Senja di tengah hiruk pikuknya kota Jakarta. Lalu lalang kendaraan apa saja dengan berebutan mengarah pada tujuan masing-masing. Deru mesin yang memekakkan telinga mengalahkan suara orang mengaji di mesjid2 baik dari kaset dengan tartil yang sangat indah sampai pada suara anak-anak yang mengaji apa adanya.
Di rumah-rumah di setel televisi dengan acara akademia yang mengundang selera cinta dunia dengan segala impiannya. Anak-anak muda, orang dewasa muda bahkan kelompok anak-anak ramai menonton di depan telivisi kepunyaan sendiri dengan mulut komat kamit mengiringi nyanyian si penyanyi yang sedang berlatih di akademia. Mereka tampak sangat antusias, sangat menikmati sampai-sampai lupa bahwa waktu merambat akan memasuki gerbang maghrib. Mungkin saja mereka memang tidak shalat maghrib karena mereka bukan muslim, atau bisa saja mereka para wanita yang sedang mendapat halangan tidak melaksanakan ibadah maghrib. Di kota besar kadang memang sulit membedakan antara muslim dengan yang bukan muslim. Senja ini aku sengaja menyetir agak pelan sambil membuka kaca jendela, ingin ku dengar suara shalawat dan mengaji para qori. Aku pasang telinga pada frekwensi 50 hz dan memasang separator suara supaya aku dapat menikmati bacaan al quran dengan baik. Suara orang mengaji ini melayangkan ingatan ku kembali ke masa silam. Masa kanak-kanak ketika belajar mengaji di surau. Sungguh satu masa yang indah menurutku..... Seolah seperti dalam gerbong waktu, aku berada di era 70-an ketika setiap menjelang maghrib surau kami selalu mengalunkan suara membaca alquran dengan tartil yang sangat bagus, tidak dari kaset tapi dari remaja kampung kami. Demikian pula suara azan mereka yang sangat memukau ketika menyentuh selaput gendang telinga ku, bahkan bacaan imam yang membuat khusu' ibadah maghrib. Para remaja, orang tua, anak2 biasanya berdatangan ke surau dengan gaya jalan masing-masing. Anak2 dengan tingkah polahnya yang terkadang membuat geram orang tua yang merasa terhalang jalannya. Variabel waktu ternyata sangat signifikan dalam membuat suatu perubahan dalam konteks ini. Tujuh puluhan suara microphon menjelang maghrib tidak membuat para pendengarnya menjelang maghrib terganggu;dua ribuan suara yang sama kadang membuat protes pendengarnya. Tujuh puluhan tua, muda dan anak2 seperti berlomba ke surau untuk melaksanakan ibadah maghrib dengan berbagai tujuan; dua ribuan tua, muda dan anak2 didepan televisi komat kamit mengiringi pujaannya dengan tujuan masing-masing. Variabel waktu memang akan selalu mengadakan perubahan-perubahan. T Rahyussalim ____________________________________________________ Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://groups.or.id/mailman/options/rantau-net ____________________________________________________