RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-12 Terurut Topik Ong Han Ling
Teman-teman,


Kalau dilihat dari sudut banyaknya pekerjaan yang ingin dilakukan/diselesaikan 
Pemerintah, kemampuan Pemerintah sangat terbatas, baik financial, 
infrastruktur, maupun kemampuan sumber manusianya. Business sense kebanyakan 
pegawai negeri sangat kurang hingga peraturan yang dibuat “doesn’t make sense”.

Sering kali ESDM/SKKMIGAS ingin membantu swasta dan mengeluarkan peraturan. 
Karena pengetahuan business pegawai negeri sangat kurang, justru peraturan 
sering merugikan swasta, yang justru ingin dibantu. 

Sebagai salah satu contoh, kalau swasta ingin ikut tender di perusahaan minyak, 
perlu sekitar 15-20 perizinan yang setiap tahun perlu diperbaharui. Peserta 
tender harus ikut kursus 5 hari penuh dan ujian. Konon tingkat kelulusan lebih 
kecil dari lulus sarjana ITB.   

Saya sependapat dengan Pak Sonny. Perasaan memiliki diantara teman2 pegawai 
Negeri kurang, kalau dibandingkan dengan mereka yang bekerja di perusahaan 
asing/swasta. 

Saya ingin mengutip dua Presiden Amerika yang sangat berhasil memajukan ekonomi 
Amerika. Keduanya terpilih 2X4 tahun: 

President Ronald Reagan (Republican):   “Government isn’t the solution; it’s 
the problem”. 

President Bill Clinton (Democrat): “The era of big Government is over”. 

Indonesia terbalik. Keikut sertaan Pemerintah makin kental dan terlihat 
dimana-mana. 

Salam,

HL Ong


  


-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of sonny t 
pangestu - sonnytpangestu@
Sent: Tuesday, December 9, 2014 9:21 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh 
level US$60

Pengalaman saya sih pemerintah gak tau banyak. Mereka tidak di lapangan 
menyaksikan apalagi mengendalikan operasi. Dan itu saya pastikan dgn seringkali 
berapat dgn pemerintah, bhw mereka tidak tau. Kalau dikasi tau juga gak paham 
krn mrk tdk mengalaminya sendiri. Mereka tidak menghayati permasalahannya.
Lebih jauh lagi pegawai yg bertugas di bidang itu tdk merasakan kerugian 
negara. Kecuali sumberdaya migas-minerba itu miliknya mungkin mereka mau nyadar.
Ya sudahlah kalau memang IAGI merasa tdk perlu. Dan merasa puas dgn cuma 
ngedumel di dalam kalangannya sendiri di milis ini. Tidak akan ada harapan 
perubahan perbaikan tanpa proaktif kita keluar dari sarang IAGI dan berbicara 
ke sana. Dan kurang manfaat ilmu dan pengetahuan kita hanya beredar di kalangan 
sendiri tanpa ada yang menyuarakannya keluar.

Lihat tu conto Walhi, jatam, ICW dan lain-lain mereka sedikit orangnya namun 
sangat aktif bicara keluar. Hubungan mereka ke media bagus. Juga hubungan 
mereka ke pemerintah lumayan efektif dalam menyusun berbagai 
peraturan-per-uu-an di negara ini.

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wed, 10 Dec 2014 07:58:36
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh
 level US$60

Sebetulnya Pemerintah sudah tahu lah , lha wong Pemerintah itu
punya berbagai intrumen diantaranya ESDM/ Dirjen Migas , SKK
migas , Pertamina , PLN termasuk DEN  dll , shg persoalan yg
terjadi saya yakin juga  sdh paham.
Mungkin yg belum adalah Tindakan yang sesuai dg  Keinginaan yg
diluar pemerintah atau Pasar.
Perlu diketahui dalam setiap  tindakan , pemerintah itu terikat
dg UU Tidak bisa melakukan tindakan diluar UU dan harus
mempertimbangkan berbagai Aspek tidak semata mata berdasarkan
perhitungan ekonomi pasar.
seperti contohnya , dalam pasal 28 UU Migas 2001 , yg
mengamatkan harga  BBM dan Gas didalam negeri mengikuti
mekanisme harga pasar , ternyata pasal ini Malah di Batalkan
Oleh MK , ya apa boleh  buat Pemerintah tidak bisa seenaknya
ngikuti harga pasar untuk menentukan harga BBM dan Gas didalam
negeri
ISM


 Suarakan ke Jokowi dan DPR RI.
 Kalo cuma di milis ini ya besok sdh pada gak tau ke mana.

 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 11:54:26
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga
 Minyak menyentuh
 level US$60

 Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu
 minta harga yang Tinggi .

 Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko
 Ora Tuku } , alias Stagnan

 Ism

 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga
 Minyak menyentuh
 level US$60
 Pak Ong,

 Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman
 dihargain 9-12cent/kwh,
 kita mau main di GeoThermal jadi
 susah untuk meyakinkan para investor
 padahal
 ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas
 yg
 cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk
 majunya bisnis
 explorasi di bidang

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-09 Terurut Topik sonny t pangestu
Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di antara 
kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan komisi DPR 
RI yg membidangi ini.
IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji 
berkopentensi, pak DR Ong Han Ling.
Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai.
Kita kudu gesit.
Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau 
memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau.
Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar dan 
melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI.

Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari krn 
keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi.

Salam
(Sonny - iagi712)


-Original Message-
From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh
 level US$60

Dear Pak Ong,

Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para
pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang
disebutkan Pak Ong..

Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3
dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan
segera berproduksi dalam waktu dekat... :-)


salam,

On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote:
 Teman-teman IAGI,



 Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi -
 eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada
 gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad
 industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi
 impor dengan harga tinggi.



 Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena
 kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional.



 Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya
 saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang
 disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses
 pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus 162
 derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai ditempat
 ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant.
 Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali
 lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya
 diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar,
 harga gas pipa PLN Muara Karang  menjadi $21+/mmbtu.



 Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra
 Selatan dengan harga $5.80/mmbtu.



 Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S akan
 aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas,
 yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga CBM
 di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan
 otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang
 infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant.



 Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga gas
 pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi. Setelah
 dapat gas tidak bisa dijual karena infrastruktur belum ada.



 Juga untuk Geeothermal, harga 9-12 cent/kwh yang ditawarkan Pemerintah masih
 terlalu rendah.



 Demikian juga dengan Energy Baru dan Terbarukan atau EBT. Kalau diluar
 Negeri seperti di Eropa, EBT maju karena mereka bersaing dengan harga BBM
 yang dikenakan pajak sampai 300%. Di Indonesia EBT disuruh bersaing dengan
 harga BBM yang disubsidi. Bagiamana bisa berkembang?



 IAGI juga perlu mengejar proyek2 yang berjalan ditempat sampai beberapa
 tahun.  Contoh adalah tiga proyek LNG, IDD Chevron, Masela, dan Train 3
 Wiryagar. Ketiga proyek besarnya mencapai $40+ billion. Jika ke-3 proyek ini
 dikembangkan pekerjaan geologi sangat besar termasuk seismik dan pemboran.
 IAGi perlu memberi input kepada Pemerintah ttg. perkembangan di luar negeri.
 Bahwa overun budget adalah umum. Bahwa akan ada kompetisi LNG dari Western
 Australia dan sekarang shale gas dari Canada dan USA. . Bahwa umpama
 perkembangan Chevron Gorgon di Australia mengalami overun of budget luar
 biasa hingga kemungkinan besar IDD ditunda karena dana akan di pakai di
 Gorgon dimana  sales kontrak telah ditandatangani. Sedangkan bagi Indonesia
 kalau IDD dibatalkan, LNG Bontang yang sekarang hanya terpakai  60%,  akan
 mengalami kerugian. Demikian juga dengan Masela yang ditemukan bersamaan
 ditemukan Ichthys di Australia. Inpex Ichthys di Austrlia Barat telah mulai
 pembangunan sejak akir 2011 dan sekarang memerlukan dana tambahan yang cukup
 besar karena budget overun. Kemungkinan besar, dengan harga minyak yang
 anjlok, dana Masela akan dialihkan oleh Inpex

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-09 Terurut Topik rakhmadi avianto
Pak Ong,

Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh,
kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor
padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg
cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis
explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident,
karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk
GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di
beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT
dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak.

Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli
standed gas dg $10/mmbtu?

Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va
dis!

Salam
Kaji Avi

-- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah
--*

2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu 
SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id:

 Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di
 antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan
 komisi DPR RI yg membidangi ini.
 IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji
 berkopentensi, pak DR Ong Han Ling.
 Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai.
 Kita kudu gesit.
 Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau
 memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau.
 Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar
 dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI.

 Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari
 krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi.

 Salam
 (Sonny - iagi712)


 -Original Message-
 From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh
  level US$60

 Dear Pak Ong,

 Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para
 pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang
 disebutkan Pak Ong..

 Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3
 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan
 segera berproduksi dalam waktu dekat... :-)


 salam,

 On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote:
  Teman-teman IAGI,
 
 
 
  Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi -
  eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada
  gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar
 kepad
  industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S
 tetapi
  impor dengan harga tinggi.
 
 
 
  Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena
  kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional.
 
 
 
  Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya
  saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa,
 yang
  disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses
  pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus
 162
  derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai
 ditempat
  ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant.
  Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali
  lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya
  diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar,
  harga gas pipa PLN Muara Karang  menjadi $21+/mmbtu.
 
 
 
  Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra
  Selatan dengan harga $5.80/mmbtu.
 
 
 
  Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S
 akan
  aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas,
  yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga
 CBM
  di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan
  otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang
  infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant.
 
 
 
  Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga
 gas
  pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi.
 Setelah
  dapat gas tidak bisa dijual karena infrastruktur belum ada.
 
 
 
  Juga untuk Geeothermal, harga 9-12 cent/kwh yang ditawarkan Pemerintah
 masih
  terlalu rendah.
 
 
 
  Demikian juga dengan Energy Baru dan Terbarukan atau EBT. Kalau diluar
  Negeri seperti di Eropa, EBT maju karena mereka bersaing dengan harga BBM
  yang dikenakan pajak sampai 300%. Di Indonesia EBT disuruh bersaing
 dengan
  harga BBM yang disubsidi. Bagiamana bisa berkembang?
 
 
 
  IAGI juga perlu mengejar proyek2 yang berjalan ditempat

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-09 Terurut Topik Amir Al Amin
must watch this video. inside Pertamina.

https://www.youtube.com/watch?v=02eTsf9Bx9Efeature=youtu.be

2014-12-09 16:11 GMT+07:00 rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com:

 Pak Ong,

 Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain
 9-12cent/kwh, kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para
 investor padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg
 gas yg cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis
 explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident,
 karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk
 GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di
 beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT
 dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak.

 Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli
 standed gas dg $10/mmbtu?

 Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va
 dis!

 Salam
 Kaji Avi

 -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah
 --*

 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu 
 SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id:

 Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di
 antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan
 komisi DPR RI yg membidangi ini.
 IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji
 berkopentensi, pak DR Ong Han Ling.
 Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai.
 Kita kudu gesit.
 Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau
 memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau.
 Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar
 dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI.

 Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari
 krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi.

 Salam
 (Sonny - iagi712)


 -Original Message-
 From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh
  level US$60

 Dear Pak Ong,

 Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para
 pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang
 disebutkan Pak Ong..

 Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3
 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan
 segera berproduksi dalam waktu dekat... :-)


 salam,

 On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote:
  Teman-teman IAGI,
 
 
 
  Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi -
  eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada
  gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar
 kepad
  industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S
 tetapi
  impor dengan harga tinggi.
 
 
 
  Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena
  kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional.
 
 
 
  Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya
  saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa,
 yang
  disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena
 proses
  pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai
 minus 162
  derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai
 ditempat
  ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power
 Plant.
  Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali
  lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya
  diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar,
  harga gas pipa PLN Muara Karang  menjadi $21+/mmbtu.
 
 
 
  Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra
  Selatan dengan harga $5.80/mmbtu.
 
 
 
  Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S
 akan
  aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded
 gas,
  yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga
 CBM
  di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi
 akan
  otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang
  infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant.
 
 
 
  Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga
 gas
  pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi.
 Setelah
  dapat gas tidak bisa dijual karena infrastruktur belum ada.
 
 
 
  Juga untuk Geeothermal, harga 9-12 cent/kwh yang ditawarkan Pemerintah
 masih
  terlalu rendah.
 
 
 
  Demikian juga dengan Energy Baru dan Terbarukan atau EBT. Kalau diluar
  Negeri seperti di Eropa, EBT maju karena mereka bersaing dengan harga

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-09 Terurut Topik liamsi
Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu minta harga yang 
Tinggi .

Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko Ora Tuku } , alias 
Stagnan 

Ism

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh
 level US$60
Pak Ong,

Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh,
kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor
padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg
cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis
explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident,
karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk
GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di
beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT
dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak.

Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli
standed gas dg $10/mmbtu?

Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va
dis!

Salam
Kaji Avi

-- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah
--*

2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu 
SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id:

 Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di
 antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan
 komisi DPR RI yg membidangi ini.
 IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji
 berkopentensi, pak DR Ong Han Ling.
 Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai.
 Kita kudu gesit.
 Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau
 memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau.
 Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar
 dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI.

 Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari
 krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi.

 Salam
 (Sonny - iagi712)


 -Original Message-
 From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh
  level US$60

 Dear Pak Ong,

 Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para
 pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang
 disebutkan Pak Ong..

 Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3
 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan
 segera berproduksi dalam waktu dekat... :-)


 salam,

 On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote:
  Teman-teman IAGI,
 
 
 
  Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi -
  eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada
  gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar
 kepad
  industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S
 tetapi
  impor dengan harga tinggi.
 
 
 
  Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena
  kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional.
 
 
 
  Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya
  saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa,
 yang
  disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses
  pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus
 162
  derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai
 ditempat
  ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant.
  Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali
  lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya
  diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar,
  harga gas pipa PLN Muara Karang  menjadi $21+/mmbtu.
 
 
 
  Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra
  Selatan dengan harga $5.80/mmbtu.
 
 
 
  Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S
 akan
  aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas,
  yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga
 CBM
  di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan
  otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang
  infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant.
 
 
 
  Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga
 gas
  pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi.
 Setelah
  dapat gas tidak bisa

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-09 Terurut Topik sonny t pangestu
Suarakan ke Jokowi dan DPR RI.
Kalo cuma di milis ini ya besok sdh pada gak tau ke mana.

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tue, 9 Dec 2014 11:54:26 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh
 level US$60

Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu minta harga yang 
Tinggi .

Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko Ora Tuku } , alias 
Stagnan 

Ism

Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh
 level US$60
Pak Ong,

Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh,
kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor
padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg
cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis
explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident,
karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk
GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di
beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT
dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak.

Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli
standed gas dg $10/mmbtu?

Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va
dis!

Salam
Kaji Avi

-- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah
--*

2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu 
SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id:

 Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di
 antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan
 komisi DPR RI yg membidangi ini.
 IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji
 berkopentensi, pak DR Ong Han Ling.
 Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai.
 Kita kudu gesit.
 Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau
 memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau.
 Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar
 dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI.

 Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari
 krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi.

 Salam
 (Sonny - iagi712)


 -Original Message-
 From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh
  level US$60

 Dear Pak Ong,

 Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para
 pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang
 disebutkan Pak Ong..

 Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3
 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan
 segera berproduksi dalam waktu dekat... :-)


 salam,

 On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote:
  Teman-teman IAGI,
 
 
 
  Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi -
  eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada
  gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar
 kepad
  industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S
 tetapi
  impor dengan harga tinggi.
 
 
 
  Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena
  kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional.
 
 
 
  Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya
  saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa,
 yang
  disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses
  pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus
 162
  derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai
 ditempat
  ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant.
  Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali
  lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya
  diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar,
  harga gas pipa PLN Muara Karang  menjadi $21+/mmbtu.
 
 
 
  Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra
  Selatan dengan harga $5.80/mmbtu.
 
 
 
  Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S
 akan
  aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas,
  yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga
 CBM
  di Sumatra Selatan yang

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-09 Terurut Topik liamsi
Sebetulnya Pemerintah sudah tahu lah , lha wong Pemerintah itu
punya berbagai intrumen diantaranya ESDM/ Dirjen Migas , SKK
migas , Pertamina , PLN termasuk DEN  dll , shg persoalan yg
terjadi saya yakin juga  sdh paham.
Mungkin yg belum adalah Tindakan yang sesuai dg  Keinginaan yg
diluar pemerintah atau Pasar.
Perlu diketahui dalam setiap  tindakan , pemerintah itu terikat
dg UU Tidak bisa melakukan tindakan diluar UU dan harus
mempertimbangkan berbagai Aspek tidak semata mata berdasarkan
perhitungan ekonomi pasar.
seperti contohnya , dalam pasal 28 UU Migas 2001 , yg
mengamatkan harga  BBM dan Gas didalam negeri mengikuti
mekanisme harga pasar , ternyata pasal ini Malah di Batalkan
Oleh MK , ya apa boleh  buat Pemerintah tidak bisa seenaknya
ngikuti harga pasar untuk menentukan harga BBM dan Gas didalam
negeri
ISM


 Suarakan ke Jokowi dan DPR RI.
 Kalo cuma di milis ini ya besok sdh pada gak tau ke mana.

 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 11:54:26
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga
 Minyak menyentuh
 level US$60

 Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu
 minta harga yang Tinggi .

 Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko
 Ora Tuku } , alias Stagnan

 Ism

 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga
 Minyak menyentuh
 level US$60
 Pak Ong,

 Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman
 dihargain 9-12cent/kwh,
 kita mau main di GeoThermal jadi
 susah untuk meyakinkan para investor
 padahal
 ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas
 yg
 cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk
 majunya bisnis
 explorasi di bidang gas, sehingga all fields
 jadi stranded gas by accident,
 karena daya beli bayer (baca
 PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk
 GeoThermal dan
 just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di
 beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi
 di gunung for GT
 dan semua stranded Gas Field akan menjadi
 marak.

 Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu
 kenapa tidak beli
 standed gas dg $10/mmbtu?

 Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin
 mudah? Quo va
 dis!

 Salam
 Kaji Avi

 -- *Do not give up and do not ever look back and
 tawakkal ilallah
 --*

 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu 
 SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id:

 Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa
 cukup bicara di
 antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan
 inim kita bertandang ke Jokowi dan
 komisi DPR RI yg
 membidangi ini.
 IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg
 dgn penyaji
 berkopentensi, pak DR Ong Han Ling.
 Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai.
 Kita kudu gesit.
 Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak
 Jokowi sblm beliau
 memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih
 krn ketidaktauan beliau.
 Kalau perlu undang Jokowi
 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar
 dan
 melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI.

 Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI.
 Lalu gigit jari
 krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi
 keputusan Jokowi.

 Salam
 (Sonny - iagi712)


 -Original Message-
 From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was:
 Harga Minyak
 menyentuh
  level US$60

 Dear Pak Ong,

 Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana
 sehingga para
 pengambil keputusan tidak membaca
 tanda-tanda jaman seperti yang
 disebutkan Pak Ong..

 Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi,
 Wiriagar-3
 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi
 bahwa Natuna D-Alpha akan
 segera berproduksi dalam waktu
 dekat... :-)


 salam,

 On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote:
  Teman-teman IAGI,
 
 
 
  Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah
  melakukan eksplorasi -
 eksplorasi dan sekali lagi
  eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada
 gunanya
  eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang
  wajar
 kepad
  industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga
  rendah bagi K3S
 tetapi
  impor dengan harga tinggi.
 
 
 
  Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi
  adalah benar karena
 kedua commodity energy tersebut
  berpacu pada harga pasar Internsional.
 
 
 
  Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti
  gas. Sebelumnya
 saya ingin menerangkan bahwa ada
  perbedaan besar antara harga gas pipa,
 yang
  disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal
  sekali

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-09 Terurut Topik S. (Daru) Prihatmoko
, dengan harga minyak yang
 anjlok, dana Masela akan dialihkan oleh Inpex ke Ichthys Ausralia.
Indonesia
 gigit jari.



 Jadi selain eksplorasi yang perlu dikejar oleh IAGI, Pemerintah perlu
 diperingatkan untuk memberikan harga gas pipa yang wajar kepada K3S yang
 sudah puluhan tahun beroperasi di Indonesia. IAGI perlu memberi tau
bahwa
 EBT adalah prioritas terakir. IAGI juga perlu memberikan input
perkembangan
 EP diluar Negeri sebagai masukan dalam penentuan proyek2 dalam negari.



 Sekarang tentang hal lain sama sekali. Saya ingin promosi ttg. kursus
yang
 akan saya berikan di IPA minggu depan, tgl 15-19 December di Hotel
Hilton,
 Bandung. Kursus dengan judul Practical investment appraisal and
business
 decision analysis in Petroleum Exploration and Production . Kursus ini
 telah diberikan terus menerus selama 14 tahun. Jika ada yang berminat
bisa
 langsung mendaftarkan di IPA, Ibu Anna tlp.021-515-5959 atau email:
 i...@cbn.net.id.



 Salam,



 HL Ong.



 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
Bambang
 P. Istadi
 Sent: Friday, December 5, 2014 12:19 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh level US$60



 Ikut nimbrung Abah, pak Ong,



 Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti
 melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico
yang
 sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream
dan
 downstream. Konon produksinya turun, yang dulu mencapai 3.7 juta menjadi
 tinggal 2.5 juta bopd. Meskipun produksinya masih memenuhi kebutuhan
dalam
 negeri dan masih export minyak ke US, tapi pemerintah Mexico merasa
perlu
 melakukan reformasi dengan perubahan konstitusi yang telah disahkan
akhir
 tahun lalu. Pemerintah Mexico saat inipun sadar hasilnya hanya akan
 dinikmati oleh pemerintah masa mendatang atau partai lain. Selama ini
mereka
 menganut service contract,… kontrak jasa, berupa cost + fee yang tidak
 menarik bagi investor, tapi dalam format baru, akan ada PSC, joint
venture
 dengan Pemex, dan investor bisa membukukan cadangan dll.



 Contoh lain adalah Colombia yang melakukan reformasi kebijakan fiscal
dan
 peraturan migas tahun 2003 yang merupakan insentif bagi investor.
Hasilnya
 bisa dilihat sekarang, produksi minyaknya naik secara signifikan,
hampir 2
 kali lipat.



 Bagaimana dengan Indonesia? Puncak produksi minyak terjadi di tahun
1977 dan
 1996 yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah sumur yang dibor,
 meningkat jumlah penemuan sekaligus naiknya produksi sehingga mencapai
 puncak. Saat ini penemuan lapangan baru, jarang dan kecil2, karena
kegiatan
 ekplorasi menurun. Penemuan lapangan skala besar terakhir tahun 1992
 (lapangan Banyu Urip Cepu).



 Kalau kita kembali kecontoh Mexico, apa yang terjadi di Indonesia malah
 sebaliknya,… yang sedang hangat untuk kontrak baru adalah pilihan lain
 selain PSC dengan memberlakukan service contract. Selain itu masalah POD
 ring-fencing atau cost recovery per lapangan, tidak lagi per PSC. Apa
 dampaknya terhadap eksplorasi? Kemungkinan besar perusahaan minyak
menjadi
 enggan melakukan eksplorasi, karena resiko explorasi tidak lagi bisa
dicost
 recovery. Kalaupun bisa dicost recovery, jangka waktu yang panjang
antara
 penemuan dengan komersialisasi bisa membuat perusahaan minyak goyah.
 Beberapa contoh jangka waktu lama antara lain Tangguh, Donggi-Senoro,
Natuna
 D-Alpha bahkan sudah sekitar 30an tahun sejak penemuan. Dengan demikian,
 perusahaan hanya akan memproduksi apa yang sudah ditemukan saja, tanpa
usaha
 explorasi. Soal lain adalah masalah tidak adanya depresiasi yang
dipercepat.
 Perusahaan tentunya tidak akan meninggalkan sunk cost yang tinggi pada
akhir
 kontrak karena tidak ada jaminan PSC bisa diperpanjang/ diperbaharui.
 Artinya tidak akan ada investasi baru pada 5 tahun sebelum masa kontrak
 berakhir.



 Jadi, pentingkah eksplorasi? Mungkin saja tidak karena hal2 diatas
membuat
 kegiatan eksplorasi tidak menarik, ie. Kontrak jasa, POD ring fencing,
 jangka waktu lama untuk komersialisasi, depresiasi tidak bisa
dipercepat.
 Apalagi dengan issue2 lain seperti pajak bumi dan bangunan (pbb) blok
 explorasi, banyaknya perizinan, kurangnya data2 subsurface dll.



 Adakah solusi? Seorang kawan bijak mengatakan “look at history”.
Bayangkan
 pada tahun 1967-1968, Indonesia saat itu masih kacau, tidak aman,
politik
 bergejolak, tidak ada infrastruktur,… tapi berhasil mengundang investor
 untuk masuk dan bereksplorasi. Diantaranya menemukan Arun dan Badak yang
 menjadi cikal bakal industry LNG di Indonesia. Bontang bahkan menjadi
proyek
 LNG tercepat didunia yang selesai dalam 5 tahun. Duniapun kagum dengan
 Indonesia dan banyak yang datang belajar cara mengelola industri migas.
 Konon saat itu “everything was simple” managemen Pertamina memiliki
wewenang
 untuk mengambil keputusan2 penting secara cepat.



 Mungkin saja dengan look at history, cara2 dan filosofi yang dianut pada

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-09 Terurut Topik sonny t pangestu
Pengalaman saya sih pemerintah gak tau banyak. Mereka tidak di lapangan 
menyaksikan apalagi mengendalikan operasi. Dan itu saya pastikan dgn seringkali 
berapat dgn pemerintah, bhw mereka tidak tau. Kalau dikasi tau juga gak paham 
krn mrk tdk mengalaminya sendiri. Mereka tidak menghayati permasalahannya.
Lebih jauh lagi pegawai yg bertugas di bidang itu tdk merasakan kerugian 
negara. Kecuali sumberdaya migas-minerba itu miliknya mungkin mereka mau nyadar.
Ya sudahlah kalau memang IAGI merasa tdk perlu. Dan merasa puas dgn cuma 
ngedumel di dalam kalangannya sendiri di milis ini. Tidak akan ada harapan 
perubahan perbaikan tanpa proaktif kita keluar dari sarang IAGI dan berbicara 
ke sana. Dan kurang manfaat ilmu dan pengetahuan kita hanya beredar di kalangan 
sendiri tanpa ada yang menyuarakannya keluar.

Lihat tu conto Walhi, jatam, ICW dan lain-lain mereka sedikit orangnya namun 
sangat aktif bicara keluar. Hubungan mereka ke media bagus. Juga hubungan 
mereka ke pemerintah lumayan efektif dalam menyusun berbagai 
peraturan-per-uu-an di negara ini.

-Original Message-
From: lia...@indo.net.id
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Wed, 10 Dec 2014 07:58:36 
To: iagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh
 level US$60

Sebetulnya Pemerintah sudah tahu lah , lha wong Pemerintah itu
punya berbagai intrumen diantaranya ESDM/ Dirjen Migas , SKK
migas , Pertamina , PLN termasuk DEN  dll , shg persoalan yg
terjadi saya yakin juga  sdh paham.
Mungkin yg belum adalah Tindakan yang sesuai dg  Keinginaan yg
diluar pemerintah atau Pasar.
Perlu diketahui dalam setiap  tindakan , pemerintah itu terikat
dg UU Tidak bisa melakukan tindakan diluar UU dan harus
mempertimbangkan berbagai Aspek tidak semata mata berdasarkan
perhitungan ekonomi pasar.
seperti contohnya , dalam pasal 28 UU Migas 2001 , yg
mengamatkan harga  BBM dan Gas didalam negeri mengikuti
mekanisme harga pasar , ternyata pasal ini Malah di Batalkan
Oleh MK , ya apa boleh  buat Pemerintah tidak bisa seenaknya
ngikuti harga pasar untuk menentukan harga BBM dan Gas didalam
negeri
ISM


 Suarakan ke Jokowi dan DPR RI.
 Kalo cuma di milis ini ya besok sdh pada gak tau ke mana.

 -Original Message-
 From: lia...@indo.net.id
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 11:54:26
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga
 Minyak menyentuh
 level US$60

 Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu
 minta harga yang Tinggi .

 Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko
 Ora Tuku } , alias Stagnan

 Ism

 Powered by Telkomsel BlackBerry®

 -Original Message-
 From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga
 Minyak menyentuh
 level US$60
 Pak Ong,

 Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman
 dihargain 9-12cent/kwh,
 kita mau main di GeoThermal jadi
 susah untuk meyakinkan para investor
 padahal
 ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas
 yg
 cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk
 majunya bisnis
 explorasi di bidang gas, sehingga all fields
 jadi stranded gas by accident,
 karena daya beli bayer (baca
 PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk
 GeoThermal dan
 just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di
 beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi
 di gunung for GT
 dan semua stranded Gas Field akan menjadi
 marak.

 Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu
 kenapa tidak beli
 standed gas dg $10/mmbtu?

 Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin
 mudah? Quo va
 dis!

 Salam
 Kaji Avi

 -- *Do not give up and do not ever look back and
 tawakkal ilallah
 --*

 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu 
 SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id:

 Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa
 cukup bicara di
 antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan
 inim kita bertandang ke Jokowi dan
 komisi DPR RI yg
 membidangi ini.
 IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg
 dgn penyaji
 berkopentensi, pak DR Ong Han Ling.
 Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai.
 Kita kudu gesit.
 Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak
 Jokowi sblm beliau
 memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih
 krn ketidaktauan beliau.
 Kalau perlu undang Jokowi
 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar
 dan
 melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI.

 Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI.
 Lalu gigit jari
 krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi
 keputusan Jokowi.

 Salam
 (Sonny - iagi712)


 -Original Message-
 From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com
 Sender: iagi-net@iagi.or.id
 Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53

RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-08 Terurut Topik Ong Han Ling
Teman-teman IAGI, 

 

Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi - 
eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada gunanya 
eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad industri. 
Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi impor dengan 
harga tinggi. 

 

Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena kedua 
commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional. 

 

Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya saya 
ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang 
disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses 
pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus 162 
derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai ditempat 
ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant.  
Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali lebih 
kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya diperhitungkan 
liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar, harga gas pipa PLN 
Muara Karang  menjadi $21+/mmbtu.  

 

Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra 
Selatan dengan harga $5.80/mmbtu. 

 

Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S akan 
aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas, yaitu 
didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga CBM di Sumatra 
Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan otomastis tanpa 
perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang infrastruktur jaringan 
pipa ke Power Plant.

 

Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga gas 
pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi. Setelah 
dapat gas tidak bisa dijual karena infrastruktur belum ada. 

 

Juga untuk Geeothermal, harga 9-12 cent/kwh yang ditawarkan Pemerintah masih 
terlalu rendah.  

 

Demikian juga dengan Energy Baru dan Terbarukan atau EBT. Kalau diluar Negeri 
seperti di Eropa, EBT maju karena mereka bersaing dengan harga BBM yang 
dikenakan pajak sampai 300%. Di Indonesia EBT disuruh bersaing dengan harga BBM 
yang disubsidi. Bagiamana bisa berkembang?   

 

IAGI juga perlu mengejar proyek2 yang berjalan ditempat sampai beberapa tahun.  
Contoh adalah tiga proyek LNG, IDD Chevron, Masela, dan Train 3 Wiryagar. 
Ketiga proyek besarnya mencapai $40+ billion. Jika ke-3 proyek ini dikembangkan 
pekerjaan geologi sangat besar termasuk seismik dan pemboran. IAGi perlu 
memberi input kepada Pemerintah ttg. perkembangan di luar negeri. Bahwa overun 
budget adalah umum. Bahwa akan ada kompetisi LNG dari Western Australia dan 
sekarang shale gas dari Canada dan USA. . Bahwa umpama perkembangan Chevron 
Gorgon di Australia mengalami overun of budget luar biasa hingga kemungkinan 
besar IDD ditunda karena dana akan di pakai di Gorgon dimana  sales kontrak 
telah ditandatangani. Sedangkan bagi Indonesia kalau IDD dibatalkan, LNG 
Bontang yang sekarang hanya terpakai  60%,  akan mengalami kerugian. Demikian 
juga dengan Masela yang ditemukan bersamaan ditemukan Ichthys di Australia. 
Inpex Ichthys di Austrlia Barat telah mulai pembangunan sejak akir 2011 dan 
sekarang memerlukan dana tambahan yang cukup besar karena budget overun. 
Kemungkinan besar, dengan harga minyak yang anjlok, dana Masela akan dialihkan 
oleh Inpex ke Ichthys Ausralia. Indonesia gigit jari. 

 

Jadi selain eksplorasi yang perlu dikejar oleh IAGI, Pemerintah perlu 
diperingatkan untuk memberikan harga gas pipa yang wajar kepada K3S yang sudah 
puluhan tahun beroperasi di Indonesia. IAGI perlu memberi tau bahwa EBT adalah 
prioritas terakir. IAGI juga perlu memberikan input perkembangan EP diluar 
Negeri sebagai masukan dalam penentuan proyek2 dalam negari.  

 

Sekarang tentang hal lain sama sekali. Saya ingin promosi ttg. kursus yang akan 
saya berikan di IPA minggu depan, tgl 15-19 December di Hotel Hilton, Bandung. 
Kursus dengan judul Practical investment appraisal and business decision 
analysis in Petroleum Exploration and Production . Kursus ini telah diberikan 
terus menerus selama 14 tahun. Jika ada yang berminat bisa langsung 
mendaftarkan di IPA, Ibu Anna tlp.021-515-5959 atau email: i...@cbn.net.id. 

 

Salam,

 

HL Ong. 

 

From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Bambang P. 
Istadi
Sent: Friday, December 5, 2014 12:19 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh 
level US$60

 

Ikut nimbrung Abah, pak Ong,

 

Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti 
melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang 
sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan 
downstream. Konon produksinya turun

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-08 Terurut Topik noor syarifuddin
@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh level US$60



 Ikut nimbrung Abah, pak Ong,



 Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti
 melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang
 sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan
 downstream. Konon produksinya turun, yang dulu mencapai 3.7 juta menjadi
 tinggal 2.5 juta bopd. Meskipun produksinya masih memenuhi kebutuhan dalam
 negeri dan masih export minyak ke US, tapi pemerintah Mexico merasa perlu
 melakukan reformasi dengan perubahan konstitusi yang telah disahkan akhir
 tahun lalu. Pemerintah Mexico saat inipun sadar hasilnya hanya akan
 dinikmati oleh pemerintah masa mendatang atau partai lain. Selama ini mereka
 menganut service contract,… kontrak jasa, berupa cost + fee yang tidak
 menarik bagi investor, tapi dalam format baru, akan ada PSC, joint venture
 dengan Pemex, dan investor bisa membukukan cadangan dll.



 Contoh lain adalah Colombia yang melakukan reformasi kebijakan fiscal dan
 peraturan migas tahun 2003 yang merupakan insentif bagi investor. Hasilnya
 bisa dilihat sekarang, produksi minyaknya naik secara signifikan, hampir 2
 kali lipat.



 Bagaimana dengan Indonesia? Puncak produksi minyak terjadi di tahun 1977 dan
 1996 yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah sumur yang dibor,
 meningkat jumlah penemuan sekaligus naiknya produksi sehingga mencapai
 puncak. Saat ini penemuan lapangan baru, jarang dan kecil2, karena kegiatan
 ekplorasi menurun. Penemuan lapangan skala besar terakhir tahun 1992
 (lapangan Banyu Urip Cepu).



 Kalau kita kembali kecontoh Mexico, apa yang terjadi di Indonesia malah
 sebaliknya,… yang sedang hangat untuk kontrak baru adalah pilihan lain
 selain PSC dengan memberlakukan service contract. Selain itu masalah POD
 ring-fencing atau cost recovery per lapangan, tidak lagi per PSC. Apa
 dampaknya terhadap eksplorasi? Kemungkinan besar perusahaan minyak menjadi
 enggan melakukan eksplorasi, karena resiko explorasi tidak lagi bisa dicost
 recovery. Kalaupun bisa dicost recovery, jangka waktu yang panjang antara
 penemuan dengan komersialisasi bisa membuat perusahaan minyak goyah.
 Beberapa contoh jangka waktu lama antara lain Tangguh, Donggi-Senoro, Natuna
 D-Alpha bahkan sudah sekitar 30an tahun sejak penemuan. Dengan demikian,
 perusahaan hanya akan memproduksi apa yang sudah ditemukan saja, tanpa usaha
 explorasi. Soal lain adalah masalah tidak adanya depresiasi yang dipercepat.
 Perusahaan tentunya tidak akan meninggalkan sunk cost yang tinggi pada akhir
 kontrak karena tidak ada jaminan PSC bisa diperpanjang/ diperbaharui.
 Artinya tidak akan ada investasi baru pada 5 tahun sebelum masa kontrak
 berakhir.



 Jadi, pentingkah eksplorasi? Mungkin saja tidak karena hal2 diatas membuat
 kegiatan eksplorasi tidak menarik, ie. Kontrak jasa, POD ring fencing,
 jangka waktu lama untuk komersialisasi, depresiasi tidak bisa dipercepat.
 Apalagi dengan issue2 lain seperti pajak bumi dan bangunan (pbb) blok
 explorasi, banyaknya perizinan, kurangnya data2 subsurface dll.



 Adakah solusi? Seorang kawan bijak mengatakan “look at history”. Bayangkan
 pada tahun 1967-1968, Indonesia saat itu masih kacau, tidak aman, politik
 bergejolak, tidak ada infrastruktur,… tapi berhasil mengundang investor
 untuk masuk dan bereksplorasi. Diantaranya menemukan Arun dan Badak yang
 menjadi cikal bakal industry LNG di Indonesia. Bontang bahkan menjadi proyek
 LNG tercepat didunia yang selesai dalam 5 tahun. Duniapun kagum dengan
 Indonesia dan banyak yang datang belajar cara mengelola industri migas.
 Konon saat itu “everything was simple” managemen Pertamina memiliki wewenang
 untuk mengambil keputusan2 penting secara cepat.



 Mungkin saja dengan look at history, cara2 dan filosofi yang dianut pada
 pionir industry migas dimasa lalu bisa dijadikan refleksi kita untuk
 meningkatkan kegiatan eksplorasi dan masalah2 yang dihadapi IDD, Masela,
 Tangguh 3 bisa cepat terselesaikan, sehingga Indonesia tidak perlu impor
 LNG,.. Wallahu a’lam bi shawab.



 Selamat berakhir pekan.



 Salam,

 Bambang





 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yrs_nki
 - yrs_...@yahoo.com
 Sent: Thursday, December 04, 2014 12:48 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh level US$60



 Kalau dulu berfikir spt yg disampaikam pal Ong adalah  berfikir secara
 holistik. Dulu sering diajarkan oleh lemhanas.Apa pemikiran ini sekarang
 maasih dianut ?





 Sent from Samsung Mobile



  Original message 

 From: yrs_nki - yrs_...@yahoo.com

 Date:04/12/2014 12:03 (GMT+07:00)

 To: iagi-net@iagi.or.id

 Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh level US$60



 Informasi yg sangat komprehensif pak

 Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak
 yang dapat

RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-08 Terurut Topik Bandono Salim
mungkin jual ke singapure lebih menguntungkan dari pada jual ke pln?
Pada 4 Des 2014 21:29, lia...@indo.net.id menulis:

 Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil
 padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
 sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu
 hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20
 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira
 kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya
 batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik saja
 masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik
 di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
 menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
 didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN
 ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg
 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
 Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
 mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau
 harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti
 harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar
 listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP)
 kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau  harga
 energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
 komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya,
 kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
 bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem ini
 sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi
 di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian
 pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah
 ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt
 iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi
 dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan
 Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah
 tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW
 sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya ,
 nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg
 nggak pernah datang datang

 Salam

 ISM







  Pak Daru,
 
  Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan
  tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan
  kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.
 
  Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya
  jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan
  mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan
  brownfield.
 
  Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang
  untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan
  dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga
  domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga
  subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan
  kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai
  Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume
  naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan
  PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin
  untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya
  tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di
  offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar
  sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian
  sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas.
  Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu.
 
  Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi
  Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a
  luxury that Indonesia can't afford.
 
  Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan
  Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu.
  Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S.
 
 
  Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja,
  maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra
  Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di
  Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa
  dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan
  harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang
  sekarang sedang mandek, akan digiatkan.
 
  Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah
  menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun
  2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar
  Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD
  Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG  Bontang yang
  kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu
  penghamburan.
 
  Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang
  harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum
  terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena
  untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang
  banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling,
  belajar robotic pertama di Chevron IDD, offshore mapping,
  geotechnical, dsb.
 
  Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing
 

RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-05 Terurut Topik Bambang P. Istadi
Ikut nimbrung Abah, pak Ong,

Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti 
melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang 
sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan 
downstream. Konon produksinya turun, yang dulu mencapai 3.7 juta menjadi 
tinggal 2.5 juta bopd. Meskipun produksinya masih memenuhi kebutuhan dalam 
negeri dan masih export minyak ke US, tapi pemerintah Mexico merasa perlu 
melakukan reformasi dengan perubahan konstitusi yang telah disahkan akhir tahun 
lalu. Pemerintah Mexico saat inipun sadar hasilnya hanya akan dinikmati oleh 
pemerintah masa mendatang atau partai lain. Selama ini mereka menganut service 
contract,… kontrak jasa, berupa cost + fee yang tidak menarik bagi investor, 
tapi dalam format baru, akan ada PSC, joint venture dengan Pemex, dan investor 
bisa membukukan cadangan dll.

Contoh lain adalah Colombia yang melakukan reformasi kebijakan fiscal dan 
peraturan migas tahun 2003 yang merupakan insentif bagi investor. Hasilnya bisa 
dilihat sekarang, produksi minyaknya naik secara signifikan, hampir 2 kali 
lipat.

Bagaimana dengan Indonesia? Puncak produksi minyak terjadi di tahun 1977 dan 
1996 yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah sumur yang dibor, meningkat 
jumlah penemuan sekaligus naiknya produksi sehingga mencapai puncak. Saat ini 
penemuan lapangan baru, jarang dan kecil2, karena kegiatan ekplorasi menurun. 
Penemuan lapangan skala besar terakhir tahun 1992 (lapangan Banyu Urip Cepu).

Kalau kita kembali kecontoh Mexico, apa yang terjadi di Indonesia malah 
sebaliknya,… yang sedang hangat untuk kontrak baru adalah pilihan lain selain 
PSC dengan memberlakukan service contract. Selain itu masalah POD ring-fencing 
atau cost recovery per lapangan, tidak lagi per PSC. Apa dampaknya terhadap 
eksplorasi? Kemungkinan besar perusahaan minyak menjadi enggan melakukan 
eksplorasi, karena resiko explorasi tidak lagi bisa dicost recovery. Kalaupun 
bisa dicost recovery, jangka waktu yang panjang antara penemuan dengan 
komersialisasi bisa membuat perusahaan minyak goyah. Beberapa contoh jangka 
waktu lama antara lain Tangguh, Donggi-Senoro, Natuna D-Alpha bahkan sudah 
sekitar 30an tahun sejak penemuan. Dengan demikian, perusahaan hanya akan 
memproduksi apa yang sudah ditemukan saja, tanpa usaha explorasi. Soal lain 
adalah masalah tidak adanya depresiasi yang dipercepat. Perusahaan tentunya 
tidak akan meninggalkan sunk cost yang tinggi pada akhir kontrak karena tidak 
ada jaminan PSC bisa diperpanjang/ diperbaharui. Artinya tidak akan ada 
investasi baru pada 5 tahun sebelum masa kontrak berakhir.

Jadi, pentingkah eksplorasi? Mungkin saja tidak karena hal2 diatas membuat 
kegiatan eksplorasi tidak menarik, ie. Kontrak jasa, POD ring fencing, jangka 
waktu lama untuk komersialisasi, depresiasi tidak bisa dipercepat. Apalagi 
dengan issue2 lain seperti pajak bumi dan bangunan (pbb) blok explorasi, 
banyaknya perizinan, kurangnya data2 subsurface dll.

Adakah solusi? Seorang kawan bijak mengatakan “look at history”. Bayangkan pada 
tahun 1967-1968, Indonesia saat itu masih kacau, tidak aman, politik 
bergejolak, tidak ada infrastruktur,… tapi berhasil mengundang investor untuk 
masuk dan bereksplorasi. Diantaranya menemukan Arun dan Badak yang menjadi 
cikal bakal industry LNG di Indonesia. Bontang bahkan menjadi proyek LNG 
tercepat didunia yang selesai dalam 5 tahun. Duniapun kagum dengan Indonesia 
dan banyak yang datang belajar cara mengelola industri migas. Konon saat itu 
“everything was simple” managemen Pertamina memiliki wewenang untuk mengambil 
keputusan2 penting secara cepat.

Mungkin saja dengan look at history, cara2 dan filosofi yang dianut pada pionir 
industry migas dimasa lalu bisa dijadikan refleksi kita untuk meningkatkan 
kegiatan eksplorasi dan masalah2 yang dihadapi IDD, Masela, Tangguh 3 bisa 
cepat terselesaikan, sehingga Indonesia tidak perlu impor LNG,.. Wallahu a’lam 
bi shawab.

Selamat berakhir pekan.

Salam,
Bambang


From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yrs_nki - 
yrs_...@yahoo.com
Sent: Thursday, December 04, 2014 12:48 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh 
level US$60

Kalau dulu berfikir spt yg disampaikam pal Ong adalah  berfikir secara 
holistik. Dulu sering diajarkan oleh lemhanas.Apa pemikiran ini sekarang maasih 
dianut ?


Sent from Samsung Mobile

 Original message 
From: yrs_nki - yrs_...@yahoo.com
Date:04/12/2014 12:03 (GMT+07:00)
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh 
level US$60

Informasi yg sangat komprehensif pak
Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak 
yang dapat melihat persoaln oni secara menyeluruh. Ambil contoh harga gas yang 
dilpatpk oleh skk migas rendah. Ya krn menurit pod yang disepakati tentunya 
memberikan gvt

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-05 Terurut Topik Gatot M Soedradjat
PIYE JL !
Pada 5 Des 2014 13.12, lia...@indo.net.id menulis:

 Belum lama ini diberitakan  di Media guna memenuhi permintaaan
 listrik Pemerintah akan membangun Pembangkit baru dalam lima
 tahun kedepan sebesar 35.000 MW atau rata rata 7000 MW
 pertahun.
 Pertanyaannya dari mana Sumber energy Primernya ?

 Kalau memakai Air ( PLTA ) maka akan membutuhkan Bendungan
 sekelas PLTA Cirata sebanyak 35 buah ( PLTA saat ini kira kira
 kapasitasnya 1000 MW ) atau 44 Bendungan sekelas Saguling ,
 Saguling saat ini kapasitasnya 790 MW. Mungkinkah dalam waktu 5
 Tahun bisa bangun  bendungan tsb.
 Kalau pakai gas akan mebutuhkan kira kira lebih dari 6000
 MMSCFD , disisi lain Produksi Gas Nasional saat ini sdh
 dialokasikan semua untuk memenuhi komitmen ekpor maupun
 domestik , mungkinkah dalam waktu 5 tahun dapat meningkatkan
 produksi gas sebesar itu .
 Kalau dibangkitkan dg panas bumi  akan memerlukan pengeboran
 sumur sumur produksi baru lebih dari 5000 Sumur produksi dalam
 5 tahun .

 yang agak realistik dg Batubara , akan dibutuhkan lebih dari 40
 Juta Ton , disisi lain produksi batubara  300 juta ton
 pertahun. atau dg BBM.
 Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dg pertumbuhan energi ,
 biasanya pertumbuhan energi satu setenga kali pertumbuhan
 ekonminya , Jadi Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi kalau tidak
 ada ketersediaan anargi yg cukup. Persoalan Energi Khususnya
 Sumber Energi akan semakin komplek kalau tidak diurai dari
 sekarang dan di rencanakan secara realistik pasokanya.lagi lagi
 masalah Perizinan , penggunaan kawasan hutan ( pinjam pakai )
 dan harga merupakan masalah klasik yg belum dapat dituntaskan
 belum lagi masalah euforia otonomi daerah , cilakanya lagi
 ditambah dg per mafia mafiaan

 ISM






  Saya cenderung memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhan.
  Secara garis besar, rakyat hanya membutuhkan energi siap
  saja berupa *gas, bbm dan listrik*. Sehingga memanfaatkan
  sumber energi harus tepat sesuai kebutuhan dan
  ketersediaannya. Tantangannya ketersediaan secara geografis
  ini perlu sebuah pemikiran tersendiri karena keberagaman
  (diversity) daerah di Indonesia.
  Di Jawa paling benyak membutuhkan tetapi ketersediaannya
  dari luar jawa. Di Sumatera banyak gas, di Jawa banyak
  geothermal tidak ada batubara, di Kalimantan banyak batubara
  dsb. Ini memerlukan pemikiran terintegrasi. Maka akan lebih
  baik bila ada sebuah riset energi untuk membuat kebijakan
  energi yang disesuaikan dengan ketersediaan energi lokal
  (*Geographical Source Based Energy Policy*). Memang
  kebijakan ini saat ini ada dan tiada. Artinya secara
  verbal sering terucap, hanya saja riset resminya saya belum
  pernah melihat anatar supply demandnya. Mungkin di DEN sudah
  pernah cmiiw. Sepertinya hanya secara intuitif kemudian
  diaplikasikan dan mungkin tidak (belum) ada payung hukumnya.
 
  RDP
 
  --
  Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang
  positip.
 
  2014-12-05 6:48 GMT+07:00 Eko Prasetyo
  strivea...@gmail.com:
 
  Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang
  tidak dapat diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah.
  Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas
  dimana2, kita bisa dengan mudah pindah ke bahan bakar lain
  kalau sumber gas sudah habis? Ataukah memang harus ada
  semacam pendulum nusantara untuk gas?
 
  2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id:
 
  Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat
  kecil
  padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
  sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas
  Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit
  litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik
  dan hanya menyumbang kira
  kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh
  dibawahnya
  batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik
  saja
  masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non
  listrik
  di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
  menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
  didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si
  PLN
  ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik)
  yg
  tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
  Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
  mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas
  kalau
  harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik
  ngikuti
  harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif
  dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok
  Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP ,
  sehingga kalau  harga
  energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
  komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi
  primernya,
  kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
  bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem
  ini
  sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme
  subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga
  keekonoimian
  pasar 

RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-04 Terurut Topik liamsi
Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil
padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu
hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20
% dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira
kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya
batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik saja
masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik
di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN
ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg
tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau
harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti
harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar
listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP)
kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau  harga
energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, 
kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem ini
sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi
di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian
pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah
ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt
iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi
dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan
Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah
tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW
sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya , 
nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg
nggak pernah datang datang

Salam

ISM







 Pak Daru,

 Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan
 tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan
 kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.

 Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya
 jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan
 mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan
 brownfield.

 Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang
 untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan
 dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga
 domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga
 subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan
 kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai
 Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume
 naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan
 PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin
 untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya
 tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di
 offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar
 sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian
 sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas.
 Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu.

 Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi
 Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a
 luxury that Indonesia can't afford.

 Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan
 Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu.
 Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S.


 Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja,
 maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra
 Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di
 Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa
 dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan
 harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang
 sekarang sedang mandek, akan digiatkan.

 Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah
 menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun
 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar
 Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD
 Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG  Bontang yang
 kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu
 penghamburan.

 Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang
 harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum
 terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena
 untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang
 banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling,
 belajar robotic pertama di Chevron IDD, offshore mapping,
 geotechnical, dsb.

 Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing
 sebesar $300,000 pun harus mengemis dan pasang advertensi
 dimana-mana dan memberikan fasilitas2 kemudahan.

 Demikian juga dengan Geothermal. Memang harga sudah
 dinaikkan dalam kurun waktu 10 tahun terakir ini, 

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-04 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Untuk tatakelola kebijakan harga, sepertinya rata-rata usulan yang ada pada
para geolog di milisi ini mengarah ke pada keekonomian pasar, atau bahkan
mengarah pada keekonomian liberal.

Sepertinya memang sisi 'poleksosbud'-nya kita tidak prioritaskan.
Apakah memang itu sudah tepat dan sudah siap untuk Indonesia ?

Salam
RDP

--
Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip.

2014-12-04 21:05 GMT+07:00 lia...@indo.net.id:

 Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil
 padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
 sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu
 hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20
 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira
 kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya
 batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik saja
 masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik
 di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
 menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
 didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN
 ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg
 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
 Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
 mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau
 harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti
 harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar
 listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP)
 kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau  harga
 energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
 komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya,
 kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
 bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem ini
 sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi
 di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian
 pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah
 ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt
 iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi
 dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan
 Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah
 tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW
 sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya ,
 nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg
 nggak pernah datang datang

 Salam

 ISM







  Pak Daru,
 
  Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan
  tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan
  kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.
 
  Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya
  jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan
  mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan
  brownfield.
 
  Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang
  untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan
  dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga
  domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga
  subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan
  kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai
  Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume
  naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan
  PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin
  untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya
  tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di
  offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar
  sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian
  sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas.
  Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu.
 
  Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi
  Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a
  luxury that Indonesia can't afford.
 
  Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan
  Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu.
  Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S.
 
 
  Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja,
  maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra
  Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di
  Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa
  dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan
  harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang
  sekarang sedang mandek, akan digiatkan.
 
  Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah
  menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun
  2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar
  Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD
  Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG  Bontang yang
  kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu
  penghamburan.
 
  Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang
  harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum
  

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-04 Terurut Topik Eko Prasetyo
Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang tidak dapat
diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah.
Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas dimana2, kita bisa
dengan mudah pindah ke bahan bakar lain kalau sumber gas sudah habis?
Ataukah memang harus ada semacam pendulum nusantara untuk gas?

2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id:

 Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil
 padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
 sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu
 hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20
 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira
 kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya
 batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik saja
 masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik
 di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
 menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
 didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN
 ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg
 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
 Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
 mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau
 harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti
 harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar
 listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP)
 kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau  harga
 energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
 komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya,
 kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
 bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem ini
 sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi
 di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian
 pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah
 ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt
 iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi
 dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan
 Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah
 tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW
 sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya ,
 nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg
 nggak pernah datang datang

 Salam

 ISM







  Pak Daru,
 
  Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan
  tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan
  kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.
 
  Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya
  jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan
  mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan
  brownfield.
 
  Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang
  untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan
  dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga
  domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga
  subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan
  kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai
  Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume
  naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan
  PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin
  untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya
  tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di
  offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar
  sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian
  sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas.
  Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu.
 
  Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi
  Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a
  luxury that Indonesia can't afford.
 
  Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan
  Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu.
  Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S.
 
 
  Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja,
  maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra
  Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di
  Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa
  dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan
  harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang
  sekarang sedang mandek, akan digiatkan.
 
  Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah
  menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun
  2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar
  Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD
  Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG  Bontang yang
  kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu
  penghamburan.
 
  Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang
  harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum
  terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena
  untuk 

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-04 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Saya cenderung memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhan.
Secara garis besar, rakyat hanya membutuhkan energi siap saja berupa *gas,
bbm dan listrik*. Sehingga memanfaatkan sumber energi harus tepat sesuai
kebutuhan dan ketersediaannya. Tantangannya ketersediaan secara geografis
ini perlu sebuah pemikiran tersendiri karena keberagaman (diversity) daerah
di Indonesia.
Di Jawa paling benyak membutuhkan tetapi ketersediaannya dari luar jawa. Di
Sumatera banyak gas, di Jawa banyak geothermal tidak ada batubara, di
Kalimantan banyak batubara dsb. Ini memerlukan pemikiran terintegrasi. Maka
akan lebih baik bila ada sebuah riset energi untuk membuat kebijakan energi
yang disesuaikan dengan ketersediaan energi lokal (*Geographical Source
Based Energy Policy*). Memang kebijakan ini saat ini ada dan tiada.
Artinya secara verbal sering terucap, hanya saja riset resminya saya belum
pernah melihat anatar supply demandnya. Mungkin di DEN sudah pernah cmiiw.
Sepertinya hanya secara intuitif kemudian diaplikasikan dan mungkin tidak
(belum) ada payung hukumnya.

RDP

--
Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip.

2014-12-05 6:48 GMT+07:00 Eko Prasetyo strivea...@gmail.com:

 Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang tidak dapat
 diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah.
 Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas dimana2, kita bisa
 dengan mudah pindah ke bahan bakar lain kalau sumber gas sudah habis?
 Ataukah memang harus ada semacam pendulum nusantara untuk gas?

 2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id:

 Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil
 padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
 sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu
 hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20
 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira
 kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya
 batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik saja
 masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik
 di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
 menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
 didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN
 ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg
 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
 Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
 mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau
 harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti
 harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar
 listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP)
 kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau  harga
 energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
 komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya,
 kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
 bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem ini
 sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi
 di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian
 pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah
 ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt
 iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi
 dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan
 Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah
 tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW
 sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya ,
 nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg
 nggak pernah datang datang

 Salam

 ISM







  Pak Daru,
 
  Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan
  tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan
  kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.
 
  Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya
  jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan
  mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan
  brownfield.
 
  Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang
  untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan
  dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga
  domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga
  subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan
  kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai
  Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume
  naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan
  PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin
  untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya
  tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di
  offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar
  sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian
  sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas.
  Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu.
 
  Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi
  Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power 

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-04 Terurut Topik pramono sunu
Sute RDP,
wo teringat ungkapan seni untuk seni. Apakah kita para rock docs ini cuma
akan ngomong batu dan kawan2nya ato kita juga akan ngobrol soal
poleksosbudhankamrata? Eniwei wo mau menari ikut irama gendang yang ditabuh
sute RDP. Mau pake model Venezuela kah?
Wo yang hina ini mohon pencerahannya.
On Dec 5, 2014 6:36 AM, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote:

 Untuk tatakelola kebijakan harga, sepertinya rata-rata usulan yang ada
 pada para geolog di milisi ini mengarah ke pada keekonomian pasar, atau
 bahkan mengarah pada keekonomian liberal.

 Sepertinya memang sisi 'poleksosbud'-nya kita tidak prioritaskan.
 Apakah memang itu sudah tepat dan sudah siap untuk Indonesia ?

 Salam
 RDP

 --
 Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip.

 2014-12-04 21:05 GMT+07:00 lia...@indo.net.id:

 Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil
 padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
 sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu
 hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20
 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira
 kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya
 batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik saja
 masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik
 di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
 menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
 didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN
 ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg
 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
 Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
 mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau
 harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti
 harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar
 listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP)
 kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau  harga
 energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
 komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya,
 kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
 bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem ini
 sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi
 di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian
 pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah
 ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt
 iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi
 dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan
 Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah
 tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW
 sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya ,
 nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg
 nggak pernah datang datang

 Salam

 ISM







  Pak Daru,
 
  Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan
  tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan
  kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.
 
  Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya
  jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan
  mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan
  brownfield.
 
  Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang
  untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan
  dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga
  domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga
  subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan
  kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai
  Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume
  naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan
  PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin
  untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya
  tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di
  offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar
  sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian
  sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas.
  Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu.
 
  Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi
  Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a
  luxury that Indonesia can't afford.
 
  Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan
  Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu.
  Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S.
 
 
  Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja,
  maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra
  Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di
  Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa
  dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan
  harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang
  sekarang sedang mandek, akan digiatkan.
 
  Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah
  menandatangani import LNG dari US dan Mozambik 

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-04 Terurut Topik liamsi
Belum lama ini diberitakan  di Media guna memenuhi permintaaan
listrik Pemerintah akan membangun Pembangkit baru dalam lima
tahun kedepan sebesar 35.000 MW atau rata rata 7000 MW
pertahun.
Pertanyaannya dari mana Sumber energy Primernya ?

Kalau memakai Air ( PLTA ) maka akan membutuhkan Bendungan
sekelas PLTA Cirata sebanyak 35 buah ( PLTA saat ini kira kira
kapasitasnya 1000 MW ) atau 44 Bendungan sekelas Saguling ,
Saguling saat ini kapasitasnya 790 MW. Mungkinkah dalam waktu 5
Tahun bisa bangun  bendungan tsb.
Kalau pakai gas akan mebutuhkan kira kira lebih dari 6000
MMSCFD , disisi lain Produksi Gas Nasional saat ini sdh
dialokasikan semua untuk memenuhi komitmen ekpor maupun
domestik , mungkinkah dalam waktu 5 tahun dapat meningkatkan
produksi gas sebesar itu .
Kalau dibangkitkan dg panas bumi  akan memerlukan pengeboran
sumur sumur produksi baru lebih dari 5000 Sumur produksi dalam
5 tahun .

yang agak realistik dg Batubara , akan dibutuhkan lebih dari 40
Juta Ton , disisi lain produksi batubara  300 juta ton
pertahun. atau dg BBM.
Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dg pertumbuhan energi ,
biasanya pertumbuhan energi satu setenga kali pertumbuhan
ekonminya , Jadi Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi kalau tidak
ada ketersediaan anargi yg cukup. Persoalan Energi Khususnya
Sumber Energi akan semakin komplek kalau tidak diurai dari
sekarang dan di rencanakan secara realistik pasokanya.lagi lagi
masalah Perizinan , penggunaan kawasan hutan ( pinjam pakai )
dan harga merupakan masalah klasik yg belum dapat dituntaskan
belum lagi masalah euforia otonomi daerah , cilakanya lagi
ditambah dg per mafia mafiaan

ISM






 Saya cenderung memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhan.
 Secara garis besar, rakyat hanya membutuhkan energi siap
 saja berupa *gas, bbm dan listrik*. Sehingga memanfaatkan
 sumber energi harus tepat sesuai kebutuhan dan
 ketersediaannya. Tantangannya ketersediaan secara geografis
 ini perlu sebuah pemikiran tersendiri karena keberagaman
 (diversity) daerah di Indonesia.
 Di Jawa paling benyak membutuhkan tetapi ketersediaannya
 dari luar jawa. Di Sumatera banyak gas, di Jawa banyak
 geothermal tidak ada batubara, di Kalimantan banyak batubara
 dsb. Ini memerlukan pemikiran terintegrasi. Maka akan lebih
 baik bila ada sebuah riset energi untuk membuat kebijakan
 energi yang disesuaikan dengan ketersediaan energi lokal
 (*Geographical Source Based Energy Policy*). Memang
 kebijakan ini saat ini ada dan tiada. Artinya secara
 verbal sering terucap, hanya saja riset resminya saya belum
 pernah melihat anatar supply demandnya. Mungkin di DEN sudah
 pernah cmiiw. Sepertinya hanya secara intuitif kemudian
 diaplikasikan dan mungkin tidak (belum) ada payung hukumnya.

 RDP

 --
 Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang
 positip.

 2014-12-05 6:48 GMT+07:00 Eko Prasetyo
 strivea...@gmail.com:

 Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang
 tidak dapat diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah.
 Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas
 dimana2, kita bisa dengan mudah pindah ke bahan bakar lain
 kalau sumber gas sudah habis? Ataukah memang harus ada
 semacam pendulum nusantara untuk gas?

 2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id:

 Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat
 kecil
 padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena
 sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas
 Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit
 litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik
 dan hanya menyumbang kira
 kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh
 dibawahnya
 batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas  untuk listrik
 saja
 masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non
 listrik
 di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara
 menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga  untuk gas
 didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si
 PLN
 ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik)
 yg
 tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan
 Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar
 mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas
 kalau
 harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik
 ngikuti
 harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif
 dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok
 Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP ,
 sehingga kalau  harga
 energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena
 komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi
 primernya,
 kalau BPP  akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan
 bertambah akibatnya harus berdebat  dg senayan . Problem
 ini
 sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme
 subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga
 keekonoimian
 pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar
 masalah
 ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan
 spt
 iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg
 

RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-03 Terurut Topik Ong Han Ling
Pak Daru,   

Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus 
minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.

Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang 
(grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan 
dikembangkan lapangan brownfield.  

Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara 
Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke 
PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga 
subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 
160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas 
(regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT 
Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. 
Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing 
dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa 
($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan 
menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. 

Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya 
menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford.

Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, 
Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi 
keuntungan lebih kepada K3S. 

Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat 
mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power 
Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa 
dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi 
dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan 
digiatkan.  

Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import 
LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, 
Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD 
Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG  Bontang yang kapasitasnya sekarang 
hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan.

Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar 
semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan 
banyak orang karena untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang 
banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling, belajar robotic 
pertama di Chevron IDD, offshore mapping, geotechnical, dsb.  

Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing sebesar $300,000 pun 
harus mengemis dan pasang advertensi dimana-mana dan memberikan fasilitas2 
kemudahan. 

Demikian juga dengan Geothermal. Memang harga sudah dinaikkan dalam kurun waktu 
10 tahun terakir ini, yang tadinya hanya 3 cent/ kwh, sudah menjadi 9 sen dan 
sekarang 12 sen/kwh. Tapi untuk Geothermal harga ini masih terlalu rendah, 
hingga eksplorasi ogah-ogahan.

Demikian juga dengan bio-fuels. Diluar negeri biofuel bisa maju karena bersaing 
dengan harga minyak yang telah dikenakan pajak sampai 300%+. Di Indonesia 
biofuel harus bertanding dengan harga minyak yang disubsidi. 

Bahwa Pemerintah berani memberi harga tinggi untuk import dibandingkan produk 
dalam negari sudah berjalan lama sekali. Tahun 2000, IPA complain , mengapa 
harga gas di Jawa hanya dihargai sepertiga harga import diesel? 

Pemerintah sering mengambil jalan pintasnya. Umpama mendatangkan LNG dari 
Bontang yang tersedia, padahal sudah diperuntukkkan untuk eksport, daripada 
melakukan eksplorasi yang lama dan susah. Pemerintah memberi harga rendah 
kepada produk dalam negeri dan lebih senang import yang mahal. Mereka meragukan 
kemampuan geologist Indonesia.  

Tapi apakah ada kemungkinan bahwa Pemerintah betul? IAGI perlu membuktikannya.

Maaf kalau dalam tulisan ini ada yang tidak berkenan.   

Salam,

HL Ong



-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of S. (Daru) 
Prihatmoko
Sent: Monday, December 1, 2014 5:25 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level 
US$60

Pak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan)

Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun
minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB
jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu
didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat
dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan
berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/
MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya
langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan
lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan
gamblang. Memang 

RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-03 Terurut Topik yrs_nki - yrs_...@yahoo.com
Informasi yg sangat komprehensif pak 
Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak 
yang dapat melihat persoaln oni secara menyeluruh. Ambil contoh harga gas yang 
dilpatpk oleh skk migas rendah. Ya krn menurit pod yang disepakati tentunya 
memberikan gvt ontake yg optimal dan juga untk k3s nya.Dengan demikian skk 
migas sudah.melaksanak.an.tugasnyal dengan.baik.Dan memang kenyataan yg 
menyakitkan adalah ego sektoral baik antar kementerian.daerah maupun ego2 
lainnya..bukan merupakan.lahann   dimana pemikiran yang diketengahkan.olh pak 
Ong dpt berkembamg dan mendapatkan dukunganndari.para pemegang kebijakan.  
Apakah saya terlalu pesimis ?


Sent from Samsung Mobile

div Original message /divdivFrom: Ong Han Ling 
hl...@geoservices.co.id /divdivDate:04/12/2014  11:19  (GMT+07:00) 
/divdivTo: iagi-net@iagi.or.id /divdivSubject: RE: [iagi-net] 
Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh
  level US$60 /divdiv
/divPak Daru,   

Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus 
minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.

Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang 
(grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan 
dikembangkan lapangan brownfield.  

Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara 
Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke 
PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga 
subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 
160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas 
(regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT 
Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. 
Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing 
dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa 
($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan 
menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. 

Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya 
menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford.

Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, 
Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi 
keuntungan lebih kepada K3S. 

Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat 
mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power 
Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa 
dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi 
dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan 
digiatkan.  

Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import 
LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, 
Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD 
Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG  Bontang yang kapasitasnya sekarang 
hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan.

Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar 
semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan 
banyak orang karena untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang 
banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling, belajar robotic 
pertama di Chevron IDD, offshore mapping, geotechnical, dsb.  

Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing sebesar $300,000 pun 
harus mengemis dan pasang advertensi dimana-mana dan memberikan fasilitas2 
kemudahan. 

Demikian juga dengan Geothermal. Memang harga sudah dinaikkan dalam kurun waktu 
10 tahun terakir ini, yang tadinya hanya 3 cent/ kwh, sudah menjadi 9 sen dan 
sekarang 12 sen/kwh. Tapi untuk Geothermal harga ini masih terlalu rendah, 
hingga eksplorasi ogah-ogahan.

Demikian juga dengan bio-fuels. Diluar negeri biofuel bisa maju karena bersaing 
dengan harga minyak yang telah dikenakan pajak sampai 300%+. Di Indonesia 
biofuel harus bertanding dengan harga minyak yang disubsidi. 

Bahwa Pemerintah berani memberi harga tinggi untuk import dibandingkan produk 
dalam negari sudah berjalan lama sekali. Tahun 2000, IPA complain , mengapa 
harga gas di Jawa hanya dihargai sepertiga harga import diesel? 

Pemerintah sering mengambil jalan pintasnya. Umpama mendatangkan LNG dari 
Bontang yang tersedia, padahal sudah diperuntukkkan untuk eksport, daripada 
melakukan eksplorasi yang lama dan susah. Pemerintah memberi harga rendah 
kepada produk dalam negeri dan lebih senang import yang mahal. Mereka meragukan 
kemampuan geologist Indonesia.  

Tapi apakah ada kemungkinan bahwa Pemerintah betul? IAGI perlu membuktikannya.

Maaf kalau dalam tulisan ini ada yang tidak berkenan.   

Salam,

HL

RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-03 Terurut Topik yrs_nki - yrs_...@yahoo.com
Kalau dulu berfikir spt yg disampaikam pal Ong adalah  berfikir secara 
holistik. Dulu sering diajarkan oleh lemhanas.Apa pemikiran ini sekarang maasih 
dianut ?


Sent from Samsung Mobile

div Original message /divdivFrom: yrs_nki - 
yrs_...@yahoo.com SRS0-irAw=AY=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id 
/divdivDate:04/12/2014  12:03  (GMT+07:00) /divdivTo: 
iagi-net@iagi.or.id /divdivSubject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi 
-- was: Harga Minyak menyentuh
  level US$60 /divdiv
/divInformasi yg sangat komprehensif pak 
Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak 
yang dapat melihat persoaln oni secara menyeluruh. Ambil contoh harga gas yang 
dilpatpk oleh skk migas rendah. Ya krn menurit pod yang disepakati tentunya 
memberikan gvt ontake yg optimal dan juga untk k3s nya.Dengan demikian skk 
migas sudah.melaksanak.an.tugasnyal dengan.baik.Dan memang kenyataan yg 
menyakitkan adalah ego sektoral baik antar kementerian.daerah maupun ego2 
lainnya..bukan merupakan.lahann   dimana pemikiran yang diketengahkan.olh pak 
Ong dpt berkembamg dan mendapatkan dukunganndari.para pemegang kebijakan.  
Apakah saya terlalu pesimis ?


Sent from Samsung Mobile


 Original message 
From: Ong Han Ling
Date:04/12/2014 11:19 (GMT+07:00)
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh 
level US$60

Pak Daru,   

Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus 
minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll.

Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang 
(grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan 
dikembangkan lapangan brownfield.  

Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara 
Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke 
PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga 
subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 
160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas 
(regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT 
Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. 
Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing 
dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa 
($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan 
menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. 

Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya 
menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford.

Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, 
Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi 
keuntungan lebih kepada K3S. 

Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat 
mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power 
Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa 
dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi 
dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan 
digiatkan.  

Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import 
LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, 
Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD 
Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG  Bontang yang kapasitasnya sekarang 
hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan.

Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar 
semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan 
banyak orang karena untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang 
banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling, belajar robotic 
pertama di Chevron IDD, offshore mapping, geotechnical, dsb.  

Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing sebesar $300,000 pun 
harus mengemis dan pasang advertensi dimana-mana dan memberikan fasilitas2 
kemudahan. 

Demikian juga dengan Geothermal. Memang harga sudah dinaikkan dalam kurun waktu 
10 tahun terakir ini, yang tadinya hanya 3 cent/ kwh, sudah menjadi 9 sen dan 
sekarang 12 sen/kwh. Tapi untuk Geothermal harga ini masih terlalu rendah, 
hingga eksplorasi ogah-ogahan.

Demikian juga dengan bio-fuels. Diluar negeri biofuel bisa maju karena bersaing 
dengan harga minyak yang telah dikenakan pajak sampai 300%+. Di Indonesia 
biofuel harus bertanding dengan harga minyak yang disubsidi. 

Bahwa Pemerintah berani memberi harga tinggi untuk import dibandingkan produk 
dalam negari sudah berjalan lama sekali. Tahun 2000, IPA complain , mengapa 
harga gas di Jawa hanya dihargai sepertiga harga import diesel? 

Pemerintah sering mengambil jalan pintasnya. Umpama mendatangkan

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-02 Terurut Topik liamsi
Lha sekarang Ketua Komisinya di DPR mantan Pejabat Dirjen Migas / Kepala BP 
Migas

Kayaknya sekarang Pemerintah { ESDM }  fokus ke inti permasalahanya , spt 
membrantas mafia migas dari hulu sampai hilir , mengatasi pencurian minyak , 
Penyederhanaan perizinan kedalam 1 pintu 


Powered by Telkomsel BlackBerry®

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
Sender: iagi-net@iagi.or.id
Date: Tue, 2 Dec 2014 09:28:29 
To: IAGIiagi-net@iagi.or.id
Reply-To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh
 level US$60
Memberikan masukan memang sudah menjadi tugas rutin IAGI. Saya kira sudah
sejak IAGI dibentuk. Memang ini bukan tugas sekali saja, tetapi rutin
diberikan ke masyarakat maupun pemerintah dan juga DPR. Apalagi DPR itu
juga berganti setiap 5 tahun. Juga banyak pejabat yang rotasi, artinya
selalu orang-nya baru.

Saat ini, sepertinya pemerintahan Jokowi memiliki prioritas tersendiri
dalam soal energi maupun minerba. Sehingga eksplorasi menjadi *less
priority* (prioritas rendah), walaupun bukan ditinggalkan. Dan tugas IAGI
adalah memberikan masukan *konsekuensi-konsekuensi* apa yang akan dihadapi
bila tidak melakukan kegiatan eksplorasi.

Pengalaman saya memberikan informasi *konsekuensi negatif *kepada pejabat
lebih mengena ketimbang memberikan* imig-iming *bila mendapatkan *discovery
*(penemuan). Lebih mengena (*makjleb*) bila ditakut-takuti ketimbang di
iming-iming. Ini berbeda dengan memebrikan informasi ke (calon) investor.

Sayangnya kegiatan eksplorasi itu jangkanya panjang. Dampak kegiatan
eksplorasi diluar masa jabatannya. Dan ini tantangan paling sulit
menjelaskan pentingnya eksplorasi kepada pejabat (pemerintahan) lima
tahunan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan IAGI adalah membuka persoalan ini pada
publik sehingga seluruh masyarakat akan mengetahui pentingnya hal ini.
Karena yg merasakan dampaknya adalah masyarakat. Yang paling mudah adalah
membuat press release dan selalu memberikan masukan melalui media bila
diperlukan. Tentusaja ini bukan satu-satunya cara, memberikan masukan
secara formal ke DPR melalui RDP, juga memberikan masukan ke Pemerintah
(menteri, dirjen2 terkait) serta melalui pejabat yang terkait juga tetap
harus dilakukan.

Media (press) saat ini menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dalam
demokrasi. Ntah sebagai alat penguasa maupun alatnya rakyat dalam
mengemukakan pendapat. Dan ini dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran.

Salam
RDP
--
Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip.

2014-12-02 8:25 GMT+07:00 S. (Daru) Prihatmoko sprihatm...@gmail.com:

 Pak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan)

 Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun
 minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB
 jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu
 didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat
 dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan
 berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/
 MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya
 langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan
 lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan
 gamblang. Memang sudah seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk selalu
 menyuarakan ini - tapi adakah cara yg jitu yg langsung kena sasaran? Mohon
 masukannyaŠ.

 Tentang Pertamina sendiri, rasanya kita belum mendengar bahwa dari 4
 Direktur tsb tidak ada yg mengurusi eksplorasi (atau sudah ada kabar ya?).
 Saya yakin bahwa rekan-rekan di Pertamina pasti akan/ sudah memberi
 masukan juga akan pentingnya eksplorasi ini - atau adakah usulan
 ³spesifik yg bisa kita sampaikan?

 Salam,
 Daru

 On 12/2/14, 2:05 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote:

 
 Apakah tidak sebaiknya IAGI memberikan masukan dan pendapatnya kepada ESDM
 dalam hal-hal yang berhubungan dengan eksplorasi.
 
 HL Ong
 
 -Original Message-
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 lia...@indo.net.id
 Sent: Sunday, November 30, 2014 4:36 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60
 
 Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar
  Biasa Ngawur .
 
  salam
 
 =
 
 
 Kalau dg Ngawur jadi luar biasa ...
 
 Mungkin karena problemnya di hilir maka hilir yg perlu
 diperkuat oleh orang orang hilir ,  biar kuat harus disemen
 makanya Dirutnya dari Pabrik Semen
 ISM
 
 
 
 
 
  Dengan Hormat
 
  Yang saya baca memang baru ada 3 direktur dan belum ada
  penjelasan tentang Directur EP .
 
  Dwi Sutjipto masih belum menjawab akan perlu tidaknya ada
  tambahan direksi atau tidak
 
  Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar
  Biasa Ngawur .
 
  salam
 
 
 
 
 
  On Wed, Jan 28, 2015 at 8:56 PM, R.P.Koesoemadinata
  koeso

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-02 Terurut Topik Bandono Salim
mengikuti pola pikir politik, setiap 5 tahun ganti pemegang kekuasaan;
nampaknya energi alternatif misalnya bio disel, bio metan dll lebih
kelihatan hasilnya.
kalau banyak negarawan; mungkin eksplorasi minerba akan diaktifkan karena
hasilnya baru nampak lama setelah kegiatan eksplorasi.
mungkin saya salah. mohon koreksinya.
salam sejahtera. bdn.
Pada 2 Des 2014 18:08, lia...@indo.net.id menulis:

 Lha sekarang Ketua Komisinya di DPR mantan Pejabat Dirjen Migas / Kepala
 BP Migas

 Kayaknya sekarang Pemerintah { ESDM } fokus ke inti permasalahanya , spt
 membrantas mafia migas dari hulu sampai hilir , mengatasi pencurian minyak
 , Penyederhanaan perizinan kedalam 1 pintu

 Powered by Telkomsel BlackBerry®
 --
 *From: * Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com
 *Sender: * iagi-net@iagi.or.id
 *Date: *Tue, 2 Dec 2014 09:28:29 +0700
 *To: *IAGIiagi-net@iagi.or.id
 *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id
 *Subject: *Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak
 menyentuh level US$60

 Memberikan masukan memang sudah menjadi tugas rutin IAGI. Saya kira sudah
 sejak IAGI dibentuk. Memang ini bukan tugas sekali saja, tetapi rutin
 diberikan ke masyarakat maupun pemerintah dan juga DPR. Apalagi DPR itu
 juga berganti setiap 5 tahun. Juga banyak pejabat yang rotasi, artinya
 selalu orang-nya baru.

 Saat ini, sepertinya pemerintahan Jokowi memiliki prioritas tersendiri
 dalam soal energi maupun minerba. Sehingga eksplorasi menjadi *less
 priority* (prioritas rendah), walaupun bukan ditinggalkan. Dan tugas
 IAGI adalah memberikan masukan *konsekuensi-konsekuensi* apa yang akan
 dihadapi bila tidak melakukan kegiatan eksplorasi.

 Pengalaman saya memberikan informasi *konsekuensi negatif *kepada pejabat
 lebih mengena ketimbang memberikan* imig-iming *bila mendapatkan *discovery
 *(penemuan). Lebih mengena (*makjleb*) bila ditakut-takuti ketimbang di
 iming-iming. Ini berbeda dengan memebrikan informasi ke (calon) investor.

 Sayangnya kegiatan eksplorasi itu jangkanya panjang. Dampak kegiatan
 eksplorasi diluar masa jabatannya. Dan ini tantangan paling sulit
 menjelaskan pentingnya eksplorasi kepada pejabat (pemerintahan) lima
 tahunan.

 Salah satu cara yang dapat dilakukan IAGI adalah membuka persoalan ini
 pada publik sehingga seluruh masyarakat akan mengetahui pentingnya hal ini.
 Karena yg merasakan dampaknya adalah masyarakat. Yang paling mudah adalah
 membuat press release dan selalu memberikan masukan melalui media bila
 diperlukan. Tentusaja ini bukan satu-satunya cara, memberikan masukan
 secara formal ke DPR melalui RDP, juga memberikan masukan ke Pemerintah
 (menteri, dirjen2 terkait) serta melalui pejabat yang terkait juga tetap
 harus dilakukan.

 Media (press) saat ini menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dalam
 demokrasi. Ntah sebagai alat penguasa maupun alatnya rakyat dalam
 mengemukakan pendapat. Dan ini dapat dimanfaatkan sebagai media
 pembelajaran.

 Salam
 RDP
 --
 Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip.

 2014-12-02 8:25 GMT+07:00 S. (Daru) Prihatmoko sprihatm...@gmail.com:

 Pak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan)

 Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun
 minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB
 jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu
 didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat
 dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan
 berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/
 MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya
 langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan
 lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan
 gamblang. Memang sudah seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk selalu
 menyuarakan ini - tapi adakah cara yg jitu yg langsung kena sasaran? Mohon
 masukannyaŠ.

 Tentang Pertamina sendiri, rasanya kita belum mendengar bahwa dari 4
 Direktur tsb tidak ada yg mengurusi eksplorasi (atau sudah ada kabar ya?).
 Saya yakin bahwa rekan-rekan di Pertamina pasti akan/ sudah memberi
 masukan juga akan pentingnya eksplorasi ini - atau adakah usulan
 ³spesifik yg bisa kita sampaikan?

 Salam,
 Daru

 On 12/2/14, 2:05 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote:

 
 Apakah tidak sebaiknya IAGI memberikan masukan dan pendapatnya kepada
 ESDM
 dalam hal-hal yang berhubungan dengan eksplorasi.
 
 HL Ong
 
 -Original Message-
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 lia...@indo.net.id
 Sent: Sunday, November 30, 2014 4:36 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60
 
 Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar
  Biasa Ngawur .
 
  salam
 
 =
 
 
 Kalau dg Ngawur jadi luar biasa ...
 
 Mungkin karena problemnya di hilir maka hilir yg perlu
 diperkuat oleh

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-01 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Memberikan masukan memang sudah menjadi tugas rutin IAGI. Saya kira sudah
sejak IAGI dibentuk. Memang ini bukan tugas sekali saja, tetapi rutin
diberikan ke masyarakat maupun pemerintah dan juga DPR. Apalagi DPR itu
juga berganti setiap 5 tahun. Juga banyak pejabat yang rotasi, artinya
selalu orang-nya baru.

Saat ini, sepertinya pemerintahan Jokowi memiliki prioritas tersendiri
dalam soal energi maupun minerba. Sehingga eksplorasi menjadi *less
priority* (prioritas rendah), walaupun bukan ditinggalkan. Dan tugas IAGI
adalah memberikan masukan *konsekuensi-konsekuensi* apa yang akan dihadapi
bila tidak melakukan kegiatan eksplorasi.

Pengalaman saya memberikan informasi *konsekuensi negatif *kepada pejabat
lebih mengena ketimbang memberikan* imig-iming *bila mendapatkan *discovery
*(penemuan). Lebih mengena (*makjleb*) bila ditakut-takuti ketimbang di
iming-iming. Ini berbeda dengan memebrikan informasi ke (calon) investor.

Sayangnya kegiatan eksplorasi itu jangkanya panjang. Dampak kegiatan
eksplorasi diluar masa jabatannya. Dan ini tantangan paling sulit
menjelaskan pentingnya eksplorasi kepada pejabat (pemerintahan) lima
tahunan.

Salah satu cara yang dapat dilakukan IAGI adalah membuka persoalan ini pada
publik sehingga seluruh masyarakat akan mengetahui pentingnya hal ini.
Karena yg merasakan dampaknya adalah masyarakat. Yang paling mudah adalah
membuat press release dan selalu memberikan masukan melalui media bila
diperlukan. Tentusaja ini bukan satu-satunya cara, memberikan masukan
secara formal ke DPR melalui RDP, juga memberikan masukan ke Pemerintah
(menteri, dirjen2 terkait) serta melalui pejabat yang terkait juga tetap
harus dilakukan.

Media (press) saat ini menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dalam
demokrasi. Ntah sebagai alat penguasa maupun alatnya rakyat dalam
mengemukakan pendapat. Dan ini dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran.

Salam
RDP
--
Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip.

2014-12-02 8:25 GMT+07:00 S. (Daru) Prihatmoko sprihatm...@gmail.com:

 Pak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan)

 Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun
 minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB
 jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu
 didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat
 dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan
 berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/
 MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya
 langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan
 lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan
 gamblang. Memang sudah seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk selalu
 menyuarakan ini - tapi adakah cara yg jitu yg langsung kena sasaran? Mohon
 masukannyaŠ.

 Tentang Pertamina sendiri, rasanya kita belum mendengar bahwa dari 4
 Direktur tsb tidak ada yg mengurusi eksplorasi (atau sudah ada kabar ya?).
 Saya yakin bahwa rekan-rekan di Pertamina pasti akan/ sudah memberi
 masukan juga akan pentingnya eksplorasi ini - atau adakah usulan
 ³spesifik yg bisa kita sampaikan?

 Salam,
 Daru

 On 12/2/14, 2:05 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote:

 
 Apakah tidak sebaiknya IAGI memberikan masukan dan pendapatnya kepada ESDM
 dalam hal-hal yang berhubungan dengan eksplorasi.
 
 HL Ong
 
 -Original Message-
 From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
 lia...@indo.net.id
 Sent: Sunday, November 30, 2014 4:36 AM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60
 
 Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar
  Biasa Ngawur .
 
  salam
 
 =
 
 
 Kalau dg Ngawur jadi luar biasa ...
 
 Mungkin karena problemnya di hilir maka hilir yg perlu
 diperkuat oleh orang orang hilir ,  biar kuat harus disemen
 makanya Dirutnya dari Pabrik Semen
 ISM
 
 
 
 
 
  Dengan Hormat
 
  Yang saya baca memang baru ada 3 direktur dan belum ada
  penjelasan tentang Directur EP .
 
  Dwi Sutjipto masih belum menjawab akan perlu tidaknya ada
  tambahan direksi atau tidak
 
  Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar
  Biasa Ngawur .
 
  salam
 
 
 
 
 
  On Wed, Jan 28, 2015 at 8:56 PM, R.P.Koesoemadinata
  koeso...@melsa.net.id wrote:
 
   Para netters belum ada yang berikan komentar mengenai
   Direksi Pertamina
  baru?
  Kelihatannya Exploration  Production tidak lagi jadi
  core-business Pertamina, cenderung menjadi perusahaan
  perdagangan saja
  Apakah demikian?
  Wassalam'
  RPK
 
  - Original Message -
  *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com
  *To:* iagi-net@iagi.or.id
  *Sent:* Friday, November 28, 2014 1:42 PM
  *Subject:* Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level
  US$60/barel.
 
  Entah lah, saya mencium ini bukan harga asli tapi sudah
  harga gorengan On Nov 28, 2014 1:26 PM, 

Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60

2014-12-01 Terurut Topik yrs_nki - yrs_...@yahoo.com
Usulan yg sangat positip ..apakah ini akan efektif atau tidak kita lihat sj 
nanti.sebagai profesional dlm mengelola ada kita wajib terus untuk.. 
mengingatkanpemerintah..Disamping itu sy melihat dan mendengara adanya 
kecenderungan saat ini.pemegang hak atas tanah. Ingin ikut berpartisipasi 
dalam pengusaha . Klo  perlu dg menawarkan kompensasi atas pemakaian lahan mrk 
dengan harga yang diluar kewajaran. Posisi  
Kehutanan sebagai faktor penghambat nomor satu telah diambil.alih oleh 
ptpn.Semoga kebinet jokowi akan.merubah aturan  yg diatur oleh meneg bumn 
lama..dan memberikan.kemudahan bagi para pengusaha ekstraksi ada tanpa 
merugikan sektor lain..



Sent from Samsung Mobile

div Original message /divdivFrom: S. (Daru) Prihatmoko 
sprihatm...@gmail.com /divdivDate:02/12/2014  08:25  (GMT+07:00) 
/divdivTo: iagi-net@iagi.or.id /divdivSubject: [iagi-net] Pentingnya 
Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 /divdiv
/divPak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan)

Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun
minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB
jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu
didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat
dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan
berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/
MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya
langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan
lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan
gamblang. Memang sudah seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk selalu
menyuarakan ini - tapi adakah cara yg jitu yg langsung kena sasaran? Mohon
masukannyaŠ.

Tentang Pertamina sendiri, rasanya kita belum mendengar bahwa dari 4
Direktur tsb tidak ada yg mengurusi eksplorasi (atau sudah ada kabar ya?).
Saya yakin bahwa rekan-rekan di Pertamina pasti akan/ sudah memberi
masukan juga akan pentingnya eksplorasi ini - atau adakah usulan
³spesifik yg bisa kita sampaikan?

Salam,
Daru  

On 12/2/14, 2:05 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote:


Apakah tidak sebaiknya IAGI memberikan masukan dan pendapatnya kepada ESDM
dalam hal-hal yang berhubungan dengan eksplorasi.

HL Ong 

-Original Message-
From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of
lia...@indo.net.id
Sent: Sunday, November 30, 2014 4:36 AM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60

Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar
 Biasa Ngawur .

 salam

=


Kalau dg Ngawur jadi luar biasa ...

Mungkin karena problemnya di hilir maka hilir yg perlu
diperkuat oleh orang orang hilir ,  biar kuat harus disemen
makanya Dirutnya dari Pabrik Semen
ISM





 Dengan Hormat

 Yang saya baca memang baru ada 3 direktur dan belum ada
 penjelasan tentang Directur EP .

 Dwi Sutjipto masih belum menjawab akan perlu tidaknya ada
 tambahan direksi atau tidak

 Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar
 Biasa Ngawur .

 salam





 On Wed, Jan 28, 2015 at 8:56 PM, R.P.Koesoemadinata
 koeso...@melsa.net.id wrote:

  Para netters belum ada yang berikan komentar mengenai
  Direksi Pertamina
 baru?
 Kelihatannya Exploration  Production tidak lagi jadi
 core-business Pertamina, cenderung menjadi perusahaan
 perdagangan saja
 Apakah demikian?
 Wassalam'
 RPK

 - Original Message -
 *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com
 *To:* iagi-net@iagi.or.id
 *Sent:* Friday, November 28, 2014 1:42 PM
 *Subject:* Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level
 US$60/barel.

 Entah lah, saya mencium ini bukan harga asli tapi sudah
 harga gorengan On Nov 28, 2014 1:26 PM, godang
 god...@gmail.com wrote:


 OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Anjlok di Bawah US$
 70/Barel via @detikcom

http://finance.detik.com/read/2014/11/28/105802/2761864/1034/opec-tahan-pr
od
uksi-harga-minyak-anjlok-di-bawah-us-70barel Powered by Telkomsel
BlackBerry®


 

 
 Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
 Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact
 
 Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,-
 (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
 Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
 No. Rek: 123 0085005314
 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
 Bank BCA KCP. Manara Mulia
 No. Rekening: 255-1088580
 A/n: Shinta Damayanti
 
 Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id
 Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id
 
 DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to
 information posted on its mailing lists, whether posted by
 IAGI or others.
 In no event