Basa maca buntut bangkong teh biasa asalna mah tapi kapikiran bisi salah harti. 
Cing baraya naon atuh nu dimaksud buntut sasatoan dina kalimah teh:
1. Buntut bangkong
2, Buntut maung
3. Buntut kuda

aya nu mahiwal:
- Buntut kasiran
 ~ experientia docet sapientiam ~ 




________________________________
From: ilen kardani <ilen1...@yahoo.com>
To: kisunda@yahoogroups.com
Sent: Sunday, August 15, 2010 17:45:46
Subject: Re: [kisunda] Re: Fw: Ba'asyir dan Pemikiran Radikal

  
Tapi kade nya, kedah nganggo pemikiran anu netral supados teu ngabuntut bangkong




________________________________
From: Abbas <abas_ami...@yahoo.com>
To: kisunda@yahoogroups.com
Sent: Sun, August 15, 2010 4:39:20 PM
Subject: [kisunda] Re: Fw: Ba'asyir dan Pemikiran Radikal

  
Alhamdulillah; sok kang Zen urang tukeur pikiran bagbagaan Tuhan 
paling teu ; atawa sahenteuna ngabandingkeun pandangan nu beda2
antara urang jeung jalma Islam sejenna.
Boh sunni jeung sunni; oh ka syi'i. Boh sufi.
Sok mangga geura guar

--- In kisunda@yahoogroups.com, Mohammad zen <zenhus...@...> wrote:
>
> Sok Atuh saha Tuhan Teh?
> urang kajian teologi we lamun hoyong mah...
> meureun awalna mempertanyakeun tuhan teh aya teu, lamun aya naon dalil 
> akliahna 
>
> lamun teu aya naon dalil akliahna?
> 
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: Maman <manz2...@...>
> To: kisunda@yahoogroups.com
> Sent: Fri, August 13, 2010 8:03:56 AM
> Subject: Re: [kisunda] Fw: Ba'asyir dan Pemikiran Radikal
> 
> 
> Susah ngabuktikeun yen Ba'asyir terlibat terorisme sabab ngan "ngomporan" 
> wungkul. 
> 
> Leupas tina masalah terorisme, soal Khawarij terus Shiah, terus Sunny lamun
> ditilik tina sejarah na mah, ieu kajadian mangrupakeun campur adukna budaya 
> politik (demi memperebutkan tampuk kekuasaan) jeung agama(neangan Tuhan).
> Dugi ka Kadal Jangjangan oge masalah ieu moal aya tungtungna sabab Politik 
>jeung 
>
> Agama
> ampir mirip, dua-duana dina ngimplementasikeun nana ngamasalahkeun "what 
> ought 

> to be",
> "what should to be", naon anu sakuduna, naon anu sakedahna, keur diri 
> sorangan 

> khususna boh keur batur umumna. Ceuk ieu kitu, ceuk itu kieu. Lamun euweuh 
>titik 
>
> temuna nya perang tea, slih begalan tea, silih alungkeun bom tea. 
> 
> 
> Bisa aya tungtungna teu ? Bisa asal, nu ngaku diajar jeung memperdalam agama 
> ulah loba teuing macaan teks-2 agama bisi sasar, alusna mah tanyakeun we 
> heula, 
>
> saha Tuhan ?
> 
> 
> Baktos
> mz
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: Waluya <waluya2...@...>
> To: kisunda@yahoogroups.com; urangsu...@yahoogroups.com; 
> baraya_su...@yahoogroups.com
> Sent: Fri, August 13, 2010 8:25:32 PM
> Subject: [kisunda] Fw: Ba'asyir dan Pemikiran Radikal
> 
> 
> Panganteur: Kuring katarik ku artikel dihandap ieu, pedah eta lalajo 
> wawancara mantan Laskar Jihad Ja'far Umar Thalib dina Metro TV pasca 
> ditewakna Ba'asyir ku pulisi. Ustadz Ja'far nyebut ideologi Ba'asyir 
> "sesat", malah lamun teu salah mah diisebut Khawarij. Ngareungeu eta, 
> kuring jadi bingung naon atuh definisi Khawarij teh, tah kabeneran dina 
> artikel ieu diterangkeun. Duka leres henteuna mah, nyanggakeun we, sakadar 
> hayang babagi jeung baraya sadayana:
> 
> http://www.jawapos.co.id/halaman/index.php?act=detail&nid=149865
> 
> Ba'asyir dan Pemikiran Radikal
> [ Kamis, 12 Agustus 2010 ]
> 
> Oleh Yayan Sopyani Al Hadi
> 
> DALAM sebuah dialog di MetroTV (Selasa, 10/8), mantan Panglima Laskar Jihad 
> Ja'far Umar Thalib menyesatkan pemikiran-pemikiran radikal Amir Jamaah 
> Ansharut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'syir. Dia bersaksi, pola pikir yang 
> digunakan dan disebarkan Ba'asyir menggunakan logika takfir. Artinya, 
> mengafirkan orang di luar kelompoknya. Ja'far menyebut mantan amir Majelis 
> Mujahidin Indonesia (MMI) dan pengikutnya itu sebagai generasi Khawarij.
> 
> Dari pernyataan Ja'far tersebut, dapat ditarik dua kesimpulan sekaligus. 
> Pertama, Ja'far mengingatkan bahaya laten kelompok Khawarij yang doyan 
> mengafirkan pihak lain. Dalam sejarah awal Islam, Khawarij muncul ketika 
> terjadi pergolakan politik antara pemimpin Islam yang sah, Ali bin Abi 
> Thalib, dan pemberontak Mu'awiyyah bin Abi Sufyan.
> 
> Khawarij awalnya merupakan pendukung Imam Ali bin Abi Thalib. Namun, setelah 
> Imam Ali melakukan perjanjian dengan Muawiyyah, Khawarij menolak kesepakatan 
> damai (tahkim) tersebut dan keluar dari barisan Imam Ali. Khawarij berasal 
> dari kata kharaja yang berarti keluar.
> 
> Dengan menuduh melanggar hukum Tuhan, pengikut Khawarij membunuh Imam Ali 
> bin Abi Thalib dan bersembunyi di gurun-gurun pasir. Mereka melakukan 
> kekerasan terhadap umat Islam yang berbeda keyakinan dan pendapatnya. Tidak 
> jarang, tindakan mereka berakhir dengan pertumpahan darah.
> 
> Kelompok Khawarij mengklaim sebagai satu-satunya juru bicara Islam yang 
> paling otoriter dibanding kelompok lain. Mereka mengutuk kelompok yang 
> dianggap telah melenceng dan meleset dari fondasi agama yang benar. Mereka, 
> dengan mengungkapkan hak istimewa lebih tinggi yang didasarkan pada 
> kebenaran agama, membenarkan tuntutan agar etika yang berlaku dalam 
> kelompoknya ditingkatkan menjadi suatu moralitas bersama.
> 
> Mereka juga menuntut dogmanya dipaksakan dengan cara apa pun, temasuk 
> pembunuhan. Mereka berkeyakinan dan memastikan bahwa kebenaran agama yang 
> tunggal diturunkan dengan cara yang tidak bisa dipertanyakan.
> 
> Kaum Khawarij meyakini bahwa kebahagiaan dan kesempurnaan atau tujuan akhir 
> agama adalah monopoli satu golongan tertentu atau bisa dicapai dengan meniti 
> worldview (minhaj) dan the way of life (manhaj) kelompok tertentu. Kelompok 
> lain juga membawa hakikat dan kebenaran, tapi hanya ada satu pemahaman yang 
> membentangkan jalan kebahagiaan.
> 
> Penganut ajaran kelompok lain, dalam pandangan Khawarij, walaupun 
> keberagamaannya baik dan akhlaknya benar dalam sisi kemanusiaan, mereka 
> tetap tidak bisa selamat. Karena itu, untuk meraih keselamatan, mereka harus 
> meraih jalan sebagaimana yang ditempuh kelompok Khawarij.
> 
> Argumentasi Khawarij itu didukung teologi fatalistik (aqidah jabariyah) yang 
> menyatakan bahwa wajib mengimani Allah, tapi tidak berdasar akal. Kewajiban 
> tersebut penting karena Allah telah memerintah kita untuk mengenali-Nya 
> melaluinash. Corak pembuktian teologis itu menciptakan daur ulang yang tak 
> berujung (circular reason). Imanilah Tuhan karena Tuhan telah 
> memerintahkannya dalam nash. Padahal, kita tidak tahu siapakah Tuhan itu(?).
> 
> Berbeda dari aliran Syiah yang menganggap kewajiban mengimani Allah dan 
> menaati segala perintah-Nya adalah kerja akal. Pengenalan terhadap Tuhan 
> harus didasari dan diawali oleh nalar rasional (aql burhani).
> 
> Aliran teologi jabariyah menyatakan bahwa keselamatan hanya terdapat dalam 
> lingkup karunia dan Inayah Ilahi. Ada pun upaya manusia (kasb) untuk 
> mencapai keselamatan itu dianggap sia-sia dan tidak akan berhasil. Karena 
> itu, konsekuensi dari keselamatan tersebut adalah harus mengetahui 
> manifestasi sumber keselamatan.
> 
> Manifestasi itu hanya didapat dan hanya bisa diketahui dari pemahaman nash 
> yang tekstual. Tekstualisme merupakan episteme dengan metodologi pemikiran 
> tekstual-eksplanatif (bayani) yang menjadikan teks suci sebagai otoritas 
> penuh untuk memberikan arah dan arti kebenaran (Abed Al- Jabiry, 1991).
> 
> Para tekstualis itu memahami nash Alquran dan as-sunnah dengan berpegang 
> pada redaksi teks yang partikular dan terkurung pada lokalitas. Sementara 
> itu, akal, bagi mereka, hanya digunakan sebagai pengaman ototitas teks 
> tersebut. Karena itu, ketika berhadapan dengan teks lain atau pemahaman 
> terhadap teks yang berbeda, mereka mengambil sikap mental yang dogmatik, 
> defensif, dan apologetik. Begitu juga ketika berhadapan dengan the other 
> yang berwujud peradaban yang modern, kosmopolit, sekuler, rasional, dan 
> realitif, tindak kekerasan menjadi solusi terbaik bagi mereka untuk 
> menyelesaikan problem sosial.
> 
> Apakah ide Khawarij Ba'asyir sebagaimana yang disebutkan Ja'far berkaitan 
> dengan teror seperti yang ditudingkan Mabes Polri? Tentu, dugaan 
> keterlibatan Abu Bakar Ba'asyir dalam gerakan terorisme di Indonesia menjadi 
> wilayah kepolisian. Dengan catatan, polisi tidak bisa menghakimi 
> pemikiran-pemikiran Ba'asyir, sebagaimana tidak bisa mengadili keyakinan 
> seseorang. Yang menjadi wilayah kepolisian adalah tindakan seseorang yang 
> berakibat melanggar hukum.
> 
> Di sinilah letak tantangan bagi kepolisian. Jika kembali gagal membuktikan 
> keterlibatan Ba'asyir, integritas polisi dan pemerintah semakin luluh di 
> mata publik. Selain menimbulkan gejolak di masyarakat, kegagalan tersebut 
> akan menguatkan prasangka sebagian orang bahwa polisi diintervensi pihak 
> luar.
> 
> Kesimpulan kedua pernyataan Ja'far adalah terjadinya perbedaan pandangan di 
> antara sesama muslim tekstualis yang selama ini dikenal radikal. Tidak 
> jarang, perbedaan pemikiran tersebut berujung pada pertentangan dan konflik 
> internal. Hal itu menjadi bukti bahwa radikalisasi gerakan Islam yang 
> mengaku berdasar pada nash ternyata banyak faksi dan tidak monolitik.
> 
> Fakta tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada kelompok yang berhak mengaku 
> satu-satunya gerakan atau pembela Islam yang absah. Masih banyak wajah dan 
> warna Islam yang lain. Apalagi, gerakan Islam yang radikal bukanmainstream 
> di negeri ini.
> 
> Muhammadiyah dan NU, misalnya, menjadi cermin gerakan Islam yang menebarkan 
> kesejukan dan kedamaian serta diminati banyak orang. Dengan demikian, 
> menggeneralisasikan kaum muslim sebagai pelaku tindak kekerasan merupakan 
> kesalahan fatal. (*)
> 
> *) Yayan Sopyani Al Hadi, peneliti Pusat Studi Agama dan Peradaban/PSAP, 
> Jakarta
> 
> 
> _,_._,___
>





Kirim email ke