RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Teman-teman, Kalau dilihat dari sudut banyaknya pekerjaan yang ingin dilakukan/diselesaikan Pemerintah, kemampuan Pemerintah sangat terbatas, baik financial, infrastruktur, maupun kemampuan sumber manusianya. Business sense kebanyakan pegawai negeri sangat kurang hingga peraturan yang dibuat “doesn’t make sense”. Sering kali ESDM/SKKMIGAS ingin membantu swasta dan mengeluarkan peraturan. Karena pengetahuan business pegawai negeri sangat kurang, justru peraturan sering merugikan swasta, yang justru ingin dibantu. Sebagai salah satu contoh, kalau swasta ingin ikut tender di perusahaan minyak, perlu sekitar 15-20 perizinan yang setiap tahun perlu diperbaharui. Peserta tender harus ikut kursus 5 hari penuh dan ujian. Konon tingkat kelulusan lebih kecil dari lulus sarjana ITB. Saya sependapat dengan Pak Sonny. Perasaan memiliki diantara teman2 pegawai Negeri kurang, kalau dibandingkan dengan mereka yang bekerja di perusahaan asing/swasta. Saya ingin mengutip dua Presiden Amerika yang sangat berhasil memajukan ekonomi Amerika. Keduanya terpilih 2X4 tahun: President Ronald Reagan (Republican): “Government isn’t the solution; it’s the problem”. President Bill Clinton (Democrat): “The era of big Government is over”. Indonesia terbalik. Keikut sertaan Pemerintah makin kental dan terlihat dimana-mana. Salam, HL Ong -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of sonny t pangestu - sonnytpangestu@ Sent: Tuesday, December 9, 2014 9:21 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Pengalaman saya sih pemerintah gak tau banyak. Mereka tidak di lapangan menyaksikan apalagi mengendalikan operasi. Dan itu saya pastikan dgn seringkali berapat dgn pemerintah, bhw mereka tidak tau. Kalau dikasi tau juga gak paham krn mrk tdk mengalaminya sendiri. Mereka tidak menghayati permasalahannya. Lebih jauh lagi pegawai yg bertugas di bidang itu tdk merasakan kerugian negara. Kecuali sumberdaya migas-minerba itu miliknya mungkin mereka mau nyadar. Ya sudahlah kalau memang IAGI merasa tdk perlu. Dan merasa puas dgn cuma ngedumel di dalam kalangannya sendiri di milis ini. Tidak akan ada harapan perubahan perbaikan tanpa proaktif kita keluar dari sarang IAGI dan berbicara ke sana. Dan kurang manfaat ilmu dan pengetahuan kita hanya beredar di kalangan sendiri tanpa ada yang menyuarakannya keluar. Lihat tu conto Walhi, jatam, ICW dan lain-lain mereka sedikit orangnya namun sangat aktif bicara keluar. Hubungan mereka ke media bagus. Juga hubungan mereka ke pemerintah lumayan efektif dalam menyusun berbagai peraturan-per-uu-an di negara ini. -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 10 Dec 2014 07:58:36 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Sebetulnya Pemerintah sudah tahu lah , lha wong Pemerintah itu punya berbagai intrumen diantaranya ESDM/ Dirjen Migas , SKK migas , Pertamina , PLN termasuk DEN dll , shg persoalan yg terjadi saya yakin juga sdh paham. Mungkin yg belum adalah Tindakan yang sesuai dg Keinginaan yg diluar pemerintah atau Pasar. Perlu diketahui dalam setiap tindakan , pemerintah itu terikat dg UU Tidak bisa melakukan tindakan diluar UU dan harus mempertimbangkan berbagai Aspek tidak semata mata berdasarkan perhitungan ekonomi pasar. seperti contohnya , dalam pasal 28 UU Migas 2001 , yg mengamatkan harga BBM dan Gas didalam negeri mengikuti mekanisme harga pasar , ternyata pasal ini Malah di Batalkan Oleh MK , ya apa boleh buat Pemerintah tidak bisa seenaknya ngikuti harga pasar untuk menentukan harga BBM dan Gas didalam negeri ISM Suarakan ke Jokowi dan DPR RI. Kalo cuma di milis ini ya besok sdh pada gak tau ke mana. -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 11:54:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu minta harga yang Tinggi . Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko Ora Tuku } , alias Stagnan Ism Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Pak Ong, Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh, kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis explorasi di bidang
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan komisi DPR RI yg membidangi ini. IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji berkopentensi, pak DR Ong Han Ling. Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai. Kita kudu gesit. Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau. Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI. Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi. Salam (Sonny - iagi712) -Original Message- From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Dear Pak Ong, Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang disebutkan Pak Ong.. Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan segera berproduksi dalam waktu dekat... :-) salam, On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman-teman IAGI, Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi - eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi impor dengan harga tinggi. Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional. Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus 162 derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai ditempat ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant. Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar, harga gas pipa PLN Muara Karang menjadi $21+/mmbtu. Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra Selatan dengan harga $5.80/mmbtu. Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S akan aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas, yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant. Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga gas pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi. Setelah dapat gas tidak bisa dijual karena infrastruktur belum ada. Juga untuk Geeothermal, harga 9-12 cent/kwh yang ditawarkan Pemerintah masih terlalu rendah. Demikian juga dengan Energy Baru dan Terbarukan atau EBT. Kalau diluar Negeri seperti di Eropa, EBT maju karena mereka bersaing dengan harga BBM yang dikenakan pajak sampai 300%. Di Indonesia EBT disuruh bersaing dengan harga BBM yang disubsidi. Bagiamana bisa berkembang? IAGI juga perlu mengejar proyek2 yang berjalan ditempat sampai beberapa tahun. Contoh adalah tiga proyek LNG, IDD Chevron, Masela, dan Train 3 Wiryagar. Ketiga proyek besarnya mencapai $40+ billion. Jika ke-3 proyek ini dikembangkan pekerjaan geologi sangat besar termasuk seismik dan pemboran. IAGi perlu memberi input kepada Pemerintah ttg. perkembangan di luar negeri. Bahwa overun budget adalah umum. Bahwa akan ada kompetisi LNG dari Western Australia dan sekarang shale gas dari Canada dan USA. . Bahwa umpama perkembangan Chevron Gorgon di Australia mengalami overun of budget luar biasa hingga kemungkinan besar IDD ditunda karena dana akan di pakai di Gorgon dimana sales kontrak telah ditandatangani. Sedangkan bagi Indonesia kalau IDD dibatalkan, LNG Bontang yang sekarang hanya terpakai 60%, akan mengalami kerugian. Demikian juga dengan Masela yang ditemukan bersamaan ditemukan Ichthys di Australia. Inpex Ichthys di Austrlia Barat telah mulai pembangunan sejak akir 2011 dan sekarang memerlukan dana tambahan yang cukup besar karena budget overun. Kemungkinan besar, dengan harga minyak yang anjlok, dana Masela akan dialihkan oleh Inpex
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Pak Ong, Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh, kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident, karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak. Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli standed gas dg $10/mmbtu? Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va dis! Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id: Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan komisi DPR RI yg membidangi ini. IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji berkopentensi, pak DR Ong Han Ling. Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai. Kita kudu gesit. Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau. Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI. Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi. Salam (Sonny - iagi712) -Original Message- From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Dear Pak Ong, Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang disebutkan Pak Ong.. Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan segera berproduksi dalam waktu dekat... :-) salam, On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman-teman IAGI, Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi - eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi impor dengan harga tinggi. Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional. Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus 162 derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai ditempat ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant. Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar, harga gas pipa PLN Muara Karang menjadi $21+/mmbtu. Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra Selatan dengan harga $5.80/mmbtu. Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S akan aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas, yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant. Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga gas pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi. Setelah dapat gas tidak bisa dijual karena infrastruktur belum ada. Juga untuk Geeothermal, harga 9-12 cent/kwh yang ditawarkan Pemerintah masih terlalu rendah. Demikian juga dengan Energy Baru dan Terbarukan atau EBT. Kalau diluar Negeri seperti di Eropa, EBT maju karena mereka bersaing dengan harga BBM yang dikenakan pajak sampai 300%. Di Indonesia EBT disuruh bersaing dengan harga BBM yang disubsidi. Bagiamana bisa berkembang? IAGI juga perlu mengejar proyek2 yang berjalan ditempat
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
must watch this video. inside Pertamina. https://www.youtube.com/watch?v=02eTsf9Bx9Efeature=youtu.be 2014-12-09 16:11 GMT+07:00 rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com: Pak Ong, Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh, kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident, karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak. Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli standed gas dg $10/mmbtu? Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va dis! Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id: Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan komisi DPR RI yg membidangi ini. IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji berkopentensi, pak DR Ong Han Ling. Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai. Kita kudu gesit. Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau. Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI. Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi. Salam (Sonny - iagi712) -Original Message- From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Dear Pak Ong, Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang disebutkan Pak Ong.. Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan segera berproduksi dalam waktu dekat... :-) salam, On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman-teman IAGI, Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi - eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi impor dengan harga tinggi. Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional. Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus 162 derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai ditempat ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant. Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar, harga gas pipa PLN Muara Karang menjadi $21+/mmbtu. Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra Selatan dengan harga $5.80/mmbtu. Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S akan aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas, yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant. Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga gas pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi. Setelah dapat gas tidak bisa dijual karena infrastruktur belum ada. Juga untuk Geeothermal, harga 9-12 cent/kwh yang ditawarkan Pemerintah masih terlalu rendah. Demikian juga dengan Energy Baru dan Terbarukan atau EBT. Kalau diluar Negeri seperti di Eropa, EBT maju karena mereka bersaing dengan harga
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu minta harga yang Tinggi . Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko Ora Tuku } , alias Stagnan Ism Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Pak Ong, Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh, kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident, karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak. Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli standed gas dg $10/mmbtu? Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va dis! Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id: Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan komisi DPR RI yg membidangi ini. IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji berkopentensi, pak DR Ong Han Ling. Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai. Kita kudu gesit. Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau. Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI. Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi. Salam (Sonny - iagi712) -Original Message- From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Dear Pak Ong, Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang disebutkan Pak Ong.. Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan segera berproduksi dalam waktu dekat... :-) salam, On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman-teman IAGI, Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi - eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi impor dengan harga tinggi. Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional. Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus 162 derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai ditempat ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant. Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar, harga gas pipa PLN Muara Karang menjadi $21+/mmbtu. Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra Selatan dengan harga $5.80/mmbtu. Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S akan aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas, yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant. Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga gas pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi. Setelah dapat gas tidak bisa
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Suarakan ke Jokowi dan DPR RI. Kalo cuma di milis ini ya besok sdh pada gak tau ke mana. -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 11:54:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu minta harga yang Tinggi . Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko Ora Tuku } , alias Stagnan Ism Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Pak Ong, Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh, kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident, karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak. Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli standed gas dg $10/mmbtu? Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va dis! Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id: Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan komisi DPR RI yg membidangi ini. IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji berkopentensi, pak DR Ong Han Ling. Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai. Kita kudu gesit. Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau. Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI. Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi. Salam (Sonny - iagi712) -Original Message- From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Dear Pak Ong, Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang disebutkan Pak Ong.. Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan segera berproduksi dalam waktu dekat... :-) salam, On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman-teman IAGI, Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi - eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi impor dengan harga tinggi. Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional. Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus 162 derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai ditempat ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant. Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar, harga gas pipa PLN Muara Karang menjadi $21+/mmbtu. Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra Selatan dengan harga $5.80/mmbtu. Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S akan aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas, yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga CBM di Sumatra Selatan yang
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Sebetulnya Pemerintah sudah tahu lah , lha wong Pemerintah itu punya berbagai intrumen diantaranya ESDM/ Dirjen Migas , SKK migas , Pertamina , PLN termasuk DEN dll , shg persoalan yg terjadi saya yakin juga sdh paham. Mungkin yg belum adalah Tindakan yang sesuai dg Keinginaan yg diluar pemerintah atau Pasar. Perlu diketahui dalam setiap tindakan , pemerintah itu terikat dg UU Tidak bisa melakukan tindakan diluar UU dan harus mempertimbangkan berbagai Aspek tidak semata mata berdasarkan perhitungan ekonomi pasar. seperti contohnya , dalam pasal 28 UU Migas 2001 , yg mengamatkan harga BBM dan Gas didalam negeri mengikuti mekanisme harga pasar , ternyata pasal ini Malah di Batalkan Oleh MK , ya apa boleh buat Pemerintah tidak bisa seenaknya ngikuti harga pasar untuk menentukan harga BBM dan Gas didalam negeri ISM Suarakan ke Jokowi dan DPR RI. Kalo cuma di milis ini ya besok sdh pada gak tau ke mana. -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 11:54:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu minta harga yang Tinggi . Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko Ora Tuku } , alias Stagnan Ism Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Pak Ong, Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh, kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident, karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak. Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli standed gas dg $10/mmbtu? Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va dis! Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id: Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan komisi DPR RI yg membidangi ini. IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji berkopentensi, pak DR Ong Han Ling. Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai. Kita kudu gesit. Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau. Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI. Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi. Salam (Sonny - iagi712) -Original Message- From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Dear Pak Ong, Saya juga nggak tahu information gap itu ada di mana sehingga para pengambil keputusan tidak membaca tanda-tanda jaman seperti yang disebutkan Pak Ong.. Dengan segala perkembangan yang ada (penundaan IDD, Abadi, Wiriagar-3 dll), kok ya bahkan masih ada yang mimpi bahwa Natuna D-Alpha akan segera berproduksi dalam waktu dekat... :-) salam, On 12/9/14, Ong Han Ling wim...@singnet.com.sg wrote: Teman-teman IAGI, Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi - eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi impor dengan harga tinggi. Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional. Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
, dengan harga minyak yang anjlok, dana Masela akan dialihkan oleh Inpex ke Ichthys Ausralia. Indonesia gigit jari. Jadi selain eksplorasi yang perlu dikejar oleh IAGI, Pemerintah perlu diperingatkan untuk memberikan harga gas pipa yang wajar kepada K3S yang sudah puluhan tahun beroperasi di Indonesia. IAGI perlu memberi tau bahwa EBT adalah prioritas terakir. IAGI juga perlu memberikan input perkembangan EP diluar Negeri sebagai masukan dalam penentuan proyek2 dalam negari. Sekarang tentang hal lain sama sekali. Saya ingin promosi ttg. kursus yang akan saya berikan di IPA minggu depan, tgl 15-19 December di Hotel Hilton, Bandung. Kursus dengan judul Practical investment appraisal and business decision analysis in Petroleum Exploration and Production . Kursus ini telah diberikan terus menerus selama 14 tahun. Jika ada yang berminat bisa langsung mendaftarkan di IPA, Ibu Anna tlp.021-515-5959 atau email: i...@cbn.net.id. Salam, HL Ong. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Bambang P. Istadi Sent: Friday, December 5, 2014 12:19 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Ikut nimbrung Abah, pak Ong, Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan downstream. Konon produksinya turun, yang dulu mencapai 3.7 juta menjadi tinggal 2.5 juta bopd. Meskipun produksinya masih memenuhi kebutuhan dalam negeri dan masih export minyak ke US, tapi pemerintah Mexico merasa perlu melakukan reformasi dengan perubahan konstitusi yang telah disahkan akhir tahun lalu. Pemerintah Mexico saat inipun sadar hasilnya hanya akan dinikmati oleh pemerintah masa mendatang atau partai lain. Selama ini mereka menganut service contract,… kontrak jasa, berupa cost + fee yang tidak menarik bagi investor, tapi dalam format baru, akan ada PSC, joint venture dengan Pemex, dan investor bisa membukukan cadangan dll. Contoh lain adalah Colombia yang melakukan reformasi kebijakan fiscal dan peraturan migas tahun 2003 yang merupakan insentif bagi investor. Hasilnya bisa dilihat sekarang, produksi minyaknya naik secara signifikan, hampir 2 kali lipat. Bagaimana dengan Indonesia? Puncak produksi minyak terjadi di tahun 1977 dan 1996 yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah sumur yang dibor, meningkat jumlah penemuan sekaligus naiknya produksi sehingga mencapai puncak. Saat ini penemuan lapangan baru, jarang dan kecil2, karena kegiatan ekplorasi menurun. Penemuan lapangan skala besar terakhir tahun 1992 (lapangan Banyu Urip Cepu). Kalau kita kembali kecontoh Mexico, apa yang terjadi di Indonesia malah sebaliknya,… yang sedang hangat untuk kontrak baru adalah pilihan lain selain PSC dengan memberlakukan service contract. Selain itu masalah POD ring-fencing atau cost recovery per lapangan, tidak lagi per PSC. Apa dampaknya terhadap eksplorasi? Kemungkinan besar perusahaan minyak menjadi enggan melakukan eksplorasi, karena resiko explorasi tidak lagi bisa dicost recovery. Kalaupun bisa dicost recovery, jangka waktu yang panjang antara penemuan dengan komersialisasi bisa membuat perusahaan minyak goyah. Beberapa contoh jangka waktu lama antara lain Tangguh, Donggi-Senoro, Natuna D-Alpha bahkan sudah sekitar 30an tahun sejak penemuan. Dengan demikian, perusahaan hanya akan memproduksi apa yang sudah ditemukan saja, tanpa usaha explorasi. Soal lain adalah masalah tidak adanya depresiasi yang dipercepat. Perusahaan tentunya tidak akan meninggalkan sunk cost yang tinggi pada akhir kontrak karena tidak ada jaminan PSC bisa diperpanjang/ diperbaharui. Artinya tidak akan ada investasi baru pada 5 tahun sebelum masa kontrak berakhir. Jadi, pentingkah eksplorasi? Mungkin saja tidak karena hal2 diatas membuat kegiatan eksplorasi tidak menarik, ie. Kontrak jasa, POD ring fencing, jangka waktu lama untuk komersialisasi, depresiasi tidak bisa dipercepat. Apalagi dengan issue2 lain seperti pajak bumi dan bangunan (pbb) blok explorasi, banyaknya perizinan, kurangnya data2 subsurface dll. Adakah solusi? Seorang kawan bijak mengatakan “look at history”. Bayangkan pada tahun 1967-1968, Indonesia saat itu masih kacau, tidak aman, politik bergejolak, tidak ada infrastruktur,… tapi berhasil mengundang investor untuk masuk dan bereksplorasi. Diantaranya menemukan Arun dan Badak yang menjadi cikal bakal industry LNG di Indonesia. Bontang bahkan menjadi proyek LNG tercepat didunia yang selesai dalam 5 tahun. Duniapun kagum dengan Indonesia dan banyak yang datang belajar cara mengelola industri migas. Konon saat itu “everything was simple” managemen Pertamina memiliki wewenang untuk mengambil keputusan2 penting secara cepat. Mungkin saja dengan look at history, cara2 dan filosofi yang dianut pada
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Pengalaman saya sih pemerintah gak tau banyak. Mereka tidak di lapangan menyaksikan apalagi mengendalikan operasi. Dan itu saya pastikan dgn seringkali berapat dgn pemerintah, bhw mereka tidak tau. Kalau dikasi tau juga gak paham krn mrk tdk mengalaminya sendiri. Mereka tidak menghayati permasalahannya. Lebih jauh lagi pegawai yg bertugas di bidang itu tdk merasakan kerugian negara. Kecuali sumberdaya migas-minerba itu miliknya mungkin mereka mau nyadar. Ya sudahlah kalau memang IAGI merasa tdk perlu. Dan merasa puas dgn cuma ngedumel di dalam kalangannya sendiri di milis ini. Tidak akan ada harapan perubahan perbaikan tanpa proaktif kita keluar dari sarang IAGI dan berbicara ke sana. Dan kurang manfaat ilmu dan pengetahuan kita hanya beredar di kalangan sendiri tanpa ada yang menyuarakannya keluar. Lihat tu conto Walhi, jatam, ICW dan lain-lain mereka sedikit orangnya namun sangat aktif bicara keluar. Hubungan mereka ke media bagus. Juga hubungan mereka ke pemerintah lumayan efektif dalam menyusun berbagai peraturan-per-uu-an di negara ini. -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Wed, 10 Dec 2014 07:58:36 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Sebetulnya Pemerintah sudah tahu lah , lha wong Pemerintah itu punya berbagai intrumen diantaranya ESDM/ Dirjen Migas , SKK migas , Pertamina , PLN termasuk DEN dll , shg persoalan yg terjadi saya yakin juga sdh paham. Mungkin yg belum adalah Tindakan yang sesuai dg Keinginaan yg diluar pemerintah atau Pasar. Perlu diketahui dalam setiap tindakan , pemerintah itu terikat dg UU Tidak bisa melakukan tindakan diluar UU dan harus mempertimbangkan berbagai Aspek tidak semata mata berdasarkan perhitungan ekonomi pasar. seperti contohnya , dalam pasal 28 UU Migas 2001 , yg mengamatkan harga BBM dan Gas didalam negeri mengikuti mekanisme harga pasar , ternyata pasal ini Malah di Batalkan Oleh MK , ya apa boleh buat Pemerintah tidak bisa seenaknya ngikuti harga pasar untuk menentukan harga BBM dan Gas didalam negeri ISM Suarakan ke Jokowi dan DPR RI. Kalo cuma di milis ini ya besok sdh pada gak tau ke mana. -Original Message- From: lia...@indo.net.id Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 11:54:26 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Biasanya Pembeli itu minta harga yg Murah dan Penjual itu minta harga yang Tinggi . Akhirnya Yg terjadi Tetuko { Sing Tuku Ora Teko Sing Teko Ora Tuku } , alias Stagnan Ism Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: rakhmadi avianto rakhmadi.avia...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 16:11:19 To: iagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Pak Ong, Setuju dg harga GeoThermal yg way too low yah cuman dihargain 9-12cent/kwh, kita mau main di GeoThermal jadi susah untuk meyakinkan para investor padahal ke-ekonomiannya ada di sekitar 20-25cnt/kwh demikian dg gas yg cuman dihargain $5.8/mmbtu juga jadi halangan untuk majunya bisnis explorasi di bidang gas, sehingga all fields jadi stranded gas by accident, karena daya beli bayer (baca PLN) jauh dibawah harga keekonomiannya untuk GeoThermal dan just enough untuk gas. Kalau spt pak Ong bilang gas bisa di beli di $10/mmbtu dan Uap GT di 20-25c/kwh pasti explorasi di gunung for GT dan semua stranded Gas Field akan menjadi marak. Kalau gas Bontang yg udah di diskon aja jadi $22/mmbtu kenapa tidak beli standed gas dg $10/mmbtu? Sepertinya prinsip kalau bisa dibikin sulit kenapa dibikin mudah? Quo va dis! Salam Kaji Avi -- *Do not give up and do not ever look back and tawakkal ilallah --* 2014-12-09 15:51 GMT+07:00 sonny t pangestu SRS0-xsjC=A5=yahoo.com=sonnytpange...@iagi.or.id: Ayo IAGI, bikin langkah kongkrit, jangan hhanya merasa cukup bicara di antara kita di milis IAGI saja. Wujudkan inim kita bertandang ke Jokowi dan komisi DPR RI yg membidangi ini. IAGI kudu berdongeng perihal ini. Disisipi sesi khusus yg dgn penyaji berkopentensi, pak DR Ong Han Ling. Meungpeung Jokowi dan DPR baru mulai. Kita kudu gesit. Ayo paketum Sukmandaru. Agar terbuka mata dan hati pak Jokowi sblm beliau memutuskan hal yg bikin kita jadi sedih krn ketidaktauan beliau. Kalau perlu undang Jokowi 'blusukan' ke markas IAGI. Spy beliau mendengar dan melihat langsung 'peta'nya dari para ahli di IAGI. Kalo gak begini kita cuma 'ngedumel' aja di milis IAGI. Lalu gigit jari krn keduluan 'pihak' lain memengaruhi keputusan Jokowi. Salam (Sonny - iagi712) -Original Message- From: noor syarifuddin noorsyarifud...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 9 Dec 2014 09:13:53
RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Teman-teman IAGI, Memang IAGI selalu menganjurkan supaya Pemeintah melakukan eksplorasi - eksplorasi dan sekali lagi eksplorasi. Tapi ini tidak cukup. Tidak ada gunanya eksplorasi kalau Pemerintah tidak memberikan harga yang wajar kepad industri. Bahkan sekarang, Pemerintah mematok harga rendah bagi K3S tetapi impor dengan harga tinggi. Untuk minyak dan batubara eksplorasi dan eksplorasi adalah benar karena kedua commodity energy tersebut berpacu pada harga pasar Internsional. Tidak demikian halnya dengan commodity yang lain seperti gas. Sebelumnya saya ingin menerangkan bahwa ada perbedaan besar antara harga gas pipa, yang disalurkan lewat pipa dan harga LNG. Harga LNG mahal sekali karena proses pembuatannya. Jadi gas alam dibuat cair dengan mendinginkan sampai minus 162 derajat celcius. Dikapalkan dengan kapal pendingin khusus. Sampai ditempat ditransfer ke storage LNG, lalu diregassing untuk dipakai di Power Plant. Perlu dikemukakan bahwa pada waktu pembuatan LNG volume menjadi 600 kali lebih kecil dan pada waktu regassing kebalikan tejadi. Kalau semuanya diperhitungkan liquifaction, regassing dan transportation, secara kasar, harga gas pipa PLN Muara Karang menjadi $21+/mmbtu. Pemerintah mematok harga gas pipa dari K3S untuk PLN di Jawa dan Sumatra Selatan dengan harga $5.80/mmbtu. Seandainya harga LNG diberikan kepada K3S, atau setengahnya saja, K3S akan aktif mencari gas yang masih terdapat banyak di Jawa berupa stranded gas, yaitu didaerah brownfield hingga produksinya bisa cepat. Demikian juga CBM di Sumatra Selatan yang memerlukan harga tinggi. Kegiatan eksplorasi akan otomastis tanpa perlu dianjurkan. Dengan harga tsb. K3S akan memasang infrastruktur jaringan pipa ke Power Plant. Sekarang dengan Pemerintah ikut-ikutan menetukan harga gas, ada 6 harga gas pipa, terjadi kekacauan. Di Jawa Timur, K3S dianjurkan eksplorasi. Setelah dapat gas tidak bisa dijual karena infrastruktur belum ada. Juga untuk Geeothermal, harga 9-12 cent/kwh yang ditawarkan Pemerintah masih terlalu rendah. Demikian juga dengan Energy Baru dan Terbarukan atau EBT. Kalau diluar Negeri seperti di Eropa, EBT maju karena mereka bersaing dengan harga BBM yang dikenakan pajak sampai 300%. Di Indonesia EBT disuruh bersaing dengan harga BBM yang disubsidi. Bagiamana bisa berkembang? IAGI juga perlu mengejar proyek2 yang berjalan ditempat sampai beberapa tahun. Contoh adalah tiga proyek LNG, IDD Chevron, Masela, dan Train 3 Wiryagar. Ketiga proyek besarnya mencapai $40+ billion. Jika ke-3 proyek ini dikembangkan pekerjaan geologi sangat besar termasuk seismik dan pemboran. IAGi perlu memberi input kepada Pemerintah ttg. perkembangan di luar negeri. Bahwa overun budget adalah umum. Bahwa akan ada kompetisi LNG dari Western Australia dan sekarang shale gas dari Canada dan USA. . Bahwa umpama perkembangan Chevron Gorgon di Australia mengalami overun of budget luar biasa hingga kemungkinan besar IDD ditunda karena dana akan di pakai di Gorgon dimana sales kontrak telah ditandatangani. Sedangkan bagi Indonesia kalau IDD dibatalkan, LNG Bontang yang sekarang hanya terpakai 60%, akan mengalami kerugian. Demikian juga dengan Masela yang ditemukan bersamaan ditemukan Ichthys di Australia. Inpex Ichthys di Austrlia Barat telah mulai pembangunan sejak akir 2011 dan sekarang memerlukan dana tambahan yang cukup besar karena budget overun. Kemungkinan besar, dengan harga minyak yang anjlok, dana Masela akan dialihkan oleh Inpex ke Ichthys Ausralia. Indonesia gigit jari. Jadi selain eksplorasi yang perlu dikejar oleh IAGI, Pemerintah perlu diperingatkan untuk memberikan harga gas pipa yang wajar kepada K3S yang sudah puluhan tahun beroperasi di Indonesia. IAGI perlu memberi tau bahwa EBT adalah prioritas terakir. IAGI juga perlu memberikan input perkembangan EP diluar Negeri sebagai masukan dalam penentuan proyek2 dalam negari. Sekarang tentang hal lain sama sekali. Saya ingin promosi ttg. kursus yang akan saya berikan di IPA minggu depan, tgl 15-19 December di Hotel Hilton, Bandung. Kursus dengan judul Practical investment appraisal and business decision analysis in Petroleum Exploration and Production . Kursus ini telah diberikan terus menerus selama 14 tahun. Jika ada yang berminat bisa langsung mendaftarkan di IPA, Ibu Anna tlp.021-515-5959 atau email: i...@cbn.net.id. Salam, HL Ong. From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of Bambang P. Istadi Sent: Friday, December 5, 2014 12:19 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Ikut nimbrung Abah, pak Ong, Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan downstream. Konon produksinya turun
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Ikut nimbrung Abah, pak Ong, Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan downstream. Konon produksinya turun, yang dulu mencapai 3.7 juta menjadi tinggal 2.5 juta bopd. Meskipun produksinya masih memenuhi kebutuhan dalam negeri dan masih export minyak ke US, tapi pemerintah Mexico merasa perlu melakukan reformasi dengan perubahan konstitusi yang telah disahkan akhir tahun lalu. Pemerintah Mexico saat inipun sadar hasilnya hanya akan dinikmati oleh pemerintah masa mendatang atau partai lain. Selama ini mereka menganut service contract,… kontrak jasa, berupa cost + fee yang tidak menarik bagi investor, tapi dalam format baru, akan ada PSC, joint venture dengan Pemex, dan investor bisa membukukan cadangan dll. Contoh lain adalah Colombia yang melakukan reformasi kebijakan fiscal dan peraturan migas tahun 2003 yang merupakan insentif bagi investor. Hasilnya bisa dilihat sekarang, produksi minyaknya naik secara signifikan, hampir 2 kali lipat. Bagaimana dengan Indonesia? Puncak produksi minyak terjadi di tahun 1977 dan 1996 yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah sumur yang dibor, meningkat jumlah penemuan sekaligus naiknya produksi sehingga mencapai puncak. Saat ini penemuan lapangan baru, jarang dan kecil2, karena kegiatan ekplorasi menurun. Penemuan lapangan skala besar terakhir tahun 1992 (lapangan Banyu Urip Cepu). Kalau kita kembali kecontoh Mexico, apa yang terjadi di Indonesia malah sebaliknya,… yang sedang hangat untuk kontrak baru adalah pilihan lain selain PSC dengan memberlakukan service contract. Selain itu masalah POD ring-fencing atau cost recovery per lapangan, tidak lagi per PSC. Apa dampaknya terhadap eksplorasi? Kemungkinan besar perusahaan minyak menjadi enggan melakukan eksplorasi, karena resiko explorasi tidak lagi bisa dicost recovery. Kalaupun bisa dicost recovery, jangka waktu yang panjang antara penemuan dengan komersialisasi bisa membuat perusahaan minyak goyah. Beberapa contoh jangka waktu lama antara lain Tangguh, Donggi-Senoro, Natuna D-Alpha bahkan sudah sekitar 30an tahun sejak penemuan. Dengan demikian, perusahaan hanya akan memproduksi apa yang sudah ditemukan saja, tanpa usaha explorasi. Soal lain adalah masalah tidak adanya depresiasi yang dipercepat. Perusahaan tentunya tidak akan meninggalkan sunk cost yang tinggi pada akhir kontrak karena tidak ada jaminan PSC bisa diperpanjang/ diperbaharui. Artinya tidak akan ada investasi baru pada 5 tahun sebelum masa kontrak berakhir. Jadi, pentingkah eksplorasi? Mungkin saja tidak karena hal2 diatas membuat kegiatan eksplorasi tidak menarik, ie. Kontrak jasa, POD ring fencing, jangka waktu lama untuk komersialisasi, depresiasi tidak bisa dipercepat. Apalagi dengan issue2 lain seperti pajak bumi dan bangunan (pbb) blok explorasi, banyaknya perizinan, kurangnya data2 subsurface dll. Adakah solusi? Seorang kawan bijak mengatakan “look at history”. Bayangkan pada tahun 1967-1968, Indonesia saat itu masih kacau, tidak aman, politik bergejolak, tidak ada infrastruktur,… tapi berhasil mengundang investor untuk masuk dan bereksplorasi. Diantaranya menemukan Arun dan Badak yang menjadi cikal bakal industry LNG di Indonesia. Bontang bahkan menjadi proyek LNG tercepat didunia yang selesai dalam 5 tahun. Duniapun kagum dengan Indonesia dan banyak yang datang belajar cara mengelola industri migas. Konon saat itu “everything was simple” managemen Pertamina memiliki wewenang untuk mengambil keputusan2 penting secara cepat. Mungkin saja dengan look at history, cara2 dan filosofi yang dianut pada pionir industry migas dimasa lalu bisa dijadikan refleksi kita untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi dan masalah2 yang dihadapi IDD, Masela, Tangguh 3 bisa cepat terselesaikan, sehingga Indonesia tidak perlu impor LNG,.. Wallahu a’lam bi shawab. Selamat berakhir pekan. Salam, Bambang From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yrs_nki - yrs_...@yahoo.com Sent: Thursday, December 04, 2014 12:48 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Kalau dulu berfikir spt yg disampaikam pal Ong adalah berfikir secara holistik. Dulu sering diajarkan oleh lemhanas.Apa pemikiran ini sekarang maasih dianut ? Sent from Samsung Mobile Original message From: yrs_nki - yrs_...@yahoo.com Date:04/12/2014 12:03 (GMT+07:00) To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Informasi yg sangat komprehensif pak Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak yang dapat
RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
mungkin jual ke singapure lebih menguntungkan dari pada jual ke pln? Pada 4 Des 2014 21:29, lia...@indo.net.id menulis: Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya , nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg nggak pernah datang datang Salam ISM Pak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford. Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S. Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan digiatkan. Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG Bontang yang kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan. Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling, belajar robotic pertama di Chevron IDD, offshore mapping, geotechnical, dsb. Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing
RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Ikut nimbrung Abah, pak Ong, Masalah “Pentingnya Eksplorasi” dalam subjek diatas, mungkin kita musti melongok apa yang sedang terjadi dinegara-negara lain, seperti Mexico yang sedang melakukan reformasi industri migas, baik di upstream, mid-stream dan downstream. Konon produksinya turun, yang dulu mencapai 3.7 juta menjadi tinggal 2.5 juta bopd. Meskipun produksinya masih memenuhi kebutuhan dalam negeri dan masih export minyak ke US, tapi pemerintah Mexico merasa perlu melakukan reformasi dengan perubahan konstitusi yang telah disahkan akhir tahun lalu. Pemerintah Mexico saat inipun sadar hasilnya hanya akan dinikmati oleh pemerintah masa mendatang atau partai lain. Selama ini mereka menganut service contract,… kontrak jasa, berupa cost + fee yang tidak menarik bagi investor, tapi dalam format baru, akan ada PSC, joint venture dengan Pemex, dan investor bisa membukukan cadangan dll. Contoh lain adalah Colombia yang melakukan reformasi kebijakan fiscal dan peraturan migas tahun 2003 yang merupakan insentif bagi investor. Hasilnya bisa dilihat sekarang, produksi minyaknya naik secara signifikan, hampir 2 kali lipat. Bagaimana dengan Indonesia? Puncak produksi minyak terjadi di tahun 1977 dan 1996 yang berbanding lurus dengan banyaknya jumlah sumur yang dibor, meningkat jumlah penemuan sekaligus naiknya produksi sehingga mencapai puncak. Saat ini penemuan lapangan baru, jarang dan kecil2, karena kegiatan ekplorasi menurun. Penemuan lapangan skala besar terakhir tahun 1992 (lapangan Banyu Urip Cepu). Kalau kita kembali kecontoh Mexico, apa yang terjadi di Indonesia malah sebaliknya,… yang sedang hangat untuk kontrak baru adalah pilihan lain selain PSC dengan memberlakukan service contract. Selain itu masalah POD ring-fencing atau cost recovery per lapangan, tidak lagi per PSC. Apa dampaknya terhadap eksplorasi? Kemungkinan besar perusahaan minyak menjadi enggan melakukan eksplorasi, karena resiko explorasi tidak lagi bisa dicost recovery. Kalaupun bisa dicost recovery, jangka waktu yang panjang antara penemuan dengan komersialisasi bisa membuat perusahaan minyak goyah. Beberapa contoh jangka waktu lama antara lain Tangguh, Donggi-Senoro, Natuna D-Alpha bahkan sudah sekitar 30an tahun sejak penemuan. Dengan demikian, perusahaan hanya akan memproduksi apa yang sudah ditemukan saja, tanpa usaha explorasi. Soal lain adalah masalah tidak adanya depresiasi yang dipercepat. Perusahaan tentunya tidak akan meninggalkan sunk cost yang tinggi pada akhir kontrak karena tidak ada jaminan PSC bisa diperpanjang/ diperbaharui. Artinya tidak akan ada investasi baru pada 5 tahun sebelum masa kontrak berakhir. Jadi, pentingkah eksplorasi? Mungkin saja tidak karena hal2 diatas membuat kegiatan eksplorasi tidak menarik, ie. Kontrak jasa, POD ring fencing, jangka waktu lama untuk komersialisasi, depresiasi tidak bisa dipercepat. Apalagi dengan issue2 lain seperti pajak bumi dan bangunan (pbb) blok explorasi, banyaknya perizinan, kurangnya data2 subsurface dll. Adakah solusi? Seorang kawan bijak mengatakan “look at history”. Bayangkan pada tahun 1967-1968, Indonesia saat itu masih kacau, tidak aman, politik bergejolak, tidak ada infrastruktur,… tapi berhasil mengundang investor untuk masuk dan bereksplorasi. Diantaranya menemukan Arun dan Badak yang menjadi cikal bakal industry LNG di Indonesia. Bontang bahkan menjadi proyek LNG tercepat didunia yang selesai dalam 5 tahun. Duniapun kagum dengan Indonesia dan banyak yang datang belajar cara mengelola industri migas. Konon saat itu “everything was simple” managemen Pertamina memiliki wewenang untuk mengambil keputusan2 penting secara cepat. Mungkin saja dengan look at history, cara2 dan filosofi yang dianut pada pionir industry migas dimasa lalu bisa dijadikan refleksi kita untuk meningkatkan kegiatan eksplorasi dan masalah2 yang dihadapi IDD, Masela, Tangguh 3 bisa cepat terselesaikan, sehingga Indonesia tidak perlu impor LNG,.. Wallahu a’lam bi shawab. Selamat berakhir pekan. Salam, Bambang From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of yrs_nki - yrs_...@yahoo.com Sent: Thursday, December 04, 2014 12:48 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Kalau dulu berfikir spt yg disampaikam pal Ong adalah berfikir secara holistik. Dulu sering diajarkan oleh lemhanas.Apa pemikiran ini sekarang maasih dianut ? Sent from Samsung Mobile Original message From: yrs_nki - yrs_...@yahoo.com Date:04/12/2014 12:03 (GMT+07:00) To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Informasi yg sangat komprehensif pak Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak yang dapat melihat persoaln oni secara menyeluruh. Ambil contoh harga gas yang dilpatpk oleh skk migas rendah. Ya krn menurit pod yang disepakati tentunya memberikan gvt
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
PIYE JL ! Pada 5 Des 2014 13.12, lia...@indo.net.id menulis: Belum lama ini diberitakan di Media guna memenuhi permintaaan listrik Pemerintah akan membangun Pembangkit baru dalam lima tahun kedepan sebesar 35.000 MW atau rata rata 7000 MW pertahun. Pertanyaannya dari mana Sumber energy Primernya ? Kalau memakai Air ( PLTA ) maka akan membutuhkan Bendungan sekelas PLTA Cirata sebanyak 35 buah ( PLTA saat ini kira kira kapasitasnya 1000 MW ) atau 44 Bendungan sekelas Saguling , Saguling saat ini kapasitasnya 790 MW. Mungkinkah dalam waktu 5 Tahun bisa bangun bendungan tsb. Kalau pakai gas akan mebutuhkan kira kira lebih dari 6000 MMSCFD , disisi lain Produksi Gas Nasional saat ini sdh dialokasikan semua untuk memenuhi komitmen ekpor maupun domestik , mungkinkah dalam waktu 5 tahun dapat meningkatkan produksi gas sebesar itu . Kalau dibangkitkan dg panas bumi akan memerlukan pengeboran sumur sumur produksi baru lebih dari 5000 Sumur produksi dalam 5 tahun . yang agak realistik dg Batubara , akan dibutuhkan lebih dari 40 Juta Ton , disisi lain produksi batubara 300 juta ton pertahun. atau dg BBM. Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dg pertumbuhan energi , biasanya pertumbuhan energi satu setenga kali pertumbuhan ekonminya , Jadi Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi kalau tidak ada ketersediaan anargi yg cukup. Persoalan Energi Khususnya Sumber Energi akan semakin komplek kalau tidak diurai dari sekarang dan di rencanakan secara realistik pasokanya.lagi lagi masalah Perizinan , penggunaan kawasan hutan ( pinjam pakai ) dan harga merupakan masalah klasik yg belum dapat dituntaskan belum lagi masalah euforia otonomi daerah , cilakanya lagi ditambah dg per mafia mafiaan ISM Saya cenderung memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhan. Secara garis besar, rakyat hanya membutuhkan energi siap saja berupa *gas, bbm dan listrik*. Sehingga memanfaatkan sumber energi harus tepat sesuai kebutuhan dan ketersediaannya. Tantangannya ketersediaan secara geografis ini perlu sebuah pemikiran tersendiri karena keberagaman (diversity) daerah di Indonesia. Di Jawa paling benyak membutuhkan tetapi ketersediaannya dari luar jawa. Di Sumatera banyak gas, di Jawa banyak geothermal tidak ada batubara, di Kalimantan banyak batubara dsb. Ini memerlukan pemikiran terintegrasi. Maka akan lebih baik bila ada sebuah riset energi untuk membuat kebijakan energi yang disesuaikan dengan ketersediaan energi lokal (*Geographical Source Based Energy Policy*). Memang kebijakan ini saat ini ada dan tiada. Artinya secara verbal sering terucap, hanya saja riset resminya saya belum pernah melihat anatar supply demandnya. Mungkin di DEN sudah pernah cmiiw. Sepertinya hanya secara intuitif kemudian diaplikasikan dan mungkin tidak (belum) ada payung hukumnya. RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-05 6:48 GMT+07:00 Eko Prasetyo strivea...@gmail.com: Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang tidak dapat diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah. Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas dimana2, kita bisa dengan mudah pindah ke bahan bakar lain kalau sumber gas sudah habis? Ataukah memang harus ada semacam pendulum nusantara untuk gas? 2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id: Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar
RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya , nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg nggak pernah datang datang Salam ISM Pak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford. Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S. Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan digiatkan. Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG Bontang yang kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan. Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling, belajar robotic pertama di Chevron IDD, offshore mapping, geotechnical, dsb. Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing sebesar $300,000 pun harus mengemis dan pasang advertensi dimana-mana dan memberikan fasilitas2 kemudahan. Demikian juga dengan Geothermal. Memang harga sudah dinaikkan dalam kurun waktu 10 tahun terakir ini,
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Untuk tatakelola kebijakan harga, sepertinya rata-rata usulan yang ada pada para geolog di milisi ini mengarah ke pada keekonomian pasar, atau bahkan mengarah pada keekonomian liberal. Sepertinya memang sisi 'poleksosbud'-nya kita tidak prioritaskan. Apakah memang itu sudah tepat dan sudah siap untuk Indonesia ? Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-04 21:05 GMT+07:00 lia...@indo.net.id: Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya , nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg nggak pernah datang datang Salam ISM Pak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford. Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S. Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan digiatkan. Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG Bontang yang kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan. Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang tidak dapat diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah. Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas dimana2, kita bisa dengan mudah pindah ke bahan bakar lain kalau sumber gas sudah habis? Ataukah memang harus ada semacam pendulum nusantara untuk gas? 2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id: Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya , nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg nggak pernah datang datang Salam ISM Pak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford. Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S. Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan digiatkan. Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG Bontang yang kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan. Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena untuk
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Saya cenderung memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhan. Secara garis besar, rakyat hanya membutuhkan energi siap saja berupa *gas, bbm dan listrik*. Sehingga memanfaatkan sumber energi harus tepat sesuai kebutuhan dan ketersediaannya. Tantangannya ketersediaan secara geografis ini perlu sebuah pemikiran tersendiri karena keberagaman (diversity) daerah di Indonesia. Di Jawa paling benyak membutuhkan tetapi ketersediaannya dari luar jawa. Di Sumatera banyak gas, di Jawa banyak geothermal tidak ada batubara, di Kalimantan banyak batubara dsb. Ini memerlukan pemikiran terintegrasi. Maka akan lebih baik bila ada sebuah riset energi untuk membuat kebijakan energi yang disesuaikan dengan ketersediaan energi lokal (*Geographical Source Based Energy Policy*). Memang kebijakan ini saat ini ada dan tiada. Artinya secara verbal sering terucap, hanya saja riset resminya saya belum pernah melihat anatar supply demandnya. Mungkin di DEN sudah pernah cmiiw. Sepertinya hanya secara intuitif kemudian diaplikasikan dan mungkin tidak (belum) ada payung hukumnya. RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-05 6:48 GMT+07:00 Eko Prasetyo strivea...@gmail.com: Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang tidak dapat diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah. Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas dimana2, kita bisa dengan mudah pindah ke bahan bakar lain kalau sumber gas sudah habis? Ataukah memang harus ada semacam pendulum nusantara untuk gas? 2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id: Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya , nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg nggak pernah datang datang Salam ISM Pak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Sute RDP, wo teringat ungkapan seni untuk seni. Apakah kita para rock docs ini cuma akan ngomong batu dan kawan2nya ato kita juga akan ngobrol soal poleksosbudhankamrata? Eniwei wo mau menari ikut irama gendang yang ditabuh sute RDP. Mau pake model Venezuela kah? Wo yang hina ini mohon pencerahannya. On Dec 5, 2014 6:36 AM, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: Untuk tatakelola kebijakan harga, sepertinya rata-rata usulan yang ada pada para geolog di milisi ini mengarah ke pada keekonomian pasar, atau bahkan mengarah pada keekonomian liberal. Sepertinya memang sisi 'poleksosbud'-nya kita tidak prioritaskan. Apakah memang itu sudah tepat dan sudah siap untuk Indonesia ? Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-04 21:05 GMT+07:00 lia...@indo.net.id: Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg berlokasi dari Raiu ( teluk lembu ) sampai Bali ( Pesanggran Denpasar dan Gilimanuk ) sejak berdirinya sampai sekarang belum pernah tercukupi gasnya , bahkan spt Tambak Lorok dg kapasitas 1000 MW sdh bertahun tahun diganti dg BBM tdk kunjung datang gasnya , nunggu gas nya dari Blok Muriah di pantai utara Semarang itu yg nggak pernah datang datang Salam ISM Pak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford. Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S. Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan digiatkan. Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import LNG dari US dan Mozambik
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Belum lama ini diberitakan di Media guna memenuhi permintaaan listrik Pemerintah akan membangun Pembangkit baru dalam lima tahun kedepan sebesar 35.000 MW atau rata rata 7000 MW pertahun. Pertanyaannya dari mana Sumber energy Primernya ? Kalau memakai Air ( PLTA ) maka akan membutuhkan Bendungan sekelas PLTA Cirata sebanyak 35 buah ( PLTA saat ini kira kira kapasitasnya 1000 MW ) atau 44 Bendungan sekelas Saguling , Saguling saat ini kapasitasnya 790 MW. Mungkinkah dalam waktu 5 Tahun bisa bangun bendungan tsb. Kalau pakai gas akan mebutuhkan kira kira lebih dari 6000 MMSCFD , disisi lain Produksi Gas Nasional saat ini sdh dialokasikan semua untuk memenuhi komitmen ekpor maupun domestik , mungkinkah dalam waktu 5 tahun dapat meningkatkan produksi gas sebesar itu . Kalau dibangkitkan dg panas bumi akan memerlukan pengeboran sumur sumur produksi baru lebih dari 5000 Sumur produksi dalam 5 tahun . yang agak realistik dg Batubara , akan dibutuhkan lebih dari 40 Juta Ton , disisi lain produksi batubara 300 juta ton pertahun. atau dg BBM. Pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dg pertumbuhan energi , biasanya pertumbuhan energi satu setenga kali pertumbuhan ekonminya , Jadi Tidak akan ada pertumbuhan ekonomi kalau tidak ada ketersediaan anargi yg cukup. Persoalan Energi Khususnya Sumber Energi akan semakin komplek kalau tidak diurai dari sekarang dan di rencanakan secara realistik pasokanya.lagi lagi masalah Perizinan , penggunaan kawasan hutan ( pinjam pakai ) dan harga merupakan masalah klasik yg belum dapat dituntaskan belum lagi masalah euforia otonomi daerah , cilakanya lagi ditambah dg per mafia mafiaan ISM Saya cenderung memanfaatkan energi sesuai dengan kebutuhan. Secara garis besar, rakyat hanya membutuhkan energi siap saja berupa *gas, bbm dan listrik*. Sehingga memanfaatkan sumber energi harus tepat sesuai kebutuhan dan ketersediaannya. Tantangannya ketersediaan secara geografis ini perlu sebuah pemikiran tersendiri karena keberagaman (diversity) daerah di Indonesia. Di Jawa paling benyak membutuhkan tetapi ketersediaannya dari luar jawa. Di Sumatera banyak gas, di Jawa banyak geothermal tidak ada batubara, di Kalimantan banyak batubara dsb. Ini memerlukan pemikiran terintegrasi. Maka akan lebih baik bila ada sebuah riset energi untuk membuat kebijakan energi yang disesuaikan dengan ketersediaan energi lokal (*Geographical Source Based Energy Policy*). Memang kebijakan ini saat ini ada dan tiada. Artinya secara verbal sering terucap, hanya saja riset resminya saya belum pernah melihat anatar supply demandnya. Mungkin di DEN sudah pernah cmiiw. Sepertinya hanya secara intuitif kemudian diaplikasikan dan mungkin tidak (belum) ada payung hukumnya. RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-05 6:48 GMT+07:00 Eko Prasetyo strivea...@gmail.com: Seperti semua hydrocarbon products lainnya, gas terbilang tidak dapat diperbaharui dan juga kalau habis, ya sudah. Apakah dengan membuat pembangkit listrik tenaga gas dimana2, kita bisa dengan mudah pindah ke bahan bakar lain kalau sumber gas sudah habis? Ataukah memang harus ada semacam pendulum nusantara untuk gas? 2014-12-04 22:05 GMT+08:00 lia...@indo.net.id: Pemakaian gas untuk Listrik itu sebetulnya masih sangat kecil padahal singapore itu listriknya bisa kencar kencar karena sebagian besar pakai gas , dari Total Produksi Gas Nasional itu hanya kurang dari 10 % yg untuk pembangkit litrik atau hanya 20 % dari total Gas yg dipakai domestik dan hanya menyumbang kira kira 30% dari energi mix pembangkit listrik jauh dibawahnya batubara yg hampir 60 % , Kalau harga gas untuk listrik saja masih rendah apalagi gas yg dipakai untuk industri non listrik di dalam negeri . Oleh karena itu harus dibenahi secara menyeluruh termasuk tatakelola kebijakan harga untuk gas didalam negeri termasuk yg non listrik. repotnya lagi si PLN ini juga di ikat oleh kebijakan TDL ( Tarif dasar Listrik) yg tidak dapat sepenuhnya dikendalikan oleh PLN ( ditetapkan Pemerintah dg senayan ) , dalam hal Tarif ini PLN sekedar mejalankan mandatori saja , gimana mau naikan harga gas kalau harga jualannya listrik tidak boleh sembarangan naik ngikuti harga keekonomiannya / harga pasar. Oleh karena itu tarif dasar listrik minimal harus sama dengan Biaya pokok Produksinya (BPP) kalau sekarang ini TDl dibawah BPP , sehingga kalau harga energi primernya naik maka pasti BPP nya akan naik karena komponen biaya BPP hampir 80 % dari biaya energi primernya, kalau BPP akan semakin jauh dg TDL akibatnya subsidi akan bertambah akibatnya harus berdebat dg senayan . Problem ini sdh lama , akar permasalahannya ada di adanya mekanisme subsidi di listrik dan Tarifnya tidak mengiktui harga keekonoimian pasar sebagaimana harga energi primernya. selama akar masalah ini belum terurai maka permasalahan gas domestik ini akan spt iniSebetulnya PLN itu punya 8 pembangkit Gas besar yg
RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Pak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford. Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S. Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan digiatkan. Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG Bontang yang kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan. Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling, belajar robotic pertama di Chevron IDD, offshore mapping, geotechnical, dsb. Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing sebesar $300,000 pun harus mengemis dan pasang advertensi dimana-mana dan memberikan fasilitas2 kemudahan. Demikian juga dengan Geothermal. Memang harga sudah dinaikkan dalam kurun waktu 10 tahun terakir ini, yang tadinya hanya 3 cent/ kwh, sudah menjadi 9 sen dan sekarang 12 sen/kwh. Tapi untuk Geothermal harga ini masih terlalu rendah, hingga eksplorasi ogah-ogahan. Demikian juga dengan bio-fuels. Diluar negeri biofuel bisa maju karena bersaing dengan harga minyak yang telah dikenakan pajak sampai 300%+. Di Indonesia biofuel harus bertanding dengan harga minyak yang disubsidi. Bahwa Pemerintah berani memberi harga tinggi untuk import dibandingkan produk dalam negari sudah berjalan lama sekali. Tahun 2000, IPA complain , mengapa harga gas di Jawa hanya dihargai sepertiga harga import diesel? Pemerintah sering mengambil jalan pintasnya. Umpama mendatangkan LNG dari Bontang yang tersedia, padahal sudah diperuntukkkan untuk eksport, daripada melakukan eksplorasi yang lama dan susah. Pemerintah memberi harga rendah kepada produk dalam negeri dan lebih senang import yang mahal. Mereka meragukan kemampuan geologist Indonesia. Tapi apakah ada kemungkinan bahwa Pemerintah betul? IAGI perlu membuktikannya. Maaf kalau dalam tulisan ini ada yang tidak berkenan. Salam, HL Ong -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of S. (Daru) Prihatmoko Sent: Monday, December 1, 2014 5:25 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Pak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan) Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/ MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan gamblang. Memang
RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Informasi yg sangat komprehensif pak Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak yang dapat melihat persoaln oni secara menyeluruh. Ambil contoh harga gas yang dilpatpk oleh skk migas rendah. Ya krn menurit pod yang disepakati tentunya memberikan gvt ontake yg optimal dan juga untk k3s nya.Dengan demikian skk migas sudah.melaksanak.an.tugasnyal dengan.baik.Dan memang kenyataan yg menyakitkan adalah ego sektoral baik antar kementerian.daerah maupun ego2 lainnya..bukan merupakan.lahann dimana pemikiran yang diketengahkan.olh pak Ong dpt berkembamg dan mendapatkan dukunganndari.para pemegang kebijakan. Apakah saya terlalu pesimis ? Sent from Samsung Mobile div Original message /divdivFrom: Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id /divdivDate:04/12/2014 11:19 (GMT+07:00) /divdivTo: iagi-net@iagi.or.id /divdivSubject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 /divdiv /divPak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford. Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S. Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan digiatkan. Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG Bontang yang kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan. Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling, belajar robotic pertama di Chevron IDD, offshore mapping, geotechnical, dsb. Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing sebesar $300,000 pun harus mengemis dan pasang advertensi dimana-mana dan memberikan fasilitas2 kemudahan. Demikian juga dengan Geothermal. Memang harga sudah dinaikkan dalam kurun waktu 10 tahun terakir ini, yang tadinya hanya 3 cent/ kwh, sudah menjadi 9 sen dan sekarang 12 sen/kwh. Tapi untuk Geothermal harga ini masih terlalu rendah, hingga eksplorasi ogah-ogahan. Demikian juga dengan bio-fuels. Diluar negeri biofuel bisa maju karena bersaing dengan harga minyak yang telah dikenakan pajak sampai 300%+. Di Indonesia biofuel harus bertanding dengan harga minyak yang disubsidi. Bahwa Pemerintah berani memberi harga tinggi untuk import dibandingkan produk dalam negari sudah berjalan lama sekali. Tahun 2000, IPA complain , mengapa harga gas di Jawa hanya dihargai sepertiga harga import diesel? Pemerintah sering mengambil jalan pintasnya. Umpama mendatangkan LNG dari Bontang yang tersedia, padahal sudah diperuntukkkan untuk eksport, daripada melakukan eksplorasi yang lama dan susah. Pemerintah memberi harga rendah kepada produk dalam negeri dan lebih senang import yang mahal. Mereka meragukan kemampuan geologist Indonesia. Tapi apakah ada kemungkinan bahwa Pemerintah betul? IAGI perlu membuktikannya. Maaf kalau dalam tulisan ini ada yang tidak berkenan. Salam, HL
RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Kalau dulu berfikir spt yg disampaikam pal Ong adalah berfikir secara holistik. Dulu sering diajarkan oleh lemhanas.Apa pemikiran ini sekarang maasih dianut ? Sent from Samsung Mobile div Original message /divdivFrom: yrs_nki - yrs_...@yahoo.com SRS0-irAw=AY=yahoo.com=yrs_...@iagi.or.id /divdivDate:04/12/2014 12:03 (GMT+07:00) /divdivTo: iagi-net@iagi.or.id /divdivSubject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 /divdiv /divInformasi yg sangat komprehensif pak Ong.teroma kasih.persoalam diatas hanya dapat dilihat..dipelajari oleh fihak yang dapat melihat persoaln oni secara menyeluruh. Ambil contoh harga gas yang dilpatpk oleh skk migas rendah. Ya krn menurit pod yang disepakati tentunya memberikan gvt ontake yg optimal dan juga untk k3s nya.Dengan demikian skk migas sudah.melaksanak.an.tugasnyal dengan.baik.Dan memang kenyataan yg menyakitkan adalah ego sektoral baik antar kementerian.daerah maupun ego2 lainnya..bukan merupakan.lahann dimana pemikiran yang diketengahkan.olh pak Ong dpt berkembamg dan mendapatkan dukunganndari.para pemegang kebijakan. Apakah saya terlalu pesimis ? Sent from Samsung Mobile Original message From: Ong Han Ling Date:04/12/2014 11:19 (GMT+07:00) To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Pak Daru, Menurut saya tidak hanya eksplorasi yang perlu digiatkan tetapi kita juga harus minta supaya harga yang diberikan kepada pelaku eksplorasi wajar. Dll. Harga yang wajar akan mengiatkan eksplorasi jang sifatnya jangka panjang (grassroot exploration) tetapi juga akan mempunai efek jangka pendek dengan dikembangkan lapangan brownfield. Sebagai contoh saya ambil LNG yang didatangkan dari Bontang untuk PLN Muara Karang. Harga LNG kalau diekspor ke Taiwan dapat harga $17/mmbtu. Kita jual ke PLN dengan harga domestik $11/mmbtu. Perbedaan harga $6/mmbtu adalah harga subsdidi terselubung. Harga angkut LNG ke Jakarta dengan kapal pendingin minus 160 derajat, $1-2/mmbtu. Sampai Tanjung Priok dijadikan kembali ke gas (regassing volume naik 600X) dengan harga $2/mmbtu. Pemasukan LNG dilewatkan PT Regassing Nusantara, perusahaan swasta yang pasti ingin untung, $2-3/mmbtu. Biaya operasi PLN $1-2/mmbtu. Supaya tidak bayar tanah yang mahal, Regasing dilakukan di offshore.Ini juga subsidi terselubung supaya tidak bayar sewa ($0.50/mmbtu). Kita harus mengihitung keekonmian sebenarnya dengan menjumblahkan semua ongkos tsb. diatas. Jatuhnya lebih dari $22+/mmbtu. Dalam majalah Soc. of Petr. Eng. Java section, edisi Jan/Febr. 2014. saya menulis: LNG for power generation is a luxury that Indonesia can't afford. Padahal Kalau K3S punya gas dan dijual ke PLN di Jawa dan Sumatra Selatan, Pemerintah mematok harga $5.80/mmbtu. Pemerintah tidak rela memberi keuntungan lebih kepada K3S. Seandainya K3S diberi harga $22/mmbtu atau setengahnya saja, maka K3S akan giat mencari gas di Jawa maupun di Sumatra Selatan. Mereka akan pasang pipa ke Power Plant di Jawa. Di Jawa dan SumSel masih banyak stranded gas yang bisa dimanfaatkan asal harga cocok. Juga CBM yang memerlukan harga lebih tinggi dibandingkan dengan associated gas, yang sekarang sedang mandek, akan digiatkan. Menurut Jakarta Post minggu yang lalu, Pertamina telah menandatangani import LNG dari US dan Mozambik untuk tahun 2019/2020. Padahal projek IDD Chevron, Masela, dan Wiryagar Train3 sudah 3 tahun jalan ditempat. Kusunya untuk IDD Chevron dapat memanfaatkan langsung LNG Bontang yang kapasitasnya sekarang hanya terpakai sekitar 60%; suatu penghamburan. Ke-3 proyek tsb. memberikan investasi $40+ billion. Ini yang harus dikejar semua orang, termasuk IAGI, jika belum terlambat. Ini akan memberikan pekerjaan banyak orang karena untuk development pun masih perlu tambahan seismik yang banyak sekali, tambahan appraisal dan exploration drilling, belajar robotic pertama di Chevron IDD, offshore mapping, geotechnical, dsb. Sebagai pembanding, BKPM untuk mencari investor asing sebesar $300,000 pun harus mengemis dan pasang advertensi dimana-mana dan memberikan fasilitas2 kemudahan. Demikian juga dengan Geothermal. Memang harga sudah dinaikkan dalam kurun waktu 10 tahun terakir ini, yang tadinya hanya 3 cent/ kwh, sudah menjadi 9 sen dan sekarang 12 sen/kwh. Tapi untuk Geothermal harga ini masih terlalu rendah, hingga eksplorasi ogah-ogahan. Demikian juga dengan bio-fuels. Diluar negeri biofuel bisa maju karena bersaing dengan harga minyak yang telah dikenakan pajak sampai 300%+. Di Indonesia biofuel harus bertanding dengan harga minyak yang disubsidi. Bahwa Pemerintah berani memberi harga tinggi untuk import dibandingkan produk dalam negari sudah berjalan lama sekali. Tahun 2000, IPA complain , mengapa harga gas di Jawa hanya dihargai sepertiga harga import diesel? Pemerintah sering mengambil jalan pintasnya. Umpama mendatangkan
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Lha sekarang Ketua Komisinya di DPR mantan Pejabat Dirjen Migas / Kepala BP Migas Kayaknya sekarang Pemerintah { ESDM } fokus ke inti permasalahanya , spt membrantas mafia migas dari hulu sampai hilir , mengatasi pencurian minyak , Penyederhanaan perizinan kedalam 1 pintu Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com Sender: iagi-net@iagi.or.id Date: Tue, 2 Dec 2014 09:28:29 To: IAGIiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Memberikan masukan memang sudah menjadi tugas rutin IAGI. Saya kira sudah sejak IAGI dibentuk. Memang ini bukan tugas sekali saja, tetapi rutin diberikan ke masyarakat maupun pemerintah dan juga DPR. Apalagi DPR itu juga berganti setiap 5 tahun. Juga banyak pejabat yang rotasi, artinya selalu orang-nya baru. Saat ini, sepertinya pemerintahan Jokowi memiliki prioritas tersendiri dalam soal energi maupun minerba. Sehingga eksplorasi menjadi *less priority* (prioritas rendah), walaupun bukan ditinggalkan. Dan tugas IAGI adalah memberikan masukan *konsekuensi-konsekuensi* apa yang akan dihadapi bila tidak melakukan kegiatan eksplorasi. Pengalaman saya memberikan informasi *konsekuensi negatif *kepada pejabat lebih mengena ketimbang memberikan* imig-iming *bila mendapatkan *discovery *(penemuan). Lebih mengena (*makjleb*) bila ditakut-takuti ketimbang di iming-iming. Ini berbeda dengan memebrikan informasi ke (calon) investor. Sayangnya kegiatan eksplorasi itu jangkanya panjang. Dampak kegiatan eksplorasi diluar masa jabatannya. Dan ini tantangan paling sulit menjelaskan pentingnya eksplorasi kepada pejabat (pemerintahan) lima tahunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan IAGI adalah membuka persoalan ini pada publik sehingga seluruh masyarakat akan mengetahui pentingnya hal ini. Karena yg merasakan dampaknya adalah masyarakat. Yang paling mudah adalah membuat press release dan selalu memberikan masukan melalui media bila diperlukan. Tentusaja ini bukan satu-satunya cara, memberikan masukan secara formal ke DPR melalui RDP, juga memberikan masukan ke Pemerintah (menteri, dirjen2 terkait) serta melalui pejabat yang terkait juga tetap harus dilakukan. Media (press) saat ini menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dalam demokrasi. Ntah sebagai alat penguasa maupun alatnya rakyat dalam mengemukakan pendapat. Dan ini dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-02 8:25 GMT+07:00 S. (Daru) Prihatmoko sprihatm...@gmail.com: Pak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan) Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/ MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan gamblang. Memang sudah seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk selalu menyuarakan ini - tapi adakah cara yg jitu yg langsung kena sasaran? Mohon masukannyaŠ. Tentang Pertamina sendiri, rasanya kita belum mendengar bahwa dari 4 Direktur tsb tidak ada yg mengurusi eksplorasi (atau sudah ada kabar ya?). Saya yakin bahwa rekan-rekan di Pertamina pasti akan/ sudah memberi masukan juga akan pentingnya eksplorasi ini - atau adakah usulan ³spesifik yg bisa kita sampaikan? Salam, Daru On 12/2/14, 2:05 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote: Apakah tidak sebaiknya IAGI memberikan masukan dan pendapatnya kepada ESDM dalam hal-hal yang berhubungan dengan eksplorasi. HL Ong -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of lia...@indo.net.id Sent: Sunday, November 30, 2014 4:36 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60 Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar Biasa Ngawur . salam = Kalau dg Ngawur jadi luar biasa ... Mungkin karena problemnya di hilir maka hilir yg perlu diperkuat oleh orang orang hilir , biar kuat harus disemen makanya Dirutnya dari Pabrik Semen ISM Dengan Hormat Yang saya baca memang baru ada 3 direktur dan belum ada penjelasan tentang Directur EP . Dwi Sutjipto masih belum menjawab akan perlu tidaknya ada tambahan direksi atau tidak Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar Biasa Ngawur . salam On Wed, Jan 28, 2015 at 8:56 PM, R.P.Koesoemadinata koeso
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
mengikuti pola pikir politik, setiap 5 tahun ganti pemegang kekuasaan; nampaknya energi alternatif misalnya bio disel, bio metan dll lebih kelihatan hasilnya. kalau banyak negarawan; mungkin eksplorasi minerba akan diaktifkan karena hasilnya baru nampak lama setelah kegiatan eksplorasi. mungkin saya salah. mohon koreksinya. salam sejahtera. bdn. Pada 2 Des 2014 18:08, lia...@indo.net.id menulis: Lha sekarang Ketua Komisinya di DPR mantan Pejabat Dirjen Migas / Kepala BP Migas Kayaknya sekarang Pemerintah { ESDM } fokus ke inti permasalahanya , spt membrantas mafia migas dari hulu sampai hilir , mengatasi pencurian minyak , Penyederhanaan perizinan kedalam 1 pintu Powered by Telkomsel BlackBerry® -- *From: * Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com *Sender: * iagi-net@iagi.or.id *Date: *Tue, 2 Dec 2014 09:28:29 +0700 *To: *IAGIiagi-net@iagi.or.id *ReplyTo: * iagi-net@iagi.or.id *Subject: *Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 Memberikan masukan memang sudah menjadi tugas rutin IAGI. Saya kira sudah sejak IAGI dibentuk. Memang ini bukan tugas sekali saja, tetapi rutin diberikan ke masyarakat maupun pemerintah dan juga DPR. Apalagi DPR itu juga berganti setiap 5 tahun. Juga banyak pejabat yang rotasi, artinya selalu orang-nya baru. Saat ini, sepertinya pemerintahan Jokowi memiliki prioritas tersendiri dalam soal energi maupun minerba. Sehingga eksplorasi menjadi *less priority* (prioritas rendah), walaupun bukan ditinggalkan. Dan tugas IAGI adalah memberikan masukan *konsekuensi-konsekuensi* apa yang akan dihadapi bila tidak melakukan kegiatan eksplorasi. Pengalaman saya memberikan informasi *konsekuensi negatif *kepada pejabat lebih mengena ketimbang memberikan* imig-iming *bila mendapatkan *discovery *(penemuan). Lebih mengena (*makjleb*) bila ditakut-takuti ketimbang di iming-iming. Ini berbeda dengan memebrikan informasi ke (calon) investor. Sayangnya kegiatan eksplorasi itu jangkanya panjang. Dampak kegiatan eksplorasi diluar masa jabatannya. Dan ini tantangan paling sulit menjelaskan pentingnya eksplorasi kepada pejabat (pemerintahan) lima tahunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan IAGI adalah membuka persoalan ini pada publik sehingga seluruh masyarakat akan mengetahui pentingnya hal ini. Karena yg merasakan dampaknya adalah masyarakat. Yang paling mudah adalah membuat press release dan selalu memberikan masukan melalui media bila diperlukan. Tentusaja ini bukan satu-satunya cara, memberikan masukan secara formal ke DPR melalui RDP, juga memberikan masukan ke Pemerintah (menteri, dirjen2 terkait) serta melalui pejabat yang terkait juga tetap harus dilakukan. Media (press) saat ini menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dalam demokrasi. Ntah sebagai alat penguasa maupun alatnya rakyat dalam mengemukakan pendapat. Dan ini dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-02 8:25 GMT+07:00 S. (Daru) Prihatmoko sprihatm...@gmail.com: Pak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan) Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/ MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan gamblang. Memang sudah seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk selalu menyuarakan ini - tapi adakah cara yg jitu yg langsung kena sasaran? Mohon masukannyaŠ. Tentang Pertamina sendiri, rasanya kita belum mendengar bahwa dari 4 Direktur tsb tidak ada yg mengurusi eksplorasi (atau sudah ada kabar ya?). Saya yakin bahwa rekan-rekan di Pertamina pasti akan/ sudah memberi masukan juga akan pentingnya eksplorasi ini - atau adakah usulan ³spesifik yg bisa kita sampaikan? Salam, Daru On 12/2/14, 2:05 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote: Apakah tidak sebaiknya IAGI memberikan masukan dan pendapatnya kepada ESDM dalam hal-hal yang berhubungan dengan eksplorasi. HL Ong -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of lia...@indo.net.id Sent: Sunday, November 30, 2014 4:36 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60 Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar Biasa Ngawur . salam = Kalau dg Ngawur jadi luar biasa ... Mungkin karena problemnya di hilir maka hilir yg perlu diperkuat oleh
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Memberikan masukan memang sudah menjadi tugas rutin IAGI. Saya kira sudah sejak IAGI dibentuk. Memang ini bukan tugas sekali saja, tetapi rutin diberikan ke masyarakat maupun pemerintah dan juga DPR. Apalagi DPR itu juga berganti setiap 5 tahun. Juga banyak pejabat yang rotasi, artinya selalu orang-nya baru. Saat ini, sepertinya pemerintahan Jokowi memiliki prioritas tersendiri dalam soal energi maupun minerba. Sehingga eksplorasi menjadi *less priority* (prioritas rendah), walaupun bukan ditinggalkan. Dan tugas IAGI adalah memberikan masukan *konsekuensi-konsekuensi* apa yang akan dihadapi bila tidak melakukan kegiatan eksplorasi. Pengalaman saya memberikan informasi *konsekuensi negatif *kepada pejabat lebih mengena ketimbang memberikan* imig-iming *bila mendapatkan *discovery *(penemuan). Lebih mengena (*makjleb*) bila ditakut-takuti ketimbang di iming-iming. Ini berbeda dengan memebrikan informasi ke (calon) investor. Sayangnya kegiatan eksplorasi itu jangkanya panjang. Dampak kegiatan eksplorasi diluar masa jabatannya. Dan ini tantangan paling sulit menjelaskan pentingnya eksplorasi kepada pejabat (pemerintahan) lima tahunan. Salah satu cara yang dapat dilakukan IAGI adalah membuka persoalan ini pada publik sehingga seluruh masyarakat akan mengetahui pentingnya hal ini. Karena yg merasakan dampaknya adalah masyarakat. Yang paling mudah adalah membuat press release dan selalu memberikan masukan melalui media bila diperlukan. Tentusaja ini bukan satu-satunya cara, memberikan masukan secara formal ke DPR melalui RDP, juga memberikan masukan ke Pemerintah (menteri, dirjen2 terkait) serta melalui pejabat yang terkait juga tetap harus dilakukan. Media (press) saat ini menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dalam demokrasi. Ntah sebagai alat penguasa maupun alatnya rakyat dalam mengemukakan pendapat. Dan ini dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Salam RDP -- Kebanggaan sejati muncul dari kontribusi anda yang positip. 2014-12-02 8:25 GMT+07:00 S. (Daru) Prihatmoko sprihatm...@gmail.com: Pak Ong dkk netterŠ (subject saya ganti agar relevan) Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/ MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan gamblang. Memang sudah seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk selalu menyuarakan ini - tapi adakah cara yg jitu yg langsung kena sasaran? Mohon masukannyaŠ. Tentang Pertamina sendiri, rasanya kita belum mendengar bahwa dari 4 Direktur tsb tidak ada yg mengurusi eksplorasi (atau sudah ada kabar ya?). Saya yakin bahwa rekan-rekan di Pertamina pasti akan/ sudah memberi masukan juga akan pentingnya eksplorasi ini - atau adakah usulan ³spesifik yg bisa kita sampaikan? Salam, Daru On 12/2/14, 2:05 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote: Apakah tidak sebaiknya IAGI memberikan masukan dan pendapatnya kepada ESDM dalam hal-hal yang berhubungan dengan eksplorasi. HL Ong -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of lia...@indo.net.id Sent: Sunday, November 30, 2014 4:36 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60 Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar Biasa Ngawur . salam = Kalau dg Ngawur jadi luar biasa ... Mungkin karena problemnya di hilir maka hilir yg perlu diperkuat oleh orang orang hilir , biar kuat harus disemen makanya Dirutnya dari Pabrik Semen ISM Dengan Hormat Yang saya baca memang baru ada 3 direktur dan belum ada penjelasan tentang Directur EP . Dwi Sutjipto masih belum menjawab akan perlu tidaknya ada tambahan direksi atau tidak Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar Biasa Ngawur . salam On Wed, Jan 28, 2015 at 8:56 PM, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote: Para netters belum ada yang berikan komentar mengenai Direksi Pertamina baru? Kelihatannya Exploration Production tidak lagi jadi core-business Pertamina, cenderung menjadi perusahaan perdagangan saja Apakah demikian? Wassalam' RPK - Original Message - *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Friday, November 28, 2014 1:42 PM *Subject:* Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60/barel. Entah lah, saya mencium ini bukan harga asli tapi sudah harga gorengan On Nov 28, 2014 1:26 PM,
Re: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60
Usulan yg sangat positip ..apakah ini akan efektif atau tidak kita lihat sj nanti.sebagai profesional dlm mengelola ada kita wajib terus untuk.. mengingatkanpemerintah..Disamping itu sy melihat dan mendengara adanya kecenderungan saat ini.pemegang hak atas tanah. Ingin ikut berpartisipasi dalam pengusaha . Klo perlu dg menawarkan kompensasi atas pemakaian lahan mrk dengan harga yang diluar kewajaran. Posisi Kehutanan sebagai faktor penghambat nomor satu telah diambil.alih oleh ptpn.Semoga kebinet jokowi akan.merubah aturan yg diatur oleh meneg bumn lama..dan memberikan.kemudahan bagi para pengusaha ekstraksi ada tanpa merugikan sektor lain.. Sent from Samsung Mobile div Original message /divdivFrom: S. (Daru) Prihatmoko sprihatm...@gmail.com /divdivDate:02/12/2014 08:25 (GMT+07:00) /divdivTo: iagi-net@iagi.or.id /divdivSubject: [iagi-net] Pentingnya Eksplorasi -- was: Harga Minyak menyentuh level US$60 /divdiv /divPak Ong dkk netter (subject saya ganti agar relevan) Terima kasih usulannya. Pentingnya eksplorasi (baik di migas maupun minerba) sebenarnya sudah dan selalu kita suarakan, bahkan sejak jaman ADB jadi Ketum-pun (awal 2000-an) seingat saya lagu ini sudah selalu didengungkan ke berbagai penjuru (saya ingat ini krn bbrp kali ikut rapat dengar pendapat dengan DPR, yg membawa isu ini). Penyampaiannyapun dengan berbagai cara, baik via siaran press (seingat saya bbrp waktu lalu IAGI/ MGEI pernah bikin), melalui seminar/ workshop, atau menyuarakannya langsung ke pejabat yg berkompeten. Bahkan saat ketemu Menteri ESDM bulan lalu, hal inipun (eksplorasi berkelanjutan) saya sampaikan dengan gamblang. Memang sudah seharusnya kita tidak boleh berhenti untuk selalu menyuarakan ini - tapi adakah cara yg jitu yg langsung kena sasaran? Mohon masukannya. Tentang Pertamina sendiri, rasanya kita belum mendengar bahwa dari 4 Direktur tsb tidak ada yg mengurusi eksplorasi (atau sudah ada kabar ya?). Saya yakin bahwa rekan-rekan di Pertamina pasti akan/ sudah memberi masukan juga akan pentingnya eksplorasi ini - atau adakah usulan ³spesifik yg bisa kita sampaikan? Salam, Daru On 12/2/14, 2:05 AM, Ong Han Ling hl...@geoservices.co.id wrote: Apakah tidak sebaiknya IAGI memberikan masukan dan pendapatnya kepada ESDM dalam hal-hal yang berhubungan dengan eksplorasi. HL Ong -Original Message- From: iagi-net@iagi.or.id [mailto:iagi-net@iagi.or.id] On Behalf Of lia...@indo.net.id Sent: Sunday, November 30, 2014 4:36 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60 Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar Biasa Ngawur . salam = Kalau dg Ngawur jadi luar biasa ... Mungkin karena problemnya di hilir maka hilir yg perlu diperkuat oleh orang orang hilir , biar kuat harus disemen makanya Dirutnya dari Pabrik Semen ISM Dengan Hormat Yang saya baca memang baru ada 3 direktur dan belum ada penjelasan tentang Directur EP . Dwi Sutjipto masih belum menjawab akan perlu tidaknya ada tambahan direksi atau tidak Tapi kalau sampai direktur EP sampai tidak ada ... Ini Luar Biasa Ngawur . salam On Wed, Jan 28, 2015 at 8:56 PM, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote: Para netters belum ada yang berikan komentar mengenai Direksi Pertamina baru? Kelihatannya Exploration Production tidak lagi jadi core-business Pertamina, cenderung menjadi perusahaan perdagangan saja Apakah demikian? Wassalam' RPK - Original Message - *From:* Eko Prasetyo strivea...@gmail.com *To:* iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Friday, November 28, 2014 1:42 PM *Subject:* Re: [iagi-net] Harga Minyak menyentuh level US$60/barel. Entah lah, saya mencium ini bukan harga asli tapi sudah harga gorengan On Nov 28, 2014 1:26 PM, godang god...@gmail.com wrote: OPEC Tahan Produksi, Harga Minyak Anjlok di Bawah US$ 70/Barel via @detikcom http://finance.detik.com/read/2014/11/28/105802/2761864/1034/opec-tahan-pr od uksi-harga-minyak-anjlok-di-bawah-us-70barel Powered by Telkomsel BlackBerry® Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Hubungi Kami: http://www.iagi.or.id/contact Iuran tahunan Rp.250.000,- (profesional) dan Rp.100.000,- (mahasiswa) Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti Subscribe: iagi-net-subscr...@iagi.or.id Unsubscribe: iagi-net-unsubscr...@iagi.or.id DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event