Masih ada "intervensi" Invisible Hand !
jsujanto
----- Original Message -----
From: ез <[EMAIL PROTECTED]>
To: Kuli Tinta <[EMAIL PROTECTED]>
Cc: <[EMAIL PROTECTED]>
Sent: 09 October 1999 22:19 PM
Subject: [Kuli Tinta] Fw: Blunder Poros Tengah


> Sebagai bahan pembanding analisis Bung Mawardi dan Bung Yap,
> berikut saya forward analisis dari seorang teman di diskusi sara.
> Ketiga analisis ini agak berbeda dengan analisis para pakar yang
> sering muncul di media masa.
>
> Dalam hal ini, saya mempunyai pendapat yang berbeda diantara
> mereka. Bagi saya justru kendali itu dipegang oleh interseksi
> antara Golkar dan ICMI.
>
> Kini, satu-satunya kekuatan yang mungkin merekatkan  kekuatan
> partai-partai Islam (di luar PKB) ke dalam Poros Tengah hanya
> ICMI. Seperti kita telah mengetahui bahwa Gus Dur agak alergi
> sejak awal dengan ICMI. Itulah sebabnya, terobosan untuk
> menjagokan Gus Dur itu mengikuti  teori Bubur Panas yang saya
> dengar pertama kali justru dari AR sendiri dalam sebuah
> perjalanan ke JKT secara kebetulan. Teori itu ia sebut untuk
> menjelaskan fenomena maraknya KKN dan konglomerat di Indonesia
> yang berciri dekat dengan kekuasaan.
>
> Menurut AR, teori Bubur Panas menjelaskan bahwa kalau orang makan
> Bubur Panas pasti akan mulai dari pinggir yang dingin. Namun itu
> terlalu lama dan tidak efektif. Oleh karena itu, langsung makan
> yang di tengah meskipun panas adalah cara yang paling efektif.
> Mempengaruhi PKB melalui para Santri Sarungan yang dipinggir
> apalagi Muhaimin, Agil, Matori, atau Kofifah jelas tidak akan
> efektif atau bahkan kemungkinan besar gagal. Kini, setelah Gus
> Dur terpegang maka yang lain mulai "nggregeli" atau kehilangan
> pegangan.
>
> Namun demikian, Pencalonan Gus Dur itu justru memecah  Poros
> Tengah dalam pencalonan Presiden.  Sebagian dari mereka jelas
> lebih berpihak kepada BJH. Inilah mungkin yang dimaksud sebagai
> blunder oleh Bung Peristiwa E. Pemunculan tiga calon itu seperti
> telah dilkalkulasi oleh Bung Yap memang akan membuat
> masing-masing Calon tidak akan memenuhi 351 suara. Invisible hand
> jelas diharapkan untuk memenangkan salah satu.
>
> Disamping itu, kelemahan pemeriintahan BJH membuat interseksi itu
> juga menjadi faktor penentu yang tidak bisa memaksakan permainan
> zero sum games. Apalagi Prof Harun dalam Dibalik Berita SCTV
> dengan tegas mengatakan dan menegaskan berulangkali bahwa
> kekuasaan BJH sebagai Presiden telah melampaui wewenang MPR dalam
> penawaran opsi kepada Timtim. Disampig itu, dialog di SCTV sore
> ini antara Umar Juoro dan Sinambela juga menjadi puzzle informasi
> mengenai kemungkiinan perpecahan pencalonan BJH di tubuh Golkar.
> Oleh karena itu, kolaborasi harus dilakukan dan, lagi, peluang
> itu hanya mungkin di Poros Tengah, UD, dan UG yang direkat oleh
> ICMI yang memiliki tradisi organisasi militan. Saya teringat
> ucapan Departmen Of Foreign Affairs nya Bung Yap(DFA) yang
> mengatakan bahwa kekuatan Poros Tengah dan Golkar akan semakin
> solid bila calonya Mega dan Habibie. Apa yang mungin membuat
> mereka semakin solid? Tujuan reformasi atau negara ini? Rapat
> ICMI yang dijurubicarai oleh Parni Hardi mengenai BJH sebagai
> calon terbaik menjadi sebuah indikator.  Mungkin, faktor-faktor
> inilah yang menjadi dasar optimisme AM Saefudin mengenai
> kemenangan Habibie sebagai Presiden.
>
> Golkar tidak mungkin bisa memenangkan BJH sendirian, namun ICMI
> seperti hasil putusan rapatnya tidak mungkin pula untuk
> melicinkan jalan BJH ke kursi RI 1 tanpa Golkar. Perpecahan suara
> di tubuh Golkar besar kemungkinan sudah diperhitungkan dan oleh
> karena itu perlu ditambal oleh kekuatan lain yang mungkin direkat
> yaitu Poros Tengah, UD, dan UG. Oleh karena itu, seandainya BJH
> nanti menduduki RI - 1 maka itu merupakan kepandaian ICMI dan
> Golkar.
>
> Dengan realita politik seperti itu, saya melihat bahwa siapapun
> diantara Mega dan Habibie yang akan naik ke RI -1 mungkin akan
> memunculkan ketidakseimbangan (unstable equilibrium). Mungkin
> karena alasan itu, Gus Dur tetap ngotot untuk tetap mencalonkan
> diri sebagai Capres dan tidak akan mengundurkan diri seperti
> diperkirakan banyak orang. Bagi pendukung Mega kemunculan Gus Dur
> tidak begitu menyengat karena Gus Dur selama ini dikenal dekat
> dengan Mega (KKG sudah mulai menyiratkan), sedang bagi pendukung
> Habibie kemunculan Gus Dur juga tidak menyengat karena PDIP lebih
> ditengarai sebagai kelompok abangan, dan bagi yang ABH atau Asal
> Bukan Habibie (seperti Edi Sudradjat) kemunculan Gus Dur telah
> memenuhi keinginan mereka.
>
> Masihkan kita berharap kemunculan invisible hand?
>
> salam
> ез
>
>
> ----- Original Message -----
> From: Pristiwa E. <[EMAIL PROTECTED]>
> To: Multiple recipients of list <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: 08 October 1999 04:17
> Subject: Blunder Poros Tengah
>
>
>
> Menarik juga mencermati SU-MPR yang rupanya makin seru!
>
> Disini terlihat kepiawaian politik tingkat tinggi, dan sepertinya
> juga ada
> pengaruh 'invisible-hand'. Entah intuisi saya benar atau tidak,
> rasanya
> kesempatan Megawati untuk menjadi Presiden RI ke-4 belum pernah
> sebesar
> sekarang ini. Soal jadi atau tidaknya, saya tidak tahu.
>
> Alasannya simpel, dengan tidak adanya mayoritas tunggal maka
> SU-MPR mau
> tidak mau akan menjadi ajang pembagian kekuasaan para peraih
> suara-suara
> besar di Pemilu. Dan entah disadari atau tidak, inilah yang
> sedang terjadi.
> Amin Rais dari poros tengah (alias poros ABM/'Asal Bukan Mega')
> sudah dapat
> kursi ketua MPR. Lalu Akbar Tanjung sudah dipersilahkan PDI-P
> untuk
> menduduki kursi ketua DPR. Rupanya ini strategi tingkat tinggi
> dari PDI-P.
> Akibat dari manuver itu sekarang posisi strategis yang tertinggal
> hanyalah
> kursi Presiden, yang mau tidak mau paling pantas diberikan kepada
> PDI-P.
>
> Habibi rasanya nggak usah dibahas, kemungkinan akan keok pada
> saat
> pertanggungjawaban. Beban kasus Bank Bali dan Timor-Timur akan
> sulit
> diatasi, belum lagi kasus Soeharto.
>
> Lalu bagaimana dengan Gus Dur? Sudah bukan rahasia kalau dalam
> hal politik
> Gus Dur sulit dipegang langkah dan ucapannya. Kemungkinan besar
> dia akan
> mundur beberapa saat sebelum pemilihan presiden, sama seperti
> ketika
> pemilihan calon ketua MPR. Ini bukan tanpa alasan yang kuat. Gus
> Dur
> menyadari benar realitas yang ada. Dengan kearifannya tentu Gus
> Dur dapat
> mengetahui bahwa rakyat kebanyakan akan sulit memahami kenyataan
> politik
> yang terjadi jika tidak satupun posisi strategis yang ada
> dipegang oleh
> PDI-P (yang secara de-facto sesungguhnya adalah pemenang Pemilu).
> Jika itu
> yang terjadi maka di mata rakyat yang terlihat adalah kelicikan
> dan
> kerakusan para elit politik. Juga Gus Dur tentunya sadar apa yang
> akan
> terjadi dalam masa pemerintahannya jika PDI-P berbalik menjadi
> oposisi yang
> sangat efektif akibat rasa sakit hati atas pengkhianatan politik
> yang mereka
> alami. Ini situasi yang amat tidak menguntungkan bagi seluruh
> bangsa, banyak
> hal buruk yang dapat terjadi.
>
> Terlepas dari begitu kuatnya dukungan dari poros tengah, dan
> belakangan juga
> dari PKB sendiri, Gus Dus tidak akan sulit dan sungkan-sungkan
> untuk
> mengatakan 'tidak'. Kemungkinan besar Gus Dur menyadari betul
> kalau
> posisinya yang paling baik saat ini adalah menjadi ketua DPA
> untuk
> mengangkat kembali wibawa lembaga tersebut setelah sekian lama
> diketuai oleh
> dakocan (Sudomo) dan badut (Baramuli). Saya rasa untuk saat ini
> tidak ada
> orang yang layak untuk menjadi ketua DPA selain Gus Dur.
>
> Jadi sekarang yang siap-siap menyesali keadaan adalah kelompok
> poros tengah.
> Setelah berbagai usaha dan isu-isu yang dilontarkan gagal,
> kemungkinan besar
> kepiawaian dan kelicikan mereka dalam arena SU-MPR masih tidak
> cukup untuk
> menjegal Megawati. Dari sudut etika politik, mereka tidak bisa
> berbuat
> apa-apa jika Megawati menjadi presiden, karena pembagian
> kekuasaan yang
> terjadi sudah cukup baik.
>
>
> Salam,
>
> Pristiwa E.
> -----------
>
>
>
> ______________________________________________________________________
> Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI
> dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
> Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
> Keluar: [EMAIL PROTECTED]
>
> Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>


______________________________________________________________________
Untuk bergabung atau keluar dari Milis, silakan LAKUKAN SENDIRI 
dengan mengirim e-mail kosong ke alamat;
Bergabung: [EMAIL PROTECTED]
Keluar: [EMAIL PROTECTED]

Sambut MASA DEPAN BARU Indonesia!










Kirim email ke