[iagi-net-l] ugm sttnas belum ndaftar - Re: Student Program: Rig Visit to Cepu
mohon bantuan, mungkin ada rekan2 yg dapat memberitahu para mahasiswa geologi di ugm dan sttnas (keduanya di yogya) utk segera mendaftarkan diri mengikuti kegiatan ini? setiap kampus di yogya dan jatim/surabaya, diharapkan utk mengirimkan 5 mahasiswa. apabila peserta kurang dari 30, maka jatah kampus yg tidak mengirimkan mahasiswanya, akan segera diberikan kepada kampus yg sudah mendaftar utk menambah jatah lebih dari 5 orang tsb. pendaftaran ke sekretariat ipa ([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED] atau telpon/fax.). salam, syaiful *perwakilan iagi utk acara 'rig visit of students: introduction to wellsite geology' 30 jan - 1 peb 2005m di cepu, jateng - Forwarded by Mohammad Syaiful/ID00038/ENI-LASMO-INDONESIA/ENI/IT on 01/25/2005 08:18 AM - Rini Kusumastuti To: [EMAIL PROTECTED] cc: et.id Subject: For your info: sampai pagi ini dari UGM STTNAS belum ada pendaftar sama sekali. CONFIDENTIALITY AND DISCLAIMER NOTICE: This message and any attached files may contain information that is confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the intended recipient. If you are not the intended recipient, please notify the sender immediately and delete the message. In any case the Company dissacociates from any statement or opinion contained in the message sent by its network which are not closely related to its activities. - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
[iagi-net-l] Apa Kabar dengan Earthquake Lights ?
Sebuah paper lama, tahun 1932, tulisan T. Terada, dari Bulletin of the Earthquake Research Institute, vol. 9, hal. 226-255, berjudul On Luminous Phenomena Accompanying Eartquakes menimbulkan kegemparan tersendiri pada zamannya dan menghasilkan sebuah istilah di kalangan ilmuwan pengamat gempa sebagai earthquake lights Fenomena misterius earthquake lights secara sederhana bisa kita artikan sebagai efek-efek cahaya (a.l. berwarna putih) yang nampak secara jelas dan menyolok, di luar normal (abnormal), yang keluar dari permukaan Bumi beberapa saat sebelum terjadi gempa. Kebetulan, yang dilaporkan akan penampakan2 itu (ah, seperti dunia lain saja...) adalah gempa2 bermagnitudo besar (M 7.0). Disebutkan, kejadian2 itu banyak dilaporkan di China, Amerika, dan Eropa. Saya tidak bisa menggali lebih dalam informasinya karena tidak punya paper tulisan Terada (1932) itu. Tulisan ini hanya didasarkan kepada sebuah artikel di Geosurvey Newsletter P3G Bandung, vol. 9, no. 30, hal. 327, tahun 1977, yang merujuk kepada paper Terada (1932). P. Hedervari, orang Hongaria, dari Research Group on Planetary and Geophysical Volcanology, punya hubungan baik dengan P3G di Bandung saat itu. Dan, melalui artikelnya itu, dia mengundang para ilmuwan Indonesia untuk mengamati atau mencatat laporan2 yang berhubungan dengan penampakan earthquake lights. Bersamaan dengan itu, gejala2 hewan yang aneh menjelang gempa terjadi dimintakan diamati juga. Semuanya ini untuk kepentingan riset internasional prediksi gempa. Maka, setelah lebih dari 25 tahun undangan Hedervari itu dilayangkan, bagaimana kemajuan riset penampakan earthquake lights ? Saya tak punya referensi yang lebih baru tentang itu. Kalau ini gejala2 misterius, memang tak dapat diharapkan digali secara detail dari buku2 geologi gempa, barangkali. Tetapi, pasti ada referensi2 terbaru tentang ini. Kalau benar ada, tidak jarang pesan2 alam disampaikan secara tersandikan, kita sekarang menyebutnya misteri. Terada dan Hedervari tidak tahu apa penyebab earthquake lights, tetapi mereka sendiri pernah melihatnya. Benarkah sebuah misteri...? Salam, awang - Do you Yahoo!? Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'
Re: [iagi-net-l] Apa Kabar dengan 'Earthquake Lights' ?
Bahwa sesuatu yang luar biasa akan terjadi sebelum gerak alam muncul adalah hal yang memang terjadi. Adanya sinar yang luar biasa muncul sebelum ada gempa memang rada aneh. Perlu diteliti apakah ini benar ! Kalau iya , sebagai ilmuwan kita wajib mencoba menerangkan dengan kaidah ilmu yang kita miliki. Misteri itu adalah akan tetap menjadi misteri bagi orang yang tidak tahu, dan akan menjadi lebih dimengerti kalau kta sudah tahu. Any way , sangat menarik ya !~ Si Abah. Sebuah paper lama, tahun 1932, tulisan T. Terada, dari Bulletin of the Earthquake Research Institute, vol. 9, hal. 226-255, berjudul On Luminous Phenomena Accompanying Eartquakes menimbulkan kegemparan tersendiri pada zamannya dan menghasilkan sebuah istilah di kalangan ilmuwan pengamat gempa sebagai earthquake lights Fenomena misterius earthquake lights secara sederhana bisa kita artikan sebagai efek-efek cahaya (a.l. berwarna putih) yang nampak secara jelas dan menyolok, di luar normal (abnormal), yang keluar dari permukaan Bumi beberapa saat sebelum terjadi gempa. Kebetulan, yang dilaporkan akan penampakan2 itu (ah, seperti dunia lain saja...) adalah gempa2 bermagnitudo besar (M 7.0). Disebutkan, kejadian2 itu banyak dilaporkan di China, Amerika, dan Eropa. Saya tidak bisa menggali lebih dalam informasinya karena tidak punya paper tulisan Terada (1932) itu. Tulisan ini hanya didasarkan kepada sebuah artikel di Geosurvey Newsletter P3G Bandung, vol. 9, no. 30, hal. 327, tahun 1977, yang merujuk kepada paper Terada (1932). P. Hedervari, orang Hongaria, dari Research Group on Planetary and Geophysical Volcanology, punya hubungan baik dengan P3G di Bandung saat itu. Dan, melalui artikelnya itu, dia mengundang para ilmuwan Indonesia untuk mengamati atau mencatat laporan2 yang berhubungan dengan penampakan earthquake lights. Bersamaan dengan itu, gejala2 hewan yang aneh menjelang gempa terjadi dimintakan diamati juga. Semuanya ini untuk kepentingan riset internasional prediksi gempa. Maka, setelah lebih dari 25 tahun undangan Hedervari itu dilayangkan, bagaimana kemajuan riset penampakan earthquake lights ? Saya tak punya referensi yang lebih baru tentang itu. Kalau ini gejala2 misterius, memang tak dapat diharapkan digali secara detail dari buku2 geologi gempa, barangkali. Tetapi, pasti ada referensi2 terbaru tentang ini. Kalau benar ada, tidak jarang pesan2 alam disampaikan secara tersandikan, kita sekarang menyebutnya misteri. Terada dan Hedervari tidak tahu apa penyebab earthquake lights, tetapi mereka sendiri pernah melihatnya. Benarkah sebuah misteri...? Salam, awang - Do you Yahoo!? Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term' - To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED] Visit IAGI Website: http://iagi.or.id IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED]) Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED]) Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED]) Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED]) Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED]) -
[iagi-net-l] Tsunamigenic Earthquake or Non-Tsunamigenic Earthquake (Gempa Aceh vs. Palu)
Belum sebulan berlalu, dua bencana gempa melanda Indonesia : gempa dan tsunami di Aceh - Sumatra Utara 26 Desember 2004 dan gempa Palu 24 Januari 2005. Yang di Aceh - Sumut begitu besar kekuatan (laporan yang banyak dikutip M = 8,9), cakupan wilayah (Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Timur), dan korban tewas dan korban2 ikutannya. Setahu saya, inilah bencana dengan korban tewas terbesar yang pernah melanda Indonesia. Selama ini, kita selalu pegang angka 36.000 korban tewas untuk erupsi dan tsunami Krakatau 1883 atau 91.000 korban tewas untuk erupsi Tambora 1815. Sekarang, angka korban tewas itu dilampaui gempa-tsunami Aceh-Sumut yang sampai kemarin oleh MetroTV dilaporkan telah dievakuasikan sebanyak 96.000 korban tewas, angka sebenarnya pasti lebih dari itu... Gempa di wilayah Palu kemarin merusak sekitar 100 rumah (detik.com hari ini), gempa berkekuatan M = 6.2, tidak dilaporkan tsunami terjadi walau Palu berada di ujung Teluk Palu yang sempit bagai lembah, tidak dilaporkan terjadi korban tewas. Dua kejadian ini barangkali membuat kita berpikir : bagaimana gempa yang dapat membangkitkan tsunami (tsunamigenic earthquake) dan bagaimana gempa yang tidak dapat membangkitkan tsunami (non-tsunamigenic earthquake). Masyarakat di luar geologist pun sudah banyak yang bertanya. Dua bencana geologi yang berturut2 terjadi di Indonesia ini sedikit banyak akan membuat masyarakat terhubung ke geologi. Sesedih dan separah apapun bencana, ia masih menyisakan pelajaran buat siapa pun. Gempa Aceh dan Gempa Palu banyak berbeda dalam karakteristiknya. Yang Aceh terjadi berhubungan dengan zone subduksi antar lempeng, ini akan memberikan mekanisme penyesaran (focal mechanism) thrusting atau normal fault. Kalau terjadi di laut, dan kekuatannya besar, runtuhnya blok lapisan batuan karena pematahan vertikal ini tentu akan menggerakkan kolom air laut di atasnya. Hasil akhirnya adalah tsunami, sejauh parameter oseanografi dan morfologi pantai di sekitarnya mengizinkan itu terjadi. Yang Palu terjadi berhubungan dengan Sesar Palu (Palu-Koro; Palu-Matano Fault Zone), ini akan memberikan focal mechanism strike-slip, gerak lateral tanpa gerak vertikal yang berarti. Episentrum di darat, 16-20 km tenggara Palu, tidak menimbulkan tsunami di Teluk Palu, ia hanya membuka sedikit celah di trace Palu-Koro, maka keluarlah mata air panas yang sekarang di wilayah tenggara Palu tengah jadi objek wisata dadakan (ini menjadi bukti juga bahwa gempa membuka migrasi subsurface fluid - suatu pelajaran buat petroleum geology, sesar aktif bergerak menggerakkan fluida). Jadi, bagaimanakah tsunamigenic earthquake itu ? Secara teoretis, adalah : (1) pusat gempa di dasar laut, (2) gempa dangkal ( sekitar 40 km depth), (3) bermagnitudo besar ( sekitar M 6,5), (4) mempunyai tipe pematahan batuan (focal mechanism) sesar naik atau sesar turun. Statistik tsunami di Indonesia (secara dominan) menunjukkan keempat parameter ini berlaku. Penyimpangan terhadap teori ? Selalu bisa saja terjadi, alam tak pernah bisa dimengerti 100 % bukan ? Yah..Indonesia memang nasibnya dipagari zone subduksi dan dikawal strike-slip faults besar2. Melingkar dipagari subduksi Sunda, subduksi Banda, subduksi Papua Utara, subduksi Halmahera, subduksi Sulawesi Utara; dikawal Sumatra Fault, Rembang-Madura-Kangean-Sakala Fault, Lupar-Adang-Walanae-Sumba Fault/Fracture, Sorong-Sula Fault, dan Palu-Koro-Matano Fault. Di situlah : homes of earthquakes hypo/epicenters. Wajar saja kalau setiap tahun di Indonesia rata-rata terjadi 460 gempa dengan magnitudo rata-rata M 4,0 (data 1900-1990). Indonesia is sleeping with earthquake ! Salam, awang - Do you Yahoo!? Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'