RE: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-18 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Doddy,
   
  GG BJP-1 42 C/km. Temperatur 100 C tercapai kira2 di 5700 ft. Bedasarkan 
kurva smectite dehydration dari  Burst (1969) dan Pery  Hower (1972), 
dehidrasi bisa terjadi melalui tiga interlayer water dehydration stage. Yang 
terjadi di BJP, kebanyakan dehidrasi berasal dari tahap kedua pada temperratur 
80-110 C. Di situ, rasio smectite-ilit kira2 masing2 setengahnya.
   
  salam,
  awang

Doddy Suryanto [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang,

Sependek yang saya tahu, proses illitisasi ini umumnya terjadi secara
bertahap. Pada daerah yang mempunyai tekanan sangat tinggi umumnya pada
kedalaman 1000 m pertama, smektit bisa berubah menjadi illite dan
umumnya terjadi di temperatur sekitar 60 derajat C dimana lapisan air
pertama dikeluarkan dari struktur smektit. Selanjutnya proses illitisasi
semakin meningkat pada suhu sekitar 80 derajat C. Pada suhu diatas 150
derajat Celcius umumnya smektit bisa sepenuhnya menjadi illite. Secara
rata-rata proses dehidrasi terjadi pada suhu sekitar 105 derajat C. Yang
saya ingin tanyakan, kira-kira berapa gradient geothermal di sumur BJP-1
? Mungkin kehadiran illite yang berlimpah di kedalaman 3600-5300 ft bisa
lebih dijelaskan dgn data tambahan gradient geothermal yang ada.



-doddy- 



-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, October 16, 2007 1:20 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad
Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali



Air yang selama ini keluar di LUSI kita pikirkan dikontribusi oleh
(1) lapisan batupasir tebal yang di BJP-1 ditembus dari kedalaman 6100
ft sampai mendekati TD sumur di sekitar 9200 ft, (2) lapisan lempung di
kedalaman yang lebih dangkal dari 6000 ft melalui proses dehidrasi pada
saat terjadi perubahan diagenesis dari smektit ke ilit (ilitisasi). 



Alternatif ke-2 kalau LUSI merupakan sistem elisional (seperti semua
sistem rapid sedimentation, diapir, mud volcano, yang terkompresi, dan
punya gradien geotermal yang lumayan) bisa lebih tepat. Sebab air
dehidrasi dari clayey series merupakan penggerak utama sistem elisional.




Di lapisan shale yang smektitnya berubah menjadi illite akan ada
interlayer water hasil dehidrasi perubahan diagenetik ini. Lalu air ini
akan ke luar menuju ke tekanan yang rendah (misalnya permukaan) kalau
top seal yang ada di dalam lapisan shale ini dihilangkan oleh proses
transformasi ini, atau retak oleh proses tektonik.



Berdasarkan anlisis XRD pada mineral lempung di BJP-1 mineralogi
lempung/shale di wilayah ini pada kedalaman 2000-6000 ft didominasi oleh
kaolinit-smektit-ilit. Di kedalaman 3600-5300 feet illit secara
sistematik bertambah banyak, bisa ditafsirkan telah terjadi ilitisasi
yang menghasilkan dehydrated water. Dalam proses ini 1m3 lempung bisa
menghasilkan 0.35 m3 air. Nah, dengan data seismik bisa dihitung berapa
banyak volume air yang dihasilkan oleh proses transformasi lempung ini
di bawah LUSI.



salam,

awang









   
-
Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! 
FareChase.

RE: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-17 Terurut Topik Doddy Suryanto
Pak Awang,

Sependek yang saya tahu, proses illitisasi ini umumnya terjadi secara
bertahap. Pada daerah yang mempunyai tekanan sangat tinggi umumnya pada
kedalaman 1000 m pertama, smektit bisa berubah menjadi illite dan
umumnya terjadi di temperatur sekitar 60 derajat C dimana lapisan air
pertama dikeluarkan dari struktur smektit. Selanjutnya proses illitisasi
semakin meningkat pada suhu sekitar 80 derajat C. Pada suhu diatas 150
derajat Celcius umumnya smektit bisa sepenuhnya menjadi illite. Secara
rata-rata proses dehidrasi terjadi pada suhu sekitar 105 derajat C. Yang
saya ingin tanyakan, kira-kira berapa gradient geothermal di sumur BJP-1
? Mungkin kehadiran illite yang berlimpah di kedalaman 3600-5300 ft bisa
lebih dijelaskan dgn data tambahan gradient geothermal yang ada.

 

-doddy- 

 

-Original Message-
From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, October 16, 2007 1:20 PM
To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad
Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

 

   Air yang selama ini keluar di LUSI kita pikirkan dikontribusi oleh
(1) lapisan batupasir tebal yang di BJP-1 ditembus dari kedalaman 6100
ft sampai mendekati TD sumur di sekitar 9200 ft, (2) lapisan lempung di
kedalaman yang lebih dangkal dari 6000 ft melalui proses dehidrasi pada
saat terjadi perubahan diagenesis dari smektit ke ilit (ilitisasi). 

   

  Alternatif ke-2 kalau LUSI merupakan sistem elisional (seperti semua
sistem rapid sedimentation, diapir, mud volcano, yang terkompresi, dan
punya gradien geotermal yang lumayan) bisa lebih tepat. Sebab air
dehidrasi dari clayey series merupakan penggerak utama sistem elisional.


   

  Di lapisan shale yang smektitnya berubah menjadi illite akan ada
interlayer water hasil dehidrasi perubahan diagenetik ini. Lalu air ini
akan ke luar menuju ke tekanan yang rendah (misalnya permukaan) kalau
top seal yang ada di dalam lapisan shale ini dihilangkan oleh proses
transformasi ini, atau retak oleh proses tektonik.

   

  Berdasarkan anlisis XRD pada mineral lempung di BJP-1 mineralogi
lempung/shale di wilayah ini pada kedalaman 2000-6000 ft didominasi oleh
kaolinit-smektit-ilit. Di kedalaman 3600-5300 feet illit secara
sistematik bertambah banyak, bisa ditafsirkan telah terjadi ilitisasi
yang menghasilkan dehydrated water. Dalam proses ini 1m3 lempung bisa
menghasilkan 0.35 m3 air. Nah, dengan data seismik bisa dihitung berapa
banyak volume air yang dihasilkan oleh proses transformasi lempung ini
di bawah LUSI.

   

  salam,

  awang

  

 

 



Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-16 Terurut Topik Awang Satyana
   Air yang selama ini keluar di LUSI kita pikirkan dikontribusi oleh (1) 
lapisan batupasir tebal yang di BJP-1 ditembus dari kedalaman 6100 ft sampai 
mendekati TD sumur di sekitar 9200 ft, (2) lapisan lempung di kedalaman yang 
lebih dangkal dari 6000 ft melalui proses dehidrasi pada saat terjadi perubahan 
diagenesis dari smektit ke ilit (ilitisasi). 
   
  Alternatif ke-2 kalau LUSI merupakan sistem elisional (seperti semua sistem 
rapid sedimentation, diapir, mud volcano, yang terkompresi, dan punya gradien 
geotermal yang lumayan) bisa lebih tepat. Sebab air dehidrasi dari clayey 
series merupakan penggerak utama sistem elisional. 
   
  Di lapisan shale yang smektitnya berubah menjadi illite akan ada interlayer 
water hasil dehidrasi perubahan diagenetik ini. Lalu air ini akan ke luar 
menuju ke tekanan yang rendah (misalnya permukaan) kalau top seal yang ada di 
dalam lapisan shale ini dihilangkan oleh proses transformasi ini, atau retak 
oleh proses tektonik.
   
  Berdasarkan anlisis XRD pada mineral lempung di BJP-1 mineralogi 
lempung/shale di wilayah ini pada kedalaman 2000-6000 ft didominasi oleh 
kaolinit-smektit-ilit. Di kedalaman 3600-5300 feet illit secara sistematik 
bertambah banyak, bisa ditafsirkan telah terjadi ilitisasi yang menghasilkan 
dehydrated water. Dalam proses ini 1m3 lempung bisa menghasilkan 0.35 m3 air. 
Nah, dengan data seismik bisa dihitung berapa banyak volume air yang dihasilkan 
oleh proses transformasi lempung ini di bawah LUSI.
   
  salam,
  awang
  


Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] wrote:  Vick,
Gimana kalau air nya dari shale yang ter  press itu?

fbs

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari 
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, October 15, 2007 10:14:32 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali


Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air
dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi
sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi
http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi
waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi
ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'.

Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan
terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence
(banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang
semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan
sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB
dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya
adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat
terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah
scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih
intensif.

Air dari kedalaman 8000 m.
Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke
basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau
paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung
air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model
itu sebagai potential hydrothermal reservoir.

Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit
kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada
fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini
menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi
terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air
dibawah sana.

Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air
yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau
geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka
proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak
kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur
lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini
perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi yang
akan menyebabkan banjir limpahan pada bagian tanggul yang turun.

Salam

RDP

On 10/15/07, kartiko samodro wrote:
 Pak Awang,
 Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman
8000 m,
 dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ?


 On 10/15/07, Awang Satyana wrote:
 
  Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms
sbb.:
  Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir
ini
  kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam,
meskipun
  (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud
kick
 
  Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium
yang
  signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar)
terbaru
  terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter.
Sumber
  air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an
meter itu
  yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis,
maka Lusi
  akan seperti bledug

Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-15 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.: Perilaku 
Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini kejadian quiet 
selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun (seperti geyser) 
diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick
   
  Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang 
signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru 
terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber air 
pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu yang 
terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi akan 
seperti bledug Kuwu.
   
  Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi 
diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi 
kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan 
berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8 
km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement; bagaimana 
ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ?
   
  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Senin, 15 Okt 2007
* BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
*
SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas
semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih
diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat kali
dalam tiga hari.

Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnain,
sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama
terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit.
Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga
23.30 atau sekitar 60 menit.

Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat berhenti
pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang
salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian keempat
berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB
dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit.

Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut
diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM dari
batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di
berbagai tempat menunjukkan penurunan aktivitas. Mungkin, ada kaitan dengan
berhentinya semburan sebanyak beberapa kali itu, ucapnya.

Berhentinya aktivitas semburan juga ditandai ritme semburan lumpur yang
berbeda. Di pusat semburan, sempat tidak tampak asap yang tinggi maupun
gelembung air.

Zulkarnain mengatakan, BPLS berencana mendatangkan ahli untuk meneliti lebih
lanjut fenomena tersebut. Berhentinya aktivitas semburan itu juga pernah
terjadi pada masa Tim Nasional Penanggulangan Lumpur sekitar Februari 2007.
Namun, kali ini kejadiannya berulang. Waktu terjadinya pun berdekatan,
paparnya. (riq)


-- 
http://rovicky.wordpress.com/


   
-
Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV.  Watch previews, get listings, 
and more!

Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-15 Terurut Topik kartiko samodro
Pak Awang,
Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m,
dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ?


On 10/15/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.:
 Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini
 kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun
 (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick

 Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang
 signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru
 terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber
 air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu
 yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi
 akan seperti bledug Kuwu.

 Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi
 diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi
 kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan
 berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8
 km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement;
 bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ?

 salam,
 awang

 Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Senin, 15 Okt 2007
 * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
 *
 SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas
 semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih
 diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat
 kali
 dalam tiga hari.

 Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad
 Zulkarnain,
 sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama
 terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit.
 Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga
 23.30 atau sekitar 60 menit.

 Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat
 berhenti
 pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang
 salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian
 keempat
 berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB
 dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit.

 Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut
 diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM
 dari
 batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di
 berbagai tempat menunjukkan penurunan aktivitas. Mungkin, ada kaitan
 dengan
 berhentinya semburan sebanyak beberapa kali itu, ucapnya.

 Berhentinya aktivitas semburan juga ditandai ritme semburan lumpur yang
 berbeda. Di pusat semburan, sempat tidak tampak asap yang tinggi maupun
 gelembung air.

 Zulkarnain mengatakan, BPLS berencana mendatangkan ahli untuk meneliti
 lebih
 lanjut fenomena tersebut. Berhentinya aktivitas semburan itu juga pernah
 terjadi pada masa Tim Nasional Penanggulangan Lumpur sekitar Februari
 2007.
 Namun, kali ini kejadiannya berulang. Waktu terjadinya pun berdekatan,
 paparnya. (riq)


 --
 http://rovicky.wordpress.com/



 -
 Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV.  Watch previews, get
 listings, and more!


Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-15 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air
dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi
sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi
http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi
waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi
ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'.

Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan
terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence
(banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang
semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan
sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB
dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya
adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat
terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah
scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih
intensif.

Air dari kedalaman 8000 m.
Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke
basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau
paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung
air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model
itu sebagai potential hydrothermal reservoir.

Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit
kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada
fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini
menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi
terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air
dibawah sana.

Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air
yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau
geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka
proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak
kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur
lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini
perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi yang
akan menyebabkan banjir limpahan pada bagian tanggul yang turun.

Salam

RDP

On 10/15/07, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pak Awang,
 Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m,
 dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ?


 On 10/15/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.:
  Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini
  kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun
  (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick
 
  Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang
  signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru
  terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber
  air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu
  yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi
  akan seperti bledug Kuwu.
 
  Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi
  diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi
  kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan
  berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8
  km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement;
  bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ?
 
  salam,
  awang
 
  Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Senin, 15 Okt 2007
  * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
  *
  SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas
  semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih
  diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat
  kali
  dalam tiga hari.
 
  Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad
  Zulkarnain,
  sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama
  terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit.
  Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga
  23.30 atau sekitar 60 menit.
 
  Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat
  berhenti
  pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang
  salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian
  keempat
  berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB
  dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit.
 
  Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut
  diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM
  dari
  batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di
  berbagai tempat 

Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-15 Terurut Topik Awang Satyana
Ferdi,
   
  Pertanyaan bagus, itu juga yang menjadi keraguan saya. GPR punya resolusi  
kedalaman beberapa meter sampai beberapa ratus meter. Dalam banyak kasus, ia 
dipakai untuk kedalaman tak lebih dari 200 meter. Resolusi kedalamannya (depth 
limit) terutama lebih ditentukan oleh materi bawah permukaan yang akan dilalui 
gelombang elektromagnetiknya. Kalau semuanya granit, depth limit bisa sampai 
200 meter. Materi lain punya depth limit yang lebih dangkal. Depth limit bisa 
diatur dengan pemakaian frekuensinya : lower frequency = greater depth = low 
resolution, higher frequency = less penetration = high resolution. Frekuensi 
yang dipakai biasanya 10-1000 MHz.
   
  Rule of thumb mengukur kedalaman penetrasi GPR biasanya menggunakan rumus RRE 
(radar range equation) : Depth = 35/sigma (meter) ; sigma adalah konduktivitas 
materi di subsurface dalam mS/m. Dengan rumus ini, paling akan didapat 
kedalaman penetrasi puluhan-ratusan meter. 
   
  Saya punya hasil rekaman2 GPR untuk beberapa puluh meter di bawah semburan 
LUSI, memang bagus untuk melihat pola2 retakan dekat permukaan tanah, baik 
sesar lama maupun baru. Tetapi, saya belum melihat rekaman2 GPR yang dibilang 
Pak Soffian BPLS dari kedalaman 8000 meter (dalam sekali penetrasinya ?). APa 
ada jenis GPR baru yang bisa merekam sampai ribuan meter ? Silakan rekan2 
geophysicist barangkali punya info.
   
  GPR jelas lebih murah dan praktis dibandingkan seismik. Untuk menggantikan 
seismik ? Saya pikir tidak. Untuk high-res seismik dangkal boleh juga bisa 
dipikirkan GPR sebagai alternatif.
   
  salam,
  awang

kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Pak Awang,
Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m,
dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ?


On 10/15/07, Awang Satyana wrote:

 Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.:
 Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini
 kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun
 (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick

 Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang
 signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru
 terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber
 air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu
 yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi
 akan seperti bledug Kuwu.

 Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi
 diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi
 kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan
 berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8
 km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement;
 bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ?

 salam,
 awang

 Rovicky Dwi Putrohari wrote:
 Senin, 15 Okt 2007
 * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
 *
 SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas
 semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih
 diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat
 kali
 dalam tiga hari.

 Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad
 Zulkarnain,
 sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama
 terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit.
 Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga
 23.30 atau sekitar 60 menit.

 Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat
 berhenti
 pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang
 salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian
 keempat
 berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB
 dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit.

 Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut
 diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM
 dari
 batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di
 berbagai tempat menunjukkan penurunan aktivitas. Mungkin, ada kaitan
 dengan
 berhentinya semburan sebanyak beberapa kali itu, ucapnya.

 Berhentinya aktivitas semburan juga ditandai ritme semburan lumpur yang
 berbeda. Di pusat semburan, sempat tidak tampak asap yang tinggi maupun
 gelembung air.

 Zulkarnain mengatakan, BPLS berencana mendatangkan ahli untuk meneliti
 lebih
 lanjut fenomena tersebut. Berhentinya aktivitas semburan itu juga pernah
 terjadi pada masa Tim Nasional Penanggulangan Lumpur sekitar Februari
 2007.
 Namun, kali ini kejadiannya berulang. Waktu terjadinya pun berdekatan,
 paparnya. (riq)


 --
 http://rovicky.wordpress.com/



 -
 Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV. Watch previews, get
 listings, 

Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-15 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Rovicky,
   
  Regional setting LUSI ini ada di tinggian basement Porong-BD di tepi selatan 
Kendeng Deep. Kedalaman 8000 meter (26.240 ft) di sebuah tinggian di Jawa Timur 
pasti sudah masuk ke basement. Kecuali kalau LUSI ini terjadi di tengah2 
Kendeng Deep, kedalaman 26.000 ft lebih masih belum tentu masuk ke basement, 
walaupun sumur Jeruk-1 (Santos), sumur terdalam di Jawa Timur di Selat Madura 
(terusan Kendeng Deep) pada kedalaman 15.000 ft menembus Kujung (tapi sumur 
Jeruk masih di lereng utara Porong-BD ridge). Berapa kedalaman basement di tepi 
selatan Kendeng Deep atau tinggian Porong-BD dan berapa kedalamannya di tengah 
Kendeng Deep bisa kita modelkan sebab data gayaberatnya lengkap. Kedalaman 8000 
meter di sekitar LUSI mestinya sudah jauh masuk ke basement.
   
  Kandungan deuterium yang naik signifikan di air LUSI dan perkiraan sumber air 
dari kedalaman 8000 meter (berdasarkan GPR) itu adalah data baru. Air yang 
selama ini keluar tak dilaporkan mengandung deuterium secara signifikan dan 
sumber airnya dari sekitar kedalaman 2000 meter. Ini yang volumenye banyak. 
Jadi,akhir2 ini kelihatannya ada penggantian pasokan air yang baru. Air dari 
sedimen dangkal (batupasir) atau air hasil perubahan diagenesis ilitisasi 
mineral lempung mungkin sudah mau habis, lalu digantikan air dari kedalaman 
8000 meter yang banyak mengandung deuterium.
   
  Infonya baru sepotong2 jadi sulit menafsirkannya. Mestinya temperatur air 
baru ini lebih panas sebab dari sumber lebih dalam. Kalau volumenya sedikit ya 
wajar saja sebab dalam pandangan ini air tersebut bisa dari hasil diferensiasi 
magmatik (kalau benar dari kedalaman 8000 meter). Kalau ia masih menyemburkan 
lempung dan lumpur ya wajar juga sebab ini semacam caving di retakan konduit 
yang dibawa air saat melaluinya untuk menyembur di permukaan.
   
  Akan halnya deuterium yang signifikan memang ia bisa mengindikasi penggantian 
pasokan ke lebih sistem hidrotermal yang magmatik daripada sumber sebelumnya 
yang merupakan air formasi di batupasir atau hasil perubahan diagenesis 
ilitisasi di lapisan lempung dari kedalaman dangkal (2000 meter). Analisis 
isotop deuterium dibantu analisis isotop oksigen-18 dapat dipakai untuk 
memperkirakan sumber air antara igneous vs. basinal fluid sources. Kalau 
dicurigai sistem mineralized hydrothermal, juga bisa dilakukan analisis 
petrografi Na-Ca alteration pada lempung yang disemburkan.
   
  Coba kita lihat ulah LUSI dalam beberapa hari-minggu ke depan sambil mencoba 
mencari validitas data baru yang ditemukan BPLS. Kelihatannya data GPR yang 
merekam sampai kedalaman 8000 meter perlu divalidasi dan analisis kimiawi air 
yang lengkap juga diperlukan kalau mau menafsirkan dengan lebih baik sumber air 
ini.
   
  salam,
  awang

Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air
dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi
sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi
http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi
waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi
ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'.

Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan
terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence
(banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang
semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan
sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB
dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya
adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat
terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah
scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih
intensif.

Air dari kedalaman 8000 m.
Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke
basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau
paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung
air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model
itu sebagai potential hydrothermal reservoir.

Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit
kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada
fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini
menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi
terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air
dibawah sana.

Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air
yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau
geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka
proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak
kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur
lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini
perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi 

Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali

2007-10-15 Terurut Topik Franciscus B Sinartio
Vick,
Gimana kalau air nya dari shale yang ter  press itu?

fbs

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Monday, October 15, 2007 10:14:32 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali


Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air
dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi
sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi
http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi
waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi
ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'.

Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan
terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence
(banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang
semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan
sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB
dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya
adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat
terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah
scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih
intensif.

Air dari kedalaman 8000 m.
Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke
basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau
paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung
air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model
itu sebagai potential hydrothermal reservoir.

Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit
kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada
fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini
menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi
terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air
dibawah sana.

Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air
yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau
geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka
proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak
kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur
lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini
perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi yang
akan menyebabkan banjir limpahan pada bagian tanggul yang turun.

Salam

RDP

On 10/15/07, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Pak Awang,
 Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman
 8000 m,
 dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ?


 On 10/15/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms
 sbb.:
  Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir
 ini
  kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam,
 meskipun
  (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud
 kick
 
  Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium
 yang
  signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar)
 terbaru
  terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter.
 Sumber
  air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an
 meter itu
  yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis,
 maka Lusi
  akan seperti bledug Kuwu.
 
  Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah
 menjadi
  diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi
 diskusi
  kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat
 diperkirakan
  berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari
 kedalaman 8
  km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement;
  bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ?
 
  salam,
  awang
 
  Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Senin, 15 Okt 2007
  * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
  *
  SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat
 aktivitas
  semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena
 itu masih
  diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi
 empat
  kali
  dalam tiga hari.
 
  Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad
  Zulkarnain,
  sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali
 pertama
  terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85
 menit.
  Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30
 hingga
  23.30 atau sekitar 60 menit.
 
  Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat
  berhenti
  pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai
 menjelang
  salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian
  keempat
  berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul
 11.05 WIB
  dan