Umar bin Abdul Aziz: Kebijakan Politiknya Rahmat bagi Semesta Alam (2) 
25 May 2005 - 09:24 

Setelah menjadi Khalifah, Umar bin Abdul Aziz melakukan gebrakan yang tidak 
diduga sebelumnya, terutama oleh keluarga, famili, dan orang-orang terdekatnya. 
Banyak orang yang tercengang melihat kebijakan-kebijakan beliau yang tidak 
biasa dilakukan oleh orang-orang yang tengah berkuasa.

Di antara kebijakan-kebijakan politiknya antara lain:

1. Menolak fasilitas kekhalifahan untuk dirinya yang dianggapnya berlebihan. 
Para petugas kekhalifahan yang hendak mengawalnya dengan kendaraan khusus 
mendapatkan sesuatu yang di luar dugaan. Umar menolak kendaraan dinas, dan 
meminta kepada salah seorang di antara mereka untuk mendatangkan binatang 
tunggangannya.

Al-Hakam bin Umar mengisahkan, "Saya menyaksikan para pengawal datang dengan 
kendaraan khusus kekhalifahan kepada Umar bin Abdul Aziz sesaat dia diangkat 
menjadi Khalifah. Waktu itu Umar berkata, 'Bawa kendaraan itu ke pasar dan 
juallah, lalu hasil penjualan itu simpan di Baitul Maal. Saya cukup naik 
kendaran ini saja (hewan tunggangan).'"

'Atha al-Khurasani berkata, "Umar bin Abdul Aziz memerintahkan pelayannya untuk 
memanaskan air untuknya. Lalu pelayannya memanaskan air di dapur umum. Kemudian 
Umar bin Abdul Aziz menyuruh pelayannya untuk membayar setiap satu batang kayu 
bakar dengan satu dirham."
'Amir bin Muhajir menceritakan bahwa Umar bin Abdul Aziz akan menayalakan lampu 
milik umum jika pekerjaannya berhubungan dengan kepentingan kaum Muslimin. 
Ketika urusan kaum Muslimin selesai, maka dia akan memadamkannya dan segera 
menyalakan lampu miliknya sendiri.

Al-Hakam bin Umar meriwayarkan bahwa Umar bin Abdul Aziz memiliki 300 penjaga. 
Umar berkata kepada para pengawalnya, "Sesungguhnya aku memiliki penjaga untuk 
kalian dan untukku, juga ada penjaga ajalku. Maka, siapa yang ingin tetap 
berada di sini, tetaplah di sini, dan siapa yang ingin pulang, pulanglah kepada 
keluarga kalian."

2. Menerapkan pola hidup sederhana, khususnya untuk diri dan keluarganya. Yunus 
bin Abi Syaib berkata, "Sebelum menjadi Khalifah tali celananya masuk ke dalam 
perutnya yang besar. Namun, ketika dia menjadi Khalifah, dia sangat kurus. 
Bahkan jika saya menghitung jumlah tulang rusuknya tanpa menyentuhnya, pasti 
saya bisa menghitungnya."

Hal senada diungkapkan putranya, Abdul Aziz bin Umar bin Abdul Aziz ketika 
ditanya oleh Abu Ja'far al-Manshur perihal jumlah kekayaan ayahnya. Ja'far 
bertanya, "Berapa kekayaan ayahmu saat mulai menjabat sebagai Khalifah?" Abdul 
Aziz menjawab, "Empat puluh ribu dinar." Ja'far bertanya lagi, "Lalu berapa 
kekayaan ayahmu saat meninggal dunia?" Jawab Abdul Aziz, "Empat ratus dinar. 
Itu pun kalau belum berkurang."

Kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz dalam kehidupan benar-benar diilhami oleh 
perilaku hidup sederhana Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Beliau sangat 
sederhana dalam berpakaian. Suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk 
Umar bin Abdul Aziz yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat 
kotor. Maslamah berkata kepada istri umar, Fathimah binti Abdul Malik, 
"Tidakkah engkau cuci bajunya?" Fathimah menjawab, "Demi Allah, dia tidak 
memiliki pakaian lain selain yang ia pakai."

Pada kesempatan lain Umar bin Abdul Aziz shalat Jum'at di masjid bersama orang 
banyak dengan baju yang bertambal di sana-sini. Salah seorang jamaah bertanya, 
"Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu 
kenikmatan. Mengapa tak mau kau pergunakan walau sekedar berpakaian bagus?" 
Umar bin Abdul Aziz tertunduk sejenak, lalu dia mengangkat kepalanya dan 
berkata, "Sesungguhnya berlaku sederhana yang palin baik adalah pada saat kita 
kaya dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi kuat."

Umar bin Abdul Aziz juga sangat sederhana dalam makanan. Seorang pelayan Umar, 
Abu Umayyah al-Khashy berkata, "Saya datang menemui istri Umar dan dia 
memberiku makan siang dengan kacang adas. Saya katakan kepadanya, 'Apakah 
setiap hari tuan makan dengan kacang adas?'" Fathimah menjawab, "Wahai anakku, 
inilah makanan tuanmu, Amirul Mukminin."

'Amr bin Muhajir berkata, "Uang belanja Umar bin Abdul Aziz setiap harinya 
hanya dua dirham." Sedangkan Yusuf bin Ya'qub al-Khalil berkata, "Umar bin 
Abdul Aziz memakai pakaian dari bulu unta yang pendek. Sedangkan penerangan 
rumahnya terdiri dari tiga bambu yang di atasnya ada tanah."

Umar bin Abdul Aziz juga senantiasa mengerjakan urusan-urusan kecil yang 
sebenarnya tidak pantas dikerjakan oleh seorang Amirul Mukminin. Seperti 
diungkapkan oleh Abu Umayyah bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah masuk ke satu 
kamar mandi. Tiba-tiba kamar mandi itu rusak, maka dia memberperbaikinya 
sendiri.

3. Menghapuskan hak-hak istimewa yang diberikan kepada keluarganya. Umar 
mengumpulkan Bani Marwan dan berkata, "Sesungguhnya Rasulullah Saw. memiliki 
tanah fadak, dan dari tanah itu dia memberikan nafkah kepada keluarga Bani 
Hasyim. Dan dari tanah itu pula Rasulullah Saw. mengawinkan gadis-gadis di 
kalangan mereka. Suatu saat, Fathimah memintanya untuk mengambil sebagian dari 
hasil tanah itu, tapi Rasulullah Saw. menolaknya. 

Demikian pula yang dilakukan Abu Bakar Ra. dan Umar Ra. Kemudian harta itu 
diambil oleh Marwan dan kini menjadi milik Umar bin Abdul Aziz. Maka saya 
memandang bahwa suatu perkara yang dilarang Rasulullah Saw. melarangnya untuk 
Fathimah adalah bukan menjadi hakku. Saya menyatakan kesaksian di hadapan 
kalian semua, bahwa saya telah mengembalikan tanah tersebut sebagaimana pada 
zaman Rasulullah Saw." (Kisah ini diriwayatkan dari Mughirah).

Al-Awza'i meriwayatkan, ketika Umar bin Abdul Aziz menghapuskan hak-hak 
istimewa kepada anggota keluarganya, mereka berusaha membujuk Umar untuk 
mengembalikan hak tersebut. Umar berkata, "Harta yang ada padaku tak cukup 
untuk kalian. Sedangkan mengenai harta kaum Muslimin ini, maka hak kalian sama 
dengan hak kaum Muslimin yang berada di ujung dunia."

Wahib al-Wadud mengisahkan, suatu saat beberapa kerabat Umar bin Abdul Aziz 
dari Bani Marwan mendatangi rumah Umar. Saat itu Umar tengah uzur tak bisa 
menemui mereka. Lalu mereka berpesan kepada anaknya yang bernama Abdul Malik, 
"Tolong katakan kepada ayahmu bahwa para Khalifah terdahulu selalu memberikan 
keistimewaan dan uang kepada kami, karena mereka tahu kedudukan kami. Sementara 
ayahmu kini telah menghapuskannya."

Abdul Malik lalu menyampaikan hal itu kepada ayahnya. Setelah kembali, Abdul 
Malik berkata kepada mereka, "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar 
(hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku" (Umar mengutip firman Allah QS 
Al-An'am: 15).

Salah seorang famili Umar bin Abdul Aziz yang bernama 'Anbasah bin Said al-'Ash 
menemuinya untuk menyampaikan keluhannya, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya 
para Khalifah sebelum kamu biasa menanggung kebutuhan-kebutuhan kami, tapi kini 
kamu menghapuskan kebiasaan itu untuk kami, padahal kami memiliki keluarga. 
Apakah kamu izinkan saya bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kami?" Umar 
menjawab, "Sesungguhnya orang yang paling dicintai di antara kamu adalah orang 
yang dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri."

Lalu Umar bin Abdul Aziz menasehatinya, "Perbanyaklah mengingat mati. Karena 
jika kamu berada dalam kesempitan hidup, maka kamu akan merasa lapang. Dan jika 
kamu berada dalam kelapangan hidup, maka kamu akan merasa sempit."

4. Mengembalikan harta kekayaan yang dimilikinya dan keluarganya kepada Baitul 
Maal. Suatu saat, Umar bin Abdul Aziz memanggil istrinya, Fathimah binti Abdul 
Malik yang memiliki banyak perhiasan berupa intan dan mutiara, "Wahai istriku, 
pilihlah olehmu, kamu kembalikan perhiasan-perhiasan ini ke Baitul Maal atau 
kamu izinkan saya meninggalkan kamu untuk selamanya. Aku tidak suka bila aku, 
kamu, dan perhiasan ini berada dalam satu rumah." Fathimah menjawab, "Saya 
memilih kamu daripada perhiasan-perhiasan ini. Bahkan bila lebih dari itu pun 
aku tetap memilih kamu."

5. Mengangkat orang-orang saleh di jajaran pemerintahannya. Setelah mencopot 
Khalid sebagai pengawal kekhalifahan lantaran telah menghukum orang tidak 
sesuai dengan kesalahannya, Umar bin Abdul Aziz meminta 'Amr bin Muhajir untuk 
menjadi salah seorang pengawalnya. Umar berkata, "Wahai 'Amr, engkau tahu bahwa 
antara saya dan kamu tidak ada hubungan kekerabatan, kecuali kerabat dalam 
Islam. Namun, saya mendengar bahwa kamu banyak membaca ayat-ayat Al-Qur`an, dan 
saya melihat kamu melakukan shalat di suatu tempat yang kamu kira tidak ada 
seorang pun yang dapat melihatmu. Saya melihat kamu melakukan shalat dengan 
baik. Dan kamu adalah salah seorang dari golongan Anshar. Ambillah pedang ini 
dan sejak saat ini kau kuangkat sebagai pengawalku."

6. Menolak suap dalam bentuk apa pun. 'Amr bin Muhajir meriwayatkan, suatu saat 
Umar bin Abdul Aziz ingin makan apel, kemudian salah seorang anggota 
keluarganya memberi apel yang diinginkan. Lalu Umar berkata, "Alangkah harum 
aromanya. Wahai pelayan, kembalikan apel ini kepada si pemberi dan sampaikan 
salam saya kepadanya bahwa hadiah yang dikirim telah sampai." 

'Amr bin Muhajir mempertanyakan sikap Umar tersebut, "Wahai Amirul Mukminin, 
orang yang memberi hadiah apel itu tak lain adalah sepupumu sendiri dan salah 
seorang yang masih memiliki hubungan kerabat yang sangat dekat denganmu. 
Bukankah Rasulullah Saw. juga menerima hadiah yang diberikan orang lain 
kepadanya?"

Umar bin Abdul Aziz menjawab, "Celaka kamu, sesungguhnya hadiah yang diberikan 
kepada Rasulullah Saw. adalah benar-benar hadiah, sedangkan yang diberikan 
kepadaku ini adalah suap."

7. Menolak sistem kekhalifahan yang diwariskan secara turun-temurun. Ja'unah 
mengatakan, suatu ketika Abdul Malik bin Umar bin Abdul Aziz, putranya, 
meninggal dunia. Umar memujinya. Lalu Ja'unah bertanya kepada Umar, "Apakah 
jika dia masih hidup, kamu akan mewasiatkan agar dia menjadi penggantimu?"
Umar menjawab, "Tidak."

"Lalu mengapa kamu memujinya?" tanya Ja'unah lagi.

"Karena saya khawatir, bila saya mengangkatnya, dia akan dihormati lantaran 
ayahnya dihormati," jawab Umar.

8. Menghapuskan budaya materialistik di kalangan pejabat. Putra Umar bin Abdul 
Aziz yang bernama Abdul Aziz mengisahkan, beberapa orang bawahan Umar menulis 
surat kepadanya. Di antara isi suratnya berbunyi, "Sesungguhnya kota telah 
rusak. Jika Amirul Mukminin memberikan kepada kami sejumlah uang agar kami 
memperbaiki kota itu, maka kami akan melakukannya." Umar membalas surat itu, 
"Jika kamu membaca surat ini, maka jangalah kota itu dengan cara kamu berlaku 
adil dan bersihkan jalan-jalannya dari kezaliman. Karena itulah sebenar-benar 
perbaikan."

9. Melakukan amar ma'ruf nahi munkar secara bijaksana. Suatu ketika Abdul Malik 
bin Umar bin Abdul Aziz, salah seorang putra Umar, menemui ayahnya, dan 
berkata, "Wahai Amirul Mukminin, jawaban apa yang engkau persiapkan di hadapan 
Allah Swt. di hari Kiamat nanti, seandainya Allah menanyakan kepadamu, 'Mengapa 
engkau melihat bid'ah, tapi engkau tidak membasminya, dan engkau melihat 
Sunnah, tapi engkau tidak menghidukannya di tengah-tengah masyarakat?'"
Umar menjawab, "Semoga Allah Swt. mencurahkan rahmat-Nya kepadamu dan semoga 
Allah memberimu ganjaran atas kebaikanmu. Wahai anakku, sesungguhnya kaummu 
melakukan perbuatan dalam agama ini sedikit demi sedikit. Jika aku melakukan 
pembasmian terhadap apa yang mereka lakukan, maka aku tidak merasa aman bahwa 
tindakanku itu akan menimbulkan bencana dan pertumpahan darah, serta mereka 
akan menghujatku. Demi Allah, hilangnya dunia bagiku jauh lebih ringan daripada 
munculnya pertumpahan darah yang disebabkan oleh tindakanku. Ataukah kamu tidak 
rela jika datang suatu masa, dimana ayahmu mampu membasmi bid'ah dan 
menghidupkan Sunnah?"

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Ibnu Ja'unah, Umar bin Abdul Aziz berpesan kepada 
'Amr bin Qais sebagai pejabat baru di Ash-Shaifah, "Terimalah orang yang baik 
di antara mereka, dan ampunilah orang-orang jahatnya. Janganlah kamu berada di 
bagian paling depan di kalangan mereka, sehingga kamu dibunuh, dan jangan pula 
menjadi orang yang berdiri di bagian paling belakang, sehingga kamu akan gagal. 
Jadilah di tengah-tengah dimana posisimu dapat dilihat dan suaramu dapat 
didengar."

Ibnu Asakir juga meriwayatkan dari As-Saib bin Muhammad, Al-Jarrah bin Abdullah 
menulis surat kepada Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut: Sesungguhnya 
orang-orang Khurasan adalah orang-orang yang sulit diatur, kecuali dengan 
pedang dan cemeti. Jika Amirul Mukminin mengizinkanku memerintah mereka dengan 
pedang dan cemeti, maka saya akan lakukan.

Dalam surat balasannya, Umar bin Abdul Aziz menulis: Telah sampai surat yang 
kaum kirimkan kepadaku yang menyebutkan bahwa penduduk Khurasan tidak bisa 
diatur kecuali dengan pedang dan cemeti. Namun, saya yakin bahwa apa yang kamu 
katakan itu adalah bohong. Mereka pasti bisa diatur dan diperbaiki dengan 
keadilan dan kebenaran. Maka, sebarkanlah itu di antara mereka.

10. Menegakkan keadilan dan mengabdikan diri untuk menyejahterakan umat. Tekad 
Umar bin Abdul Aziz untuk menyejahterakan rakyatnya dan menegakkan keadilan 
adalah prioritas utama. Fathimah binti Abdul Malik, istrinya, pernah menemuinya 
sedang menangis di tempat shalatnya. Lalu istrinya berusaha membesarkan 
hatinya. Umar bin Abdul Aziz berkata, "Wahai Fathimah, sesungguhnya saya 
memikul beban umat Muhammad dari yang hitam hingga yang merah. Dan saya 
memikirkan persoalan orang-orang fakir dan kelaparan, orang-orang sakit dan 
tersia-siakan, orang-orang yang tak sanggup berpakaian dan orang yang 
tersisihkan, yang teraniaya dan terintimidasi, yang terasing dan tertawan dalam 
perbudakan, yang tua dan yang jompo, yang memiliki banyak kerabat, tapi 
hartanya sedikit, dan orang-orang yang serupa dengan itu di seluruh pelosok 
negeri. Saya tahu dan sadar bahwa Rabbku kelak akan menanyakan hal ini di hari 
Kiamat. Saya khawatir saat itu saya tidak memiliki alasan yang kuat di hadapan 
Rabbku. Itulah yang membuatku menangis."

Keseriusan Umar bin Abdul Aziz dalam menegakkan keadilan dapat disimak dalam 
tafsir yang ditulis Ibnu Abi Hatim. Dalam kitab itu disebutkan Muhammad bin 
Ka'ab al-Qurazhi mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz memanggilnya dan berkata, 
"Katakan kepadaku tentang keadilan."
Muhammad bin Ka'ab al-Qurazhi berkata, "Engkau telah menanyakan suatu perkara 
yang sangat besar. Jadilah engkau kepada anak kecil laksana seorang ayah, dan 
kepada orangtua laksana seorang anak kecil. Sedangkan kepada yang sebaya 
laksana seorang saudara, demikian pula kepada kaum wanita. Berilah manusia 
sanksis sesuai dengan kesalahanya, dan sesuai dengan kondisi fisiknya. 
Janganlah kamu memukul seseorang dengan satu cemeti pun karena kemarahanmu, 
sehingga kamu akan dianggap sebagai orang yang melampaui batas."

Malik bin Dinar berkata, "Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, para 
penggembala domba dan kambing berkata, "Siapa orang saleh yang kini menjadi 
Khalifah umat ini? Keadilannya telah mencegah serigala memakan domba-domba 
kami."

Musa bin A'yun bercerita, "Kami pernah menggembalakan domba-domba kami di 
Karman pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Saat itulah antara serigala 
dan domba berada di satu tempat. Namun, pada suatu malam kami mendapatkan 
seekor serigala telah memangsa seekor domba. Maka saya katakan, 'Pasti lelaki 
saleh itu kini telah meninggal. Lalu mereka mengaitkan kejadian itu dengan hari 
wafatnya Umar bin Abdul Aziz yang ternyata dia memang meninggal di malam saat 
serigala mulai memakan domba."

Kisah ini dapat dimaknai bahwa pada masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz umat 
dan masyarakat hidup dalam keadaan sejahtera dan berkecukupan. Keadilan 
ditegakkan. Sehingga tidak ada orang yang merasa dizalimi atau dicurangi yang 
mengakibatkan munculnya pertikaian dan tindak kriminalitas.

Selama pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, umat dan masyarakat berada dalam 
kemakmuran. Tidak ada orang miskin dan terabaikan. Tak ada orang yang 
kelaparan. Semuanya hidup serba kecukupan. Hal ini diungkapkan oleh Umar bin 
Usaid, "Demi Allah, Umar bin Abdul Aziz tidak meninggal dunia hingga seorang 
laki-laki datang kepada kami dengan sejumlah harta dalam jumlah besar dan 
berkata, 'Salurkan harta ini sesuai kehendakmu.' Ternyata tak ada seorang pun 
yang berhak menerimanya. Sungguh Umar bin Abdul Aziz telah membuat manusia 
hidup berkecukupan."

11. Melestarikan lingkungan hidup. Jisr al-Qashshab berkata, "Saya melihat 
serigala dan kambing hidup damai di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Lalu 
saya katakan, 'Subhanallah! Ternyata serigala sama sekali tidak berbahaya 
berada di tengah-tengah kambing?'" 

Secara tekstual, pernyataan Jisr al-Qashshab ini memberikan pemahaman kepada 
kita bahwa Umar bin Abdul Aziz benar-benar memperhatikan aspek lingkungan 
hidup, dimana semua makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan mendapatkan 
keadilan. Karena hutan dilestarikan, maka binatang-binatang liar seperti 
serigala tak perlu turun ke desa untuk mencari mangsa. Hewan-hewan tersebut 
telah mendapatkan segala apa yang dibutuhkan.

12. Menolak nepotisme. Al-Azwa'i menceritakan suatu ketika Umar bin Abdul Aziz 
duduk di rumahnya bersama para pembesar Bani Umayyah. Umar berkata, "Sukakah 
jika kalian aku jadikan salah seorang pemimpin pasukan?" Mereka menjawab, 
"Mengapa kau tawarkan kepada kami sesuatu yang kamu sendiri tidak 
mengerjakannya?" Umar berkata, "Tidakkah kalian melihat hamparan tempat saya 
kini berada? Sesungguhnya saya menyadari sepenuhnya bahwa ia akan hancur dan 
sirna. Dan saya tidak suka bila tempat ini dikotori oleh kaki-kaki kalian. Lalu 
bagaimana mungkin akan saya jadikan kalian sebagai pemimpin dan pengawas 
orang-orang. Tidak mungkin. Dan jangan harap itu terjadi."

Para pembesar itu berkata, "Mengapa tidak? Bukankah kita memiliki hubungan 
kerabat? Bukankah kita juga berhak?" 

Umar berkata, "Antara kamu sekalian dan orang yang berada jauh di ujung dunia 
dalam pandanganku adalah sama. Tidak ada bedanya."

13. Menghukum orang sesuai dengan kesalahannya. Yahya al-Ghassani menceritakan, 
ketika masih menjabat sebagai gubernur, Umar bin Abdul Aziz pernah melarang 
Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik untuk membunuh orang-orang Haruri (kaum 
Khawarij yang bermarkas di Desa Haruri). Umar memberi saran kepada Khalifah, 
"Penjarakan saja orang-orang itu hingga mereka bertaubat."
Lalu Sulaiman bin Abdul Malik mendatangkan salah seorang Haruri dan menyuruh 
orang itu bicara. Haruri itu berkata, "Apa yang harus saya katakan wahai orang 
fasik anaknya orang fasik." Ucapan orang Haruri itu diulanginya lagi di hadapan 
Umar bin Abdul Aziz.

Sulaiman bin Abdul Malik berkata kepada Umar, "Bagaimana pendapatmu tentang 
orang ini?"
Umar bin Abdul Aziz diam. Sulaiman berkata lagi, "Saya ingin kamu menyampaikan 
pendapatmu tentang orang ini sekarang juga."

Umar berkata, "Cacilah dia sebagaimana dia mencacimu."

Sulaiman berkata, "Persoalannya tidak semudah itu." Kemudian Sulaiman menyuruh 
pengawalnya untuk memenggal kepala Haruri. 

Umar bin Abdul Aziz keluar dari ruangan itu dan bertemu dengan Khalid, pengawal 
Khalifah. Khalid berkata, "Wahai Umar, bagaimana mungkin kamu menyuruh Khalifah 
untuk mencaci Haruri sebagaimana dia mencaci Khalifah? Demi Allah, tadinya saya 
mengira Khalifah akan menyuruhku untuk memenggal kepalamu."

Umar bertanya kepada Khalid, "Apa yang akan kamu lakukan seandainya Khalifah 
benar-benar menyuruhmu memenggal kepalaku?"
Pengawal itu berkata, "Demi Allah, saya pasti akan lakukan itu."

Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, Khalid datang menemuinya untuk 
bertugas sebagai pengawal Umar. Umar bin Abdul Aziz berkata kepada Khalid, 
"Letakkan pedang itu!" Lalu dilanjutkan dengan berdoa, "Ya Allah, saya telah 
mencopot pedang itu dari Khalid dan saya memohon kepada-Mu janganlah Engkau 
angkat pedang itu untuk selamanya."

Yahya al-Ghassani menceritakan, saat Umar bin Abdul Aziz mengangkatku sebagai 
pejabat di Mosul, aku mendapatkan wilayah itu dipenuhi tindak kriminal yang 
sangat tinggi. Lalu aku menulis surat untuk meminta nasehat kepada Umar apakah 
harus menghukum mereka dengan prasangka dan tuduhan tanpa bukti konkrit, atau 
dengan bukti-bukti dan keterangan yang jelas sebagaimana diajarkan di dalam 
Sunnah Rasulullah Saw.?"
Umar bin Abdul Aziz lalu mengirim surat balasan yang isinya perintah agar aku 
melakukan proses hukum berdasarkan fakta sesuai dengan Sunah Rasulullah Saw. 
"Jika kebenaran dan keadilan tidak juga mampu menghadirkan perbaikan kepada 
mereka, maka jangan harap mereka akan menjadi baik," jelas Umar.

Yahya menambahkan, "Tatkala aku melakukan apa yang diperintahkan Umar, Mosul 
menjadi satu wilayah yang paling sedikit memiliki kasus tindak kriminal."

Wallahu a'lam bishshawab.

sumber : http://www.pks-malang.or.id

Kirim email ke