalinan perlu dipertanyakan.
Dulu dikatakan lulus bidan kalau sudah dapat menolong 50 persalinan normal, 
sekarang jadi partus pandang malah bisa jadi partus dengar.
Akibatnya di Jawa Timur ada sinyalemen bidan hanya menjadi tukung rujuk 
persalinan, tentunya TST dengan nakes lainnya.  Jadi, saya pikir wajar
angka AKI masih tinggi.











Dari: syahrul aminullah <syr...@yahoo.com>
Kepada: "desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com" 
<desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com> 
Dikirim: Jumat, 27 September 2013 14:15
Judul: Re: [des-kes] AKI melonjak tinggi: Apa yang terjadi?
 




  


Prof Laksnao, sewaktu di Kupang sambil sarapan pagi di Htl Timore, sy dan pak 
Ascobat berdiskusi dua angka kontravesial tersebut dan sy laporkan sms saya 
kepada dua petinggi kita (bu Naf dan Prof FJ), katanya mau diserahkan ke 
Bappenas yg akan memutuskan angka mana yg akan di rujuk





Saya dan prof Asco berpendapat dua-dua angka ini masih tinggi





Pertanyaanya ada apa dg dua angka kontraversial ini? apkah bagian dari politk 
pembangunan seperti jama Orba..unutk dapat bantuan LN angka yg dimunculkan yg 
buruk-buruk agar baik, ttp kalu dimonitr  oelh donor maka akan muncul angka yg 
baik-baik





Saya 5 tahun menjadi Presidium ALiansi Pita Putih Indonesia (yg di bian o Bu 
ANy SBY, 4 tahun lalu angka-angka yg kecil (228-red) dudah turun, ada 
politisasi AKI kah?





SAlam Jajaga Kesehatan Selalau





Syahrul Aminullah


Mantan Predisium Pita Putih Indonesia









From: Laksono Trisnantoro <trisnant...@yahoo.com>
To: "desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com" 
<desentralisasi-kesehatan@yahoogroups.com> 
Sent: Friday, September 27, 2013 8:14 AM
Subject: [des-kes] AKI melonjak tinggi: Apa yang terjadi?
 




  




Dear all.
Ada berita menarik dari Sindonews. AKI meningkat tinggi. Mengapa terjadi, perlu 
dibahas dengan detil. Kami dari Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan akan 
membahas kasus ini secara sistematis. Kami mulai diskusi melalui miling-list 
ini untuk khusus membahas kasus ini. SIlahkan berkomentar.

Salam

Laksono Trisnantoro
 
Berita kemarin

Sindonews.com - Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung 
Laksono mengatakan, hasil survei yang dilakukan Badan Kepala Kependudukan dan 
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengeluarkan hasil Survei Demografi dan 
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, dijamin akurasinya dan validitasnya.

Agung menjelaskan, hal itu dikarenakan, survei tersebut berbeda dengan hasil 
survei yang dilakukan oleh lembaga politik yang belakangan sangat popular di 
Indonesia.

“Survei politik cenderung tidak objektif, karena publikasi terhadap hasil 
survei lebih kepada tujuan untuk menaikkan popularitas dan elektabilitas tokoh 
tertentu,” kata Agung, saat ditemui di Peluncuran Hasil Survei Demografi dan 
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, di Jakarta, Rabu 25 September 2013.

Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 
per 100 ribu kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding 
hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu.

Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan 
yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 
sesuai dengan target MDGs.

Salah satu pihak yang menolak mengakui hasil SDKI 2012 adalah Kementerian 
Kesehatan (Kemenkes). Sebelumnya Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiah Mboi 
berdalih, terjadi perbedaan metode perhitungan dalam SDKI 2012 sehingga angka 
kematian ibu melahirkan melonjak. Kontroversi angka kematian ibu inilah yang 
menyebabkan peluncuran SDKI 2012 selalu tertunda.

Menurut Agung sangat masuk akal jika SDKI 2012 mencatat rata-rata AKI melonjak. 
Pasalnya, sejumlah program terobosan untuk menekan kematian ibu melahirkan 
seperti Jaminan Persalinan (Jampersal) diakui kurang berhasil.

Selain itu, sejak otonomi daerah, dukungan pemerintah daerah pada program KB 
memang jauh menurun. Oleh sebab itu wajar saja, lanjut Agung, jika angka 
kematian ibu melonjak. “Pemakaian metode KB (Keluarga Berencana) jangka panjang 
hanya sebesar 10,6 persen. Dan ini menjadi pekerjan yang harus kita selesikan 
dimasa mendatang,” lanjut Agung.

Berbagai persoalan di bidang kependudukan dan KB tersebut jelas Agung akan 
membawa implikasi pada pencapaian MDGs dan penetapan sasaran Rencana 
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

Para petugas survei juga melakukan pendataan tentang angka kematian ibu dan 
balita, sehingga hasil survei jauh lebih lengkap dan sempurna.

 












Kirim email ke