>Keteraturan gerak lempeng, dengan banyak bukti pada semua pereode Salam, >menunjukkan bahwa dinamika bumi dipengaruhi oleh gaya luar. Kalau saja hanya >dari dalam, maka saya menduga arah arusnya akan selalu tetap sepanjang masa, >misal ketel, ya naiknya air selalu dari tengah saja (misalnya), tak >bolak-balik tengah-pinggir-tengah-pinggir-dst, bergantian. Pak Maryanto, justru stabilitas gerak lempeng lah yang membuat saya menyimpulkan bahwa dinamika Bumi hanya dipengaruhi konveksi mantel, tidak ada pengaruh benda2 langit. Ini buktinya. Coba plot semua trench system sepanjang Phanerozoic, maka akan terlihat stabilitas trench system tidak jauh bergeser-geser di sekeliling Afrika (Pangean Cell) dan di sekeliling Pasifik (Panthalassan Cell). Hampir semua lempeng besar bergerak menuju wilayah NW Pasifik, kecuali Amerika dan Antarktika, dan kondisi ini sudah berlangsung sejak 200 Ma. Dua convectice cell di mantel sudah diidentifikasi : upwelling zone di bawah South Pacific Ocean dan East Africa yang dipisahkan oleh circum-Pacific annulus of cold downwelling mantle (di situlah semua trench system yang mengelilingi Panthalassan Cell). Mantle cell di bawah Pasifik (Panthalassan Cell) dikelilingi outward-dipping subduction zones, punya satu major MOR spreading syatem dan no major continental fragments. Pangean Cell hampir meliputi semua benua, walaupun punya dua MOR system di Atlantic dan Indian Ocean, dan punya satu satu sistem subduction/accretion (Tethyside, Alpine-Himalayan).Phanerozoic circum Panthalassan subduction system tak mengubah global pattern-nya sejak 450 Ma. Itu artinya memang "golakan air konveksi naik dari tengah kemudian selalu meminggir turun", di sirkum-Pasifik selalu begitu. Bumi memang dinamis, tetapi pola gerak lempengnya statis. Bagaimana extra-terrestrial akan "menggoyang" pola ini ? >Red Bul eyes, yang saya duga sebagai siklun planet itu, tak hanya jelas di >Yupiter, tapi sudah amat jelas juga di planet-planet besar: Saturnus, >Uranus, Neptunus, yang juga dominasinya masih gas (terlihat di Chaison, >1997). Solar-spot mungkin juga sebagai hal ini. Kalau belum ada laporan di >planet lain, saya lebih cenderung katakan bahwa red-bull-eyes itu belum >ditemukan saja, perlu alat-waktu tinggi ketelitiannya.
Kalau di outer-planets kecuali Pluto mungkin saja ditemukan red-bull eye ala Yupiter karena itu planet dominasi gas, sebab red-bull eye adalah badai di atmosfer, juga mungkin Sun's spot, tetapi kalau di inner planets yang Earth-like tidak akan terlihat red-bull eyes. Bengkokan busur Banda dan Karibia apa dari angkasa luar mirip bull-eye ? Kalau "siklon" tektonik mungkin saja, tetapi half-cyclone sebenarnya. >Saya tak tahu apakah tektonik di Mars berhenti, atau masih berjalan. Di Bumi >saja kupikir gerak dalam orde tahun bisa diamati dengan jelas. Tapi kupikir >aneh bila berhenti, mungkin saja istilahnya kalau gunung api ya sedang >tidur. Hanya kecurigaan saja, tetapi penelitian terbaru (majalah American Scientists edisi khusus "Solar System" Oktober 2003), ada sebuah artikel yang mengindikasi bahwa penghentian sirkulasi mantel di Earth-like planets terjadi berjalan ke luar dari Merkurius ke Mars, tetapi aneh Bumi terloncati. Keberadaan air dan kehidupan, tanpa melebih-lebihkan, bisa erat kaitannya dengan sirkulasi mantel. >Perubahan besar di tiap 700 th : Abad -21 (N. Ibrohim), -14 (N. >Musa, Taurot), -7 (N. Daud, Zabur), 0 (N. Isa/Yesus, Bible), 7 (N. Muhamad, >Qur'an), 14 (Renaisance), 21 (Globalisasi/internet), 28 (EmbuhRaWeruh), 35 >(Rangerti). He..he.. Wah, kronologis yang saya punya kok lain ya. Abraham : antara 1800-1500 BC, Musa sekitar 1300 BC, Daud : 1030-965 BC, Yesus (4 atau 1 BC - 30 AD), Muhamad (570-632). Apa menunjukkan siklus 700 tahunan ? Ah... Anyway, happy weekends. Salam, Awang - BP Migas Maryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Makasih, Mantab Pak Awang. Syukurlah bila akhirnya banyak ketemu. Hanya sedikit perbedaan, yang tak signifikan. Mid Mid Eosen awal rifting, Miosen 14.8 Ma adalah dominasi inversi sikuen orde2 untuk Kutei Basin. Ini juga saya pikir sebagai inversi seluruh Sundaland, dan juga seluruh bumi, mengawali adanya circumpasific-medeteran subduction 14.8 Ma untuk orde 2 (70 Ma) Zenozoic. Konsepnya, tak ada bagian bumi yang bukan dari gas, awal ledakan tatasurya 4.617.373.522 BC. Dilanjutkan penurunan temperatur, terjadi deferensiasi, jadi core-mantel-lempeng benua-lempeng laut. Saya setuju saja 4.4-4.1 Ga belum ada benua, dan baru ada 3.9-3.8 Ga. Umur ini mendekati siklus salam 700 Ma pertama (di 3,917 Ga atas pengurangan umur 4.617 Ga - 0.7 Ga). Umur 540 Ma awal Mesosoic yang disebut Pak Awang (dimana Haq's memberi standar deviasi 30 Ma), Hipotesa Salam tunjukkan itu sebagi seperempat akhir masa ke 6 , dan permulaan masa ke 7 dari orde 1 (700 Ma) yang disebut 557 Ma. Ini cocok bila kita sebut bumi telah dibentuk dalam enam masa. Mulai masa itu, kontiental convergen, jadilah Gonwana, lalu jadi Pangea, dan dispersal mulai PermianTriasik 200 Ma, lebih suka itu kusebut dari pada disebut Triasik-Jurasik. Nama sikuen menjadi = (4.617.373.522 - umur)/7. Digit pertama tunjukkan orde pertama, dua digit pertama sebagai orde 2, tiga digi pertama sebagai orde3, dst, hingga orde 9. Misal sikuen umur 557 Ma adalah M580. Tujuh pusat putaran tektonik adalah: NE Afrika (pusat kontinenatal), Tahiti (Pusat lempeng laut Panthalasa), batas barat kontinen-laut timur (siklun tektonik laut Banda), batas barat kontinen-laut (siklun tektonik laut Karibia), Kutub utara, kutub selatan, pusat bumi. Kedua siklun tektonik tak pada equator (gravitasi) tapi pada equator magnetik. Gas-air-lempeng-mantel-core, mereka berbeda dalam hal densitas dan elastisitas. Jadi ada siklun udara, siklun awan, siklun air, siklun tektonik, siklun mantel, siklun core. Saya difinisikan saja sebagai Siklun Planet pada Laut banda dan laut Karibia. Angin equator banyak pengaruhi arah angin, dan jadikan bahwa siklun udara menjadi lebih keutara dari Laut Karibia, yakni banyak di segitiga bermuda, Amerika utara bagian selatan. Ini jauh lebih sering terjadi siklun udara/awan, dibanding ditempat lain. Ketidak banyaknya siklun angin di Laut banda, mungkin karena perbedaan kutub: misal beda kutub utara (tak ada lempeng kusus)-kutub selatan (ada lempeng kusus antartika), atau Kontinen - dengan laut. Red Bul eyes, yang saya duga sebagai siklun planet itu, tak hanya jelas di Yupiter, tapi sudah amat jelas juga di planet-planet besar: Saturnus, Uranus, Neptunus, yang juga dominasinya masih gas (terlihat di Chaison, 1997). Solar-spot mungkin juga sebagai hal ini. Kalau belum ada laporan di planet lain, saya lebih cenderung katakan bahwa red-bull-eyes itu belum ditemukan saja, perlu alat-waktu tinggi ketelitiannya. Saya tak tahu apakah tektonik di Mars berhenti, atau masih berjalan. Di Bumi saja kupikir gerak dalam orde tahun bisa diamati dengan jelas. Tapi kupikir aneh bila berhenti, mungkin saja istilahnya kalau gunung api ya sedang tidur. Keteraturan gerak lempeng, dengan banyak bukti pada semua pereode Salam, menunjukkan bahwa dinamika bumi dipengaruhi oleh gaya luar. Kalau saja hanya dari dalam, maka saya menduga arah arusnya akan selalu tetap sepanjang masa, misal ketel, ya naiknya air selalu dari tengah saja (misalnya), tak bolak-balik tengah-pinggir-tengah-pinggir-dst, bergantian. Pergerakannya kelihatan hingga orde 7 tahun, hingga 700 jutatahun. Dalm satu siklus sinusoidal sering bisa dipilah menjadi seperempatan, setengahan, atau sepersepuluhan. Orde 7, 70, 700 th kelihatan di : wobblenya kutub, sea level change, global temperatur, curah hujan, jumlah gempa dunia, PSC Indonesia, error tahun hanya 1 %. Dalam ekonomi, politik, budaya misal : ekonomi berubah tiap 7 th (Robert T Kiyosaki), Kuasai Indonesia di setengah : 7 th (Jepang), 70 th( Orba, Sukarno) Minyak besar didapat di Indonesia, 700 th (Belanda). Perubahan besar di tiap 700 th : Abad -21 (N. Ibrohim), -14 (N. Musa, Taurot), -7 (N. Daud, Zabur), 0 (N. Isa/Yesus, Bible), 7 (N. Muhamad, Qur'an), 14 (Renaisance), 21 (Globalisasi/internet), 28 (EmbuhRaWeruh), 35 (Rangerti). He..he.. Salam, Maryanto. -----Original Message----- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, November 13, 2003 1:01 Sore To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Kuching High - Kinabalu 14.8 Ma, Langhian Stage, N10 Blow 1979, Tf1-2 Adams 1984 dan NN5 Martini 1971, tepatnya mulai dominasi inversi di Indonesia Barat atau lower part of Middle Miocene. Yang sebelumnya, di Paleogen maksudnya, hanya kecil-kecil, mungkin benar masuk ke orde ke-3 di sinusoidal tersebut. Kedalaman yang paling dalam atau ketebalan yang paling tebal tentunya akan didapatkan di puncak sagging, di sekitar batas Oligo-Miosen. Jadi mid-Eocene initition of rifting dan mid-Miocene initiation of inversion (dominance) saya pikir benar adanya. Tidak mungkin Sundaland sudah ada sejak 4.6 Ga dan tak ada kontinen mana pun seumur itu. Diferensiasi layering Bumi terjadi 4.4-4.1 Ga. Memang ada kristal zirkon seumur 4.4 Ga yang ditemukan di Western Australia atau batuan tertua Acasta gneiss 4.2 Ga di Canada. Tapi itu bukan kontinen, itu mineral dalam proses diferensiasi. Kerak benua baru ada 3.9-3.8 Ga dari Hsaq Archean Gneiss di Greenland, dan first landmass baru ada di 3.0 Ga. Sundaland dari pecahan Gondwana yang Gondwana sendiri baru assembly di 540 Ma lalu baru dispersal lagi di sekitar Triassic-Jurassic. Amalgamasi Sundaland sendiri baru di Mesozoic. Kalau umur2 terrane-nya ya bisa lebih tua dari itu, tetapi tidak melebihi 3.9 Ga, apalagi 4.6 Ga. Tidak semua planet di solar system punya red bull eye, itu hanya jelas terlihat di Jupiter, dan juga bukan di equatornya, dan itu adalah badai atmosfer, bukan "badai siklon tektonik", tetapi golakan dinamika atmosfer, tidak bisa mengkaitkannya ke "pusaran" tektonik di Bumi seperti Banda Arc, materialnya lain. Kembali ke mekanika benda langit, Bumi memang melayang di tempatnya oleh gravitasi semesta Newton, "dipegang" Matahari dan planet2 di sekitarnya. Tetapi tidak ada pengaruh ke dinamika mantel Bumi. Sekarang, kenapa dinamika mantel Mars berhenti bersirkulasi padahal tidak ada perubahan posisi apa-apa di sepanjang sejarahnya. Salam, Awang-BP Migas Maryanto wrote: Pak Awang: makasih komentarnya yang amat bagus dan melegakan. Senang dengan komentar bahwa Indonesia Barat digolongkan menjadi : pre-rift, syn-rift, post-rift & sagging, syn-inversion dan post-inversion. Yang selanjutnya hal ini saya sebut seperempatan sequence orde2, pereode 70 Ma. Yang mulai sequence Boundary orde 2 Zenozoic, 67.3 Ma, pada maximum infection point down muka laut dan maximum kompresi ini, lalu seperempat dari 70 Ma (17.5 Ma) berurut-turut menjadi 49.8 mulai rifting menghasilkan syn-rift tectonic, dan 17.5 kemudian di 32.3 Ma mulai post-rift/ sagging, dan 17.5 M kemudian di 14.8 Ma mulai syn-inversi. Selanjutnya post-inversion tersebut sesudah itu, saya duga sebagai syn-rift atau post-rift orde 3 di Miosen Late mulai 6.1 Ma, yang berganti menjadi inversi di 2.6 Ma hingga kini. Sinusoidal gaya Orde 2 itu mempunyai orde 3 sinusoidal juga, dengan amplitudo separo dari amplitudo orde 2. Ini mengakibatkan adanya sikuen-sikuen yang umumnya sebagai awal Haq's stage, berturut-turut dari 67.3 dikurangi 7 Ma adalah awal umur : Paleocene early, Paleocen late, Eocene early, Eocene mid, Eocen late, OligoceneearlyLate, Miocen early, Miocene Mid, Miocene late, PlioHolosen. Setiap siklus itu ya kompresi-extention, dengan separo amplitudo dari orde2. Kalau Pak Awang sebutkan sudah terjadi inversi pada Paleogene (atau detilnya sebagai Late Eocen, OligosenEarlylate), serta awal Neogene (yakni awal Miosen), saya menduga ini adalah siklus orde 3 itu, dengan umur awal siquence (SB) adalah 39.3 Ma, 32.3 Ma, 26.3 Ma. Dan kesemuanya ini masih dalam pereode syn-rift - post rift orde 2. Jadi inversi orde 2 adalah mulai 14.8 Ma. Ini sesuai dengan Robert Hall yang sebut extention sejak Mid Miosen, dan inversion sejak Mid Miosen. Apa memang begitu Pak Awang, atau memang Oligocen atau Early Miosen mempunyai kedalaman pengendapan sedimen yang paling dalam, sehingga bisa disebut inversi orde 2 adalah Oligocen, dan bukan sejak Mid Miosen untuk Kutei Basin saja ? Atau bagaimana ? Umur tertua dilaporkan 4.4 Ga, pada kristal Zirkon ditemukan di Jack Hill 800 km utara Perth Australia, (http://www.dhamurian.egympie.com.au/environment/ozrock1.html, sedang USGS sebut batuan adalah lebih tua 3.9 Ga saja. Waktu 4.6 Ga adalah ledakan ketiga Jagadraya, awal umur tatasurya, dimana saat itu Bumi masih gas yang panas. Proto plate terus terjadi setelah mendingin. Sepertinya 4.4 Ga itu adalah seperempatan dari 700 Ma (175 Ma) setelah ledakan itu. Putaran-putaran terus berlangsung akibat dari interaksi 4 energi : atom kuat, atom lemah, elektromagnetik, gravitasi seluruh benda jagadraya. Hasilnya adalah tatasurya dengan posisinya masing-masing. Itulah efek efek benda-benda langit mempengaruhi posisi bumi. Ini menggerakkan mantel, lalu menggerakkan plate tectonik. Inilah kesetimbangan yang ada. Dalam kondisi setimbang, bisa saja kondisinya sebenarnya adalah bergerak konstan. Dalam kondisi ini di rasakan bahwa tak ada gaya luar mempengaruhinya. Pergerakan benda angkasa yang terjadi dalam evelosi amatlah kecil, sehingga amat lemah perubahan yang bisa diamati gayanya. Dari kata pengaruh evolusi jagadraya, saya lebih mudah cerita adanya satu fungsi yang menyatukan multi global tren yang ditunjukkan oleh hipotesa Salam. Tanpa gaya luar, maka bumi langsung menyatu, jatuh ke matahari. Perbedaan inklinasi berbagai planet di tatasurya, misal bumi 11 derajad, ada yang 60 derajad, saya duga sebagai perbedaan medan magnetik tatasurya terjadi di planet yang berbeda. Jupiter masih gas dominannya. Terdapat red bull eyes disetiap planet. Red-bull-eye ini umumnya di equatornya. Hal tersebut saya duga sebagai kesamaan di bumi : adanya siklun tektonik Laut Banda dan Laut Karibia yakni batas barat-timur kontinental dan lautan (bila sudah ada darat dan laut). Nah semuanya plate tektonik berevolusi, bentuk-bentukpun selalu berubah termasuk Pangea, Panthalasa, atau lebih kecil lagi ya si Sundaland. Pada orde siklus yang lebih dahulu mungkin disebut nama-nama yang berbeda. Hakikinya tetap, yakni lempeng kontinental dan satunya lempeng lautan (bila sudah ada). Jadi tetaplah kusebut Sundaland adalah bagian Eurasia yang diputar dan ditarik (atau bergerak) ketimur mejauhi pusat lempeng kontinenatal NE Afrika sejak masih berupa gas di ledakan awal bumi 4.6 Ga. Apa memang begitu ? Salam, Maryanto. -----Original Message----- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, November 12, 2003 12:27 Pagi To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Kuching High - Kinabalu Pak Maryanto, Sepanjang Tersier di Indonesia Barat biasanya kita golongkan jadi pre-rift, syn-rift, post-rift & sagging, syn-inversion dan post-inversion. Walaupun di sekuen dominan extension bisa saja terjadi inverted compression, juga sebaliknya di sekuen dominan compression bisa saja terjadi extension. Saya pikir ini masalah skala dominasi yang ekspresinya memang di orde-orde tektonostratigrafi. Intra-Miosen memang mulai inversi dominan, tetapi di beberapa tempat inversi pernah terjadi di Paleogen (yang di Barito Basin pernah saya tulis di IPA 1996 di bawah judul Paleogene unconformities). 4.6 Ga adalah taksiran umur Bumi dan saya yakin saat itu belum ada continental plate, sehingga apalagi Sundaland tentu belum muncul. Umur mineral tertua zirkon 3.8 Ga ditemukan di kraton Australia (Gondwanaland). Sundaland baru ada sejak Mesozoik, terrane penyusunnya memang lebih tua, tetapi itu bukan sundaland sebab sundaland adalah collages of terranes. Saya tidak sependapat kalau gerakan benda langit mempengaruhi gerak mantel bumi yang selanjutnya mempengaruhi gerak tektonik. Gerak mantel Bumi adalah melulu hasil konveksi oleh internal heat yang dipunyai material mantel. Sekarang tengah ada penelitian kalau sirkulasinya megikuti prinsip chaos (Ian Stewart). Benda langit hanya mempengaruhi kulit tipis litosfer. Salam, Awang-BP Migas Maryanto wrote: Jadi gimana komentar Pak Awang bahwa saya prediksi inversi terjadi sejak Mid Miosen, 14.8 Ma, setelah extention mulai Mid Eosen, 49.8 Ma ? Dengan begitu, maka adanya inversi-post rift sebelumnya, yakni late oligocen, dan awal Miosen adalah inversi-extention sequnce orde3. Saya masih pikirkan bahwa dalam extention - kompresion (inversion) sinusoidal sequence orde 2 (pereode 70 Ma)itu, masih ada didalamnya sinusoidal orde 3 (pereode 7 Ma, dengan amplitudo separo dari orde2), yang tentu terdapat extention-kompresion juga. Nah untuk orde2 itu, sewaktu extention 49.8 - 14.8 Ma, terdapat inversi-extention mulai umur-umur, 46.3, 39.3, 32.3, 25.3, 25.3, 18.3 Ma berasosiasi awal umur : Mid Eosen, Late Eosen, OligoceEarlyLate, Early Miosen, Mid Miosen. Jadi andaikan ada inversi lalu post rift Late Oligosen dan juga di Early Miosen, maka kami duga belum permulaan inversi orde2. Permulaan inversi orde2 adalah 14.8 Ma, sebagai hitungan seperempatan dari 70 Ma, dan dengan adanya orde3, maka permulaan inversi ada di 13.1 Ma Hipotesa Salam ini cocok dengan tectonostrat Runtu. Model ini saya turunkan dari Cekungan Sumatra Tengah, yang hasilnya sepertinya cocok untuk juga seluruh Sundaland setidaknya (sedikit berbeda untuk Kutei Basin oleh beberapa peneliti, dimana Robert Hall masih sesuai dengan hipotesa tadi). Melanjutkan komentar pak Herman Darman: Sunda Land, dimana Kalimantan berada, adalah bagian dari Benua Eurasia yang sejak 4.6 Ga, diputar dan ditarik oleh siklun tektonik Laut Banda ketimur menjahui pusat Pangea NE Afrika. Lempeng tektonik diputar kekanan-kekiri, extention-kompresion, dengan sumbu putar NE Afrika-Core-SouthPasific, keduanya pusat kontinen dan lempeng laut dipermukaan bumi, dengan pereode Salam. Seluruh kontinetal bumi (Pangea) mengalami kompresi-extention, selalu pusatnya NE Afrika, dan Semua lempeng laut (Phantalasa), pusat Tahiti (South Pasific). Sejak Kambrium, kontinental mengalami kompresi, jari-jari kontinental mengecil, hingga PermianTriasik, diputar kanan, dan sejak itu hingga kini, maka extention, jari-jari pangea membesar, putar kiri pada orde1 ini. Sumbu putarnya adalah NE Afrika-Core-Tahiti. NE Afrika sendiri bergerak dari 23 LS (Ordovisian), katulistiwa (PermianTriasik 200 Ma), 20 LU (sekarang). Equator magnetiknya meliwati NE Africa-Laut Banda(Batas Pangea-Panthalasa timur), Tahiti, Laut Karibia (batas Pangea-Phantalasa barat). Kedua batas kontinen-laut tadi terjadi Siklun tektonik (difinisi kami). Inversi orde2 menghasilkan lokasi subduksi baru. Inversi terakhir, 13.1 Ma, maka pergerakan kebarat lempeng Pasifik adalah dua kali lipat pergerakan lempeng IndiaAustralia keutara, maka terjadilah putar kiri dengan sumbu Laut Banda. Siklun ini juga bergerak ketimur relatif terhadap pusat Pangea, menjadikan Sundaland adalah bagian EurAsia yang diputar dan ditarik ketimur oleh siklun tektonik Laut Banda. Sekitar 7 megashear memusat ke Laut Banda. Pengembangan jari-jari Pangea terjadi sejak PermianTriasik, maka dengan sumbu PermianTriasik Malaka-Bangka-Kalimantan, subduction bergerak menjauhi sumbu ini keutara-keselatan (Katili, 1985). Antiklinorium adalah masalah skala, dengan pusat Laut Banda ini, kesegala arah. Putaran-putaran (termasuk Kalimantan) mudah dilihat pada peta Collins, 2003, hal yang juga mempengaruhi hipotesa salam. Keteraturan pergerakan lempeng (geodinamika) ini, saya duga dari kemagnitan mantel yang dipengaruhi pergerakan elektromagnetik benda-benda angkasa, yang bervevolusi. Salam, Maryanto-Caltex -----Original Message----- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, November 11, 2003 1:29 Pagi To: [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [iagi-net-l] Kuching High - Kinabalu Ini kesan saya saja : Kalimantan disusun oleh berbagai platelet (terrane, micro-plate, c.q. : mikro-kontinen) yang sekarang saling docking membentuk collages of terranes. Yang gampang dilihat dan dibuktikan di permukaan adalah Schwaner terrane, yang subsurface : Mangkalihat, agak ke offshore dan subsurface adalah Luconia, Paternoster juga Reed Bank dan Dangerous Ground. Sebuah collages antar terrane ini tentu akan melibatkan kerak2 oceanik yang semula berada di antara terrane (mis : Meratus ophiolite), juga hasil scrapping off dalam suatu subduction (seperti zona Sibu-Embaluh melange). Fragmen2 benua ini semua asosiasinya adalah Gondwanaland yang rifted dan drifted di Late Paleozoic - Early Mesozoic dengan pembukaan dan penutupan paleo-meso-Tethys Sea dan collage Kalimantan pernah mencapai posisi paling utara di 30 LU, lalu sejak Kapur Akhir sudah menduduki posisi equator seperti sekarang dengan posisi pulau agak meniarap, karenanya ia perlu suatu anti-clockwise rotation sekitar 50 deg buat tegak berdiri seperti sekarang. Rotating atau non-rotating akan bergantung ke jumlah pengukuran paleomagnetik yang dilakukan. Neville Haile yang pertama menyebut rotasi Kalimantan di tahun 1977 hanya mengukur di salah satu platelet Kalimantan yaitu bagian utara Schwaner. Katanya group SE Asia Research yang dikomandoi Robert Hall pernah mengukur di banyak platelet, tetapi saya tidak tahu pasti karena publikasinya tidak mudah mendapatkannya (Tectonophysics, Tectonics, Journal of SE Asian earth sciences, dll), dan dari sejumlah pengukuran baru ini maka mereka mnyimpulkan anti-clockwise rotation buat Kalimantan, jadi tidak berbeda jauh dari konsep Haile 1977. Beberapa sesar besar (mega-shear) bisa saja dikategorikan sebagai manifestasi extrusion tectonics Taponnier, seperti Adang-Lupar (saya pernah tulis di PIT IAGI 1996) yang bisa diikat ke TPF (three pagoda fault) dan Wang Chao fault di IndoChina), sehingga mungkin bisa dibilang Kalimantan disegmentasi sesar ini, dan di sepanjang trace sesar besar ini banyak manifestasi pull-apart basins dan basic intrusions. Kalau mau dipanjangkan lagi, dari Lupar ke Adang, bisa saja menyambung ke Paternoster Fault di Makassar Strait, lalu ke Walanae Fault di South Sulawesi dan menyeberangi Laut Flores lewat Sumba Fracture (yah orang2 tektonik kan "enak saja" menarik garis-garis seperti itu...), asal bisa menjelaskan reasoning-nya ya kita lihat saja, why not... Kenapa Kuching masih uplifting ? Apakah benar, tentu harus ada pengukuran detail dulu dengan geodetic resolution yang tinggi, saya pikir ini belum pernah dilakukan. Suplay sedimen deltaic ke Kutei kan bisa lewat cannibalism, tidak usah Kuching yang terangkat. South China Sea sudah selesai spreading sejak Reed Bank, Dangerous Ground dkk collided Kalimantan, Makassar Strait juga sudah berhenti rifting sejak dihentikan oleh collage Eastern Sulawesi Arc dan terranes Buton dan Banggai. Dari mana gaya tektonik agar Kuching bisa naik terus sampai sekarang ? Apakah dari megashear yang sambung-menyambung sampai ke sumba fracture dan di situ collision Australia ke Banda Arc (yang dibuktikan dengan uplifted recent coral reefs di seluruh pantai selatan Banda arc) dipropagasi lalu akhirnya sampai ke Kuching, ah... terlalu lemah gayanya sebab di Makassar Strait pun tak ada bukti kompresi, apalagi sampai ke kuching. Tambahan pula, Kuching High sekarang terletak jauh di pedalaman sebab Sundaland, terutama di bagian timur dan tenggaranya, tumbuh terus melalui akresi oleh sejarah collision dan subduction (walaupun belakangan mengalami dispersal oleh rifting Makassar Strait dan drfited-nya Sumba). Sehingga, Kuching, jauh dari active margin. Jadi, kesan saya, Kuching High, adalah paleo high (paling tidak sampai Miosen - Plio), walaupun Ian Longley bilang semua gerak plates menuju Kalimantan, tetapi tidak reasonable mekanisme propagasi gaya tektonik yang bisa mengangkat Kalimantan terus-menerus. Lagipula, Sundaland tidak stop di akresi melulu, habis itu ada sejarah dispersal yang uniknya ke arah melawan arah kompresi yang disebutkan Longley, nah inilah sejarah terakhir Kalimantan : dispersal... Nah ini iklan (he2...soalnya kebetulan lagi pas diskusinya) : di PIT === message truncated === --------------------------------- Do you Yahoo!? Protect your identity with Yahoo! Mail AddressGuard