Ini kesan saya saja :
 
Kalimantan disusun oleh berbagai platelet (terrane, micro-plate, c.q. : 
mikro-kontinen) yang sekarang saling docking membentuk collages of terranes. Yang 
gampang dilihat dan dibuktikan di permukaan adalah Schwaner terrane, yang subsurface : 
Mangkalihat, agak ke offshore dan subsurface adalah Luconia, Paternoster juga Reed 
Bank dan Dangerous Ground. Sebuah collages antar terrane ini tentu akan melibatkan 
kerak2 oceanik yang semula berada di antara terrane (mis : Meratus ophiolite), juga 
hasil scrapping off dalam suatu subduction (seperti zona Sibu-Embaluh melange). 
Fragmen2 benua ini semua asosiasinya adalah Gondwanaland yang rifted dan drifted di 
Late Paleozoic - Early Mesozoic dengan pembukaan dan penutupan paleo-meso-Tethys Sea 
dan collage Kalimantan pernah mencapai posisi paling utara di 30 LU, lalu sejak Kapur 
Akhir sudah menduduki posisi equator seperti sekarang dengan posisi pulau agak 
meniarap, karenanya ia perlu suatu anti-clockwise rotation sekitar 50 deg buat tegak 
berdiri
 seperti sekarang.
 
Rotating atau non-rotating akan bergantung ke jumlah pengukuran paleomagnetik yang 
dilakukan. Neville Haile yang pertama menyebut rotasi Kalimantan di tahun 1977 hanya 
mengukur di salah satu platelet Kalimantan yaitu bagian utara Schwaner. Katanya group 
SE Asia Research yang dikomandoi Robert Hall pernah mengukur di banyak platelet, 
tetapi saya tidak tahu pasti karena publikasinya tidak mudah mendapatkannya 
(Tectonophysics, Tectonics, Journal of SE Asian earth sciences, dll), dan dari 
sejumlah pengukuran baru ini maka mereka mnyimpulkan anti-clockwise rotation buat 
Kalimantan, jadi tidak berbeda jauh dari konsep Haile 1977.
 
Beberapa sesar besar (mega-shear) bisa saja dikategorikan sebagai manifestasi 
extrusion tectonics Taponnier, seperti Adang-Lupar (saya pernah tulis di PIT IAGI 
1996) yang bisa diikat ke TPF (three pagoda fault) dan Wang Chao fault di IndoChina), 
sehingga mungkin bisa dibilang Kalimantan disegmentasi sesar ini, dan di sepanjang 
trace sesar besar ini banyak manifestasi pull-apart basins dan basic intrusions. Kalau 
mau dipanjangkan lagi, dari Lupar ke Adang, bisa saja menyambung ke Paternoster Fault 
di Makassar Strait, lalu ke Walanae Fault di South Sulawesi dan menyeberangi Laut 
Flores lewat Sumba Fracture (yah orang2 tektonik kan "enak saja" menarik garis-garis 
seperti itu...), asal bisa menjelaskan reasoning-nya ya kita lihat saja, why not...
 
Kenapa Kuching masih uplifting ? Apakah benar, tentu harus ada pengukuran detail dulu 
dengan geodetic resolution yang tinggi, saya pikir ini belum pernah dilakukan. Suplay 
sedimen deltaic ke Kutei kan bisa lewat cannibalism, tidak usah Kuching yang 
terangkat. South China Sea sudah selesai spreading sejak Reed Bank, Dangerous Ground 
dkk collided Kalimantan, Makassar Strait juga sudah berhenti rifting sejak dihentikan 
oleh collage Eastern Sulawesi Arc dan terranes Buton dan Banggai. Dari mana gaya 
tektonik agar Kuching bisa naik terus sampai sekarang ? Apakah dari megashear yang 
sambung-menyambung sampai ke sumba fracture dan di situ collision Australia ke Banda 
Arc (yang dibuktikan dengan uplifted recent coral reefs di seluruh pantai selatan 
Banda arc) dipropagasi lalu akhirnya sampai ke Kuching, ah... terlalu lemah gayanya 
sebab di Makassar Strait pun tak ada bukti kompresi, apalagi sampai ke kuching. 
 
Tambahan pula, Kuching High sekarang terletak jauh di pedalaman sebab Sundaland, 
terutama di bagian timur dan tenggaranya, tumbuh terus melalui akresi oleh sejarah 
collision dan subduction (walaupun belakangan mengalami dispersal oleh rifting 
Makassar Strait dan drfited-nya Sumba). Sehingga, Kuching, jauh dari active margin. 
 
Jadi, kesan saya, Kuching High, adalah paleo high (paling tidak sampai Miosen - Plio), 
walaupun Ian Longley bilang semua gerak plates menuju Kalimantan, tetapi tidak 
reasonable mekanisme propagasi gaya tektonik yang bisa mengangkat Kalimantan 
terus-menerus. Lagipula, Sundaland tidak stop di akresi melulu, habis itu ada sejarah 
dispersal yang uniknya ke arah melawan arah kompresi yang disebutkan Longley, nah 
inilah sejarah terakhir Kalimantan : dispersal...
 
Nah ini iklan (he2...soalnya kebetulan lagi pas diskusinya) : di PIT IAGI-HAGI 
Desember besok, saya akan coba bawakan paper tentang  tektonik sejarah akresi dan 
dispersal SE Sundaland, termasuk Kalimantan tentunya sebab itu core Sundaland), 
judulnya : "Accretion and Dispersion of SE Sundaland : the Growing and Slivering of a 
Continent". Namanya tektonik..., boleh saja kan "mengkhayal", asal bisa mempertahankan 
argumen dan ada dukungan data.
 
Yah, segitu dulu.
 
Salam,
Awang-BP Migas
 
"Darman, Herman H BSP-TSX/4" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Saya mau kasih summary mengenai tectonic Kalimantan:

1. Robert Hall-2002: rotating Borneo 
Hasil plate reconstruction studies menyatakan bahwa pulau Kalimantan berputar 
anti-clockwise
2. Richard Murphy-2002: non-rotating Borneo
Menyatakan bahwa pulau Kalimantan terdiri dari beberapa plates dan masing-masing 
bergerak satu samalain dan yang paling penting mereka bergerak naik dan turun relatif 
satu sama lain.
3. Taponnier et al-1982: extrusion tectonic
Extrusion dari bagian lempeng Eurasia karena tumbukan India ke utara, menghasilkan 
pegunungan Himalaya dan side effectnya menimbulkan extrusi Indochina ke arah 
Kalimantan. (Taponier tidak melihat SEasia secara utuh)
4. Longley - 2000: anti-extrusion tectonic
Indochina, Pacific, Australasia semua bergerak ke arah Borneo / Kalimantan. Dengan 
demikian wajar kalau ada uplift yang extrim di Kalimantan. 

Komentar? Ahli tectonic Indonesia punya teori lain?

Herman


---------------------------------
Do you Yahoo!?
Protect your identity with Yahoo! Mail AddressGuard

Kirim email ke