Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-11-01 Terurut Topik hendri silaen
Bang Fajar, umumnya deuterium digunakan sebagai petunjuk lokasi resapan
(walaupun O18 jg bisa) jika dikorelasikan dgn deuterium air hujan. Semakin
kecil jumlah deuterium airtanah, semakin jauh lokasi resapan air hujannya.
Dan mengacu pada model Toth (1963) atau Freeze (1967) yg membagi aliran
airtanah menjadi lokal - intermediate - regional, mungkin saja kedalaman
bisa dikorelasikan dengan penurunan deuterium. Maksudnya airtanah yang
dalam, berasal dari lokasi resapan yang jauh. Btw, harus dilihat dulu
kondisi geologinya. Karena asumsinya khan medianya homogen isotropik, yah.
Kalau heterogen, bisa jadi berbeda kesimpulannya alias tidak ada korelasi.
Semoga mencerahkan...

salam




On 10/31/07, Fajar Lubis [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Terimakasih untuk informasinya Pak Hendri,

   Adakah kemungkinan pengkayaan deutrium ini berasosiasi dengan faktor
 kedalaman?
   Mohon pencerahannya,


   Salam,
   Fajar (1141)
   *Butuh lebih dari sekedar overburden, untuk menekan fluida dari
 kedalaman 8.000 meter untuk mencapai permukaan tanah secara alami*


 Hendri silaen [EMAIL PROTECTED] sudah menulis:

 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com


Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-31 Terurut Topik hendri silaen
Bang Fajar, biasanya kalo menganalisis pengkayaan deuterium memang sebaiknya
dipasangkan dengan data isotop stabil oksigen-18. Ada 2 kemungkinan: (1) klo
deuterium naik dan O-18 turun -- ada pengaruh dari air meteorik,
implikasinya bisa jadi kondisi aliran steady; (2) klo deuterium naik dan
O-18 naik -- ada pengaruh dari magmatik atau air formasi, implikasinya bisa
jadi kondisi aliran un-steady.
salam

On 10/23/07, Fajar Lubis [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pengkayaan deuterium biasanya lebih berasosiasi dengan sebaran lateral
 atau indikasi gabungan dari sistem fluida lainnya.

   Kalau memang sistem meteorik ikut berperanan dalam semburan LUSI ini.
 Adakah yang berkenan berbagi info mengenai perkembangan pola aliran airtanah
 di wilayah ini?

   Pola aliran airtanah detail dalam skala waktu ke waktu, dapat juga kita
 gunakan sebagai indikasi awal amblesan tanah (subsidence) atau hipotesa
 diatas.


   Salam,
   Fajar (1141)
   *Butuh lebih dari sekedar overburden, untuk menekan fluida dari
 kedalaman 8.000 meter untuk mencapai permukaan tanah secara alami*



 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com


Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-31 Terurut Topik Fajar Lubis
Terimakasih untuk informasinya Pak Hendri,
   
  Adakah kemungkinan pengkayaan deutrium ini berasosiasi dengan faktor 
kedalaman?
  Mohon pencerahannya,
   
   
  Salam,
  Fajar (1141)
  *Butuh lebih dari sekedar overburden, untuk menekan fluida dari kedalaman 
8.000 meter untuk mencapai permukaan tanah secara alami*

  
Hendri silaen [EMAIL PROTECTED] sudah menulis:
   
 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-29 Terurut Topik hendri silaen
Rekan-rekan ada berita yg menarik dari koran PikiranRakyat minggu lalu
ada yg bisa menjelaskan fenomena ini

salam

Air Panas Mengandung Gas Muncul di Bukit Kapur
Semburannya Mencapai Tiga Meter  Suhunya 50 Derajat Celsius

SUMBER, (PR).-
Sumber air panas yang mengandung gas dan lumpur muncul di perbukitan kapur
di Desa Palimanan Barat, Kec. Palimanan, Kab. Cirebon. Belum jelas
penyebabnya, namun ada dugaan semburan itu muncul karena ada proses
vulkanologi di dasar perbukitan kapur dan batu cadas di wilayah Cirebon
barat itu.
   *SEMBURAN air panas bercampur gas belerang muncul di perbukitan batu
kapur di Desa Palimanan Barat Kec. Palimanan Kab. Cirebon. Sudah hampir
sebulan air terus keluar, bahkan pernah sampai setinggi tiga meter.* *AGUNG
NUGROHO/PR

Semburan air itu sudah muncul sebelum bulan Puasa lalu atau sekitar
September 2007. Sampai Rabu (24/10), semburan sudah berlangsung lebih dari
sebulan dan kini membentuk kolam dengan air mengalir deras.

Usianya sudah sebulan. Selama ini hanya segelintir orang yang tahu, ujar
Husein (60), warga setempat yang mengaku pertama kali mengetahui munculnya
semburan air panas tersebut.

Husein yang sehari-hari bertindak sebagai kuncen, menceritakan, dia
melihat dari salah satu perbukitan kapur, ada semburan air setinggi 3 meter.

Husein lalu melaporkan kejadian itu ke desa dan PT ITP (Indocement Tunggal
Prakasa), pabrik semen yang menjadikan perbukitan kapur Palimanan, sebagai
bahan baku. Karena, lokasi semburan itu berada tak jauh dari perbukitan
kapur yang hak konsesi penggaliannya dipegang PT ITP.

PT ITP langsung melakukan penelitian atas semburan air yang panasnya
mencapai 50 sampai 60 derajat Celsius tersebut. Kami masih sebatas
merapikan dan mengalirkan air ke saluran terdekat, kata Humas Resources
Development (HRD) PT ITP, Ir. Murdiono.

Penelitian geologis

Selanjutnya, PT ITP melakukan penelitian dan pengkajian geologis. Sejumlah
ahlinya diterjunkan dengan menggunakan peralatan penggalian dan penelitian,
guna meneliti kandungan gas dalam air dan lumpur yang keluar dari bawah
tanah itu serta mencari kemungkinan ada lokasi semburan lain.

Sejauh penelitian kami, air itu tidak mengandung gas berbahaya. Hanya
memang panasnya cukup tinggi mencapai di atas 50 derajat Celsius. Kadar
belerangnya cukup terasa, ujar dia.

Rabu kemarin, tim dari Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan,  Pertambangan
(DLHKP) Kab. Cirebon, melakukan peninjauan ke lokasi semburan air. Tiga
pejabat ahli diterjunkan ke lokasi itu, masing-masing Drs. E. Satriaji
(Kabud Pengendalian Lingkungan), Ir. Iwan Rizki (Kasi Pengawasan 
Penanggulangan), dan Wahyu Suprayogi, S.H (Kasi Informasi  Sengketa
Lingkungan).(A-93)***


On 10/23/07, Fajar Lubis [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pengkayaan deuterium biasanya lebih berasosiasi dengan sebaran lateral
 atau indikasi gabungan dari sistem fluida lainnya.

   Kalau memang sistem meteorik ikut berperanan dalam semburan LUSI ini.
 Adakah yang berkenan berbagi info mengenai perkembangan pola aliran airtanah
 di wilayah ini?

   Pola aliran airtanah detail dalam skala waktu ke waktu, dapat juga kita
 gunakan sebagai indikasi awal amblesan tanah (subsidence) atau hipotesa
 diatas.


   Salam,
   Fajar (1141)
   *Butuh lebih dari sekedar overburden, untuk menekan fluida dari
 kedalaman 8.000 meter untuk mencapai permukaan tanah secara alami*



 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com


Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-29 Terurut Topik bpriadi
Pak Hendri,
Apakah air-panas itu yang sumbernya di dekat rembasan minyak (di pagar
selatan/baratdaya) pabrik semen Palimanan?
Lokasi itu itu sepertinya yang sering didatangi mahasiswa dalam rangka
ekskursi melihat rembasan minyak.
Setahu saya air-panasnya sudah lama eksis, temperaturnya juga sekitar
40-50 derajat begitu, hanya semburannya yang tidak biasanya sampai 3 meter
(?). Kalau di lokasi pemandian yang agak jauh dari rembasan minyak saya
tidak tahu (~500m), mungkin saja muncrat-muncrat, tapi kalau yang pas di
zona rembasan ya mengalir saja blekuthug-blekuthug.

BP


 Rekan-rekan ada berita yg menarik dari koran PikiranRakyat minggu lalu
 ada yg bisa menjelaskan fenomena ini

 salam

 Air Panas Mengandung Gas Muncul di Bukit Kapur
 Semburannya Mencapai Tiga Meter  Suhunya 50 Derajat Celsius

 SUMBER, (PR).-
 Sumber air panas yang mengandung gas dan lumpur muncul di perbukitan
 kapur di Desa Palimanan Barat, Kec. Palimanan, Kab. Cirebon. Belum jelas
 penyebabnya, namun ada dugaan semburan itu muncul karena ada proses
 vulkanologi di dasar perbukitan kapur dan batu cadas di wilayah Cirebon
 barat itu.
*SEMBURAN air panas bercampur gas belerang muncul di perbukitan batu
 kapur di Desa Palimanan Barat Kec. Palimanan Kab. Cirebon. Sudah hampir
 sebulan air terus keluar, bahkan pernah sampai setinggi tiga meter.*
 *AGUNG NUGROHO/PR

 Semburan air itu sudah muncul sebelum bulan Puasa lalu atau sekitar
 September 2007. Sampai Rabu (24/10), semburan sudah berlangsung lebih
 dari sebulan dan kini membentuk kolam dengan air mengalir deras.

 Usianya sudah sebulan. Selama ini hanya segelintir orang yang tahu,
 ujar Husein (60), warga setempat yang mengaku pertama kali mengetahui
 munculnya semburan air panas tersebut.

 Husein yang sehari-hari bertindak sebagai kuncen, menceritakan, dia
 melihat dari salah satu perbukitan kapur, ada semburan air setinggi 3
 meter.

 Husein lalu melaporkan kejadian itu ke desa dan PT ITP (Indocement
 Tunggal Prakasa), pabrik semen yang menjadikan perbukitan kapur
 Palimanan, sebagai bahan baku. Karena, lokasi semburan itu berada tak
 jauh dari perbukitan kapur yang hak konsesi penggaliannya dipegang PT
 ITP.

 PT ITP langsung melakukan penelitian atas semburan air yang panasnya
 mencapai 50 sampai 60 derajat Celsius tersebut. Kami masih sebatas
 merapikan dan mengalirkan air ke saluran terdekat, kata Humas Resources
 Development (HRD) PT ITP, Ir. Murdiono.

 Penelitian geologis

 Selanjutnya, PT ITP melakukan penelitian dan pengkajian geologis.
 Sejumlah ahlinya diterjunkan dengan menggunakan peralatan penggalian dan
 penelitian, guna meneliti kandungan gas dalam air dan lumpur yang keluar
 dari bawah tanah itu serta mencari kemungkinan ada lokasi semburan lain.

 Sejauh penelitian kami, air itu tidak mengandung gas berbahaya. Hanya
 memang panasnya cukup tinggi mencapai di atas 50 derajat Celsius. Kadar
 belerangnya cukup terasa, ujar dia.

 Rabu kemarin, tim dari Dinas Lingkungan Hidup, Kehutanan,  Pertambangan
 (DLHKP) Kab. Cirebon, melakukan peninjauan ke lokasi semburan air. Tiga
 pejabat ahli diterjunkan ke lokasi itu, masing-masing Drs. E. Satriaji
 (Kabud Pengendalian Lingkungan), Ir. Iwan Rizki (Kasi Pengawasan 
 Penanggulangan), dan Wahyu Suprayogi, S.H (Kasi Informasi  Sengketa
 Lingkungan).(A-93)***


 On 10/23/07, Fajar Lubis [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pengkayaan deuterium biasanya lebih berasosiasi dengan sebaran lateral
 atau indikasi gabungan dari sistem fluida lainnya.

   Kalau memang sistem meteorik ikut berperanan dalam semburan LUSI
 ini.
 Adakah yang berkenan berbagi info mengenai perkembangan pola aliran
 airtanah di wilayah ini?

   Pola aliran airtanah detail dalam skala waktu ke waktu, dapat juga
 kita
 gunakan sebagai indikasi awal amblesan tanah (subsidence) atau
 hipotesa diatas.


   Salam,
   Fajar (1141)
   *Butuh lebih dari sekedar overburden, untuk menekan fluida dari
 kedalaman 8.000 meter untuk mencapai permukaan tanah secara alami*



 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com





JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and 
Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi

Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-23 Terurut Topik Fajar Lubis
Pengkayaan deuterium biasanya lebih berasosiasi dengan sebaran lateral atau 
indikasi gabungan dari sistem fluida lainnya.
   
  Kalau memang sistem meteorik ikut berperanan dalam semburan LUSI ini. Adakah 
yang berkenan berbagi info mengenai perkembangan pola aliran airtanah di 
wilayah ini?
   
  Pola aliran airtanah detail dalam skala waktu ke waktu, dapat juga kita 
gunakan sebagai indikasi awal amblesan tanah (subsidence) atau hipotesa diatas.
   
   
  Salam,
  Fajar (1141)
  *Butuh lebih dari sekedar overburden, untuk menekan fluida dari kedalaman 
8.000 meter untuk mencapai permukaan tanah secara alami*



 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-16 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Wupsst sorry aku pikir 8000 ft, ternyata 8000 meter ya ? Wah ini
bener-bener penemuan baru donk.
Btw, Pak Awang bisa crita bagaimana dengan deutrium dapat
memperkirakan bahwa air berasal dari kedalaman itu ? Apakah deutrium
terbentuk pada kedalaman tertentu ?

Pak Awang, apakah mungkin basement core dari Jawa Timur ini tersusun
oleh prism accretion dimana mungkin saja ada air yang terjebak
disitu ?

RDP

On 10/16/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pengukuran kadar deuterium mestinya merupakan pengukuran rutin sehingga BPLS 
 tahu kalau ada penambahan signifikan unsur ini di air LUSI dalam seminggu 
 terakhir.

   Sumur Porong menembus puncak batugamping yang menjadi targetnya di 
 kedalaman 8482 feet, sampai ke TD-nya di 8659 feet masih di batugamping 
 tersebut. Dari isotop strontium yang dilakukan di puncak batugamping kita 
 tahu bahwa batugamping itu bukan Kujung I tetapi lebih muda, yaitu 
 batugamping bagian atas Miosen Bawah (sekitar 16 Ma; kira2 ekivalen dengan 
 batugamping Tuban/Mudi di area JOB PetroChina East Java atau bahkan Rancak di 
 wilayah Kodeco West Madura. Isotop Sr juga dilakukan di sedimen klastik tepat 
 di atas batugamping (ekivalen dengan batupasir tebal di Banjar Panji-1), dan 
 umurnya loncat ke sekitar 5 Ma. Berarti tinggian Porong lama tak mendapatkan 
 sedimentasi setelah batugamping itu diendapkan di atasnya. Rumpang umurnya 11 
 juta tahun - bukan main2. Isotop Sr tak dilakukan di TD Porong-1 sehingga 
 kita tak tahu apakah sudah masuk ke batugamping Kujung I atau belum. 
 Batugamping yang ditembus Porong-1 tak sampai 200 feet.

   Kalau TD Porong-1 8659 feet masih di batugamping dan ini adalah old high, 
 mengacu ke model2 pertumbuhan batugamping reef di tinggian2 terisolasi di 
 Jawa Timur (saya pernah berikan gambar2nya ke Pak Rovicky) maka di bawah 
 batugamping ini akan CD limestone lalu langsung basement. Tak ada Ngimbang. 
 Dari data seismik, mungkin top Basement di Porong akan tercapai sebelum 
 10.000 feet, atau sebelum 3500 meter maksimum. Nah, berdasarkan hal ini maka 
 saya berpendapat bahwa kedalaman 8000 meter (26.000 feet Lebih) seperti kita 
 diskusikan itu jelas sudah masuk jauh ke dalam basement.

   Posisi LUSI masih di trend BD-Porong High, jadi ia masih di jalur tinggian. 
 Ke utaranya jelas ada low area, bagian dari Ngimbang Deep. Di sini bisa ada 
 synrift sediments Ngimbang klastik yang absen di wilayah tinggian; tetapi 
 saya pikir basement di sini tetap tak akan sampai sedalam 26.000 ft. Jadi, 
 tak ada synrift sediments di bawah LUSI yang akan terpengaruh sistem 
 hidrotermal Penanggungan atau kompleks AWA (Anjasmoro, Welirang, Arjuno) 
 sebab ini tinggian; synrift sediments berkembang ke utaranya, tetapi ini 
 berarti akan semakin menjauhi jalur volkanik yang akan mengkontribusi sistem 
 hidrotermal. Kita tunggu saja analisis deuterium lengkap untuk mengetahui 
 asalnya, kata Pak Soffian, butuh dua bulan untuk mendapatkan analisis lengkap.

   salam,
   awang

 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Apakah deutrium analysis ini hasil monitor sejak dahulu atau baru
 dulakukan saat ini ?
 Kalau memang dulu diketahui dari yg dangkal kmudian skrg dr yang dalam
 dengan metode yg sama saya mungkin bisa ngikuti pemikiran itu. Tapi
 kalau baru dilakukan saat ini saja barangkali percampuran sumber
 dangkal (+mud) saat ini sudah berkurang.
 Memang sulit kalau data sepotong2 dipakai utk analisa kontinyu.
 Hasilnya kurang mateb.

 Di sumur porong-1 kedalaman Top Kujung sekitar 8000-an, ya ?
 Brarti basement dibawah itu lagi ?
 Kalau karbonate (reef) pada satu tinggian apakah tidak mungkin ada low
 area sekitarnya ?

 Rdp

 On 10/16/07, Awang Satyana wrote:
  Pak Rovicky,
 
  Regional setting LUSI ini ada di tinggian basement Porong-BD di tepi
  selatan Kendeng Deep. Kedalaman 8000 meter (26.240 ft) di sebuah tinggian di
  Jawa Timur pasti sudah masuk ke basement. Kecuali kalau LUSI ini terjadi di
  tengah2 Kendeng Deep, kedalaman 26.000 ft lebih masih belum tentu masuk ke
  basement, walaupun sumur Jeruk-1 (Santos), sumur terdalam di Jawa Timur di
  Selat Madura (terusan Kendeng Deep) pada kedalaman 15.000 ft menembus Kujung
  (tapi sumur Jeruk masih di lereng utara Porong-BD ridge). Berapa kedalaman
  basement di tepi selatan Kendeng Deep atau tinggian Porong-BD dan berapa
  kedalamannya di tengah Kendeng Deep bisa kita modelkan sebab data
  gayaberatnya lengkap. Kedalaman 8000 meter di sekitar LUSI mestinya sudah
  jauh masuk ke basement.
 
  Kandungan deuterium yang naik signifikan di air LUSI dan perkiraan sumber
  air dari kedalaman 8000 meter (berdasarkan GPR) itu adalah data baru. Air
  yang selama ini keluar tak dilaporkan mengandung deuterium secara signifikan
  dan sumber airnya dari sekitar kedalaman 2000 meter. Ini yang volumenye
  banyak. Jadi,akhir2 ini kelihatannya ada penggantian pasokan air yang baru.
  Air dari sedimen dangkal (batupasir) atau air hasil perubahan diagenesis
  ilitisasi mineral lempung mungkin sudah mau 

Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-16 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
   
  Iya 8000 meter alias 26.240 feet, saya sampai kirim sms balik ke Pak Soffian 
BPLS apa benar 8000 meter dan bukan 8000 feet ? Ini sms saya : 
   
  mas Soffian, 8000 m atau 8000 ft ? TD sumur BJP-1 gak sampai 3000 m, dan 
dari seismik tak kelihatan ada retakan sesar sedalam 8 km; bagaimana air dr 
kedalaman 8 km bisa ke permukaan kalau tak ada konduitnya ?
   
  Dijawab dengan tegas oleh Pak Soffian sbb. : 
   
  8000 METER !!!, di sini menariknya, conduitnya terbentuk barusan, di surface 
reaktivasi sesar, pembentukan lipatan baru jelas terlihat dari data GPR, dan 
masih bergerak
   
  Saya minta data digitalnya kalau ada, kebetulan belum ada, masih hard copy di 
Badan Geologi. 
   
  Saya tak yakin deuterium bisa menunjukkan dengan langsung berasal dari 
kedalaman berapa. BPLS hanya menemukan deuterium naik, terus ada data GPR yang 
menunjukkan ada konduit baru sampai kedalaman 8000 meter; maka ditafsirkan 
bahwa air LUSI mengandung deuterium itu dari 8000 meter. Seperti e-mail saya 
buat Ferdi, saya meragukan kalau GPR bisa meresolusi sampai 8 km.
   
  Dalam hidrogeologi, untuk melacak asal air, pengukuran variasi keberlimpahan 
deuterium harus dibersamakan dengan analisis stable heavy oxygen isotopes 
oksigen 17 dan oksigen 18. Air hujan (meteoric water) kaya akan semua isotop 
ini sebagai fungsi temperatur lingkungan di mana air hujan turun (jadi 
pengayaan ini berhubungan dengan mean latitude). Pengayaan relatif isotop2 ini 
(dibandingkan dengan mean ocean water), ketika diplot terhadap temperatur, 
berkurang pengayaannya mengikuti trend line GMWL (global meteoric water line). 
Plotting ini bisa membantu kita menentukan asal sampel air (dari latitude 
berapa). Maka, kelihatannya analisis2 yang ada lebih menunjukkan ke sebaran 
lateral (latitude) bukan depth.
   
  Deuterium juga mengaya dalam sistem hidrotermal magmatik. Ini yang mungkin 
untuk kasus LUSI sebab siklus hidrotermal bisa terjadi antara Penanggungan LUSI 
dan kompleks Arjuno. Tetapi dari kedalaman 8000 meter saya pikir tak terhubung 
langsung. Mungkin saja itu diturunkan dari plot temperatur air tersebut di 
permukaan, dihubungkan dengan gradien geotermal, setelah memperhitungkan 
penurunan temperatur dalam perjalanan ke permukaan. Tak ada data temperatur air 
deuterium tersebut, tetapi bisa ditanyakan lagi. Mestinya air dari kedalaman 
8000 meter (kalau benar) bisa minimal 4x lebih panas dari air LUSI selama ini 
yang diperkirakan dari kedalaman 2000 meter. Tetapi, apa mungkin ?
   
  Tinggian2 basement terisolasi berarah BD-TL di Jawa Timur itu sebenarnya 
menunjukkan rifted basement saat terjadi rifting di depan jalur volkanik 
earliest Tertiary-Eocene (kalau ada - meragukan arc ini ada) akibat roll back. 
Jadi, memang ini wilayah kerak akresi (prisma akresi). Pada umur itu terjadi 
perlambatan konvergensi di mana2 di Indonesia Barat. Perlambatan konvergensi 
akan membuat kerak oseanik yang menunjam di bawah Sumatra dan Jawa menunjam 
lebih curam atau rolll-back. Akibat roll back, kerak akresi di depannya akan 
rifting menuju wilayah konvergensi - membuka. Bisa saja ada air laut umur tua 
(Eocene paling muda) yang terjebak di wilayah ini. Air ini juga yang mungkin 
memberikan fluiditas magma pada periode2 berikutnya saat tinggian2 basement ini 
overlapping dengan jalur volkanik Oligo-Miosen, Mio-Pliosen, dan Kuarter.
   
  Saya barusan mengecek data analisis air LUSI hasil semburan 2006, deuterium 
dan isotop oksigen 17 dan oksigen 18-nya masih depleted; saat ini dilaporkan 
enriched, berarti memang ada sumber baru. Hanya harus ditafsirkan dengan hati2  
dari mana sumbernya dan menggunakan data yang valid.
   
  salam,
  awang
  

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Wupsst sorry aku pikir 8000 ft, ternyata 8000 meter ya ? Wah ini
bener-bener penemuan baru donk.
Btw, Pak Awang bisa crita bagaimana dengan deutrium dapat
memperkirakan bahwa air berasal dari kedalaman itu ? Apakah deutrium
terbentuk pada kedalaman tertentu ?

Pak Awang, apakah mungkin basement core dari Jawa Timur ini tersusun
oleh prism accretion dimana mungkin saja ada air yang terjebak
disitu ?

RDP

On 10/16/07, Awang Satyana wrote:
 Pengukuran kadar deuterium mestinya merupakan pengukuran rutin sehingga BPLS 
 tahu kalau ada penambahan signifikan unsur ini di air LUSI dalam seminggu 
 terakhir.

 Sumur Porong menembus puncak batugamping yang menjadi targetnya di kedalaman 
 8482 feet, sampai ke TD-nya di 8659 feet masih di batugamping tersebut. Dari 
 isotop strontium yang dilakukan di puncak batugamping kita tahu bahwa 
 batugamping itu bukan Kujung I tetapi lebih muda, yaitu batugamping bagian 
 atas Miosen Bawah (sekitar 16 Ma; kira2 ekivalen dengan batugamping 
 Tuban/Mudi di area JOB PetroChina East Java atau bahkan Rancak di wilayah 
 Kodeco West Madura. Isotop Sr juga dilakukan di sedimen klastik tepat di atas 
 batugamping (ekivalen dengan batupasir tebal di Banjar Panji-1), dan umurnya 
 loncat ke sekitar 5 Ma. Berarti 

Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-16 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
On 10/16/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Dijawab dengan tegas oleh Pak Soffian sbb. :

   8000 METER !!!, di sini menariknya, conduitnya terbentuk barusan, di 
 surface reaktivasi sesar, pembentukan lipatan baru jelas terlihat dari data 
 GPR, dan masih bergerak


Aku sendiri ragu dengan kalau faultnya terbentuk barusan, barangkali
reaktivasi dari weak-zone lineament yang sudah ada sebelumnya. Kalau
dugaan ini Pak Sofyan diatas benar .. Barusan terbentuk
konduit/fracture/fault baru Saya malah mengkhawatirkan nantinya akan
akan ada amblesan di permukaan. Amblesan (fault reactivation) dari
bawah akan pelan-pelan merembet menuju ke atas.

Gejala ceprut-ceprut (intermitten flow) ini menujukkan terbuka dan
menutupnya jalan akibat runtuhan-runtuhan dibawah tanah. Tentunya akan
ada selang antara gejala ceprut-ceprut dengan amblesan di permukaan.
Kalau dahulu selangnya pendek karena dangkal, kali ini selangnya akan
lebih lama, karena adanya gejala runtuhan (gerakan) dari dalam.
Seperti yang pernah aku tulis sebelumnya disini:
http://rovicky.wordpress.com/2007/09/14/tuuuh-kan-lusi-luber-lagi/

salam
rdp
-- 
http://rovicky.wordpress.com/


JOINT CONVENTION BALI 2007
The 32nd HAGI, the 36th IAGI, and the 29th IATMI Annual Convention and 
Exhibition,
Bali Convention Center, 13-16 November 2007

To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-
DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI be 
liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or 
damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, 
arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI 
mailing list.
-



[iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-15 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Apakah deutrium analysis ini hasil monitor sejak dahulu atau baru
dulakukan saat ini ?
Kalau memang dulu diketahui dari yg dangkal kmudian skrg dr yang dalam
dengan metode yg sama saya mungkin bisa ngikuti pemikiran itu. Tapi
kalau baru dilakukan saat ini saja barangkali percampuran sumber
dangkal (+mud) saat ini sudah berkurang.
Memang sulit kalau data sepotong2 dipakai utk analisa kontinyu.
Hasilnya kurang mateb.

Di sumur porong-1 kedalaman Top Kujung  sekitar 8000-an, ya ?
Brarti basement dibawah itu lagi ?
Kalau karbonate (reef) pada satu tinggian apakah tidak mungkin ada low
area sekitarnya ?

Rdp

On 10/16/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pak Rovicky,

   Regional setting LUSI ini ada di tinggian basement Porong-BD di tepi
 selatan Kendeng Deep. Kedalaman 8000 meter (26.240 ft) di sebuah tinggian di
 Jawa Timur pasti sudah masuk ke basement. Kecuali kalau LUSI ini terjadi di
 tengah2 Kendeng Deep, kedalaman 26.000 ft lebih masih belum tentu masuk ke
 basement, walaupun sumur Jeruk-1 (Santos), sumur terdalam di Jawa Timur di
 Selat Madura (terusan Kendeng Deep) pada kedalaman 15.000 ft menembus Kujung
 (tapi sumur Jeruk masih di lereng utara Porong-BD ridge). Berapa kedalaman
 basement di tepi selatan Kendeng Deep atau tinggian Porong-BD dan berapa
 kedalamannya di tengah Kendeng Deep bisa kita modelkan sebab data
 gayaberatnya lengkap. Kedalaman 8000 meter di sekitar LUSI mestinya sudah
 jauh masuk ke basement.

   Kandungan deuterium yang naik signifikan di air LUSI dan perkiraan sumber
 air dari kedalaman 8000 meter (berdasarkan GPR) itu adalah data baru. Air
 yang selama ini keluar tak dilaporkan mengandung deuterium secara signifikan
 dan sumber airnya dari sekitar kedalaman 2000 meter. Ini yang volumenye
 banyak. Jadi,akhir2 ini kelihatannya ada penggantian pasokan air yang baru.
 Air dari sedimen dangkal (batupasir) atau air hasil perubahan diagenesis
 ilitisasi mineral lempung mungkin sudah mau habis, lalu digantikan air dari
 kedalaman 8000 meter yang banyak mengandung deuterium.

   Infonya baru sepotong2 jadi sulit menafsirkannya. Mestinya temperatur air
 baru ini lebih panas sebab dari sumber lebih dalam. Kalau volumenya sedikit
 ya wajar saja sebab dalam pandangan ini air tersebut bisa dari hasil
 diferensiasi magmatik (kalau benar dari kedalaman 8000 meter). Kalau ia
 masih menyemburkan lempung dan lumpur ya wajar juga sebab ini semacam caving
 di retakan konduit yang dibawa air saat melaluinya untuk menyembur di
 permukaan.

   Akan halnya deuterium yang signifikan memang ia bisa mengindikasi
 penggantian pasokan ke lebih sistem hidrotermal yang magmatik daripada
 sumber sebelumnya yang merupakan air formasi di batupasir atau hasil
 perubahan diagenesis ilitisasi di lapisan lempung dari kedalaman dangkal
 (2000 meter). Analisis isotop deuterium dibantu analisis isotop oksigen-18
 dapat dipakai untuk memperkirakan sumber air antara igneous vs. basinal
 fluid sources. Kalau dicurigai sistem mineralized hydrothermal, juga bisa
 dilakukan analisis petrografi Na-Ca alteration pada lempung yang
 disemburkan.

   Coba kita lihat ulah LUSI dalam beberapa hari-minggu ke depan sambil
 mencoba mencari validitas data baru yang ditemukan BPLS. Kelihatannya data
 GPR yang merekam sampai kedalaman 8000 meter perlu divalidasi dan analisis
 kimiawi air yang lengkap juga diperlukan kalau mau menafsirkan dengan lebih
 baik sumber air ini.

   salam,
   awang

 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air
 dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi
 sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi
 http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi
 waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi
 ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'.

 Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan
 terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence
 (banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang
 semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan
 sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB
 dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya
 adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat
 terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah
 scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih
 intensif.

 Air dari kedalaman 8000 m.
 Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke
 basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau
 paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung
 air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model
 itu sebagai potential hydrothermal reservoir.

 Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit
 kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada
 

Re: [iagi-net-l] Re: BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-15 Terurut Topik Awang Satyana
Pengukuran kadar deuterium mestinya merupakan pengukuran rutin sehingga BPLS 
tahu kalau ada penambahan signifikan unsur ini di air LUSI dalam seminggu 
terakhir.
   
  Sumur Porong menembus puncak batugamping yang menjadi targetnya di kedalaman 
8482 feet, sampai ke TD-nya di 8659 feet masih di batugamping tersebut. Dari 
isotop strontium yang dilakukan di puncak batugamping kita tahu bahwa 
batugamping itu bukan Kujung I tetapi lebih muda, yaitu batugamping bagian atas 
Miosen Bawah (sekitar 16 Ma; kira2 ekivalen dengan batugamping Tuban/Mudi di 
area JOB PetroChina East Java atau bahkan Rancak di wilayah Kodeco West Madura. 
Isotop Sr juga dilakukan di sedimen klastik tepat di atas batugamping (ekivalen 
dengan batupasir tebal di Banjar Panji-1), dan umurnya loncat ke sekitar 5 Ma. 
Berarti tinggian Porong lama tak mendapatkan sedimentasi setelah batugamping 
itu diendapkan di atasnya. Rumpang umurnya 11 juta tahun - bukan main2. Isotop 
Sr tak dilakukan di TD Porong-1 sehingga kita tak tahu apakah sudah masuk ke 
batugamping Kujung I atau belum. Batugamping yang ditembus Porong-1 tak sampai 
200 feet.
   
  Kalau TD Porong-1 8659 feet masih di batugamping dan ini adalah old high, 
mengacu ke model2 pertumbuhan batugamping reef di tinggian2 terisolasi di Jawa 
Timur (saya pernah berikan gambar2nya ke Pak Rovicky) maka di bawah batugamping 
ini akan CD limestone lalu langsung basement. Tak ada Ngimbang. Dari data 
seismik, mungkin top Basement di Porong akan tercapai sebelum 10.000 feet, atau 
sebelum 3500 meter maksimum. Nah, berdasarkan hal ini maka saya berpendapat 
bahwa kedalaman 8000 meter (26.000 feet Lebih) seperti kita diskusikan itu 
jelas sudah masuk jauh ke dalam basement.
   
  Posisi LUSI masih di trend BD-Porong High, jadi ia masih di jalur tinggian. 
Ke utaranya jelas ada low area, bagian dari Ngimbang Deep. Di sini bisa ada 
synrift sediments Ngimbang klastik yang absen di wilayah tinggian; tetapi saya 
pikir basement di sini tetap tak akan sampai sedalam 26.000 ft. Jadi, tak ada 
synrift sediments di bawah LUSI yang akan terpengaruh sistem hidrotermal 
Penanggungan atau kompleks AWA (Anjasmoro, Welirang, Arjuno) sebab ini 
tinggian; synrift sediments berkembang ke utaranya, tetapi ini berarti akan 
semakin menjauhi jalur volkanik yang akan mengkontribusi sistem hidrotermal. 
Kita tunggu saja analisis deuterium lengkap untuk mengetahui asalnya, kata Pak 
Soffian, butuh dua bulan untuk mendapatkan analisis lengkap.
   
  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Apakah deutrium analysis ini hasil monitor sejak dahulu atau baru
dulakukan saat ini ?
Kalau memang dulu diketahui dari yg dangkal kmudian skrg dr yang dalam
dengan metode yg sama saya mungkin bisa ngikuti pemikiran itu. Tapi
kalau baru dilakukan saat ini saja barangkali percampuran sumber
dangkal (+mud) saat ini sudah berkurang.
Memang sulit kalau data sepotong2 dipakai utk analisa kontinyu.
Hasilnya kurang mateb.

Di sumur porong-1 kedalaman Top Kujung sekitar 8000-an, ya ?
Brarti basement dibawah itu lagi ?
Kalau karbonate (reef) pada satu tinggian apakah tidak mungkin ada low
area sekitarnya ?

Rdp

On 10/16/07, Awang Satyana wrote:
 Pak Rovicky,

 Regional setting LUSI ini ada di tinggian basement Porong-BD di tepi
 selatan Kendeng Deep. Kedalaman 8000 meter (26.240 ft) di sebuah tinggian di
 Jawa Timur pasti sudah masuk ke basement. Kecuali kalau LUSI ini terjadi di
 tengah2 Kendeng Deep, kedalaman 26.000 ft lebih masih belum tentu masuk ke
 basement, walaupun sumur Jeruk-1 (Santos), sumur terdalam di Jawa Timur di
 Selat Madura (terusan Kendeng Deep) pada kedalaman 15.000 ft menembus Kujung
 (tapi sumur Jeruk masih di lereng utara Porong-BD ridge). Berapa kedalaman
 basement di tepi selatan Kendeng Deep atau tinggian Porong-BD dan berapa
 kedalamannya di tengah Kendeng Deep bisa kita modelkan sebab data
 gayaberatnya lengkap. Kedalaman 8000 meter di sekitar LUSI mestinya sudah
 jauh masuk ke basement.

 Kandungan deuterium yang naik signifikan di air LUSI dan perkiraan sumber
 air dari kedalaman 8000 meter (berdasarkan GPR) itu adalah data baru. Air
 yang selama ini keluar tak dilaporkan mengandung deuterium secara signifikan
 dan sumber airnya dari sekitar kedalaman 2000 meter. Ini yang volumenye
 banyak. Jadi,akhir2 ini kelihatannya ada penggantian pasokan air yang baru.
 Air dari sedimen dangkal (batupasir) atau air hasil perubahan diagenesis
 ilitisasi mineral lempung mungkin sudah mau habis, lalu digantikan air dari
 kedalaman 8000 meter yang banyak mengandung deuterium.

 Infonya baru sepotong2 jadi sulit menafsirkannya. Mestinya temperatur air
 baru ini lebih panas sebab dari sumber lebih dalam. Kalau volumenya sedikit
 ya wajar saja sebab dalam pandangan ini air tersebut bisa dari hasil
 diferensiasi magmatik (kalau benar dari kedalaman 8000 meter). Kalau ia
 masih menyemburkan lempung dan lumpur ya wajar juga sebab ini semacam caving
 di retakan konduit yang dibawa air saat melaluinya untuk