Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

2017-01-02 Terurut Topik liamsi

Trima kasih Pak Pak Ong atas pencerahannya , millist nya IAGI menjadi
bangun lagi dari tidurnya ... ramai lagi

Kalau diperhatikan sepanjang waktu akhir akhir ini sdh banyak sekali
masukan untuk sektor energy baik dari sisi hulu maupun hilirnya dari
berbagai organisasi profesi maupun asosiasi yg kalau di ambil garis
besarnya menyangkut persoalan persoalan terkait dg investasi di sektor
energi spt  masalah Perijinan , Tumpang tindih lahan ,
Keuangan/Perpajakan/incentif , soal Tarif / harga , soal Lingkungan , soal
otonomi daerah ( kewenangan daerah), sampai soal Kepastian Hukum.

Pertanyaanya Kenapa persoalannya tdk selesai selesai selalu berkutat di
hal hal tsb diatas ?
pemerintah kayaknya terkesan sulit untuk bertindak dg Cepat dan tepat
untuk menyelesaiakan persoalan tsb.

Kalau diperhatikan ada dua hal yg membuatnya "lambat" atau
"ragu-ragu"untuk membuat kebijakan terobosan dlm menyelelesaikan persoalan
diatas :
Pertama : Pemerintah itu sebagai Pelaksana UU oleh karena itu tidak
dibolehkan membuat kebijakan yg melanggar UU , masalahnya sekarang ini
banyak sekali UU yg mengatur sektoral sektoral yang kadang tidak sinkron
dg arah kebijakan yg seharusnya  dibuat untuk mengurai persoalaan
persoalan diatas shg penyediaan energi lbh cepat, disisi lain sektor
energi itu menyangkut berbagai aspek dr hulu ke hilir shg tentunya jg
terkait dg berbagai UU sektoral.

Kedua : bagaimanapun dg banyaknya  berbagai kasus yg kena jerat 
KPK/Kejaksaan itu akan berpengaruh dan membuat para Pengambil Kebijakan
menjadi lbh berhati hati tidak mau ambil resiko dikemudian hari.( jangan
samapi terkriminilisasikan)

saya ambil ilustrasi Dari Kesimpulan yg di sampaikan Pak Ong :

{ Kesimpulan. Untuk gas baru yang akan dibeli PLN untuk Jawa sebaiknya
> disesuaikan dengan harga commercial.  Demikian juga dengan harga
> Geothermal yang diberikan kepada pengembang. }

Kalau diperhatikan , PLN itu seperti hanya Peertamina "hanyalah"sbg
operator dlm hal listrik dan BBM ( BBM bersubsisi ), bukan sbg pembuat
kebijakan
Kenapa PLN maunya harga belinya murah , karena PLN Harus menjual produknya
( listrik) dg harga yg ditentukan oleh Pemerintah ( krn UU nya bilang
begitu) shg si PLN tidak bisa menjual listrik sesuai dg Keekonominaya PLN
( ada mekanisme Subsidi Listrik dan besarnya Subsidi ini ditentukan oleh
Pemerintah dg DPR) akibatnya PLN tidak bisa membeli energi primer ( gas ,
uap Geothermal ) dg harga yg nantinya dapat berakibat menaikan Subsidi yg
telah dipatok oleh pemerintah dg DPR tsb , Kecualai kalau PLN diberi
kebebasan untuk menjual produk listriknya , karena komponen harga listrik
terbesar itu di energy primernya. oleh karena itu ya terpaksa mau beli
energi primernya dg harga yang " murah" shg BPP nya ( Biaya Pokok
Penyediaan ) listriknya tidak melebihi dari tarif listrik ( TDL ) yg
dijual ke konsumen. yg akan menambah subsidi

Bulan  lalu bahkan ada Keputusan MK mngenai UU Listrik yg antara lain
membatalkan Pasal 11 , diamna pasal tsb bisa batal  apabila fungsi
Pemerintah hilang ,
Pasan 11 tsb isinya yang membolehkan Swasta ( IPP) ikut berbisnis listrik
, kalau ini sampai batal artinya sdh tdk ada lagi IPP ( peran swasta),
oleh karena itu penjabaran dari "Peran pemerintah" dlm bisnis listrik
swasta ( IPP ) yg perlu lagi di buat aturan baru agar IPP masih
diperbolehkan , salah satunya dg mengatur masalah harga / tarif , artinya
Pemerintah masih mengontrol harga tidak semata mata harga itu sesuai dg
pasar ( harga komersiel ), jadi harga energi PLN tdk bisa menentukan
sendiri sesuai dg keekonomianya ( harga komersielnya)

Nah , kalau mau mereformasi semua permasalahan investasi di sektor energi
spt diatas , tiada jalan lain kecuali dg merombak semua aturan per undang
undangan shg satu sama lain sinkron tidak ego sektoral  dan pro terhadap
kemajuan energi kususnya dlm mempercepat investasi sektor energi , kecuali
kalau semua sektor energi ini dari hulu sampai hilir akan ditangani semua
oleh negara dg uang negara.

salam

ISM










> Teman-teman IAGI,
>
>
>
> Pertama-tama, bagi mereka yang merayakan, saya ucapkan Selamat Tahun Baru
> 2017.
>
>
>
> Membaca laporan "Catatan Akir Tahun 2016", kami ikut bangga dan ingin
> mengucapkan selamat kepada seluruh team IAGI tahun 2016 dibawah pimpinan
> Bpk Daru Prihatmoko.
>
>
>
> Namun menurut saya, ada satu yang missing. Banyak dari anggota IAGI kerja
> di perusahaan Asing hingga mereka tau betul dunia Internasional. Tidak
> demikian dengan ESDM yang kebanyakan pegawainya sejak awal adalah pegawai
> negeri. Maka itu input anggota IAGI untuk Pemerintah dalam pengambilan
> kebijakan adalah sangat penting. Kelangsungan hidup anggota IAGI
> tergantung dari policy dan keibijakan-kebijakan yang dikeluarkan
> Pemerintah.
>
>
>
> Dalam bukunya Soetayo Sigit yang diluncurkan pada PIT IAGI, bulan Oktober
> 2016, tercatat tulisannya Almarhum pada penganugerahan gelar Doctor HC di
> ITB.  Nasehat yang diberikan sangat berbobot karena keluar dari seorang
> tokoh yang bisa dikatakan adalah Bapak 

Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

2017-01-02 Terurut Topik noor syarifuddin
Selamat pagi,

Saya sepakat dgn Herman... IPA, mewakili anggotanya, sdh menyampaikan
makalah usulan perbaikan iklim investasi migas, khususnya eksplorasinya
sejak tahun 2015an... bahkan waktu itu pak Dirjend beserta staff sempat
bertamu ke kantor IPA utk mendapat penjelasan lbh lanjut dr usulan IPA.
Namun demikian sampai skg tdk satupun yg menjadi kenyataan.

Kita memang heran dan bingung dgn strategi pemerintah karena sepertinya tdk
ada sense of urgency sama sekali meskipun sudah 3 priode lelang blok migas
gagal mendapatkan pemenang. Aktifitas eksplorasi juga terjun bebas sejak
bbrp tahun terakhir ini. Semua hanya berhenti dalam bentuk WACANA...


Salam,




On Tue, Jan 3, 2017 at 8:49 AM herman darman - herman_dar...@yahoo.com

Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

2017-01-02 Terurut Topik herman darman - herman_dar...@yahoo.com
Pak Ong,
Bapak mengatakan "Maka itu input anggota IAGI untuk Pemerintah dalam 
pengambilan kebijakan adalah sangat penting. Kelangsungan hidup anggota IAGI 
tergantung dari policy dan keibijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah".
Pada prinsipnya saya setuju dengan statement bapak ini. Tapi saya juga 
perhatikan banyak sekali pihak2 yang mencoba untuk memberikan masukan kepada 
pemerintah. Saya tau beberapa K3S (operator) mengadakan workshop tertutup dan 
mengundang berbagai instansi, termasuk departemen keuangan untuk menjelaskan 
betapa beratnya krisis energi Indonesia ini. Tentunya operator2 ini 
mengharapkan perubahan policy / kebijakan pemerintah yang memberikan angin 
segar untuk iklim eksplorasi Indonesia. Ternyata, hasil pengamatan saya, 
pemerintah sudah tau. Mereka juga mendapatkan masukan serupa dari IPA. Yang 
jadi masalah, sekali lagi dari pengamatan saya, adalah mekanisme di dalam 
pemerintahan sendiri. Seolah-olah mereka saling tunggu, dan hal ini memakan 
waktu. Dalam workshop2 itu, para perwakilan pemerintah akan pulang dan membawa 
inputnya kepada atasan2 mereka. Dari atasan mereka kemudian di bawa ke mentri. 
Setiap metri punya prioritas / agenda masing-masing. Jadi semakin lamalah kita 
menunggu.
Jadi menurut saya, pemerintah kita sudah mendapat banyak masukan dan tau 
permasalahannya. Tinggal tunggu eksekusinya. Dalam hal ini IAGI bisa saja 
memberikan masukan tambahan, tapi agak sulit rasanya untuk membantu pemerintah 
untuk mempercepat proses.
Sekedar sharing opinion, pak.
Salam,
Herman Darman



  From: Ong Han Ling 
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Sent: Monday, January 2, 2017 9:37 PM
 Subject: RE: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah
   
#yiv1083650719 #yiv1083650719 -- _filtered #yiv1083650719 {panose-1:2 4 5 3 5 4 
6 3 2 4;} _filtered #yiv1083650719 {font-family:Calibri;panose-1:2 15 5 2 2 2 4 
3 2 4;} _filtered #yiv1083650719 {font-family:Tahoma;panose-1:2 11 6 4 3 5 4 4 
2 4;}#yiv1083650719 #yiv1083650719 p.yiv1083650719MsoNormal, #yiv1083650719 
li.yiv1083650719MsoNormal, #yiv1083650719 div.yiv1083650719MsoNormal 
{margin:0in;margin-bottom:.0001pt;font-size:12.0pt;}#yiv1083650719 a:link, 
#yiv1083650719 span.yiv1083650719MsoHyperlink 
{color:blue;text-decoration:underline;}#yiv1083650719 a:visited, #yiv1083650719 
span.yiv1083650719MsoHyperlinkFollowed 
{color:purple;text-decoration:underline;}#yiv1083650719 
span.yiv1083650719EmailStyle17 {color:#1F497D;}#yiv1083650719 
.yiv1083650719MsoChpDefault {} _filtered #yiv1083650719 {margin:1.0in 1.0in 
1.0in 1.0in;}#yiv1083650719 div.yiv1083650719Section1 {}#yiv1083650719 Pak 
Iwan, terimakasih atas tanggapannya yang positif.    Salam,    HL Ong    From: 
iagi-net@iagi.or.id[mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of munajat iwan 
-kangim...@yahoo.com
Sent: Monday, January 2, 2017 2:31 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Ong Han Ling; iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah    Yang saya hormati 
dan kagumi prof Ong Han Ling,     Terima kasih atas pencerahannya Prof Ong. 
Saya belajarbanyak dari tulisan bapak ini dan yang sebelumnya.  Semoga prof 
selalu terjaga kesehatannya dan tetap bisa terusmembagi ilmunya dengan kami.    
 Wassalam,  Iwan munajat GEA-81 Sent from YahooMail on Android 
   On Mon, 2 Jan, 2017 at 11:22, Ong Han Ling  wrote: 
Teman-temanIAGI,   Pertama-tama,bagi mereka yang merayakan, saya ucapkan 
Selamat Tahun Baru 2017.    Membacalaporan "Catatan Akir Tahun 2016", kami ikut 
bangga dan inginmengucapkan selamat kepada seluruh team IAGI tahun 2016 dibawah 
pimpinan BpkDaru Prihatmoko.     Namunmenurut saya, ada satu yang missing. 
Banyak dari anggota IAGI kerja diperusahaan Asing hingga mereka tau betul dunia 
Internasional. Tidak demikiandengan ESDM yang kebanyakan pegawainya sejak awal 
adalah pegawai negeri. Makaitu input anggota IAGI untuk Pemerintah dalam 
pengambilan kebijakan adalahsangat penting. Kelangsungan hidup anggota IAGI 
tergantung dari policy dankeibijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah.     
Dalambukunya Soetayo Sigit yang diluncurkan pada PIT IAGI, bulan Oktober 
2016,tercatat tulisannya Almarhum pada penganugerahan gelar Doctor HC di ITB. 
Nasehat yang diberikan sangat berbobot karena keluar dari seorang tokoh 
yangbisa dikatakan adalah Bapak Pertambangan Indonesia. Beliau seakan-akan 
inginmemberi pesan terakhirnya kepada bangsa ini:     "Tingkatperkembangan dan 
kemajuan pertambangan di suatu negara, bukannya terutamaditentukan oleh potensi 
sumberdaya mineralnya betapapun juga kayanya, tetapilebih banyak bergantung 
pada kebijaksanaan pemerintah yang berkuasa dalammenciptakan iklim yang 
diperlukan".   Banyakorang berpendapat termasuk penjabat tinggi dan bahkan 
Presiden, seringmengemukakan bahwa Indonesia kaya dan mineral resources 
Indonesia luar biasabesarnya. Umpama, bahwa lebih dari 50% Geothermal dunia 
berada di Indonesia. GasIndonesia baru 6% terpakai. Minyak Indonesia masih 
banyak 

RE: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

2017-01-02 Terurut Topik Ong Han Ling
Pak Daru,

 

Terimakasih atas tanggapannya yang positif.

 

Salam,

 

HL Ong

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of S. (Daru) 
Prihatmoko
Sent: Monday, January 2, 2017 4:56 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Cc: pp-iagi-2...@iagi.or.id; Mailist MGEI
Subject: Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

 

Pak Ong (dan rekan-rekan IAGI),

 

Terima kasih sudah mengingatkan hal ini (lagi). Banyak permasalahan hilir 
energi spt dirinci pak Ong yg punya dampak thd iklim eksplorasi di hulu. Untuk 
sektor energi (migas, geothermal dan batubara) sepehaman saya ini pernah 
menjadi pokok bahasan KEN (yg sudah dibubarkan) – dimana sebagian rekan-rekan 
IAGI terlibat di dalamnya. Fokus utamanya adalah untuk menggairahkan iklim 
eksplorasi (lagi). 

 

Oleh karenanya (bahwa sektor energi sdh ditangani KEN), PP IAGI membagi focus 
ke sektor mineral (dan batubara). Walaupun di KEN, sektor ini diwadahi juga 
mulai awal 2016, tapi kitapun (IAGI-MGEI) terus bergerak dengan salah satu aksi 
puncaknya yaitu mendorong dicabutnya “moratorium” WIUP melalui siaran pers di 
acara GIC Bandung Okt lalu, maupun menyampaikan usulan langsung ke pemerintah. 
Setelah melalui beberapa kali pertemuan dengan Ditjen Minerba, semoga tahun ini 
WIUP baru bisa segera dibuka untuk menggairahkan eksplorasi lagi.

 

Namun dengan terhentinya KEN, tentunya kita perlu tindak-lanjuti apa yg sudah 
dirintis dan siapkan KEN (sector energi). Rekan-rekan ISPG dan Bidang Panas 
Bumi kita harapkan menjadi motor untuk hal ini. 

 

Sekali lagi terima kasih pak Ong untuk “reminder” dan perhatiannya thd IAGI…. 
Saya kira concern pak Ong ini perlu dimuat di majalah IAGI.

 

Salam,

Daru  

 

From: "iagi-net@iagi.or.id"  on behalf of Ong Han Ling 

Reply-To: "iagi-net@iagi.or.id" 
Date: Monday, January 2, 2017 at 11:22 AM
To: "iagi-net@iagi.or.id" 
Subject: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

 

Teman-teman IAGI,

 

Pertama-tama, bagi mereka yang merayakan, saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2017. 

 

Membaca laporan "Catatan Akir Tahun 2016", kami ikut bangga dan ingin 
mengucapkan selamat kepada seluruh team IAGI tahun 2016 dibawah pimpinan Bpk 
Daru Prihatmoko.  

 

Namun menurut saya, ada satu yang missing. Banyak dari anggota IAGI kerja di 
perusahaan Asing hingga mereka tau betul dunia Internasional. Tidak demikian 
dengan ESDM yang kebanyakan pegawainya sejak awal adalah pegawai negeri. Maka 
itu input anggota IAGI untuk Pemerintah dalam pengambilan kebijakan adalah 
sangat penting. Kelangsungan hidup anggota IAGI tergantung dari policy dan 
keibijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah.  

 

Dalam bukunya Soetayo Sigit yang diluncurkan pada PIT IAGI, bulan Oktober 2016, 
tercatat tulisannya Almarhum pada penganugerahan gelar Doctor HC di ITB.  
Nasehat yang diberikan sangat berbobot karena keluar dari seorang tokoh yang 
bisa dikatakan adalah Bapak Pertambangan Indonesia. Beliau seakan-akan ingin 
memberi pesan terakhirnya kepada bangsa ini:

"Tingkat perkembangan dan kemajuan pertambangan di suatu negara, bukannya 
terutama ditentukan oleh potensi sumberdaya mineralnya betapapun juga kayanya, 
tetapi lebih banyak bergantung pada kebijaksanaan pemerintah yang berkuasa 
dalam menciptakan iklim yang diperlukan".

 

Banyak orang berpendapat termasuk penjabat tinggi dan bahkan Presiden, sering 
mengemukakan bahwa Indonesia kaya dan mineral resources Indonesia luar biasa 
besarnya. Umpama, bahwa lebih dari 50% Geothermal dunia berada di Indonesia. 
Gas Indonesia baru 6% terpakai. Minyak Indonesia masih banyak kalau di explore 
dengan benar. Gas Natuna cadangannya terbesar didunia. Indonesia kaya energi 
baru dan terbarukan. Dsb. Selain itu, beberapa tulisan anggota IAGI menunjukan 
betapa kayanya dan besarnya potensi bumi Indonesia ini. Prinsip explorer yang 
selalu didengungkan adalah bahwa kalau diberi dana, pasti akan ditemukan 
cadangan baru.  

 

Namun semua kekayaan SDM tidak ada artinya kalau kebijakan Pemerintah keliru 
seperti yang dikemukan oleh Pak Sigit. Kalau kebijakan tidak mendukung 
eksplorasi. Kalau the cost of doing business terlalu mahal. Kalau harga 
commodity yang diberikan  tidak wajar dan diluar harga commercial. Hal terakir, 
kewajaran harga, akan kita bahas disini.

 

Sejak 2002 Oil companies meminta/mengemis untuk diberikan harga commercial 
berdasarkan British Themal Unit, untuk produksi gas yang mereka supply ke PLN. 
Karena gas adalah monopoli PLN, harga diteken $2-4/mmbtu, atau jauh dibawah 
harga import diesel berdasarkan BTU content. Oil Co. juga minta supaya credit 
rating PLN dinaikkan karena PLN sering menunggak. Pemerintah menolak permitaan 
K3S tsb. Konsekwensinya,  marginal gas field yang terdapat di Sumatra Selatan, 
Jawa Barat maupun Jawa Timur tidak berkembang. Demikian juga sekitar 25 
perusahaan CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga lebih tinggi dari gas 
alam 

RE: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

2017-01-02 Terurut Topik Ong Han Ling
Pak Iwan, terimakasih atas tanggapannya yang positif.

 

Salam,

 

HL Ong

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of munajat 
iwan - kangim...@yahoo.com
Sent: Monday, January 2, 2017 2:31 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Ong Han Ling; iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

 

Yang saya hormati dan kagumi prof Ong Han Ling, 

 

Terima kasih atas pencerahannya Prof Ong. Saya belajar banyak dari tulisan 
bapak ini dan yang sebelumnya. 

Semoga prof selalu terjaga kesehatannya dan tetap bisa terus membagi ilmunya 
dengan kami. 

 

Wassalam, 

Iwan munajat

GEA-81

Sent from Yahoo   Mail on 
Android

 

On Mon, 2 Jan, 2017 at 11:22, Ong Han Ling

 wrote:

Teman-teman IAGI,

 

Pertama-tama, bagi mereka yang merayakan, saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2017. 

 

Membaca laporan "Catatan Akir Tahun 2016", kami ikut bangga dan ingin 
mengucapkan selamat kepada seluruh team IAGI tahun 2016 dibawah pimpinan Bpk 
Daru Prihatmoko.  

 

Namun menurut saya, ada satu yang missing. Banyak dari anggota IAGI kerja di 
perusahaan Asing hingga mereka tau betul dunia Internasional. Tidak demikian 
dengan ESDM yang kebanyakan pegawainya sejak awal adalah pegawai negeri. Maka 
itu input anggota IAGI untuk Pemerintah dalam pengambilan kebijakan adalah 
sangat penting. Kelangsungan hidup anggota IAGI tergantung dari policy dan 
keibijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah.  

 

Dalam bukunya Soetayo Sigit yang diluncurkan pada PIT IAGI, bulan Oktober 2016, 
tercatat tulisannya Almarhum pada penganugerahan gelar Doctor HC di ITB.  
Nasehat yang diberikan sangat berbobot karena keluar dari seorang tokoh yang 
bisa dikatakan adalah Bapak Pertambangan Indonesia. Beliau seakan-akan ingin 
memberi pesan terakhirnya kepada bangsa ini:

"Tingkat perkembangan dan kemajuan pertambangan di suatu negara, bukannya 
terutama ditentukan oleh potensi sumberdaya mineralnya betapapun juga kayanya, 
tetapi lebih banyak bergantung pada kebijaksanaan pemerintah yang berkuasa 
dalam menciptakan iklim yang diperlukan".

 

Banyak orang berpendapat termasuk penjabat tinggi dan bahkan Presiden, sering 
mengemukakan bahwa Indonesia kaya dan mineral resources Indonesia luar biasa 
besarnya. Umpama, bahwa lebih dari 50% Geothermal dunia berada di Indonesia. 
Gas Indonesia baru 6% terpakai. Minyak Indonesia masih banyak kalau di explore 
dengan benar. Gas Natuna cadangannya terbesar didunia. Indonesia kaya energi 
baru dan terbarukan. Dsb. Selain itu, beberapa tulisan anggota IAGI menunjukan 
betapa kayanya dan besarnya potensi bumi Indonesia ini. Prinsip explorer yang 
selalu didengungkan adalah bahwa kalau diberi dana, pasti akan ditemukan 
cadangan baru.  

 

Namun semua kekayaan SDM tidak ada artinya kalau kebijakan Pemerintah keliru 
seperti yang dikemukan oleh Pak Sigit. Kalau kebijakan tidak mendukung 
eksplorasi. Kalau the cost of doing business terlalu mahal. Kalau harga 
commodity yang diberikan  tidak wajar dan diluar harga commercial. Hal terakir, 
kewajaran harga, akan kita bahas disini.

 

Sejak 2002 Oil companies meminta/mengemis untuk diberikan harga commercial 
berdasarkan British Themal Unit, untuk produksi gas yang mereka supply ke PLN. 
Karena gas adalah monopoli PLN, harga diteken $2-4/mmbtu, atau jauh dibawah 
harga import diesel berdasarkan BTU content. Oil Co. juga minta supaya credit 
rating PLN dinaikkan karena PLN sering menunggak. Pemerintah menolak permitaan 
K3S tsb. Konsekwensinya,  marginal gas field yang terdapat di Sumatra Selatan, 
Jawa Barat maupun Jawa Timur tidak berkembang. Demikian juga sekitar 25 
perusahaan CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga lebih tinggi dari gas 
alam untuk pengembangannya, semuanya tumbang.  

 

Tahun 2012, PLN Muara Karang beli LNG dari Bontang yang seharusnya dijual ke 
Taiwan dengan harga $17/mmbtu, dialihkan lewat PT Regassing Nusantara untuk 
dipakai di PLN Muara Karang untuk keperluan listrik Jakarta. Biaya transport 
LNG, biaya regassing, dan keuntungan PT, diperkirakan harga gas menjadi 
$21-23/mmbtu, hingga listrik di Jakarta termasuk termahal didunia. Seandainya 
PLN pada waktu itu berani menawarkan kepada K3S harga gas US$21/mnmbtu fob. 
Muara Karang, pasti gas South Sumatra termasuk CBM dan gas di Jawa Barat, yang 
pada waktu itu cuma dihargai S2-6/mmbtu, akan dikembangkan. Dengan harga tsb., 
K3S akan langsung melakukan pemboran dan pembangunan infrastruktur gas ke 
Jakarta.   

 

PGN diberi monopoli distribusi gas dengan membangun infrastruktur pipa gas, 
hingga keuntungan PGN cukup significant dengan risiko kecil. Namun, keuntungan 
PGN yang seharusnya dipakai untuk membangun infrastruktur pipa gas, telah 
dipakai untuk mendirikan perusahaan minyak dan berkompetisi dengan Pertamina.  
PGN melakukan eksplorasi dan bahkan melakukan investasi E di luar Negeri, 
semua berrisiko tinggi, sesuatu yang baru baginya. PGN 

Re: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

2017-01-02 Terurut Topik S. (Daru) Prihatmoko
Pak Ong (dan rekan-rekan IAGI),

 

Terima kasih sudah mengingatkan hal ini (lagi). Banyak permasalahan hilir 
energi spt dirinci pak Ong yg punya dampak thd iklim eksplorasi di hulu. Untuk 
sektor energi (migas, geothermal dan batubara) sepehaman saya ini pernah 
menjadi pokok bahasan KEN (yg sudah dibubarkan) – dimana sebagian rekan-rekan 
IAGI terlibat di dalamnya. Fokus utamanya adalah untuk menggairahkan iklim 
eksplorasi (lagi). 

 

Oleh karenanya (bahwa sektor energi sdh ditangani KEN), PP IAGI membagi focus 
ke sektor mineral (dan batubara). Walaupun di KEN, sektor ini diwadahi juga 
mulai awal 2016, tapi kitapun (IAGI-MGEI) terus bergerak dengan salah satu aksi 
puncaknya yaitu mendorong dicabutnya “moratorium” WIUP melalui siaran pers di 
acara GIC Bandung Okt lalu, maupun menyampaikan usulan langsung ke pemerintah. 
Setelah melalui beberapa kali pertemuan dengan Ditjen Minerba, semoga tahun ini 
WIUP baru bisa segera dibuka untuk menggairahkan eksplorasi lagi.

 

Namun dengan terhentinya KEN, tentunya kita perlu tindak-lanjuti apa yg sudah 
dirintis dan siapkan KEN (sector energi). Rekan-rekan ISPG dan Bidang Panas 
Bumi kita harapkan menjadi motor untuk hal ini. 

 

Sekali lagi terima kasih pak Ong untuk “reminder” dan perhatiannya thd IAGI…. 
Saya kira concern pak Ong ini perlu dimuat di majalah IAGI.

 

Salam,

Daru  

 

From: "iagi-net@iagi.or.id"  on behalf of Ong Han Ling 

Reply-To: "iagi-net@iagi.or.id" 
Date: Monday, January 2, 2017 at 11:22 AM
To: "iagi-net@iagi.or.id" 
Subject: [iagi-net] Pentingny IAGI membantu Pemerintah

 

Teman-teman IAGI,

 

Pertama-tama, bagi mereka yang merayakan, saya ucapkan Selamat Tahun Baru 2017. 

 

Membaca laporan "Catatan Akir Tahun 2016", kami ikut bangga dan ingin 
mengucapkan selamat kepada seluruh team IAGI tahun 2016 dibawah pimpinan Bpk 
Daru Prihatmoko.  

 

Namun menurut saya, ada satu yang missing. Banyak dari anggota IAGI kerja di 
perusahaan Asing hingga mereka tau betul dunia Internasional. Tidak demikian 
dengan ESDM yang kebanyakan pegawainya sejak awal adalah pegawai negeri. Maka 
itu input anggota IAGI untuk Pemerintah dalam pengambilan kebijakan adalah 
sangat penting. Kelangsungan hidup anggota IAGI tergantung dari policy dan 
keibijakan-kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah.  

 

Dalam bukunya Soetayo Sigit yang diluncurkan pada PIT IAGI, bulan Oktober 2016, 
tercatat tulisannya Almarhum pada penganugerahan gelar Doctor HC di ITB.  
Nasehat yang diberikan sangat berbobot karena keluar dari seorang tokoh yang 
bisa dikatakan adalah Bapak Pertambangan Indonesia. Beliau seakan-akan ingin 
memberi pesan terakhirnya kepada bangsa ini:

"Tingkat perkembangan dan kemajuan pertambangan di suatu negara, bukannya 
terutama ditentukan oleh potensi sumberdaya mineralnya betapapun juga kayanya, 
tetapi lebih banyak bergantung pada kebijaksanaan pemerintah yang berkuasa 
dalam menciptakan iklim yang diperlukan".

 

Banyak orang berpendapat termasuk penjabat tinggi dan bahkan Presiden, sering 
mengemukakan bahwa Indonesia kaya dan mineral resources Indonesia luar biasa 
besarnya. Umpama, bahwa lebih dari 50% Geothermal dunia berada di Indonesia. 
Gas Indonesia baru 6% terpakai. Minyak Indonesia masih banyak kalau di explore 
dengan benar. Gas Natuna cadangannya terbesar didunia. Indonesia kaya energi 
baru dan terbarukan. Dsb. Selain itu, beberapa tulisan anggota IAGI menunjukan 
betapa kayanya dan besarnya potensi bumi Indonesia ini. Prinsip explorer yang 
selalu didengungkan adalah bahwa kalau diberi dana, pasti akan ditemukan 
cadangan baru.  

 

Namun semua kekayaan SDM tidak ada artinya kalau kebijakan Pemerintah keliru 
seperti yang dikemukan oleh Pak Sigit. Kalau kebijakan tidak mendukung 
eksplorasi. Kalau the cost of doing business terlalu mahal. Kalau harga 
commodity yang diberikan  tidak wajar dan diluar harga commercial. Hal terakir, 
kewajaran harga, akan kita bahas disini.

 

Sejak 2002 Oil companies meminta/mengemis untuk diberikan harga commercial 
berdasarkan British Themal Unit, untuk produksi gas yang mereka supply ke PLN. 
Karena gas adalah monopoli PLN, harga diteken $2-4/mmbtu, atau jauh dibawah 
harga import diesel berdasarkan BTU content. Oil Co. juga minta supaya credit 
rating PLN dinaikkan karena PLN sering menunggak. Pemerintah menolak permitaan 
K3S tsb. Konsekwensinya,  marginal gas field yang terdapat di Sumatra Selatan, 
Jawa Barat maupun Jawa Timur tidak berkembang. Demikian juga sekitar 25 
perusahaan CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga lebih tinggi dari gas 
alam untuk pengembangannya, semuanya tumbang.  

 

Tahun 2012, PLN Muara Karang beli LNG dari Bontang yang seharusnya dijual ke 
Taiwan dengan harga $17/mmbtu, dialihkan lewat PT Regassing Nusantara untuk 
dipakai di PLN Muara Karang untuk keperluan listrik Jakarta. Biaya transport 
LNG, biaya regassing, dan keuntungan PT, diperkirakan harga gas