Secara matematik tulisan ini sangat logis dan menarik untuk
ditindaklanjuti oleh pihak berwenang. Jika apa yang diasumsikan dalam
tulisan di bawah ini benar, maka berapa besar uang yang selama ini sudah
dikeluarkan oleh masyarakat pengguna gas elpiji untuk kepentingan
beberapa pihak sebagai pengelola gas elpiji. Lembaga perlindungan
konsumen perlu menurunkan timnya untuk meneliti agar diperoleh data yang
lebih bisa dipertanggung jawabkan. Hal yang sama bisa dilakukan juga
oleh anggota DPR yang memang tugasnya adalah menyalurkan dan
memperjuangkan aspirasi rakyat. Berita tentang "permainan" ini memang
tidak sebesar berita skandal bank century atau megaskandal lainnya.
Namun karena menyangkut hidup banyak orang, rasanya layak diperhatikan
dan diperjuangkan oleh anggota DPR.

 

Salam

 

 

From: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
[mailto:forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com] On Behalf Of Nanang
Heriyanto
Sent: Tuesday, July 06, 2010 12:19 PM
To: fapertau...@yahoogroups.com; femalera...@yahoogroups.com;
for...@yahoogroups.com; Forum Kompas; Forum Lintas Milis
Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ada masalah apa dibalik isi tabung gas
elpiji (LPG)

 

  

semoga info dari blog ini bermanfaat

http://pesisirtumpat.blogspot.com/2010/07/pesisir-isi-tabung-gas-elpiji-
lpg.html

Tahukah anda?
Setelah terjadi konversi energi, dimana, tadinya
masyarakat memakai minyak tanah dan sekarang dialihkan untuk memakai
gas elpiji, dengan mengurangi minyak tanah di pasaran.

bahwa untuk setiap tabung gas elpiji 3kg
jika
masyarakat menganggap bahwa isi gas habis, krn saat menyalakan kompor
tidak ada gas yg keluar shg kompor tidak dapat menyala. 
Sebenarnya
dalam tabung gas tersebut patut diduga masih tersisa sekitar 0,2 - 0,4
kg gas elpiji. Tapi kemungkinan memang gas elpiji dengan jumlah itu
didalam tabung sdh kekurangan tekanan sehingga tidak dapat
mengeluarkan/menyalurkan gas dari tabung melalui pipa/selang kekompor.
akibatnya kompor tidak menyala. 

Dan masyarakat awam menganggap bahwa gas elpiji habis, dan membeli lagi/
menukar tabung yang dianggap kosong tadi dg
tabung lain yg berisi gas elpiji 3kg. dan membayar harga dg sejumlah
uang untuk gas elpiji sebanyak 3kg

maka
jika terjadi demikian, tabung itu gas yang dianggap kosong tadi jika
diisi oleh pertamina/pangkalan, sebenarnya dalam tabung dg kapasitas
3kg tadi, secara logika cukup diisi gas elpiji sebanyak 2,6 - 2,8 kg
agar memenuhi tabung yg berisi 3kg 

Jadi ada peluang, bahwa
dalam  setiap pembelian gas elpiji sebanyak 3kg, konsumen (masyarakat) 
dirugikan minimal 0,2kg (dengan harga elpiji 3kg yg bersubsidi Rp.4000,
maka kerugian adalah 0,2kg x Rp.4000 = Rp.800

untuk pemakaian
normal (rumah tangga) gas elpiji 3kg itu dalam seminggu harus membeli 2
kali (kerugian minimal konsumen = Rp.800 x 2 = Rp.1600 per minggu)

Jumlah pemakai elpiji 3kg diperkirakan minimal 3 juta
kerugian minimal masyarakat = 3 juta x Rp. 1600 = Rp 4,8 milyar per
minggu

dalam 1 tahun Rp. 4,8 milyar x 52 minggu = Rp 249,6 milyar


(perhitungan
ini belum menghitung banyaknya pemakai/konsumen elpiji yang seminggu
ternyata bisa sampai 3 kali membeli elpiji 3kg, seperti pedagang
makanan, keluarga aktif dll)

bahwa untuk setiap tabung elpiji 12 kg
jika
masyarakat awam menganggap bahwa gas didalam tabung habis, sebenarnya
patut diduga didalam tabung masih tersisa sekitar 0,3 - 0,6 kg gas
elpiji. tapi kemungkinan karena dengan jumlah sekian dalam tabung, gas
elpiji sudah tidak mempunyai daya tekanan yang cukup kuat untuk keluar/
menyalurkan gas dari tabung keluar/ melalui selang menuju kompor, dan
masyarakat/konsumen terbiasa menyebut bahwa gas elpiji dalam tabungnya
habis.

berapa kerugian masyarakat/konsumen untuk elpiji 12 kg
per tahun, dengan jumlah perkiraan konsumen gas elpiji 12kg minimal
adalah 200ribu ?

Untuk itu:

Perlu adanya pengujian  dan penelitian baik oleh aparat pemerintah,
lembaga konsumen dllJika
dalam pengujian itu terbukti adanya kerugian konsumen, perlu dipikirkan
adanya stasiun pengisian gas elpiji atau pengisian gas elpiji keliling,
sehingga masyarakat bisa membeli gas dengan sistem seperti pembelian
pada bahan bakar minyak. jadi masyarakat saat membeli bisa tahu takaran
yang masuk dalam tabung gasnya. Juga selain itu bagi masyarakat yang
kurang mampu langsung membeli sejumlah 3kg bisa membeli sesua
kemampuannya, misal hanya mengisi 1kg dsbJika
pengujian itu terbukti ada kerugian dari konsumen, patut diperiksa,
kemana larinya uang tersebut, dan kemana sisa gas dari
pangkalan/pertamina itu dijual dan bagaimana pertanggungjawaban
keuangannya selama bertahun2 terdahulu? Karena dalam bahasa para
penyalur gas, ada istilah membeli gas kentut dg harga lebih murah untuk
dijual lagi pada konsumen, yang patut diduga berasal dari sisa gas yang
harusnya dinikmati oleh konsumenBelum lagi penikmatan subsidi
uang negara dari gas elpiji 3kg, jika ternyata pengujian secara
obyektif, yang dijual kepada masyarakat ternyata berkurang jumlahnya
dari jumlah yang dianggarkan oleh subsidi dalam APBN. berarti patut
diduga bahwa selain ada penipuan pada uang masyarakat juga kebocoran
subsidi atau pencurian uang negara.

[Non-text portions of this message have been removed]





[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke