RE: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Pak Doddy, GG BJP-1 42 C/km. Temperatur 100 C tercapai kira2 di 5700 ft. Bedasarkan kurva smectite dehydration dari Burst (1969) dan Pery Hower (1972), dehidrasi bisa terjadi melalui tiga interlayer water dehydration stage. Yang terjadi di BJP, kebanyakan dehidrasi berasal dari tahap kedua pada temperratur 80-110 C. Di situ, rasio smectite-ilit kira2 masing2 setengahnya. salam, awang Doddy Suryanto [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Sependek yang saya tahu, proses illitisasi ini umumnya terjadi secara bertahap. Pada daerah yang mempunyai tekanan sangat tinggi umumnya pada kedalaman 1000 m pertama, smektit bisa berubah menjadi illite dan umumnya terjadi di temperatur sekitar 60 derajat C dimana lapisan air pertama dikeluarkan dari struktur smektit. Selanjutnya proses illitisasi semakin meningkat pada suhu sekitar 80 derajat C. Pada suhu diatas 150 derajat Celcius umumnya smektit bisa sepenuhnya menjadi illite. Secara rata-rata proses dehidrasi terjadi pada suhu sekitar 105 derajat C. Yang saya ingin tanyakan, kira-kira berapa gradient geothermal di sumur BJP-1 ? Mungkin kehadiran illite yang berlimpah di kedalaman 3600-5300 ft bisa lebih dijelaskan dgn data tambahan gradient geothermal yang ada. -doddy- -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 16, 2007 1:20 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali Air yang selama ini keluar di LUSI kita pikirkan dikontribusi oleh (1) lapisan batupasir tebal yang di BJP-1 ditembus dari kedalaman 6100 ft sampai mendekati TD sumur di sekitar 9200 ft, (2) lapisan lempung di kedalaman yang lebih dangkal dari 6000 ft melalui proses dehidrasi pada saat terjadi perubahan diagenesis dari smektit ke ilit (ilitisasi). Alternatif ke-2 kalau LUSI merupakan sistem elisional (seperti semua sistem rapid sedimentation, diapir, mud volcano, yang terkompresi, dan punya gradien geotermal yang lumayan) bisa lebih tepat. Sebab air dehidrasi dari clayey series merupakan penggerak utama sistem elisional. Di lapisan shale yang smektitnya berubah menjadi illite akan ada interlayer water hasil dehidrasi perubahan diagenetik ini. Lalu air ini akan ke luar menuju ke tekanan yang rendah (misalnya permukaan) kalau top seal yang ada di dalam lapisan shale ini dihilangkan oleh proses transformasi ini, atau retak oleh proses tektonik. Berdasarkan anlisis XRD pada mineral lempung di BJP-1 mineralogi lempung/shale di wilayah ini pada kedalaman 2000-6000 ft didominasi oleh kaolinit-smektit-ilit. Di kedalaman 3600-5300 feet illit secara sistematik bertambah banyak, bisa ditafsirkan telah terjadi ilitisasi yang menghasilkan dehydrated water. Dalam proses ini 1m3 lempung bisa menghasilkan 0.35 m3 air. Nah, dengan data seismik bisa dihitung berapa banyak volume air yang dihasilkan oleh proses transformasi lempung ini di bawah LUSI. salam, awang - Looking for a deal? Find great prices on flights and hotels with Yahoo! FareChase.
RE: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Pak Awang, Sependek yang saya tahu, proses illitisasi ini umumnya terjadi secara bertahap. Pada daerah yang mempunyai tekanan sangat tinggi umumnya pada kedalaman 1000 m pertama, smektit bisa berubah menjadi illite dan umumnya terjadi di temperatur sekitar 60 derajat C dimana lapisan air pertama dikeluarkan dari struktur smektit. Selanjutnya proses illitisasi semakin meningkat pada suhu sekitar 80 derajat C. Pada suhu diatas 150 derajat Celcius umumnya smektit bisa sepenuhnya menjadi illite. Secara rata-rata proses dehidrasi terjadi pada suhu sekitar 105 derajat C. Yang saya ingin tanyakan, kira-kira berapa gradient geothermal di sumur BJP-1 ? Mungkin kehadiran illite yang berlimpah di kedalaman 3600-5300 ft bisa lebih dijelaskan dgn data tambahan gradient geothermal yang ada. -doddy- -Original Message- From: Awang Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, October 16, 2007 1:20 PM To: iagi-net@iagi.or.id; Geo Unpad Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali Air yang selama ini keluar di LUSI kita pikirkan dikontribusi oleh (1) lapisan batupasir tebal yang di BJP-1 ditembus dari kedalaman 6100 ft sampai mendekati TD sumur di sekitar 9200 ft, (2) lapisan lempung di kedalaman yang lebih dangkal dari 6000 ft melalui proses dehidrasi pada saat terjadi perubahan diagenesis dari smektit ke ilit (ilitisasi). Alternatif ke-2 kalau LUSI merupakan sistem elisional (seperti semua sistem rapid sedimentation, diapir, mud volcano, yang terkompresi, dan punya gradien geotermal yang lumayan) bisa lebih tepat. Sebab air dehidrasi dari clayey series merupakan penggerak utama sistem elisional. Di lapisan shale yang smektitnya berubah menjadi illite akan ada interlayer water hasil dehidrasi perubahan diagenetik ini. Lalu air ini akan ke luar menuju ke tekanan yang rendah (misalnya permukaan) kalau top seal yang ada di dalam lapisan shale ini dihilangkan oleh proses transformasi ini, atau retak oleh proses tektonik. Berdasarkan anlisis XRD pada mineral lempung di BJP-1 mineralogi lempung/shale di wilayah ini pada kedalaman 2000-6000 ft didominasi oleh kaolinit-smektit-ilit. Di kedalaman 3600-5300 feet illit secara sistematik bertambah banyak, bisa ditafsirkan telah terjadi ilitisasi yang menghasilkan dehydrated water. Dalam proses ini 1m3 lempung bisa menghasilkan 0.35 m3 air. Nah, dengan data seismik bisa dihitung berapa banyak volume air yang dihasilkan oleh proses transformasi lempung ini di bawah LUSI. salam, awang
Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Air yang selama ini keluar di LUSI kita pikirkan dikontribusi oleh (1) lapisan batupasir tebal yang di BJP-1 ditembus dari kedalaman 6100 ft sampai mendekati TD sumur di sekitar 9200 ft, (2) lapisan lempung di kedalaman yang lebih dangkal dari 6000 ft melalui proses dehidrasi pada saat terjadi perubahan diagenesis dari smektit ke ilit (ilitisasi). Alternatif ke-2 kalau LUSI merupakan sistem elisional (seperti semua sistem rapid sedimentation, diapir, mud volcano, yang terkompresi, dan punya gradien geotermal yang lumayan) bisa lebih tepat. Sebab air dehidrasi dari clayey series merupakan penggerak utama sistem elisional. Di lapisan shale yang smektitnya berubah menjadi illite akan ada interlayer water hasil dehidrasi perubahan diagenetik ini. Lalu air ini akan ke luar menuju ke tekanan yang rendah (misalnya permukaan) kalau top seal yang ada di dalam lapisan shale ini dihilangkan oleh proses transformasi ini, atau retak oleh proses tektonik. Berdasarkan anlisis XRD pada mineral lempung di BJP-1 mineralogi lempung/shale di wilayah ini pada kedalaman 2000-6000 ft didominasi oleh kaolinit-smektit-ilit. Di kedalaman 3600-5300 feet illit secara sistematik bertambah banyak, bisa ditafsirkan telah terjadi ilitisasi yang menghasilkan dehydrated water. Dalam proses ini 1m3 lempung bisa menghasilkan 0.35 m3 air. Nah, dengan data seismik bisa dihitung berapa banyak volume air yang dihasilkan oleh proses transformasi lempung ini di bawah LUSI. salam, awang Franciscus B Sinartio [EMAIL PROTECTED] wrote: Vick, Gimana kalau air nya dari shale yang ter press itu? fbs - Original Message From: Rovicky Dwi Putrohari To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, October 15, 2007 10:14:32 PM Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'. Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence (banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih intensif. Air dari kedalaman 8000 m. Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model itu sebagai potential hydrothermal reservoir. Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air dibawah sana. Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi yang akan menyebabkan banjir limpahan pada bagian tanggul yang turun. Salam RDP On 10/15/07, kartiko samodro wrote: Pak Awang, Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m, dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ? On 10/15/07, Awang Satyana wrote: Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.: Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi akan seperti bledug
Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.: Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi akan seperti bledug Kuwu. Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8 km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement; bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ? salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Senin, 15 Okt 2007 * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali * SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat kali dalam tiga hari. Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnain, sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit. Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga 23.30 atau sekitar 60 menit. Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat berhenti pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian keempat berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit. Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM dari batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di berbagai tempat menunjukkan penurunan aktivitas. Mungkin, ada kaitan dengan berhentinya semburan sebanyak beberapa kali itu, ucapnya. Berhentinya aktivitas semburan juga ditandai ritme semburan lumpur yang berbeda. Di pusat semburan, sempat tidak tampak asap yang tinggi maupun gelembung air. Zulkarnain mengatakan, BPLS berencana mendatangkan ahli untuk meneliti lebih lanjut fenomena tersebut. Berhentinya aktivitas semburan itu juga pernah terjadi pada masa Tim Nasional Penanggulangan Lumpur sekitar Februari 2007. Namun, kali ini kejadiannya berulang. Waktu terjadinya pun berdekatan, paparnya. (riq) -- http://rovicky.wordpress.com/ - Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV. Watch previews, get listings, and more!
Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Pak Awang, Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m, dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ? On 10/15/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.: Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi akan seperti bledug Kuwu. Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8 km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement; bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ? salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Senin, 15 Okt 2007 * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali * SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat kali dalam tiga hari. Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnain, sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit. Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga 23.30 atau sekitar 60 menit. Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat berhenti pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian keempat berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit. Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM dari batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di berbagai tempat menunjukkan penurunan aktivitas. Mungkin, ada kaitan dengan berhentinya semburan sebanyak beberapa kali itu, ucapnya. Berhentinya aktivitas semburan juga ditandai ritme semburan lumpur yang berbeda. Di pusat semburan, sempat tidak tampak asap yang tinggi maupun gelembung air. Zulkarnain mengatakan, BPLS berencana mendatangkan ahli untuk meneliti lebih lanjut fenomena tersebut. Berhentinya aktivitas semburan itu juga pernah terjadi pada masa Tim Nasional Penanggulangan Lumpur sekitar Februari 2007. Namun, kali ini kejadiannya berulang. Waktu terjadinya pun berdekatan, paparnya. (riq) -- http://rovicky.wordpress.com/ - Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV. Watch previews, get listings, and more!
Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'. Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence (banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih intensif. Air dari kedalaman 8000 m. Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model itu sebagai potential hydrothermal reservoir. Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air dibawah sana. Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi yang akan menyebabkan banjir limpahan pada bagian tanggul yang turun. Salam RDP On 10/15/07, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m, dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ? On 10/15/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.: Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi akan seperti bledug Kuwu. Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8 km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement; bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ? salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Senin, 15 Okt 2007 * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali * SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat kali dalam tiga hari. Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnain, sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit. Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga 23.30 atau sekitar 60 menit. Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat berhenti pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian keempat berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit. Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM dari batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di berbagai tempat
Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Ferdi, Pertanyaan bagus, itu juga yang menjadi keraguan saya. GPR punya resolusi kedalaman beberapa meter sampai beberapa ratus meter. Dalam banyak kasus, ia dipakai untuk kedalaman tak lebih dari 200 meter. Resolusi kedalamannya (depth limit) terutama lebih ditentukan oleh materi bawah permukaan yang akan dilalui gelombang elektromagnetiknya. Kalau semuanya granit, depth limit bisa sampai 200 meter. Materi lain punya depth limit yang lebih dangkal. Depth limit bisa diatur dengan pemakaian frekuensinya : lower frequency = greater depth = low resolution, higher frequency = less penetration = high resolution. Frekuensi yang dipakai biasanya 10-1000 MHz. Rule of thumb mengukur kedalaman penetrasi GPR biasanya menggunakan rumus RRE (radar range equation) : Depth = 35/sigma (meter) ; sigma adalah konduktivitas materi di subsurface dalam mS/m. Dengan rumus ini, paling akan didapat kedalaman penetrasi puluhan-ratusan meter. Saya punya hasil rekaman2 GPR untuk beberapa puluh meter di bawah semburan LUSI, memang bagus untuk melihat pola2 retakan dekat permukaan tanah, baik sesar lama maupun baru. Tetapi, saya belum melihat rekaman2 GPR yang dibilang Pak Soffian BPLS dari kedalaman 8000 meter (dalam sekali penetrasinya ?). APa ada jenis GPR baru yang bisa merekam sampai ribuan meter ? Silakan rekan2 geophysicist barangkali punya info. GPR jelas lebih murah dan praktis dibandingkan seismik. Untuk menggantikan seismik ? Saya pikir tidak. Untuk high-res seismik dangkal boleh juga bisa dipikirkan GPR sebagai alternatif. salam, awang kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m, dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ? On 10/15/07, Awang Satyana wrote: Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.: Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi akan seperti bledug Kuwu. Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8 km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement; bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ? salam, awang Rovicky Dwi Putrohari wrote: Senin, 15 Okt 2007 * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali * SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat kali dalam tiga hari. Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnain, sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit. Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga 23.30 atau sekitar 60 menit. Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat berhenti pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian keempat berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit. Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM dari batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di berbagai tempat menunjukkan penurunan aktivitas. Mungkin, ada kaitan dengan berhentinya semburan sebanyak beberapa kali itu, ucapnya. Berhentinya aktivitas semburan juga ditandai ritme semburan lumpur yang berbeda. Di pusat semburan, sempat tidak tampak asap yang tinggi maupun gelembung air. Zulkarnain mengatakan, BPLS berencana mendatangkan ahli untuk meneliti lebih lanjut fenomena tersebut. Berhentinya aktivitas semburan itu juga pernah terjadi pada masa Tim Nasional Penanggulangan Lumpur sekitar Februari 2007. Namun, kali ini kejadiannya berulang. Waktu terjadinya pun berdekatan, paparnya. (riq) -- http://rovicky.wordpress.com/ - Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV. Watch previews, get listings,
Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Pak Rovicky, Regional setting LUSI ini ada di tinggian basement Porong-BD di tepi selatan Kendeng Deep. Kedalaman 8000 meter (26.240 ft) di sebuah tinggian di Jawa Timur pasti sudah masuk ke basement. Kecuali kalau LUSI ini terjadi di tengah2 Kendeng Deep, kedalaman 26.000 ft lebih masih belum tentu masuk ke basement, walaupun sumur Jeruk-1 (Santos), sumur terdalam di Jawa Timur di Selat Madura (terusan Kendeng Deep) pada kedalaman 15.000 ft menembus Kujung (tapi sumur Jeruk masih di lereng utara Porong-BD ridge). Berapa kedalaman basement di tepi selatan Kendeng Deep atau tinggian Porong-BD dan berapa kedalamannya di tengah Kendeng Deep bisa kita modelkan sebab data gayaberatnya lengkap. Kedalaman 8000 meter di sekitar LUSI mestinya sudah jauh masuk ke basement. Kandungan deuterium yang naik signifikan di air LUSI dan perkiraan sumber air dari kedalaman 8000 meter (berdasarkan GPR) itu adalah data baru. Air yang selama ini keluar tak dilaporkan mengandung deuterium secara signifikan dan sumber airnya dari sekitar kedalaman 2000 meter. Ini yang volumenye banyak. Jadi,akhir2 ini kelihatannya ada penggantian pasokan air yang baru. Air dari sedimen dangkal (batupasir) atau air hasil perubahan diagenesis ilitisasi mineral lempung mungkin sudah mau habis, lalu digantikan air dari kedalaman 8000 meter yang banyak mengandung deuterium. Infonya baru sepotong2 jadi sulit menafsirkannya. Mestinya temperatur air baru ini lebih panas sebab dari sumber lebih dalam. Kalau volumenya sedikit ya wajar saja sebab dalam pandangan ini air tersebut bisa dari hasil diferensiasi magmatik (kalau benar dari kedalaman 8000 meter). Kalau ia masih menyemburkan lempung dan lumpur ya wajar juga sebab ini semacam caving di retakan konduit yang dibawa air saat melaluinya untuk menyembur di permukaan. Akan halnya deuterium yang signifikan memang ia bisa mengindikasi penggantian pasokan ke lebih sistem hidrotermal yang magmatik daripada sumber sebelumnya yang merupakan air formasi di batupasir atau hasil perubahan diagenesis ilitisasi di lapisan lempung dari kedalaman dangkal (2000 meter). Analisis isotop deuterium dibantu analisis isotop oksigen-18 dapat dipakai untuk memperkirakan sumber air antara igneous vs. basinal fluid sources. Kalau dicurigai sistem mineralized hydrothermal, juga bisa dilakukan analisis petrografi Na-Ca alteration pada lempung yang disemburkan. Coba kita lihat ulah LUSI dalam beberapa hari-minggu ke depan sambil mencoba mencari validitas data baru yang ditemukan BPLS. Kelihatannya data GPR yang merekam sampai kedalaman 8000 meter perlu divalidasi dan analisis kimiawi air yang lengkap juga diperlukan kalau mau menafsirkan dengan lebih baik sumber air ini. salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'. Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence (banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih intensif. Air dari kedalaman 8000 m. Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model itu sebagai potential hydrothermal reservoir. Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air dibawah sana. Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi
Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali
Vick, Gimana kalau air nya dari shale yang ter press itu? fbs - Original Message From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, October 15, 2007 10:14:32 PM Subject: Re: [iagi-net-l] BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali Penemuan deutrium yang sangat menarik Pak Awang. Indikasi sumber air dari kedalaman 8000m ini bukannya tidak pernah didiskusikan. Tetapi sebenarnya sudah saya modelkan dalam Detak-detak kelahiran Lusi http://rovicky.wordpress.com/2007/04/03/detak-detak/ . Dan waktu demi waktu akhirnya aku semakin yakin bahwa detak-detak kelahiran Lusi ini dapat dipakai sebagai hipotesa untuk memperkirakan 'what next ?'. Hubungan sekuensial ketika terjadi intermitten flow (semburan terbatuk-batuk), dan amblesan setempat/differential subsidence (banjir), semakin membuat aku yakin bahwa kejadian ini memang semestinya harus ditangani secara scientific dengan baik. Bukan sekedar dengan penelitian seadanya. Saya setuju dengan pendapat ADB dahulu bahwa yang paling pantes menangani segi penelitian ilmiahnya adalah BPPT. Sehingga dengan misi saintific ini data akan dapat terbuka kepada siapa saja yang berminat meneliti. Dan akan mempermudah scientist-saintis memperoleh data untuk diteliti dengan lebih intensif. Air dari kedalaman 8000 m. Aku sendiri tidak berpikir bawa di kedalaman 8000 ini sudah masuk ke basement. Saya memperkirakan adanya sedimen dibawah Kujung, atau paling tidak ada sub cekungan (syn-rift) yang menjadi wadah penampung air. Dalam model Detak-detak kelahiran Lusi aku sebut di dalam model itu sebagai potential hydrothermal reservoir. Menurut pendapatku, jumlah air yang sangat banyak ini sangat sulit kalau disebabkan oleh diffesential magmatik. Mungkin saja akan ada fraksi-fraksi differential magmatik sebagai pembentuk air (wah ini menjadi info baru tentang dari mana asalnya air ya ?), namun fraksi terbesarnya kemungkina adanya wadah (reservoir) tempat penyimpanan air dibawah sana. Kalau gejalanya akhirnya menjunjukkan geyser saja (hanya uap air yang keluar), yang perlu diperhatikan adalah debit. BIsa saja kalau geyser ini merupakan siklus tertutup dari Gunung Penanggungan, maka proses ini menjadi lebih mudah dikontrol. (seperti dugaan Detak-detak kelahiran Lusi. Namun kalau material yang keluar masih bercampur lempung dan material padat lainnya, maka kondisi batuk-batuk ini perlu dicermati karena kemungkinan akan terjadi amblesan lagi yang akan menyebabkan banjir limpahan pada bagian tanggul yang turun. Salam RDP On 10/15/07, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Awang, Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m, dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ? On 10/15/07, Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.: Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi akan seperti bledug Kuwu. Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8 km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement; bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ? salam, awang Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] wrote: Senin, 15 Okt 2007 * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali * SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat kali dalam tiga hari. Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad Zulkarnain, sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit. Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga 23.30 atau sekitar 60 menit. Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat berhenti pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. Semburan berhenti sampai menjelang salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi, ujarnya. Kejadian keempat berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB dan