Pak Awang, Apakah dengan GPR memang bisa memetakan struktur sampai kedalaman 8000 m, dan apakah biayanya lebih murah untuk bisa menggantikan seismic ?
On 10/15/07, Awang Satyana <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Pak Soffian Hadi (ahli geologi anggota BPLS) kemarin kirim sms sbb.: > "Perilaku Lusi makin jelas seperti geyser, dalam 2 hari terakhir ini > kejadian quiet selama 20 menit-150 menit dengan interval 5-8 jam, meskipun > (seperti geyser) diawali semburan yang cukup kuat 3-5 meter mud kick" > > Pak Soffian pun membagi info bahwa terdapat kehadiran deuterium yang > signifikan, dan berdasarkan rekaman GPR (ground penetrating radar) terbaru > terdapat sesar2 baru yang memotong sampai kedalaman 8000-an meter. Sumber > air pembawa deuterium diperkirakan berasal dari kedalaman 8000-an meter itu > yang terpanasi oleh magma yang statik. Kalau air formasinya habis, maka Lusi > akan seperti bledug Kuwu. > > Info2 di atas menunjukkan perkembangan baru Lusi yang tak pernah menjadi > diskusi selama ini. Pendapat sumber air dari 8 km itu masih menjadi diskusi > kami. Harus dilakukan analisis air selama ini yang keluar saat diperkirakan > berasal dari kedalaman 2 km, dan yang sekarang diperkirakan dari kedalaman 8 > km. Kedalaman 8 km di wilayah ini mestinya sudah masuk ke basement; > bagaimana ia bisa mengandung air - diferensiasi magmatik ? > > salam, > awang > > Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Senin, 15 Okt 2007 > * BPLS: Semburan Berhenti Empat Kali > * > SIDOARJO - Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) mencatat aktivitas > semburan lumpur panas di Porong berhenti beberapa kali. Fenomena itu masih > diselidiki sebagai tanda-tanda atau gejala apa, mengingat terjadi empat > kali > dalam tiga hari. > > Menurut Humas Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Achmad > Zulkarnain, > sejak Kamis (11/10), semburan lumpur berhenti empat kali. Kali pertama > terjadi pada Kamis pukul 16.25 WIB sampai 17.50 atau sekitar 85 menit. > Semburan berhenti untuk kali kedua pada hari yang sama pukul 22.30 hingga > 23.30 atau sekitar 60 menit. > > Keesokan hari, Jumat (12/10), kata Zulkarnain, semburan juga sempat > berhenti > pada pukul 10.30 hingga pukul 11.00. "Semburan berhenti sampai menjelang > salat Jumat. Setelah itu, lumpur menyembur lagi," ujarnya. Kejadian > keempat > berlangsung pada Sabtu (13/10). Semburan berhenti sekitar pukul 11.05 WIB > dan menyembur lagi pukul 11.20 atau sekitar 15 menit. > > Dia menambahkan, berhentinya aktivitas semburan lumpur panas tersebut > diikuti kenaikan kadar gas hydrogen sulfide (H2S) yang mencapai 22 PPM > dari > batas normal 20 PPM. Selain itu, 71 gelembung (bubble) yang ditemui di > berbagai tempat menunjukkan penurunan aktivitas. "Mungkin, ada kaitan > dengan > berhentinya semburan sebanyak beberapa kali itu," ucapnya. > > Berhentinya aktivitas semburan juga ditandai ritme semburan lumpur yang > berbeda. Di pusat semburan, sempat tidak tampak asap yang tinggi maupun > gelembung air. > > Zulkarnain mengatakan, BPLS berencana mendatangkan ahli untuk meneliti > lebih > lanjut fenomena tersebut. Berhentinya aktivitas semburan itu juga pernah > terjadi pada masa Tim Nasional Penanggulangan Lumpur sekitar Februari > 2007. > "Namun, kali ini kejadiannya berulang. Waktu terjadinya pun berdekatan," > paparnya. (riq) > > > -- > http://rovicky.wordpress.com/ > > > > --------------------------------- > Catch up on fall's hot new shows on Yahoo! TV. Watch previews, get > listings, and more!