[iagi-net-l] ugm sttnas belum ndaftar - Re: Student Program: Rig Visit to Cepu

2005-01-24 Terurut Topik mohammad . syaiful
mohon bantuan, mungkin ada rekan2 yg dapat memberitahu para mahasiswa
geologi di ugm dan sttnas (keduanya di yogya) utk segera mendaftarkan diri
mengikuti kegiatan ini?

setiap kampus di yogya dan jatim/surabaya, diharapkan utk mengirimkan 5
mahasiswa. apabila peserta kurang dari 30, maka jatah kampus yg tidak
mengirimkan mahasiswanya, akan segera diberikan kepada kampus yg sudah
mendaftar utk menambah jatah lebih dari 5 orang tsb. pendaftaran ke
sekretariat ipa ([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED] atau
telpon/fax.).

salam,
syaiful
*perwakilan iagi utk acara 'rig visit of students: introduction to wellsite
geology'
30 jan - 1 peb 2005m di cepu, jateng

- Forwarded by Mohammad Syaiful/ID00038/ENI-LASMO-INDONESIA/ENI/IT on
01/25/2005 08:18 AM -

   
Rini   
   
Kusumastuti To:
   
[EMAIL PROTECTED]   cc:
   
et.id   Subject:   
   

   

   

   




For your info: sampai pagi ini dari UGM  STTNAS belum ada pendaftar sama
sekali.










CONFIDENTIALITY AND DISCLAIMER NOTICE:
This message and any attached files may contain information that is
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the
intended recipient. If you are not the intended recipient, please notify
the sender immediately and delete the message. In any case the Company
dissacociates from any statement or opinion contained in the message sent
by its network which are not closely related to its activities.



-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



[iagi-net-l] Apa Kabar dengan Earthquake Lights ?

2005-01-24 Terurut Topik Awang Satyana
Sebuah paper lama, tahun 1932, tulisan T. Terada, dari Bulletin of the 
Earthquake Research Institute, vol. 9, hal. 226-255, berjudul On Luminous 
Phenomena Accompanying Eartquakes menimbulkan kegemparan tersendiri pada 
zamannya dan menghasilkan sebuah istilah di kalangan ilmuwan pengamat gempa 
sebagai earthquake lights
 
Fenomena misterius earthquake lights secara sederhana bisa kita artikan sebagai 
efek-efek cahaya (a.l. berwarna putih) yang nampak secara jelas dan menyolok, 
di luar normal (abnormal), yang keluar dari permukaan Bumi beberapa saat 
sebelum terjadi gempa. Kebetulan, yang dilaporkan akan penampakan2 itu (ah, 
seperti dunia lain saja...) adalah gempa2 bermagnitudo besar (M  7.0). 
Disebutkan, kejadian2 itu banyak dilaporkan di China, Amerika, dan Eropa.
 
Saya tidak bisa menggali lebih dalam informasinya karena tidak punya paper 
tulisan Terada (1932) itu. Tulisan ini hanya didasarkan kepada sebuah artikel 
di Geosurvey Newsletter P3G Bandung, vol. 9, no. 30, hal. 327, tahun 1977, yang 
merujuk kepada paper Terada (1932). P. Hedervari, orang Hongaria, dari Research 
Group on Planetary and Geophysical Volcanology, punya hubungan baik dengan P3G 
di Bandung saat itu. Dan, melalui artikelnya itu, dia mengundang para ilmuwan 
Indonesia untuk mengamati atau mencatat laporan2 yang berhubungan dengan 
penampakan earthquake lights. Bersamaan dengan itu, gejala2 hewan yang aneh 
menjelang gempa terjadi dimintakan diamati juga. Semuanya ini untuk kepentingan 
riset internasional prediksi gempa.
 
Maka, setelah lebih dari 25 tahun undangan Hedervari itu dilayangkan, bagaimana 
kemajuan riset penampakan earthquake lights ? Saya tak punya referensi yang 
lebih baru tentang itu. Kalau ini gejala2 misterius, memang tak dapat 
diharapkan digali secara detail dari buku2 geologi gempa, barangkali. Tetapi, 
pasti ada referensi2 terbaru tentang ini.
 
Kalau benar ada, tidak jarang pesan2 alam disampaikan secara tersandikan, kita 
sekarang menyebutnya misteri.  Terada dan Hedervari tidak tahu apa penyebab 
earthquake lights, tetapi mereka sendiri pernah melihatnya. Benarkah sebuah 
misteri...?
 
Salam,
awang


-
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'

Re: [iagi-net-l] Apa Kabar dengan 'Earthquake Lights' ?

2005-01-24 Terurut Topik yrsnki

  Bahwa sesuatu yang luar biasa akan terjadi sebelum gerak alam muncul
  adalah hal yang memang terjadi.
  Adanya sinar yang luar biasa muncul sebelum ada gempa memang rada
  aneh. Perlu diteliti apakah ini benar ! Kalau iya , sebagai ilmuwan
  kita wajib mencoba menerangkan dengan kaidah ilmu yang kita miliki.

  Misteri itu adalah akan tetap menjadi misteri bagi orang yang tidak
  tahu, dan akan menjadi lebih dimengerti kalau kta sudah tahu.

  Any way , sangat menarik ya !~

  Si  Abah.

  Sebuah paper lama, tahun 1932, tulisan T. Terada, dari Bulletin of the
 Earthquake Research Institute, vol. 9, hal. 226-255, berjudul On Luminous
 Phenomena Accompanying Eartquakes menimbulkan kegemparan tersendiri pada
 zamannya dan menghasilkan sebuah istilah di kalangan ilmuwan pengamat
 gempa sebagai earthquake lights

 Fenomena misterius earthquake lights secara sederhana bisa kita artikan
 sebagai efek-efek cahaya (a.l. berwarna putih) yang nampak secara jelas
 dan menyolok, di luar normal (abnormal), yang keluar dari permukaan Bumi
 beberapa saat sebelum terjadi gempa. Kebetulan, yang dilaporkan akan
 penampakan2 itu (ah, seperti dunia lain saja...) adalah gempa2
 bermagnitudo besar (M  7.0). Disebutkan, kejadian2 itu banyak dilaporkan
 di China, Amerika, dan Eropa.

 Saya tidak bisa menggali lebih dalam informasinya karena tidak punya paper
 tulisan Terada (1932) itu. Tulisan ini hanya didasarkan kepada sebuah
 artikel di Geosurvey Newsletter P3G Bandung, vol. 9, no. 30, hal. 327,
 tahun 1977, yang merujuk kepada paper Terada (1932). P. Hedervari, orang
 Hongaria, dari Research Group on Planetary and Geophysical Volcanology,
 punya hubungan baik dengan P3G di Bandung saat itu. Dan, melalui
 artikelnya itu, dia mengundang para ilmuwan Indonesia untuk mengamati atau
 mencatat laporan2 yang berhubungan dengan penampakan earthquake lights.
 Bersamaan dengan itu, gejala2 hewan yang aneh menjelang gempa terjadi
 dimintakan diamati juga. Semuanya ini untuk kepentingan riset
 internasional prediksi gempa.

 Maka, setelah lebih dari 25 tahun undangan Hedervari itu dilayangkan,
 bagaimana kemajuan riset penampakan earthquake lights ? Saya tak punya
 referensi yang lebih baru tentang itu. Kalau ini gejala2 misterius, memang
 tak dapat diharapkan digali secara detail dari buku2 geologi gempa,
 barangkali. Tetapi, pasti ada referensi2 terbaru tentang ini.

 Kalau benar ada, tidak jarang pesan2 alam disampaikan secara tersandikan,
 kita sekarang menyebutnya misteri.  Terada dan Hedervari tidak tahu apa
 penyebab earthquake lights, tetapi mereka sendiri pernah melihatnya.
 Benarkah sebuah misteri...?

 Salam,
 awang


 -
 Do you Yahoo!?
  Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'



-
To unsubscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
To subscribe, send email to: [EMAIL PROTECTED]
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Deddy Sebayang([EMAIL 
PROTECTED])-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi([EMAIL PROTECTED])
Komisi Karst : Hanang Samodra([EMAIL PROTECTED])
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo([EMAIL PROTECTED])
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin([EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius([EMAIL PROTECTED])
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono([EMAIL PROTECTED])
-



[iagi-net-l] Tsunamigenic Earthquake or Non-Tsunamigenic Earthquake (Gempa Aceh vs. Palu)

2005-01-24 Terurut Topik Awang Satyana
Belum sebulan berlalu, dua  bencana gempa melanda Indonesia : gempa dan tsunami 
di Aceh - Sumatra Utara 26 Desember 2004 dan gempa Palu 24 Januari 2005. 
 
Yang di Aceh - Sumut begitu besar kekuatan (laporan yang banyak dikutip M = 
8,9), cakupan wilayah (Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Timur), dan korban 
tewas dan korban2 ikutannya. Setahu saya, inilah bencana dengan korban tewas 
terbesar yang pernah melanda Indonesia. Selama ini, kita selalu pegang angka 
36.000 korban tewas untuk erupsi dan tsunami Krakatau 1883 atau 91.000 korban 
tewas untuk erupsi Tambora 1815. Sekarang, angka korban tewas itu dilampaui 
gempa-tsunami Aceh-Sumut yang sampai kemarin oleh MetroTV dilaporkan telah 
dievakuasikan sebanyak 96.000 korban tewas, angka sebenarnya pasti lebih dari 
itu...
 
Gempa di wilayah Palu kemarin merusak sekitar 100 rumah (detik.com hari ini), 
gempa berkekuatan M = 6.2, tidak dilaporkan tsunami terjadi walau Palu berada 
di ujung Teluk Palu yang sempit bagai lembah, tidak dilaporkan terjadi korban 
tewas.
 
Dua kejadian ini barangkali membuat kita berpikir : bagaimana gempa yang dapat 
membangkitkan tsunami (tsunamigenic earthquake) dan bagaimana gempa yang tidak 
dapat membangkitkan tsunami (non-tsunamigenic earthquake). Masyarakat di luar 
geologist pun sudah banyak yang bertanya.  Dua bencana geologi yang berturut2 
terjadi di Indonesia ini sedikit banyak akan membuat masyarakat terhubung ke 
geologi. Sesedih dan separah apapun bencana, ia masih menyisakan pelajaran buat 
siapa pun.
 
Gempa Aceh dan Gempa Palu banyak berbeda dalam karakteristiknya. 
 
Yang Aceh terjadi berhubungan dengan zone subduksi antar lempeng, ini akan 
memberikan mekanisme penyesaran (focal mechanism) thrusting atau normal fault. 
Kalau terjadi di laut, dan kekuatannya besar, runtuhnya blok lapisan batuan 
karena pematahan vertikal ini tentu akan menggerakkan kolom air laut di 
atasnya. Hasil akhirnya adalah tsunami, sejauh parameter oseanografi dan 
morfologi pantai di sekitarnya mengizinkan itu terjadi. 
 
Yang Palu terjadi berhubungan dengan Sesar Palu (Palu-Koro; Palu-Matano Fault 
Zone), ini akan memberikan focal mechanism strike-slip, gerak lateral tanpa 
gerak vertikal yang berarti. Episentrum di darat, 16-20 km tenggara Palu, tidak 
menimbulkan tsunami di Teluk Palu, ia hanya membuka sedikit celah di trace 
Palu-Koro, maka keluarlah  mata air panas yang sekarang di wilayah tenggara 
Palu tengah jadi objek wisata dadakan (ini menjadi bukti juga bahwa gempa 
membuka migrasi subsurface fluid - suatu pelajaran buat petroleum geology, 
sesar aktif bergerak menggerakkan fluida).
 
Jadi, bagaimanakah tsunamigenic earthquake itu ? Secara teoretis, adalah : (1) 
pusat gempa di dasar laut, (2) gempa dangkal ( sekitar 40 km depth), (3) 
bermagnitudo besar ( sekitar M 6,5), (4) mempunyai tipe pematahan batuan 
(focal mechanism) sesar naik atau sesar turun. Statistik tsunami di Indonesia 
(secara dominan) menunjukkan keempat parameter ini berlaku. Penyimpangan 
terhadap teori ? Selalu bisa saja terjadi, alam tak pernah bisa dimengerti 100 
% bukan ? 
 
Yah..Indonesia memang nasibnya dipagari zone subduksi dan dikawal strike-slip 
faults besar2. Melingkar dipagari subduksi Sunda, subduksi Banda, subduksi 
Papua Utara, subduksi Halmahera, subduksi Sulawesi Utara; dikawal Sumatra 
Fault, Rembang-Madura-Kangean-Sakala Fault, Lupar-Adang-Walanae-Sumba 
Fault/Fracture, Sorong-Sula Fault, dan Palu-Koro-Matano Fault. Di situlah : 
homes of earthquakes hypo/epicenters. Wajar saja kalau setiap tahun di 
Indonesia rata-rata terjadi 460 gempa dengan magnitudo rata-rata M  4,0 (data 
1900-1990).
 
Indonesia is sleeping with earthquake !
 
Salam,
awang


-
Do you Yahoo!?
 Yahoo! Search presents - Jib Jab's 'Second Term'