Re: [iagi-net-l] 'tufa' bukan 'tuff' (was: Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia)

2008-11-14 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Pak Moelyono Purbo menyusun kamus geologi bahasa Indonesia itu tentu resmi 
dalam tugasnya di Direktorat Geologi.
Pada waktu itu tidak ada seminar-seminar atau forum-forum mengenai itu, ya 
Pak Moelyono Purbo dianggap authority mengenai hal itu, dan tidak ada 
mailing list IAGI untuk memprotesnya.
Saya pernah diskusi dengan beliau, tetapi beliau selalu mengatakan kalau 
tidak setuju ya tidak usah digunakan.
Tetapi kemudian kelihatannya di Direktorat Geologi dan Departemen 
Pertambangan menjadi wajib untuk menggunakanannya.

Begitu ceritanya.
RPK
- Original Message - 
From: mohammad syaiful [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, November 14, 2008 8:42 AM
Subject: [iagi-net-l] 'tufa' bukan 'tuff' (was: Mari Kita Terus Belajar 
Bahasa Indonesia)




Terimakasih, pak Koesoema.

Karena agak sedikit penasaran, pagi ini saya coba buka beberapa
referensi yg ada di rumah:

1) Ternyata di dalam 'Oxford Advanced Learner's Dictionary' (7th
Edition), kata 'tufa' maupun 'tuff' tidak ada (yg termuat adalah
'Tuesday' kemudian langsung 'tuft' (halaman 1647).

2) Hal yg sama di dalam kamus karangan John M. Echols dan Hassan
Shadily (baik yg Kamus Inggris - Indonesia maupun Kamus Indonesia -
Inggris).

3) Di dalam 'A Dictionary of Geology' (D.G.A Whitten dan J.R.V Brooks,
1976/reprinted), di halaman 457 ada kata 'Tufa' yg diminta merujuk ke
kata lainnya 'Calc tufa' dan persis di bawahnya ada kata 'Tuff' yg
diminta merujuk ke kata lainnya 'Pyroclastic rocks'.

Saya kira utk 'pyroclastic rocks' cukup jelas bagi kebanyakan rekan.
Di halaman 66, saya temukan 'Calc tufa' (catatan: bukan 'Calc. tufa'
alias tidak pakai tanda titik setelah 'calc') yg penjelasannya cukup
panjang sekitar satu halaman. Saya kutipkan definisi awalnya saja:
Calc tufa. A general name for deposits of CaCO3 formed by deposition
from solutions of calcium bicarbonate, Ca(HCO3)2: .

4) Masih penasaran, saya buka Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga, Depdiknas, Balai Pustaka). Di halaman 1215, saya temukan di
baris paling atas, kata 'tufa' yg aslinya didefinisikan sbb: 'batuan
yg mengedap dr sumber air panas' (asli, dituliskan 'yg' dan 'dr').
Tidak ada penjelasan lainnya.

5) Iseng-iseng, buka juga deh Kamus Kata-kata Serapan Asing dalam
Bahasa Indonesia (J.S. Badudu), yg ternyata tidak memuat kata 'tufa'
maupun 'tuff'.

Nah, bisa ditarik kesimpulan, bukan? Memang bisa tersesat...

Yg selanjutnya menjadi keingin-tahuan saya, dulu ketika pak Mulyono
Purbo membuat kamusnya, apakah memang hanya ide pribadi, ataukah sudah
juga didiskusikan di dalam lingkup yg lebih luas semisal PIT IAGI?
Mungkin pak Koesoema dapat memberikan penjelasan.

Saya juga sedang berpikir, apakah IAGI perlu mengangkat masalah
'bahasa' ini di dalam suatu forum khusus?

salam dari mbogor,
syaiful

2008/11/14 R.P.Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]:
Karena istilah 'tufa' itu dalam bahasa Inggris berarti endapan 
'travertine'

- Original Message - From: mohammad syaiful
[EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, November 14, 2008 5:45 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia



Terus-terang, dalam beberapa hal, saya sependapat dengan pak Koesoema.
Mohon penjelasan, mengapa terjemahan 'tufa' dari 'tuff' dianggap
menyesatkan?

Terimakasih dan salam,
syaiful

2008/11/13 R.P.Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]:


Saya yang kurang setuju dengan istilah2 geologi yang diciptakan Pak
Mulyono
Purbo, karena akan mempersulit untuk menghafalnya, bahkan dapat
menyesatkan.
Contoh tuff diterjemahkan menjadi tufa, menyesatkan. Dalam bahasa
Malaysia
yang ingin memelayukan istilah2 geologi bisa terjadi lucu: graben
diterjemahkan 'lurah tergelincir', padahal graben sendiri adalah 
berasal
dari bahasa Jerman, orang Inggris saja tidak menterjemahkannya. 
Sebaiknya

istilah-istilah geologi dicari dari bahasa Latin yang diindonesiakan,
karena
lafal bahasa Latin tidak terlalu jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.
Istilah geologi bahasa Inggris banyak menggunakan istilah Latin yang
diinggriskan, apalagi dalam bahasa Perancis. Beruntunglah ilmu biologi
yang
secara konsisten menggunakan istilah2 Latin, walapun di'italic'kan.
RPK
- Original Message - From: Awang Satyana
[EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: Geo Unpad [EMAIL PROTECTED]; Forum HAGI
[EMAIL PROTECTED]; Eksplorasi BPMIGAS
[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, November 13, 2008 4:34 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia


Iya Pak Untung, terima kasih untuk mengingatkan. Tetapi dalam KBBI 
(Kamus

Besar Bahasa Indonesia) itu pun, terdapat 24 orang ahli penyumbang
istilah
keilmuan. M.M. Purbo-Hadiwidjojo tercatat di dalam kamus tersebut 
sebagai

penyumbang istilah-istilah geologi.

Namun demikian, bila kita ingin tahu lebih banyak tentang
peng-Indonesia-an
istilah-istilah geologi, apa yang diingatkankan Pak Untung adalah 
tepat.

Pak
Purbo pernah menerbitkan dua buku tentang istilah-istilah geologi dalam
bahasa Indonesia, baik sebagai 

Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-14 Terurut Topik R.P.Koesoemadinata
Kalau 'reimbursement' diternjemahkan jadi apa? Saya kira ada perbedaan 
pengertian antara 'reimbursement' dengan 'cost recovery'

RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, November 14, 2008 8:04 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus 
Belajar Bahasa Indonesia



Pak Koesoema,

recovery sebagai pemulihan lebih sesuai dalam bidang kesehatan, bila 
diterjemahkan sebagai pemulihan biaya terkesan harafiah. Kalau mengenai 
keuangan, tentu kita akan melihat lingkungan katanya (konteks), maka 
pengembalian biaya atau penggantian biaya saya pikir lebih mengena sebab 
penggantian dan pengembalian berada dalam konteks keuangan. Penerjemahan 
cost recovery sebagai penggantian/pengembalian biaya telah umum 
digunakan.


salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, R.P.Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: R.P.Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus 
Belajar Bahasa Indonesia

To: iagi-net@iagi.or.id
Date: Thursday, November 13, 2008, 10:17 PM

Cost recovery lebih tepat diterjemahkan menjadi pemulihan biaya
RPK
- Original Message - From: Awang Satyana
[EMAIL PROTECTED]
To: Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
[EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id; 'Geo
Unpad' [EMAIL PROTECTED]; 'Eksplorasi
BPMIGAS' [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, November 13, 2008 5:26 PM
Subject: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar
Bahasa Indonesia


Pak Muharram,

Keinginan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa wajib investasi migas 
di

Indonesia (misalnya menggunakannya sebagai bahasa resmi dan tunggal kontrak
migas) selalu bersinggungan secara tajam dengan keinginan lain menarik 
investor
mancanegara yang berbahasa Inggris. Akhirnya, bahasa wajib investasi migas 
di

Indonesia menggunakan dwibahasa : bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Bila
terjadi multitafsir atas bahasa kontrak, maka prioritas diberikan kepada
pengkalimatan dalam bahasa Indonesia. Namun, sayang sekali sampai saat ini
bahasa Indonesia belum berdaulat dalam bahasa kontrak, masih dikalahkan 
bahasa

Inggris.

Dalam surat-menyurat kepada BPMIGAS, para Kontraktor wajib menggunakan dua
bahasa dalam surat-suratnya. BPMIGAS akan menjawab surat-surat tersebut 
dalam
bahasa Indonesia saja. Kontraktor yang hanya menggunakan bahasa Inggris 
dalam

suratnya kepada BPMIGAS akan diminta mengubahnya menggunakan dua bahasa.

Kemampuan berbahasa Indonesia para pejabat asing di bidang migas masih 
minimal,
sebagian dapat memahami pembicaraan dalam bahasa Indonesia, terutama yang 
punya

istri/suami orang Indonesia. Memang kepada mereka tidak diwajibkan mampu
berbahasa Indonesia saat mereka datang ke Indonesia. Beberapa dari antara 
mereka
mengambil kursus bahasa Indonesia. Semacam TOEFL tetapi untuk bahasa 
Indonesia

mestinya dilakukan kepada para mahasiswa asing yang mengambil seolah
pascasarjana di Indonesia. Tetapi untuk bekerja, setahu saya belum ada 
aturan

tersebut.

Cost recovery dapat dipadankan dengan penggantian biaya
atau pengembalian biaya

salam,
awang

--- On Thu, 11/13/08, Muharram J. Panguriseng [EMAIL PROTECTED]
wrote:

From: Muharram J. Panguriseng [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa 
Indonesia

To: 'Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia'
[EMAIL PROTECTED], iagi-net@iagi.or.id, 'Geo Unpad'
[EMAIL PROTECTED], 'Eksplorasi BPMIGAS'
[EMAIL PROTECTED]
Date: Thursday, November 13, 2008, 4:01 PM








Saya sangat tertarik dengan ungkapan Pak Awang, “Bila semua orang Indonesia
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, dapat dibayangkan betapa akan 
semakin
majunya bahasa nasional kita”. Sayangnya sebagian besar komunitas 
geoscientist

kurang “PD” berbahasa Indonesia atas nama “go international”, bahkan
dalam kondisi mayoritas disuatu forum. Ketika ada orang “bule” datang
presentasi ke kantor kita, walau pesertanya 100% Warga Negara Indonesia 
terpaksa
forum diskusi itu terlaksana dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. 
Harusnya
kita paksa mereka berbahasa Indonesia ketika mau cari makan di Indonesia 
(?).


Apa yang harus kita lakukan sebagai anak bangsa (meminjam istilah Pak Amin
Rais) untuk menyiasati kondisi ini?
Sekedar jadi provokator, ketika kita melamar kerja keluar negeri tentu kita
harus mempunyai skor TOEFL tertentu. Barangkali BPMIGAS dapat menerapkan 
aturan
yang sama bagi pekerja asing yang akan bekerja di PSC dalam wilayah 
kedaulatan
Republik Indonesia, yang notabene gajinya dibayar dengan cost recovery. 
Untuk

istilah cost recovery yang dikeluarkan BPMIGAS padanan katanya dalam bahasa
Indonesia apa ya ? He he he …


Terima kasih  Salam,

--mjp--



From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf 
Of

Awang Satyana
Sent: Thursday, November 13, 2008 2:32 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad; Forum HAGI; Eksplorasi BPMIGAS
Subject: Re: [Forum-HAGI] 

Re: [iagi-net-l] 'tufa' bukan 'tuff' (was: Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia)

2008-11-14 Terurut Topik mohammad syaiful
Terimakasih, pak Koesoema, atas penjelasannya. Tampaknya suatu waktu
perlu diadakan temu-darat oleh IAGI utk membahas masalah ini.

Salam dari Tebet/Jakarta yg sedang hujan deras dengan guntur yg cukup
menggelegar,
syaiful

2008/11/14 R.P.Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]:
 Pak Moelyono Purbo menyusun kamus geologi bahasa Indonesia itu tentu resmi
 dalam tugasnya di Direktorat Geologi.
 Pada waktu itu tidak ada seminar-seminar atau forum-forum mengenai itu, ya
 Pak Moelyono Purbo dianggap authority mengenai hal itu, dan tidak ada
 mailing list IAGI untuk memprotesnya.
 Saya pernah diskusi dengan beliau, tetapi beliau selalu mengatakan kalau
 tidak setuju ya tidak usah digunakan.
 Tetapi kemudian kelihatannya di Direktorat Geologi dan Departemen
 Pertambangan menjadi wajib untuk menggunakanannya.
 Begitu ceritanya.
 RPK
 - Original Message - From: mohammad syaiful


-- 
Mohammad Syaiful - Explorationist, Consultant Geologist
Mobile: 62-812-9372808
Emails:
[EMAIL PROTECTED] (business)
[EMAIL PROTECTED]

Technical Manager of
Exploration Think Tank Indonesia (ETTI)


serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...

ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
* mungkin di semarang
* mungkin pula di solo
* mungkin juga join dg HAGI dll.
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



RE: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia

2008-11-14 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Koesoema,
 
Baik cost recovery maupun cost reimbursement keduanya diterjemahkan sebagai 
penggantian biaya atau pengembalian biaya di dalam praktis migas. Di dalam 
kontrak migas, kata reimbursement dipakai dalam pengembalian pajak yang telah 
dibayarkan. 
 
Persoalannya bukan pada bahasa Indonesia, tetapi pada bahasa Inggris. Recovery 
bersifat umum, sedangkan reimbursement lebih berfokus kepada finansial yaitu 
pembayaran kembali  atau penggantian untuk pengeluaran uang. Cost recovery 
dalam hal ini berarti didapatnya kembali biaya yang telah dikeluarkan. 
Didapatnya kembali = recovery. Agak janggal bila diterjemahkan pemulihan 
biaya sebab pada praktiknya adalah penggantian atau pengembalian biaya.
 
Salam,
awang
 
-Original Message-
From: R.P.Koesoemadinata [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, November 14, 2008 4:16 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus Belajar 
Bahasa Indonesia
 
Kalau 'reimbursement' diternjemahkan jadi apa? Saya kira ada perbedaan
pengertian antara 'reimbursement' dengan 'cost recovery'
RPK
- Original Message -
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, November 14, 2008 8:04 AM
Subject: Re: [iagi-net-l] Re: [Forum-HAGI] [iagi-net-l] Mari Kita Terus
Belajar Bahasa Indonesia
 
 
Pak Koesoema,
 
recovery sebagai pemulihan lebih sesuai dalam bidang kesehatan, bila
diterjemahkan sebagai pemulihan biaya terkesan harafiah. Kalau mengenai
keuangan, tentu kita akan melihat lingkungan katanya (konteks), maka
pengembalian biaya atau penggantian biaya saya pikir lebih mengena sebab
penggantian dan pengembalian berada dalam konteks keuangan. Penerjemahan
cost recovery sebagai penggantian/pengembalian biaya telah umum
digunakan.
 
salam,
awang


  

RE: [iagi-net-l] 'tufa' bukan 'tuff' (was: Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia)

2008-11-14 Terurut Topik Awang Satyana
Meskipun demikian, Pak Moelyono Purbo adalah satu-satunya geologiwan (ini 
istilah Pak Moelyono juga) yang telah duduk di komisi istilah bahasa Indonesia 
dari tahun 1950-an dalam rangka mencari padanan istilah teknis beberapa ilmu 
tertentu. Nama Pak Moelyono juga masih tercantum sebagai satu-satunya 
geologiwan penyumbang istilah-istilah geologi dalam Kamus Besar Bahasa 
Indonesia edisi IV yang menurut rencana Pusat Bahasa akan terbit akhir tahun 
ini.
 
Seperti Pak Koesoema, saya juga punya beberapa istilah temuan Pak Moelyono yang 
tak nyaman dipakai sebab salah kaprah atau tak cocok dengan aslinya (misalnya 
kasus tufa untuk tuf). tuffaceous sebagai pencampur abu gunungapi harus 
diterjemahkan sebagai tufan, bukan tufaan. Tetapi, hanyalah pak Moelyono yang 
konsisten selama puluhan tahun mencari padanan istilah2 Indonesia untuk 
istilah2 geologi. Dan saya yakin, bahwa Pak Moelyono lebih banyak menggunakan 
waktunya untuk mengutak-atik istilah geologi dibandingkan keahlian yang 
sesungguhnya sebagai geohydrologist. Publikasinya tentang peristilahan geologi 
lebih banyak dibandingkan publikasinya tentang geohidrologi atau geoteknik.
 
Beberapa kesalahan memang sudah seharusnya diperbaiki.
 
Salam,
awang
 
-Original Message-
From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, November 14, 2008 4:31 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] 'tufa' bukan 'tuff' (was: Mari Kita Terus Belajar 
Bahasa Indonesia)
 
Terimakasih, pak Koesoema, atas penjelasannya. Tampaknya suatu waktu
perlu diadakan temu-darat oleh IAGI utk membahas masalah ini.
 
Salam dari Tebet/Jakarta yg sedang hujan deras dengan guntur yg cukup
menggelegar,
syaiful
 
2008/11/14 R.P.Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]:
 Pak Moelyono Purbo menyusun kamus geologi bahasa Indonesia itu tentu resmi
 dalam tugasnya di Direktorat Geologi.
 Pada waktu itu tidak ada seminar-seminar atau forum-forum mengenai itu, ya
 Pak Moelyono Purbo dianggap authority mengenai hal itu, dan tidak ada
 mailing list IAGI untuk memprotesnya.
 Saya pernah diskusi dengan beliau, tetapi beliau selalu mengatakan kalau
 tidak setuju ya tidak usah digunakan.
 Tetapi kemudian kelihatannya di Direktorat Geologi dan Departemen
 Pertambangan menjadi wajib untuk menggunakanannya.
 Begitu ceritanya.
 RPK


  

RE: [iagi-net-l] 'tufa' bukan 'tuff' (was: Mari Kita Terus Belajar Bahasa Indonesia)

2008-11-14 Terurut Topik Semimbar, Habash (hbsemim)
Saya juga sering disalahkan kalau menulis : Esplorasi, Eskursi, oleh 
teman-teman yang relatif lebih muda yang mungkin belum mengenal Pak Mulyono 
Purbo.  Kalau teman2 yang relatif lebih sepuh mungkin masih banyak yang tahu 
mengenai peristilahan tersebut atau mungkin juga kadang-kadang lupa.

Habash 

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Friday, November 14, 2008 4:54 PM
To: IAGI
Subject: RE: [iagi-net-l] 'tufa' bukan 'tuff' (was: Mari Kita Terus Belajar 
Bahasa Indonesia)

Meskipun demikian, Pak Moelyono Purbo adalah satu-satunya geologiwan (ini 
istilah Pak Moelyono juga) yang telah duduk di komisi istilah bahasa Indonesia 
dari tahun 1950-an dalam rangka mencari padanan istilah teknis beberapa ilmu 
tertentu. Nama Pak Moelyono juga masih tercantum sebagai satu-satunya 
geologiwan penyumbang istilah-istilah geologi dalam Kamus Besar Bahasa 
Indonesia edisi IV yang menurut rencana Pusat Bahasa akan terbit akhir tahun 
ini.
 
Seperti Pak Koesoema, saya juga punya beberapa istilah temuan Pak Moelyono yang 
tak nyaman dipakai sebab salah kaprah atau tak cocok dengan aslinya (misalnya 
kasus tufa untuk tuf). tuffaceous sebagai pencampur abu gunungapi harus 
diterjemahkan sebagai tufan, bukan tufaan. Tetapi, hanyalah pak Moelyono yang 
konsisten selama puluhan tahun mencari padanan istilah2 Indonesia untuk 
istilah2 geologi. Dan saya yakin, bahwa Pak Moelyono lebih banyak menggunakan 
waktunya untuk mengutak-atik istilah geologi dibandingkan keahlian yang 
sesungguhnya sebagai geohydrologist. Publikasinya tentang peristilahan geologi 
lebih banyak dibandingkan publikasinya tentang geohidrologi atau geoteknik.
 
Beberapa kesalahan memang sudah seharusnya diperbaiki.
 
Salam,
awang
 
-Original Message-
From: mohammad syaiful [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Friday, November 14, 2008 4:31 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] 'tufa' bukan 'tuff' (was: Mari Kita Terus Belajar 
Bahasa Indonesia)
 
Terimakasih, pak Koesoema, atas penjelasannya. Tampaknya suatu waktu perlu 
diadakan temu-darat oleh IAGI utk membahas masalah ini.
 
Salam dari Tebet/Jakarta yg sedang hujan deras dengan guntur yg cukup 
menggelegar, syaiful
 
2008/11/14 R.P.Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]:
 Pak Moelyono Purbo menyusun kamus geologi bahasa Indonesia itu tentu 
 resmi dalam tugasnya di Direktorat Geologi.
 Pada waktu itu tidak ada seminar-seminar atau forum-forum mengenai 
 itu, ya Pak Moelyono Purbo dianggap authority mengenai hal itu, dan 
 tidak ada mailing list IAGI untuk memprotesnya.
 Saya pernah diskusi dengan beliau, tetapi beliau selalu mengatakan 
 kalau tidak setuju ya tidak usah digunakan.
 Tetapi kemudian kelihatannya di Direktorat Geologi dan Departemen 
 Pertambangan menjadi wajib untuk menggunakanannya.
 Begitu ceritanya.
 RPK


  


serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...

ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
* mungkin di semarang
* mungkin pula di solo
* mungkin juga join dg HAGI dll.
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



[iagi-net-l] Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua

2008-11-14 Terurut Topik Awang Satyana
Pengiriman ulang.
 
salam,
awang

--- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI [EMAIL PROTECTED], Geo Unpad 
[EMAIL PROTECTED], Eksplorasi BPMIGAS [EMAIL PROTECTED]
Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM







Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga 
bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil’s Peak, Table Mountain, dan Lion’s 
Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan 
Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja, 
salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan Capetown. 
Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan 
oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling 
banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para 
pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan 
kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang 
ganas,  tetapi  raja Portugal  menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) 
–Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke 
wilayah tropika. 
  
Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika 
Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih 
melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke Los Angeles. 
Baru kali ini saya hendak ke Afrika. ”Ke Afrika ? Jauh sekali.”, seru orang 
yang bertanya kepada saya dua minggu lalu. Sebenarnya, pergi ke Afrika dari 
Jakarta justru lebih dekat dibandingkan dengan kalau kita pergi ke Amerika. 
Terbang dari Singapura ke Johannesburg, pesawat diatur agar terbang dengan 
azimuth yang lurus terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra Hindia di antara 
Sumatra dan Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada Desember 2004, gelombang 
tsunami dari utara Simeulue pernah melintasi jarak yang sama dari Sumatra ke 
Afrika dalam beberapa jam saja. 
  
Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah sana. 
Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada waktu di 
Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah timur Afrika 
Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap mendatangi pulau ini 
untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan Afrika bagian barat. Pesawat 
mendarat di Johannesburg pada pagi hari. Akhirnya, saya menginjak benua Afrika, 
sebuah benua dengan keunikan tersendiri. 
  
Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan  terbang dari 
Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak terbang terlalu tinggi. 
Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat pemandangan di bawah : pegunungan 
lipatan dan tinggian-tinggian pegunungan masif di bagian selatan Afrika Selatan 
yang diapit Samudra Hindia di sebelah selatan dan Karoo Plato/Basin di sebelah 
utaranya.  Jalur pegunungan lipatan ini dalam peta-peta tektonik regional 
disebut Cape Fold Belt. 
  
Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan antara 
Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang sangat 
spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di sini, di 
Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari sebuah lengan menjadi 
tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown : Devil’s Peak, Table Mountain, 
dan Lion’s Head. Ketiga puncak gunung ini pula yang dijadikan AAPG sebagai logo 
pertemuan internasionalnya tahun ini. Dari udara, kota Capetown seperti 
bersimpuh dan terbuai di kaki ketiga puncak gunung Prakambrium-Paleozoikum ini. 
  
Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur pegunungan 
paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt, yang ujung baratnya 
terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai puncak-puncak Devil’s Peak, 
Table Mountain, dan Lion’ Head merupakan pegunungan hasil benturan antarbenua. 
Secara genetik, pegunungan ini seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan 
pegunungan benturan antara benua India dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan 
Himalaya terbentuk pada 55 juta tahun yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt 
terbentuk pada sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold 
Belt tersusun oleh kelompok batuan bernama Cape Supergroup, suatu superkelompok 
batuan sedimen (konglomerat, tilit-endapan gletsyer, batupasir, batulanau, dan 
batulempung) yang berumur 510-340 juta tahun (Kambrium-Karbon bawah). Tiga 
pegunungan/gunung di Capetown sendiri disusun oleh batupasir Table Mountain 
Group berumur 510-390 juta
 tahun (Kambrium-Devon). Pegunungan ini duduk di atas batuan granit (Cape 
Granite Suite) berumur 540 juta tahun dan sekis dan filit (Malmesbury) berumur 
540-560 juta tahun. Bila batas bawah Kambrium adalah 542 juta tahun yang lalu 
(Gradstein et al., 2004), 

[iagi-net-l] Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua

2008-11-14 Terurut Topik Awang Satyana
Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga 
bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil’s Peak, Table Mountain, dan Lion’s 
Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan 
Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja, 
salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan Capetown. 
Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu tempat ditunjukkan 
oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu kawasan wisata yang paling 
banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488) Bartolomeus Dias dan para 
pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung selatan Afrika dekat pertemuan 
kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai akibat kondisi cuaca dan laut yang 
ganas,  tetapi  raja Portugal  menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) 
–Cape of Good Hope sebab justru penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke 
wilayah tropika. 
  
Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika 
Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih 
melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke Los Angeles. 
Baru kali ini saya hendak ke Afrika. ”Ke Afrika ? Jauh sekali.”, seru orang 
yang bertanya kepada saya dua minggu lalu. Sebenarnya, pergi ke Afrika dari 
Jakarta justru lebih dekat dibandingkan dengan kalau kita pergi ke Amerika. 
Terbang dari Singapura ke Johannesburg, pesawat diatur agar terbang dengan 
azimuth yang lurus terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra Hindia di antara 
Sumatra dan Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada Desember 2004, gelombang 
tsunami dari utara Simeulue pernah melintasi jarak yang sama dari Sumatra ke 
Afrika dalam beberapa jam saja. 
  
Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah sana. 
Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada waktu di 
Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah timur Afrika 
Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap mendatangi pulau ini 
untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan Afrika bagian barat. Pesawat 
mendarat di Johannesburg pada pagi hari. Akhirnya, saya menginjak benua Afrika, 
sebuah benua dengan keunikan tersendiri. 
  
Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan  terbang dari 
Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak terbang terlalu tinggi. 
Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat pemandangan di bawah : pegunungan 
lipatan dan tinggian-tinggian pegunungan masif di bagian selatan Afrika Selatan 
yang diapit Samudra Hindia di sebelah selatan dan Karoo Plato/Basin di sebelah 
utaranya.  Jalur pegunungan lipatan ini dalam peta-peta tektonik regional 
disebut Cape Fold Belt. 
  
Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan antara 
Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang sangat 
spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di sini, di 
Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari sebuah lengan menjadi 
tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown : Devil’s Peak, Table Mountain, 
dan Lion’s Head. Ketiga puncak gunung ini pula yang dijadikan AAPG sebagai logo 
pertemuan internasionalnya tahun ini. Dari udara, kota Capetown seperti 
bersimpuh dan terbuai di kaki ketiga puncak gunung Prakambrium-Paleozoikum ini. 
  
Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur pegunungan 
paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt, yang ujung baratnya 
terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai puncak-puncak Devil’s Peak, 
Table Mountain, dan Lion’ Head merupakan pegunungan hasil benturan antarbenua. 
Secara genetik, pegunungan ini seperti Pegunungan Himalaya yang merupakan 
pegunungan benturan antara benua India dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan 
Himalaya terbentuk pada 55 juta tahun yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt 
terbentuk pada sekitar 250 juta tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold 
Belt tersusun oleh kelompok batuan bernama Cape Supergroup, suatu superkelompok 
batuan sedimen (konglomerat, tilit-endapan gletsyer, batupasir, batulanau, dan 
batulempung) yang berumur 510-340 juta tahun (Kambrium-Karbon bawah). Tiga 
pegunungan/gunung di Capetown sendiri disusun oleh batupasir Table Mountain 
Group berumur 510-390 juta
 tahun (Kambrium-Devon). Pegunungan ini duduk di atas batuan granit (Cape 
Granite Suite) berumur 540 juta tahun dan sekis dan filit (Malmesbury) berumur 
540-560 juta tahun. Bila batas bawah Kambrium adalah 542 juta tahun yang lalu 
(Gradstein et al., 2004), maka umur sekis ini adalah PraKambrium atau lebih 
tepatnya NeoProterozoikum (zaman Ediacara). Beruntung saya mendapatkan sampel 
batuan filit Malmesbury PraKambrium ini saat jalan-jalan di kaki Table 
Mountain, itulah koleksi batuan saya yang paling tua dalam bentuk genggaman 
–hand specimen (koleksi batuan poles yang tertua adalah yang saya beli di 
pelataran Opera 

[iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?

2008-11-14 Terurut Topik Muhammad Taufik
Rekan2 IAGI net,
Passive seismic, atau seismic without source, bukan metode yg baru bagi 
geophysicist. Pernah dipakai saat Apollo 15 mendarat di bulan, April 1975. 
Sinyal 1-10Hz (low frequency) bisa mendeteksi reservoir tanpa geophone dan 
hanya menggunakan very sensitive seismometer? bisakah
aktivitas magmatik disebut sbg source-nya?
Ada yang bisa sharing seberapa sukses metode ini dipakai untuk eksplorasi 
migas? mungkin sudah ada yg mencoba berkolaborasi dgn konsultan specra seismic 
dan semacamnya..
Trims.

salam,
Fatrial B
..lagi penasaran


  Dapatkan alamat E-mel baru anda!
Rebut nama E-mel yang telah lama anda kehendaki sebelum orang lain 
mendapatkannya!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/my/

[iagi-net-l] Ramai-ramai blok Semai

2008-11-14 Terurut Topik oki musakti
Apakah memang bobot signature bonus lebih besar dibanding komitmen kerja?

Atau ada 'keraguan' dipihak evaluator akan kemampuan Pertamina melaksanakan 
komitmen yang dibuatnya senidi...?


Slam
Oki

Dari detik
http://www.detikfinance.com/read/2008/11/13/205021/1036637/4/kalah-lelang-blok-migas-pertamina-protes-departemen-esdm

Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengaku keberatan
atas kekalahannya dalam lelang pengelolaan ladang migas di Blok Semai
V, Kawasan Indonesia Timur. Pertamina merasa sudah memberikan tawaran
yang lebih baik ketimbang Hess yang akhirnya ditunjuk pemerintah
menjadi pemenang.

Demikian disampaikan Vice President Communications Pertamina Anang Rizkani Noor 
dalam siaran persnya, Kamis (14/11/2008).

PT
Pertamina (Persero) menyesalkan keputusan Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral yang memilih pihak lain sebagai pengelola ladang migas di
Blok Semai V, Kawasan Indonesia Timur, ujarnya.

Dalam data
siaran pers tersebut, terlihat total komitmen investasi untuk tiga
tahun pertama yang diajukan Pertamina jauh di atas komitmen investasi
yang ditawarkan Hess. Pertamina mengajukan komitmen US$ 267,26 juta
sementara Hess hanya US$ 183 juta.

Namun jika dilihat secara detil, komitmen bonus tandatangan (signing bonus)
yang diajukan Pertamina memang jauh lebih kecil ketimbang yang
ditawarkan Hess. Pertamina hanya menawarkan bonus tandatangan US$ 15
juta, sementara komitmen Hess mencapai US$ 40 juta.

Pertamina
memang tidak memberikan signing bonus sebesar pemenang tender. Akan
tetapi Pertamina memberikan penawaran teknik yang jauh lebih baik dan
dalam jangka panjang akan lebih memberikan keuntungan. Karena itulah,
Pertamina seharusnya mendapatkan kesempatan right to match dalam proses tender, 
yang tidak pernah diberikan Departemen ESDM kepada Pertamina, tambahnya.

Meski
demikian, komitmen kerja yang ditawarkan Pertamina sebesar US$ 252,26
juta jauh melampaui Hess yang hanya US$ 143 juta. Komitmen kerja inilah
yang membuat total komitmen Pertamina masih di atas Hess.

Wilayah
laut dalam Blok Semai V merupakan wilayah ekplorasi yang paling
potensial secara geologis. Potensi gas di wilayah ini yang mencapai
lebih dari 8 miliar kaki kubik gas, termasuk potensi yang sangat besar
dalam klasifikasi temuan di Asia-Pasifik belakangan ini.

Sebagai
perusahaan migas yang dimiliki negara, Pertamina seyogyanya mendapat
kesempatan pengelolaan ladang migas Blok Semai V, untuk meningkatkan
potensi aktifitas dan keuntungan bisnis yang pada akhirnya
menguntungkan bagi negara, katanya.



  

Re: [iagi-net-l] Fw: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua

2008-11-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Trims Pak Awang
Ada bahan artikel baru untuk GeoBlogi :)

Ayooo silahkan siapa lagi yang punya kisah-kisah geologi yang menarik ?
http://geoblogi.wordpress.com

RDP

2008/11/15 Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]:
 Pengiriman ulang dengan foto-foto yang berhubungan. Terima kasih kepada Pak
 Paulus Allo, administrator IAGI-net, yang telah membukakan akses IAGI-net
 untuk melampirkan foto-foto.

 salam,
 awang

 --- On Fri, 11/14/08, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Capetown : Perbenturan dan Perpisahan Antarbenua
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id, Forum HAGI [EMAIL PROTECTED], Geo
 Unpad [EMAIL PROTECTED], Eksplorasi BPMIGAS
 [EMAIL PROTECTED]
 Date: Friday, November 14, 2008, 12:39 PM

 Ini cerita tersisa dari Capetown, sebuah kota nan indah yang terbuai di tiga
 bukit dan pegunungan Paleozoikum : Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion's
 Head. Kota ini pun menjadi saksi di mana Samudra Atlantik bertemu dengan
 Samudra Hindia. Mungkinkah menyelam sekaligus di dua samudra ? Mungkin saja,
 salah satunya di perairan sekitar Tanjung Harapan di sebelah selatan
 Capetown. Bagaimana uniknya ikan-ikan dari dua samudra bertemu di satu
 tempat ditunjukkan oleh aquarium besar di Waterfront sea world, suatu
 kawasan wisata yang paling banyak dikunjungi turis di Capetown. Dulu (1488)
 Bartolomeus Dias dan para pelautnya dari Portugal menamai tanjung di ujung
 selatan Afrika dekat pertemuan kedua samudra itu sebagai Tanjung Badai
 akibat kondisi cuaca dan laut yang ganas,  tetapi  raja Portugal
  menggantinya sebagai Tanjung Harapan (Baik) –Cape of Good Hope sebab justru
 penemuan Dias berguna untuk membuka jalan ke wilayah tropika.



 Terbang dari Jakarta via Singapura lalu melanjutkan ke Johannesburg, Afrika
 Selatan tidak terlalu melelahkan. Total di udara sekitar 13 jam, lebih
 melelahkan apabila menyeberangi Samudra Pasifik dari Singapura ke Los
 Angeles. Baru kali ini saya hendak ke Afrika. Ke Afrika ? Jauh sekali.,
 seru orang yang bertanya kepada saya dua minggu lalu. Sebenarnya, pergi ke
 Afrika dari Jakarta justru lebih dekat dibandingkan dengan kalau kita pergi
 ke Amerika. Terbang dari Singapura ke Johannesburg, pesawat diatur agar
 terbang dengan azimuth yang lurus terus ke arah baratdaya, melintasi Samudra
 Hindia di antara Sumatra dan Afrika. Saya tiba-tiba ingat bahwa pada
 Desember 2004, gelombang tsunami dari utara Simeulue pernah melintasi jarak
 yang sama dari Sumatra ke Afrika dalam beberapa jam saja.



 Karena terbang malam dan tinggi, tentu tak terlihat apa-apa di bawah sana.
 Menjelang subuh di Afrika, yang lebih terlambat lima jam daripada waktu di
 Jakarta, saya dapat melihat Madagaskar, pulau besar di sebelah timur Afrika
 Selatan. Konon zaman dahulu para pelaut Indonesia kerap mendatangi pulau ini
 untuk berdagang, bahkan sampai masuk ke daratan Afrika bagian barat. Pesawat
 mendarat di Johannesburg pada pagi hari. Akhirnya, saya menginjak benua
 Afrika, sebuah benua dengan keunikan tersendiri.



 Saya beruntung memilih kursi di sebelah jendela saat melanjutkan  terbang
 dari Johannesburg ke Capetown, kebetulan juga pesawat tidak terbang terlalu
 tinggi. Tak hentinya saya terkagum-kagum melihat pemandangan di bawah :
 pegunungan lipatan dan tinggian-tinggian pegunungan masif di bagian selatan
 Afrika Selatan yang diapit Samudra Hindia di sebelah selatan dan Karoo
 Plato/Basin di sebelah utaranya.  Jalur pegunungan lipatan ini dalam
 peta-peta tektonik regional disebut Cape Fold Belt.



 Memasuki Capetown, pesawat menukik dan bermanuver memutar di perbatasan
 antara Samudra Atlantik dan Hindia, maka tersuguhlah pemandangan yang sangat
 spektakular. Kompleks Cape Fold Belt mencapai ujung baratnya di sini, di
 Capetown, dan terpecah terdigitasi seperti jari-jari dari sebuah lengan
 menjadi tiga puncak gunung terkenal di atas Capetown : Devil's Peak, Table
 Mountain, dan Lion's Head. Ketiga puncak gunung ini pula yang dijadikan AAPG
 sebagai logo pertemuan internasionalnya tahun ini. Dari udara, kota Capetown
 seperti bersimpuh dan terbuai di kaki ketiga puncak gunung
 Prakambrium-Paleozoikum ini.



 Saya akan menceritakan tentang Pegunungan Cape Fold Belt ini, jalur
 pegunungan paling selatan di benua Afrika. Pegunungan Cape Fold Belt, yang
 ujung baratnya terpecah dan masuk ke dalam kota Capetown sebagai
 puncak-puncak Devil's Peak, Table Mountain, dan Lion' Head merupakan
 pegunungan hasil benturan antarbenua. Secara genetik, pegunungan ini seperti
 Pegunungan Himalaya yang merupakan pegunungan benturan antara benua India
 dan sebagian Eurasia. Bila Pegunungan Himalaya terbentuk pada 55 juta tahun
 yang lalu, maka Pegunungan Cape Fold Belt terbentuk pada sekitar 250 juta
 tahun yang lalu. Pegunungan lipatan Cape Fold Belt tersusun oleh kelompok
 batuan bernama Cape Supergroup, suatu superkelompok batuan sedimen
 (konglomerat, tilit-endapan gletsyer, batupasir, batulanau, dan batulempung)
 yang berumur 510-340 juta tahun (Kambrium-Karbon 

Re: [iagi-net-l] Ramai-ramai blok Semai

2008-11-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Kalau saja Pertamina dengan gagah berani dan PeDe mengajukan tender
sendirian (100%), saya yakin pemerintah (Team Migas) akan memberikan
previlage itu.

rdp

2008/11/15 oki musakti [EMAIL PROTECTED]:
 Apakah memang bobot signature bonus lebih besar dibanding komitmen kerja?

 Atau ada 'keraguan' dipihak evaluator akan kemampuan Pertamina melaksanakan 
 komitmen yang dibuatnya senidi...?


 Slam
 Oki

 Dari detik
 http://www.detikfinance.com/read/2008/11/13/205021/1036637/4/kalah-lelang-blok-migas-pertamina-protes-departemen-esdm

 Jakarta - PT Pertamina (Persero) mengaku keberatan
 atas kekalahannya dalam lelang pengelolaan ladang migas di Blok Semai
 V, Kawasan Indonesia Timur. Pertamina merasa sudah memberikan tawaran
 yang lebih baik ketimbang Hess yang akhirnya ditunjuk pemerintah
 menjadi pemenang.

 Demikian disampaikan Vice President Communications Pertamina Anang Rizkani 
 Noor dalam siaran persnya, Kamis (14/11/2008).

 PT
 Pertamina (Persero) menyesalkan keputusan Departemen Energi dan Sumber
 Daya Mineral yang memilih pihak lain sebagai pengelola ladang migas di
 Blok Semai V, Kawasan Indonesia Timur, ujarnya.

 Dalam data
 siaran pers tersebut, terlihat total komitmen investasi untuk tiga
 tahun pertama yang diajukan Pertamina jauh di atas komitmen investasi
 yang ditawarkan Hess. Pertamina mengajukan komitmen US$ 267,26 juta
 sementara Hess hanya US$ 183 juta.

 Namun jika dilihat secara detil, komitmen bonus tandatangan (signing bonus)
 yang diajukan Pertamina memang jauh lebih kecil ketimbang yang
 ditawarkan Hess. Pertamina hanya menawarkan bonus tandatangan US$ 15
 juta, sementara komitmen Hess mencapai US$ 40 juta.

 Pertamina
 memang tidak memberikan signing bonus sebesar pemenang tender. Akan
 tetapi Pertamina memberikan penawaran teknik yang jauh lebih baik dan
 dalam jangka panjang akan lebih memberikan keuntungan. Karena itulah,
 Pertamina seharusnya mendapatkan kesempatan right to match dalam proses 
 tender, yang tidak pernah diberikan Departemen ESDM kepada Pertamina, 
 tambahnya.

 Meski
 demikian, komitmen kerja yang ditawarkan Pertamina sebesar US$ 252,26
 juta jauh melampaui Hess yang hanya US$ 143 juta. Komitmen kerja inilah
 yang membuat total komitmen Pertamina masih di atas Hess.

 Wilayah
 laut dalam Blok Semai V merupakan wilayah ekplorasi yang paling
 potensial secara geologis. Potensi gas di wilayah ini yang mencapai
 lebih dari 8 miliar kaki kubik gas, termasuk potensi yang sangat besar
 dalam klasifikasi temuan di Asia-Pasifik belakangan ini.

 Sebagai
 perusahaan migas yang dimiliki negara, Pertamina seyogyanya mendapat
 kesempatan pengelolaan ladang migas Blok Semai V, untuk meningkatkan
 potensi aktifitas dan keuntungan bisnis yang pada akhirnya
 menguntungkan bagi negara, katanya.







-- 
Dongeng hari ini :
http://rovicky.wordpress.com/2008/11/14/dulu-orang-malaysia-ngga-seperti-orang-indonesia-saat-ini/


serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...

ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
* mungkin di semarang
* mungkin pula di solo
* mungkin juga join dg HAGI dll.
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-



Re: [iagi-net-l] Metode Passive Seismic ?

2008-11-14 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Sudah baca artikel AAPG explorer tahun lalu :
Seeking the Universal Hydrocarbon Indicator: Low Frequency, But High Hopes
http://www.aapg.org/explorer/2007/06jun/passive_seismic.cfm
Sebenernya tahun 2001 wektu kerja di BPS pernah ada presentasi seismic
ini di Shell, dengan memanfaatkan getaran submersible pump sebagai
sumber getar. Kalau ini sih masih tergolong aktive. tetapi getarannya
kontinous dan relatif konstant. Kalau ga salah wektu itu untuk melihat
continuitas reservoir dengan cara tomography.
Menraik sih, wong tinggal memasukkan geophone di lubang dari sumur2
sebelahnya saja.

RDP

2008/11/15 Muhammad Taufik [EMAIL PROTECTED]:
 Rekan2 IAGI net,
 Passive seismic, atau seismic without source, bukan metode yg baru bagi 
 geophysicist. Pernah dipakai saat Apollo 15 mendarat di bulan, April 1975. 
 Sinyal 1-10Hz (low frequency) bisa mendeteksi reservoir tanpa geophone dan 
 hanya menggunakan very sensitive seismometer? bisakah
 aktivitas magmatik disebut sbg source-nya?
 Ada yang bisa sharing seberapa sukses metode ini dipakai untuk eksplorasi 
 migas? mungkin sudah ada yg mencoba berkolaborasi dgn konsultan specra 
 seismic dan semacamnya..
 Trims.

 salam,
 Fatrial B
 ..lagi penasaran


  Dapatkan alamat E-mel baru anda!
 Rebut nama E-mel yang telah lama anda kehendaki sebelum orang lain 
 mendapatkannya!
 http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/my/



-- 
Dongeng hari ini :
http://rovicky.wordpress.com/2008/11/14/dulu-orang-malaysia-ngga-seperti-orang-indonesia-saat-ini/


serah-terima pp-iagi: senin sore, 13 oktober 2008
ketua umum: LAMBOK HUTASOIT
sekjen: MOHAMMAD SYAIFUL
pasukan sedang disusun, hanya satu IAGI...

ayo, segera pula siapkan utk PIT IAGI ke-38
dg tuan-rumah adalah PENGDA JATENG
* mungkin di semarang
* mungkin pula di solo
* mungkin juga join dg HAGI dll.
-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.
-