Ya,
mohon Kompas mempertimbangkan kembali keputusannya...
Saya sangat menikmati penjelajahan Ariel Heryanto.
walau cuma sekolom, tapi membuat pembaca berfikir sehari penuh 
merenungkannya.Apalagi kalau dibikin separuh halaman? cerdas saya 
dibikinnya...
don't change the winning team!

Yanri,-


--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "anton_djakarta" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Kalo ini benar terjadi, ada rasa haru yang menyesakkan dan penuh 
> gerutu pada kebijakan KOMPAS yang saya anggap tidak benar 
> itu....saya ingat sekali sejak masih SD suka sekali membaca kolom 
> Asal Usul ini dari jamannya Mahbub Djunaidi dengan humor yang 
lugas. 
> Terus terang saya tidak begitu menyukai tulisan M Sobari, padahal 
> dulu saya sangat menyukai anekdot-anekdot M Sobari. Dari semua 
> penulis asal-asul era Sandyakalaning Asal Usul, jelas Ariel 
Heryanto 
> yang terbaik termasuk kalimat pembuka yang monumental dan membuka 
> kesadaran sejarah tapi ditulis dengan bahasa ringan seperti : 
> 
> "Tampaknya belum ada teori yang lebih unggul dari Marxisme dalam 
> menjelaskan seluk-beluk "buruh". Jutaan orang Indonesia paham ini 
> sampai tahun 1965. Sejak berkuasanya Orde Baru pada tahun 1966, 
> Marxisme diharamkan dalam diskusi publik. Mereka yang paling 
> berkepentingan paham, yakni kaum buruh sendiri, dikorbankan secara 
> berganda: tidak cuma secara politik-ekonomi, tetapi juga 
intelektual.
> 
> (Ariel Heryanto, Asal Usul Buruh, Kompas, 24-06-07)
> 
> dalam perspektif kesadaran sejarah yang lunglai bagi bangsa 
> Indonesia yang sakit ini karena hajaran Junta Militer Orde Baru 
maka 
> tulisan ini bukan saja merupakan sebuah reflektif dalam dan panjang 
> terhadap anatomi penyakit amnesia sejarah itu, tapi juga sebuah 
> tulisan yang menarik, ringan dan cerdas. 
> 
> Dulu saya sangat suka sekali dengan tulisan Mahbub Djunaidi yang 
> humoris dan satiris itu. Mahbub adalah tipe wartawan dengan logika 
> pesantren yang sesungguhnya. Dalam terjemahan Buku 100 tokoh yang 
> paling berpengaruh dalam Sejarah, jelas terjemahan Mahbub sangat 
> luar biasa bagusnya, begitu juga dengan tulisan-tulisannya di Asal 
> Usul Kompas. Memang di era Mahbub, para esais diisi oleh orang yang 
> berlatar belakang sastrawan seperti : GM yang reflektif, MAW 
Brouwer 
> yang persuasif, Omar Khayam yang kuat unsur dialognya atau Pak De 
> Mak Nyuussss...Bondan Winarno yang jago membuat esai dengan narasi 
> yang cantik.
> 
> Kemudian setelah era mereka muncul esais dengan latar belakang 
> keahlian seperti : Kwik Kian Gie, Faisal Basri, Satjipto 
> Wirosardjono (kalo ndak salah ahli statistik dia), Amien Rais, atau 
> E'ep Saifullah Fatah.
> 
> Saya kira dengan dihapusnya kolom Rubrik Asal Usul yang tidak jelas 
> mau diganti apa, merupakan kerugian sejarah bagi KOMPAS itu 
sendiri, 
> yang katanya merupakan tulisan lintas generasi itu. Dulu di Belanda 
> saya lupa siapa namanya, namun dia ahli dalam menulis cerpen 
seperti 
> Bob Kuyt yang jago nulis essay kehidupan sehari-hari masyarakat 
> Belanda dan bertahan di kolom itu selama tiga puluh tahun, mirip 
> prestasi GM. Kenapa KOMPAS tidak mencari penulis yang mampu 
bertahan 
> lama, setidak-tidaknya sama dengan durasi Pandji Koming dan oom 
> Pasikom?.
> 
> ANTON   
> 
> 
> 
> 
> --- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "ariel_heryanto" 
> <ariel_heryanto@> wrote:
> >
> > Baru saja saya menerima kabar dari Redaksi Kompas bahwa mereka 
> telah
> > memutuskan untuk menghapuskan rubrik "Asal-Usul" yang biasa 
tampil 
> dalam
> > Kompas edisi Minggu selama lebih dari 20 tahun terakhir. 
Keputusan 
> ini
> > berlaku mulai minggu pertama Mei 2008.
> > 
> > Sebagai salah salah seorang penulis tetap rubrik itu, saya telah
> > menerima banyak masukan dari rekan-rekan pembaca yang tidak 
mungkin
> > disebutkan satu per satu. Sebagian dari mereka menjadi anggota 
> forum
> > ini. Tidak ada kebahagian yang lebih besar bagi seorang penulis 
> daripada
> > menerima tanggapan seperti itu, baik dalam bentuk kritik mau pun
> > dukungan pendapat. Izinkan saya menyampaikan terima kasih untuk 
> semua
> > itu. Sekaligus minta maaf apabila ada kata-kata saya yang kurang
> > berkenan, entah karena disengaja atau (seakan-akan) tidak 
> disengaja.
> > 
> > Tabik,
> > Ariel
> > 
> > 
> > 
> > [Non-text portions of this message have been removed]
> >
>


Kirim email ke