sumuhun Kang, numutkeun Ahmad Mansur Suryanegara na buku "Api Sejarah jilid 1", 
yen Prabu Siliwangi teh tos lebet Islam. Sabab teu mungkin urang Muslim 
ngawinkeun Muslimah kanu teu Islam. Mun sabalikna mah bisa. Ngan emang, dugi 
kiwari teu acan buktos arkeologis yen Prabu Siliwangi teh Muslim. 

Mangga nu sanesna, panginten aya nu gaduh data-data sajarah nu enggal sareng 
kiat secara metodologi sejarah. 

Abdi kantos maos jeung ngadangu nuju seminar Sunan Gunung Djati di Karaton 
Kasepuhan Cirebon, Prof Nina Herlina Lubis nyebatkeun yen wali "Sunan Gunung 
Djati" ge saurna mah tokoh fiktif sabab secara penelitian sejarah sareng 
arkeologis teu acan ngjentrekeun. almarhum Prof Ayatrohaedi langsung ngusulkeun 
aya pembongkoran makam sunan gunung djati sareng ditalungtik secara 
medis/otopsi tea asa na teh.
Tapi, kulawarga karaton teu ngatujuan.
 

www.ahmadsahidin.wordpress.com

--- Pada Jum, 27/8/10, Wilistya Redanta <wilistya.reda...@yahoo.co.id> menulis:

Dari: Wilistya Redanta <wilistya.reda...@yahoo.co.id>
Judul: Bls: [kisunda] Kisah Imam Ali bin Abi Thalib as dan Raden Kian Santang
Kepada: kisunda@yahoogroups.com
Tanggal: Jumat, 27 Agustus, 2010, 3:34 AM







 



  


    
      
      
      Sok atuh para ahli sejarah Sunda, geuning carita Kian Santang jadi kieu 
???Karunya teuing Prabu Siliwangi, dituduh kapir.   Moal mungkin anjeuna tiasa 
ngalamar Ratu Subang Larang mun teu Islam.   Tapi mun dituduh kapir oge teu 
kunanaon ketang, "apalah arti pengakuan manusia", Allah mah tetep wae nyaah ka 
anjeuna mah.   
--- Pada Sen, 23/8/10, Ahmad Sahidin <ahmadsahi...@ymail.com> menulis:

Dari: Ahmad Sahidin <ahmadsahi...@ymail.com>
Judul: [kisunda] Kisah Imam Ali bin Abi Thalib as dan Raden Kian Santang
Kepada: "ALTANWIR milis" <altan...@yahoogroups.com>, "Ki Sunda Milis" 
<kisunda@yahoogroups.com>, "SuaraHati"
 <suarah...@yahoogroups.com>
Tanggal: Senin, 23 Agustus, 2010, 8:25 AM















 
 



    
      
      
      salam...berikut ini ada sebuha ulasan tentang KianSantang, tokoh penyebar 
Islam di Jawa Barat.

Kian Santang ialah
tokoh tasawuf dari tanah sunda. tokoh ini dikisahkan oleh Raden
Cakrabuana (Pangeran Walangsungsang) saat menyebarkan ajaran Islam di
tanah Pasundan dan Cirebon. Beliau ialah putra dari Prabu Siliwangi dan
Nyai Subang Larang yang merupakan putri dari Syeikh Maulana Hasanudin
(Syeikh Kuro Krawang).

Raden Cakrabuana pergi meninggalkan
Pajajaran bersama adiknya yang bernama Rara Santang (Ibunda dari Sunan
Gunung Jati) dikarenakan perbedaan pemahaman agama dimana ayahnya
memeluk keyakinan menyembah Sang Hyang. Beliau bersama adiknya kemudian
mensyiarkan agama Islam dengan membuka perkampungan di pesisir utara
yang menjadi cikal bakal kerajaan Cirebon.

Legenda Kian Santang
diambil dari kisah nyata yang tertulis rapi pada perpustakaan kerajaan
Pajajaran. Dikisahkan bahwa Kian Santang ialah Putra Mahkota Sakti
bernama Gagak Lumayung yang dalam tataran sunda dan sekitarnya tidak
ada seorang pun mampu menandingi kesaktian ilmunya, hingga suatu saat
datang pasukan besar dari kerajaan Tang yang hendak menaklukan kerajaan
Tarumanegara. Namun berkat kehebatan Gagak Lumayung, pasukan tersebut
dapat dihancurkan dengan mudah. Semenjak itulah Gagak Lumayung disebut
sebagai Ki An Santang (Penakluk Pasukan Tang).

Dalam legenda,
dikisahkan karena kesaktiannya yang luar biasa dan tanpa tanding. suatu
saat Kian Santang pun rindu menyaksikan darah menetes dari tubuhnya.
Dalam sebuah pertapaan dia mendapat wangsit bahwa disebuah tempat di
tanah Arab terdapat seseorang bernama Ali yang mampu mengalahkannya,
bahkan ilmu yang dimiliki oleh Kian Santang tak sampai seujung kuku
bila dibandingkan dengan ilmu dari pria tersebut. Akhirnya dia pun
berniat untuk mendatangi sendiri pria tersebut. ditanyakannya kemana
arah tanah Arab untuk kemudian dia tuju. dikisahkan bahwa saking
saktinya Kian Santang. ia mampu berpindah tempat secepat angin. tak
berapa lama sampailah ia di pesisir tanah Arab.

Sesampainya di
tanah Arab, dia bertemu seorang kakek tua renta yang ramah berpakaian
usang dan tubuh yang kering. dengan gagahnya Kian Santang bertanya
dimana tempat tinggal Ali dan bercerita tentang maksud kedatangannya.
dengan senang hati sang kakek mengantar Kian Santang menuju rumah
kediaman Ali dengan langkah tergopoh - gopoh karena usia lanjut. dengan
tidak sabar Kian Santang berjalan mengikuti langkah sang kakek menempuh
jarak yang jauh menuju kediaman Ali.

Setelah mereka sampai
didepan pintu rumah Ali, sang kakek akhirnya teringat bahwa ia telah
meninggalkan tongkat kesayangannya dan akhirnya bersedih. karena puas
dengan jasa sang kakek, akhirnya Kian Santang menawarkan dirinya untuk
mengambilkan tongkat sang kakek yang tertinggal di tempat pertama
mereka bertemu.

Dalam sekejap Kian Santang sampai di depan
tongkat batang kayu sang kakek yang tertancap di atas tanah tempat
mereka berbincang sebelumnya. Tentunya tongkat kayu yang terlihat rapuh
itu dengan santainya ia coba raih dengan sebelah tangan, namun ternyata
tongkat tersebut menancap kuat kedalam tanah, tak mau dianggap remeh
oleh sang kakek, Kian Santang pun mengeluarkan jurus - jurus saktinya
untuk mengeluarkan tongkat tersebut dari genggaman tanah. namun segala
daya dan upaya yang dikerahkan Kian Santang tak membuahkan hasil,
tongkat tersebut tetap berdiri tak bergetar meski telah ditarik atau
dipaksa keluar. akhirnya ia mengeluarkan seluruh kemampuan dan
tenaganya yang tersisa dan mengeluarkan ilmunya yang paling sakti
hingga darahpun menggantikan keringatnya keluar dari bulih - bulih
kulit di sekujur tubuhnya hingga tak sadar bahwa ternyata kakek tua itu
sudah berada disampingnya, Kian Santang pun kaget dan berhenti. kakek
itu pun akhirnya bercerita bahwa ialah yang bernama Ali. setelah sadar
bahwa tongkatnya pun tak bisa ia taklukkan, apalagi jika sampai ia
berhadapan dengan pemiliknya. Kian Santang pun menyerah pada sang
kakek. Setelah membaca kalimat Syahadat yang diajarkan oleh Ali
kepadanya Kian Santang pun akhirnya dapat mencabut tongkat tersebut
dari atas tanah.

Kisah tersebut diatas dikisahkan oleh pangeran
Cakrabuana sebagai media dakwah dan penyebaran islam di bumi Cirebon
sehingga sampai sekarang banyak yang mengira bahwa pangeran Cakrabuana
lah sosok Kian Santang tersebut. bahkan sebagian orang menganggap bahwa
Kian Santang ialah adik dari pangeran Cakrabuana dan kakak dari Rara
Santang.

Raden Walangsungsang mengambil kisah ini dari
perpustakaan kerajaan pajajaran dengan pertimbangan karena kisah itu
mirip dengan kisah hidupnya sendiri dimana Kian Santang setelah pulang
dari arab dia ingin mengislamkan ayahnya yaitu Prabu Purnawarman namun
di tolaknya sehingga Kian Santang memilih meninggalkan istana dan
tahtanya untuk dia berikan untuk adiknya yaitu Darmayawarman Begitu
pula Raden Walang Sungsang yang pernah merantau ke Arab dan menikahkan
adiknya Rara Santang dengan saudara anak sepupu darinya, pernikahan
berlangsung di mesir, dari pernikahan ini lahirlah Raden Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
www.ahmadsahidin.wordpress.com


    
     



 








    
     

    
    


 



  





Kirim email ke