Assalammu'alaikum wr wb,
Pak Hari Sufehmi yang terhormat,
Mohon dengan hormat agar Pak Hari Sufehmi dapat
memperpanjang usus dan memperluas bidang dadanya dan ingat akan Surah
Al-'Ashr(103) yang hanya 3 ayat saja. Cobalah renungkan dan tengok pula
Sirah Nabawiyah bagian-bagian (episoda) waktu rasulullah
Muhammad saw mengalami stress dan dipressi menghadapi hujatan, makian,
intrik pembunuhan, boikot pergaulan hidup kemasyarakatan terhadap kaum Muslimin
dan hususnya kepada pribadi rasulullah Muhammad saw dan keluarga
beliau, yang dilakukan oleh para pemuja kehidupan saat itu dan yang tidak
mempercayai adanya hari depan kehidupan manusia yang jauh-jauh lebih baik di
masa mendatang (al-ahiroh).
Dalam menghadapi intrik politik dan tindakan
kekerasan oleh para pemuja kehidupan saat ini (sekarang) atau dalam bahasa
firman Allah swt di-idiomkan sebagai fii
dun-ya diperlukan sikap qolbu dan 'aqlu yang sabar
(bi shobri) dengan terus melakukan usaha mengubah realitas dunia yang
berat sebelah ini.
Pada zaman rasulullah saat itu beliau
dengan giat dan ulet serta tekun selalu menghindarkan diri dari bujukan
syeithon untuk terpancing keberangan (marah-marah) yang akan
menjerumuskan beliau kepolah laku yang tidak ma'rufi. Apalagi ketika
beliau mengalami saat-saat kekosongan wahyu. Demikian kira-kira realitas saat
ini, ketika ummat Muslimin sedang dioprak-oprak untuk mengikuti dan membenarkan
idea-idea kapitalisme, sosialisme dan komunisme yang tengah marak dan menguasai
dunia peradaban ummat manusia.
Al-Dinu al-Islam adalah suatu idea
tunggal peradaban manusia yang pasti namun belum banyak dimengerti oleh
ummat manusia, termasuk mereka yang sudah mengaku sebagai
Al-Muslimun. Untuk memahami Al-Dinu al-Islam ini pertama-tama
dituntut agar manusia melek-huruf dan berilmu pengetahuan secara kaffah (menurut
penafsiran pribadi saya, inilah sebabnya mengapa rasulullah Muhammad
saw yang ummiyun itu selama 23 tahun terus-menerus dibimbing dengan
wahyu illahiyah). Dengan dipenuhinya kedua persyaratan ini manusia akan
dapat mendekat kepada sikap jujur terhadap diri sendiri dan jujur terhadap
ilmu pengetahuan. Dari sikap jujur sedemikian barulah manusia mampu
memperluas horizon pengamatan dan mengendalikan fluktuasi qolbunya
sampai mendekat dan menyerap Al-Ahlaqu al-Karimah.
Al-Ahlaqu al-Karimah adalah wujud
realis ideologi manusia yang diderivasi dari jabatan manusia di Bumi:
Holifatan fii al-Ardzh dan sesungguhnya inilah idea paling
mutahir, paling modern dan yang tercanggih bagi peradaban masyarakat manusia,
setelah entah berapa puluh atau ratus kali peradaban tinggi manusia di Bumi
dimusnahkan oleh berbagai gaya alami yang kini tengah menjadi obyek
study.
Jika kita berani menengok kebelakang melewati
rentangan waktu sejauh 4 milyar tahun (hitungan Gregorian, yang dipakai secara
internasional sebagai standar waktu) maka kita akan dapat menyimak bagaimana
mulanya kehidupan di Bumi diciptakan dan berkembang, ber-evolusi dan
melompat-lompat sampai diciptakan-NYA Adam as sebagai jenis Al-Naas
yang pertama bersama-sama pasangannya. Kemungkinan rentangan waktu yang harus
dijalani anak turun Adam as dan pasangannya baru kira-kira 40.000 tahun saja
untuk sampai kepada tingkatan kita-kita saat ini. Namun toh saat ini sebagai
Muslim yang memikul kewajiban mewakili Allah swt di
Bumi, kita masih belum dhong (memahami) betul-betul akan satu-satunya
Jalan Kehidupan yang dibentangkan Allah swt agar
kita lewati yang difirmankan-NYA sebagai Al-Shiroth al-Mustaqiim
atau Al-Dinu al-Islam.
Agar mampu mendekati dan menyandangkan
Al-Ahlaqu al-Karimah sebagai dasar ideologi umat manusia satu-satunya,
menurut hemat saya, masih diperlukan waktu puluhan ribu, ratusan ribu bahkan
mungkin jutaan tahun kedepan. Praduga saya ini saya dasarkan atas firman
Allah yang pertama diwahyukan kepada rasulullah
Muhammad saw di gua Hira' dan hasil-hasil observasi lapangan dan
laboratorium yang kini baru sekelumit dapat diakses oleh manusia dalam wajudnya
yang kita namakan sebagai ilmu pengetahuan (sciences). Namun demikian kita
jangan pessimis dan kecil hati. Kita harus dapat menyandangnya dan menjadikannya
ideologi pribadi agar kita menikmati kehidupan di surga sekalipun kita masih
hidup fii dun-ya, sebab keseimbangan qolbu
dan 'aqlu dapat kita capai melalui kesatuan pemahaman
logis-rasional-dialektis (al-Kauniyah) dengan pemahaman skriptural
(al-Quraniyah), di atas dasar realitas peradaban manusia masa
kini.
Kaum kafirin, munafiqin dan
murtadan selamanya berusaha membujuk, memaksa dan mengajak kaum yang
beriman kepada Allah swt agar meninggalkan Al-Dinu
al-Islam dan menngikuti serta menerima Al-Dinu mereka yang
modelnya macam-macam. Polah laku mereka ini baik verbal, retorik
maupun literair selalu menggunakan bentuk-bentuk provokatif apabila
cara-cara beradab kemanusiaan tidak mampu mengatasi keteguhan iman kaum
Muslimin. Apabila kita tidak waspada dalam kaitan dasar-dasar ideologi
Al-Dinu al-Islam maka kita akan terjerumus ke dalam malapetaka
Afghanistan, Palestina, Iraq, Libanon, masssacre terhadap kaum Muslimin di
Ambon dan tempat lainnya. Oleh sebab itu waspadalah kita semua terhadap
kuliah-kuliah dan retorika Paus Benedictus dan para pemujanya dengan
menggalakkan belajar ilmu pengetahuan seluas mungkin dan sedalam mungkin serta
dengan ma'rufi memperdalam 'ulumul Quran.
Wa bi Allahi taufiq wa al hidayah
Wassalam,
A.
M
|
_______________________________________________ is-lam mailing list is-lam@milis.isnet.org http://milis.isnet.org/cgi-bin/mailman/listinfo/is-lam