Ya idealnya seperti itu Pak, tapi mentalitas orang kita masih melihat "siapa orang tuanya" coba di tempat kerjaan, pertanyaan terpenting saat wawancara adalah "Siapa orang tua kamu dan kerja dimana?" Hanya perusahaan asing dan yang bener-bener profesional yang nggak peduli dengan begituan, namun saya yakin mayoritas dari perusahaan Indonesia menganut hal demikian. Coba liat di departemen-departemen yang pegang jabatan pasti ada hubungannya dengan pejabat lama.
Coba Bapak renungkan tiga presiden kita setelah BJ Habibie, semuanya anak orang/menantu besar. Dan kharismanya banyak bergantung pada nama keturunan. Apa SBY bisa seperti sekarang kalo dia nggak ngawinin anaknya Jenderal Sarwedhi? Filsafat Indonesia adalah filsafat keluarga, jadi peran keluarga masih penting di Indonesia, manusia Indonesia adalah manusia yang tak bisa lepas dari keluarga, dia tidak pernah bisa menjadi elang yang berani bertarung sendirian. Di dunia politik, bisnis dan apapun yang jauh dari fungsi profesional maka peran siapa orang tuamu, masih cukup signifikan. Menghancurkan mentalitas beginian disadari atau tidak merupakan jalan terbaik menghancurkan korupsi, karena korupsi selalu melibatkan pembelaan terhadap keluarga. Inilah kenapa jaman dulu di Cina atau Jepang, kalau satu pejabat dianggap korup maka satu keluarganya dihabisi. Uang korup biasanya dibuat untuk memakmurkan keluarga besar, dari sinilah kerap terjadi di Indonesia. Bajingan penggarong uang negara, adalah malaikat di mata keluarga. ANTON --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, Bambang Soetedjo <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Anak siapa tidak menjamin masa depan. Anak orang berada belum tentu bisa mengatasi masalah mendadak dalam kehidupan, tapi anak keluarga kurang mampu sudah biasa menghadapi keadaan darurat. Jadi saya rasa ketabahan dan kemampuan mengatasi masalah dan mencari solusi dikeluarga yang pas pas-an akan lebih tahan banting. Anak orang berada kebanyakan anak manja dan tidak tahan kritik dan kebanyakan mau menang sendiri. Lain halnya dengan anak keluarga biasa yang dalam perjuangan hidupnya sudah harus kerja keras dan memperhitungkan sepak terjangnya dalam hal hidup sehari hari terutama dalam hal finansialnya. Maaf kalau tulisan ini tidak berkenan kepada anak orang berada. Kita selama orde baru memang dihadapkan pada keadaan serba harus ada dan serba harus manja tapi hanya terbatas kepada mereka2 yang punya koneksi dan nggak usah kerja keras. Ketabahan, keuletan dan tidak manja adalah kunci sukses dalam hidup terutama bagi keluarga biasa yang kehidupan sehari harinya sederhana. > > Salam