Rekonstruksi pergerakan benua (baca : terrane) disusun dari banyak data paleomagnetik 
yang akan memberitahukan posisi paleolatitude dan paleolongitude terrane tersebut di 
masa lampau (data paleomagnetik selalu dilengkapi dengan data umur absolut 
radiometrik). Data paleomagnetik tambah data umur absolut memberitahu posisi terrane 
dari waktu ke waktu, maka arah gerak terrane tersebut bisa disusun. Dari sekumpulan 
data ini disusunlah rekonstrusi pemisahan dan penggabungan terrane. Dengan kata lain, 
data paleomagnetik adalah data utama. Data lainnya adalah data fosil yang khas. 
Misalnya fosil Cathaysian yang khas Laurasia terranes dan fosil Glossopteris yang khas 
Gondwanaland. Dengan demikian, suture, tempat pertemuan terrane, itu berhubungan tidak 
langsung dengan paleomagnetik. 
 
Terminologi paleo-tethys dan neo-tethys berasal dari Sengor (1984) yang tidak puas 
dengan rekonstruksi Smith et al (1981) yang menyisakan "triangular oceanic void" yang 
sangat besar antara Laurasia dan Gondwanaland yang kemudian disebut neo-thethys. Untuk 
menjelaskannya, Sengor (1984) membuat paleo-tethys di sisi Laurasia di sebelah utara 
Cimmerian continents (Iran-Tibet dkk) yang terus menutup akibat pembukaan neo-tethys.
 
Sewaktu Cimmerian continents collided dengan terrane India terbentuklah Pegunungan 
Himalaya dan Tibet Plateau, jadi batas-batasnya saya pikir di suture Himalaya itu. 
Suture Himalaya (Indus Suture) membelok tajam di Yunan Syntaxis ke selatan menuju 
Burma dan menerus ke Sumatra setelah lewat opening di Andaman Sea, tetapi jalur suture 
sudah berubah jadi strike-slip Semangko (dalam extrusion/escape tectonics Tapponier 
1981, suture dire-aktivasi jadi mega-shear). 
 
Sisa suture Cimmerian continents dan proto Asia di Indonesia barangkali bisa ditemukan 
di terusan suture Uttaradit Raub Bentong di sekitar Sumatra Timur dekat Riau 
Kepulauan, itulah paleotethys suture. Jadi, saya pikir, paleo-tethys lebih cocok. Yang 
neo-tethys mungkin jauh ke tenggara Indonesia, bisa dicurigai di Indonesia Timur, 
katakanlah collision Australia-Timor, patut dicurigai.
 
Salam,
Awang H. Satyana
Eksplorasi BP Migas

[EMAIL PROTECTED] wrote:
Rekan-rekan,
Apakah ada hubungan antara paleomagnet dengan fase penggabungan
lempeng-lempeng dalam bentuk suture sewaktu rifting and collision dari
Cimmerian continent ke proto-Asia dan dimana batas-batasnya?
Dimana batuan yang terlibat di Indonesia?, dan manakah yang lebih tepat
untuk sebutannya, apakah sebagai paleo atau neo Tethys?
Mohon pencerahan, terima kasih.
Salam,
Wati



---------------------------------------------------------------------
To unsubscribe, e-mail: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Komisi Sedimentologi (FOSI) : F. Hasan Sidi([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif 
Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
---------------------------------------------------------------------



---------------------------------
Do you Yahoo!?
Yahoo! SiteBuilder - Free, easy-to-use web site design software

Kirim email ke