Uda Akmal dan sanak sapalanta,

Saya mencoba melihat dari sisi lain. 

Pertama bukankah nabi hanya menyampaikan? Dan Allah-lah yg menggerakkan hati 
manusia apakah ia mau revert atau convert.

Kedua, bila seisi jagat raya kafir pun tidak berkurang keagungan اَللّهُ. 
My point dari dua hal ini adalah kita tidak dibiasakan/diajarkan mengajak orang 
revert. Karena agresif-nya umat nasrani meng-convert non-nasrani maka mekanisme 
yang cenderung kita kembangkan adalah semacam howto argue when facing such 
attempts.

Kita bukan satu2nya sasaran kristenisasi. Oleh karena itu teknik mereka menjadi 
sangat beragam. Misalnya di Jepang, banyak anak muda kalo kesulitan berdoa di 
kuil shinto atau budha tetapi kalo xmass mereka merayakan dgn gegap gempita 
walau tanpa menganut agama kristen. Dari ini perlahan tapi pasti tinggal di 
panen saja di Jepang.

Ketiga sejarah menuliskan dengan darah ketika umat Islam 'aktif mengislamkan'. 
Akhir2 ini pun Rohingya pun jadi korban. Saya baca bahwa pendeta Budha 
mengkhawatirkan Burma menjadi seperti Indonesia yang dulu negara Budha terbesar 
kini Islam. Apakah kita mau memulai babak baru pertumpahan darah?

Seingat saya kalangan kampus di barat, at least di Amerika yang saya tahu, 
sekolah2 teologi kristiani belajar metode2 mutakhir meng-convert kelompok 
masyarakat. Metode2 ini jadi bahan disertasi, thesis dan penelitian yg terus 
berkesinambungan.

Akhir kata agar lebih fokus mengapa kita tidak melakukan seperti yang mereka 
lakukan. Minimum membangun lembaga kajian "howto revert non-muslim the 
rahmatanlilalamin way"? 

Kita bisa mulai dengan mempelajari para reverts pra dan paska 9/11. Dengar2 di 
Italia dan Eropa Islam berkembang dgn baik meski tidak ada study2 atau program 
terencana sehingga parlemen merasa perlu melarang penyebaran Islam, jilbab dll. 
Kita bisa menggunakan zakat kita utk mendanai penelitian antropologis, 
sosiologis, atau logis2 yang lainnya.

Saya aktif mengajak org bikin sekolah yang mengembalikan kejayaan keilmuan 
Islam karena profesi saya sebagai konsultan pengembangan sekolah unggulan. 
Berikut kekhawatiran saya lebih dari pada kristenisasi. Ini hanya bbrp contoh 
dari banyak hal yg bisa terjadi di masa dpn.

1. Gelatin hanya dapat dibuat dari babi dan sapi. Sewaktu saya bekerja pada 
produsen makanan terbesar di dunia, saya mengetahui hampir 100% makanan modern 
menggunakan gelatin agar kenyal, mengkilat, tidak menempel di gigi dll. Rasanya 
hingga saat ini belum ada negara muslim yg mampu memproduksi gelatin sapi. 
Bahkan negara non-muslim yg menghasilkan gelatin sapi tidak memotongnya secara 
halal. Ini sebabnya makanan di Malaysia yg menggandung gelatin adalah haram.

2. Coba lihat di Ted.com ceramah-nya Mitchel Joachim "why grow homes?" Bisa 
juga di Youtube dgn keyword yang sama. Idenya menarik membangun rumah dgn 
rangka dari pohon hidup. Tetapi dindingnya yg adaptif terhadap suhu dan cuaca 
dikembangkan dari cell babi in vitro. Wow, sooner or later anak cucu kita 
sholat di dalam rumah dgn dinding dari cell babi.

3. Sebuah tes psikologi MMPI RF2 (Minnesota Multi Phasic Inventory Released 
Format 2) dibangun dari membandingkan jawaban2 org sakit jiwa dengan org sehat. 
Salah satu context pertanyaannya adalah "apakah anda pernah dan sering 
memikirkan kematian?" Sebagai org muslim yg diajarkan utk selalu ingat mati 
kita akan menjawab ya. Padahal jawaban itu akan memicu indikasi antisocial dan 
beberapa pathology kejiwaan lainnya. Dan MMPI RF2 adalah alat test standar yg 
ditetapkan depkes RI utk seleksi pegawai negeri, naik pangkat, dan anggota 
legislatif. Bayangkan berapa banyak umat Islam tidak terjaring bila demikian. 
Untungnya sejak org yg mengusulkannya pensiun (nasrani) alat test ini tidak 
banyak dipakai karena kurang sosialisasi. Tetapi ybs mendirikan lembaga 
psikologi yg memberikan pelatihan penggunaan alat ini di berbagai perusahaan. 
Saya pernah ikut pelatihannya. 

Ok, point kedua saya adalah bila kita tidak segera memperkuat pendidikan anak2 
kita dengan membuat mereka kembali menjadi ilmuwan2 ternama international di 
berbagai bidang kita akan menggali kuburan kita sendiri.

So who's with me?

Rgds.
Jaha Nababan, L40, Jatiasih Suku Jambak

NB: saya menulis "Tantangan Sekolah Islam di Masa Depan" di majalah Generasi 
milik Mizan Amanah edisi september. Kira2 itulah poin-nya. In Syaa اَللّهُ 
bulan oktober akan saya buat sambungannya.
Sent from not so-smart-phone

-- 
.
* Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain 
wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet~ 
* Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email.
===========================================================
UNTUK DIPERHATIKAN, yang melanggar akan dimoderasi:
* DILARANG:
  1. Email besar dari 200KB;
  2. Email attachment, tawarkan & kirim melalui jalur pribadi; 
  3. Email One Liner.
* Anggota WAJIB mematuhi peraturan (lihat di http://goo.gl/MScz7) serta 
mengirimkan biodata!
* Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting
* Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply
* Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti 
subjeknya.
===========================================================
Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: 
http://groups.google.com/group/RantauNet/
--- 
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "RantauNet" dari Grup 
Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim 
email ke rantaunet+berhenti berlangga...@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

Kirim email ke