Bung Dipo,
Yang perlu diubah adalah persepsi bahwa mata pelajaran agama itu menilai 
keyakinan (iman) siswi/a. Ini yang tidak benar. Yang dipelajari dan dinilai 
adalah pengetahuan mereka akan agama. Banyak hal yang mesti dipelajari di 
masing-masing agama, yang berupa pengetahuan / knowledge. Jadi kalau ada yang 
nilainya bagus di matpel agama, ya berarti pengetahuannya tentang agama yang 
dipelajari itu bagus. Tidak ada sangkut pautnya dengan bagaimana dia menjalani 
hidup imannya.
Maka yang perlu dipertanyakan kalau nilai agama menjadi penentu kelulusan / 
kenaikan kelas. Dulu jaman saya agama dan PMP (sekarang PPKN) menjadi penentu. 
Dapat nilai 5, ya tidak naik. Kok aneh??? Agama dan PMP kan yang dipelajari 
masalah knowledge nya, dan itu juga yang dinilai. Kok bisa tidak naik kalau 
dapat merah? Apakah nilai merah lalu berarti hidupnya tidak beragama dan 
bermoral?
riyanto



----- Original Message ----
From: dipo <[EMAIL PROTECTED]>
To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com
Sent: Sunday, May 4, 2008 9:18:38 PM
Subject: Re: [Forum Pembaca KOMPAS] masalah pendidikan


Syukurlah kalau berkesan positif. Artinya Anda sukses memperkenalkan
pelajaran agama di sana. Tapi apa orang belajar agama cuma untuk kasih
kesan positif saja?

Kagum juga saya kalau di sekolah khusus bisnis orang masih diajari
agama. Apa memang begitu modelnya sekarang, untuk pendidikan selepas
tingkat menengah (SMU) juga harus ada mata kuliah agama? Atau,
pelajaran agama seperti apa yang Anda perkenalkan sebenarnya?

Untuk mengetahui perbedaan & etika yang berlaku di masyarakat saya
kira tidak harus melalui pelajaran agama. Maksudnya, untuk usia
selepas pendidikan menengah mestinya orang sudah paham soal perbedaan
& etika. Kalau tidak, berarti ada yang nggak beres dengan pendidikan
dasar-menengah. Sangat terlambat kalau selepas usia remaja baru
belajar perbedaan & etika. Bisa, tapi terlalu berat, karena harus ada
penyerbuan ala FPI dulu, ngarang lagu & nonton bioskop selagi rakyat
susah dulu, atau terang-terangan ngawur bikin rekomendasi yang
kontra-konstitusi dulu.

Kalau maksud & tujuan pelajaran agama untuk menghargai perbedaan &
tahu etika, maka apa yang berlangsung di Indonesia sekarang merupakan
pernyataan gagalnya pelajaran agama di sekolah. Barangkali metode yang
Anda perkenalkan bisa merubahnya?

Kirim email ke