Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-06 Terurut Topik Ummu Hanif
Alhamdulillah baik..

Memikirkan kekurangan diri untuk tujuan memperbaiki diri menurut saya adalah
hal yang baik.. istilahnya introspeksi diri lah..

Ada banyak jalan untuk bersedekah.. membuang duri dijalan termasuk sedekah,
menafkahkan harta pada keluarga juga sedekah, bahkan suami berhubungan
dengan istri pun sudah termasuk sedekah..
So sesuai dengan kemampuan masing-masing.. toh urusan pahala juga Allah yang
menentukan, kita kan ga pernah tahu persis sebenarnya bentuk pahala itu
seperti apa..

Prinsipnya, hak Allah terhadap diri kita harus didahulukan, jangan sampai
hak makhluk/ orang lain terhadap kita membuat kita melalaikan hak Allah..

Shalat adalah hak Allah atas diri kita, bukankah yang pertama ditanya nanti
adalah shalat kita?

Perbedaan pendapat/khilafiah sudah ada sejak jaman ulama terdahulu, hanya
menyikapinya saja harus dengan bijaksana.. dan hati2 pula jangan sampai
menjadi mujtahid baru tanpa ilmu dan hanya akal2-an yang terbatas..  menurut
saya kurang tepat jika menciptakan hukum dulu baru mencari dalil, lebih
tepat jika cari dalil dulu baru hukum bisa ditentukan.

Mohon maaf bila kurang berkenan

Salam


On 4/4/08, Hidayat, Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote:

Wa'alaikum salam wr.wb.,



 Syarifah,

 Apa kabar?



 Menurut saya prinsip tersebut kurang tepat.  Memikirkan kekurangan diri
 tidak akan pernah selesai ...  jadi kapan kita akan 'shodaqoh' kepada
 saudara2 kita?  Setahu saya prinsip memberi dalam Islam, apalagi berkenaan
 dengan amal ibadah, ilmu, bahkan infaq harta dll, sejatinya tidak akan
 pernah mengurangi yang ada pada kita.  Justru akan bertambah dan terus
 bertambah di hadapan Gusti Allah SWT.



 Yang arif, jika memang masih ada perbedaan pendapat, adalah saling
 memahami.  *Lanaa a'maaluna walakum a'maalukum*.  Saling bertoleransi atas
 pemahaman dan keyakinan masing2, sepanjang tidak menyalahi aqidah dan
 syari'at.  Lha kita2 ini, apa yang kita tahu?  Selain ber-ittiba' kepada
 guru2 kita, para ulama, yang sanadnya (dalam menuntut ilmu) sampai kepada
 Kanjeng Rasulullah SAW.



 Yang menjadi masalah (dan benar-benar masalah) adalah munculnya tuduhan
 satu kepada selainnya, sesama saudara muslim, namun beda pemahaman, dengan
 ungkapan bid'ah, sesat, dst ...  Andai tidak didasari oleh semangat
 tersebut, tentu diskusi – yang sama2 menyampaikan hujjah (bukan membuat2
 hujjah dari pemikiran diri sendiri) – menjadi lebih santun.  Namun yang
 terjadi adalah sebaliknya ...



 Jadi intinya saling memahami bahwa ada perbedaan pendapat, dan jangan
 segan atau merasa berat untuk menerima pendapat dari selainnya.



 Sekadar dari saya ...  al'afwu minkum.



 Salam sayang,

 Hidayat


  --

 *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:
 [EMAIL PROTECTED] *On Behalf Of *Ummu Hanif
 *Sent:* Friday, April 04, 2008 9:15 AM
 *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com
 *Subject:* Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy



 Assalamu'alaikum,



 Menurut saya sih, terlepas boleh atau tidaknya mentransfer
 pahala.. mungkin harus direnungkan dulu  apakah saya sendiri sudah kelebihan
 pahala sehingga lebih baik dibagi-bagi saja ya? apakah yakin diri saya
 sendiri sudah banyak mengerjakan amal ibadah sehingga
 kelebihan amal tersebut kita berikan saja pada orang lain? apakah
 shalat saya sendiri sudah sangat khusyu' dan seumur hidup ga pernah tinggal
 sehingga kita boleh mendahulukan kewajiban shalat orang lain daripada diri
 sendiri?

 Afwan jika tidak berkenan,



 Salam



 .


   This message and any attached files may contain information that is
 confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the
 intended recipient. If you are not the intended recipient or the person
 responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised
 that you have received this message in error and that any dissemination,
 copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is
 the disclosure of the information therein. If you have received this message
 in error please notify the sender immediately and delete the message.

 



Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-06 Terurut Topik Ananto
dalil kan hanya copy paste... gampang, bisa di cari...
mbak yati mau dalil yg kayak apa?

salam,
ananto


On 4/4/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Kalau cuma bilang sepaham doang sih gampang, tunjukan alasan dan
 dalilnya dong mas... :)

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
 Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  mbak yatie,
 
  saya sepaham dengan Gus Arland...
 
  salam,
  ananto
 
 
  On 3/31/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham
   dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya?
  
   Mohon maaf,
   Salam :)
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com
 keluarga-islam%40yahoogroups.com,
   Arland hmd098@ wrote:
   
Wa'alaikum salam
Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..?
Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima?
   
Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an
maupun Hadits.
Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan.
   
Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN.
   
saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL  ILMU
terhadap apa2 yang kita sampaikan.
   
Wassalam,
   
   
--- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com
 keluarga-islam%40yahoogroups.com,
   bahtiar lim bahtiar27@
wrote:

 Salamun alaikum,
 Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim
 cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima

 Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup
 padat, serta mudah difahami,

 Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
 bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang
 telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala
 jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
 Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
 Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
 hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)

 kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan
 orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya
 tidak bersedia mengemban Amanah Allah...

 Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan
 terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
 kemusyrikan...
 Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang
 yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..?
 TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG
 BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
 ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah
 kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
 bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
 neraka Jahannam. (QS. 9:113)
 Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan
 ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...???
 Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang
 Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan
 Syurga.

 Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang
 menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah
 sudah menyatakan dengan tegas..!!
 Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
 (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
 berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
 sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
 hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
 Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an
 penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain.
 kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri...



 salaam


 --- Arland hmd098@ wrote:

  SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
  Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH
  juga termasuk
  IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan.
  Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
  menyangkut MAAL/HARTA,
  karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa
  Duit untuk pergi ke
  Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH.
 
  Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian
  rukun islam,
  didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat
  Tawaf dll, oleh
  karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN
  ISLAM, dan ditambah
  lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.
 
  Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan
  PUASA
 
  Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI
  HIDUP, bukan SETELAH
  sifulan meninggal dunia.
 
  Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan
  meninggal.
 
  wassalam,
 
 
  --- In
 keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com
 keluarga-islam%40yahoogroups.com,
   y4tie
  y4tie@ wrote:
  
   Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan
  dari syariah
  online
   mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala
  sholat:
  
   ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah 

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-06 Terurut Topik OK Taufik
Pak Arland,

Boleh informasinya dong, shalat ini bagaimana di lakukannya?, bareng sama
shalat wajib sendiri atau berdiri sendiri, jadi misalnya shalat shubuh
dilakukan 3x dalam sehari, 1 untk sendiri, satu ibu, satu bapak misalnya.
Dan apa boleh di lakukan berjamaah tidak?.., bagimana pula shalat sunat
rawatibnya, harus dilakukan juga setiap shlat tersebut. Apa pernah Nabi
mencontohkannya??

2008/4/1 Arland [EMAIL PROTECTED]:

   Jadi, diskusi tentang Hadits pengiriman pahala sholat untuk orangtua
 yang sudah meninggal ini, mau diteruskan apa tidak
 Tolong di Jawab...

 Kedua : Apakah Pak Wandy, sudah SETUJU atau TIDAK SETUJU bahwa
 pemahaman Sholat yang dimaksud oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
 Utsaimin itu BUKAN SHOLAT JANAZAH ?

 Soalnya saya masih penasaran dengan pemahaman anda ini, karena setahu
 saya dari sejak dulu di dalam kitab2 Ihtilafiah fi Sunnah, ga ada itu
 ulama2 yang namanya keliru antara sholat janazah dengan sholat selain
 sholat Janazah.

 Wassalam,

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
 wandysulastra
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Syukur pak Arland tidak jadi kirim lewat JAPRI, soalnya saya tidak
  pernah buka mailbox yg di yahoo. Pusing sudah kebanyakan Spam... :)
 
  Untuk haditsnya, mohon maaf saya tidak bisa bantu cek karena saya
 tdk
  punya sunan Abu daud...
 
  Wasalam
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
 Arland hmd098@ wrote:
  
   Assalamu'alaikum wr. wb.
  
   Pak Wandy, saya sebenarnya sudah menyiapkan dalil, tadinya saya
 mau
   kirim lewat japri, supaya anda dapat cek dulu hadits di bawah ini
 di
   kitab-kitab hadits yang anda miliki, khususnya kitab sunan Abu
 Daud.
  
  
 

  




-- 
OK TAUFIK


Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-04 Terurut Topik Ramdan
ng, 
saya juga yang sepaham kok dengan bang Arland... :-)

salam
:-)



- Original Message - 
  From: Ananto 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, April 04, 2008 3:53 PM
  Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy



  mbak yatie,

  saya sepaham dengan Gus Arland...

  salam,
  ananto

   
  On 3/31/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: 
Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham
dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya? 

Mohon maaf, 


Salam :)

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wa'alaikum salam
 Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..?
 Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima?
 
 Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an 
 maupun Hadits.
 Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan.
 
 Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN.
 
 saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL  ILMU 
 terhadap apa2 yang kita sampaikan.
 
 Wassalam,
 
 
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ 
 wrote:
 
  Salamun alaikum, 
  Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim
  cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima
  
  Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup
  padat, serta mudah difahami, 
  
  Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
  bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang
  telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala
  jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
  Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
  Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
  hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)
  
  kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan
  orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya
  tidak bersedia mengemban Amanah Allah...
  
  Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan
  terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
  kemusyrikan...
  Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang
  yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..?
  TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG
  BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
  ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah
  kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
  bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
  neraka Jahannam. (QS. 9:113)
  Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan
  ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...???
  Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang
  Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan
  Syurga.
  
  Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang
  menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah
  sudah menyatakan dengan tegas..!!
  Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
  (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
  berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
  sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
  hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
  Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an
  penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain.
  kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri...
  
  
  
  salaam
  
  
  --- Arland hmd098@ wrote:
  
   SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
   Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH
   juga termasuk 
   IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan.
   Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
   menyangkut MAAL/HARTA, 
   karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa
   Duit untuk pergi ke 
   Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH.
   
   Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian
   rukun islam, 
   didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat
   Tawaf dll, oleh 
   karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN
   ISLAM, dan ditambah 
   lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.
   
   Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan
   PUASA
   
   Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI
   HIDUP, bukan SETELAH 
   sifulan meninggal dunia.
   
   Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan
   meninggal.
   
   wassalam,
   
   
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie
   y4tie@ wrote:
   
Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan
   dari syariah 
   online
mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala
   sholat:

...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan
   hajji sampai kepada
mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat
   dan bacaan Al-
   Quran
tidak

RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-04 Terurut Topik Naufal
Begitupun dengan saya, sepemahaman dengan Mas Arland

Namun saya juga mengerti dengan pemahaman yang disampaikan oleh Kang Wandy,
dan Insya Allah bagi saya sebagai penambah pengetahuan tentang agama,
khususnya tentang hal-hal yang sampai saat ini masih perbedaan pikir para
ulama.

 

salam

 

  _  

From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of Ramdan
Sent: Friday, April 04, 2008 5:36 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

 

ng, 

saya juga yang sepaham kok dengan bang Arland... :-)

 

salam

:-)

 

 

 

- Original Message - 

From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED]  

To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com 

Sent: Friday, April 04, 2008 3:53 PM

Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

 

mbak yatie,

 

saya sepaham dengan Gus Arland...

 

salam,

ananto

 

On 3/31/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] com wrote: 

Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham
dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya? 

Mohon maaf, 


Salam :)

--- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com
yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wa'alaikum salam
 Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..?
 Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima?
 
 Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an 
 maupun Hadits.
 Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan.
 
 Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN.
 
 saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL  ILMU 
 terhadap apa2 yang kita sampaikan.
 
 Wassalam,
 
 
 --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com
yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ 
 wrote:
 
  Salamun alaikum, 
  Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim
  cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima
  
  Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup
  padat, serta mudah difahami, 
  
  Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
  bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang
  telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala
  jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
  Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
  Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
  hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)
  
  kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan
  orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya
  tidak bersedia mengemban Amanah Allah...
  
  Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan
  terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
  kemusyrikan...
  Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang
  yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..?
  TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG
  BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
  ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah
  kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
  bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
  neraka Jahannam. (QS. 9:113)
  Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan
  ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...???
  Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang
  Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan
  Syurga.
  
  Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang
  menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah
  sudah menyatakan dengan tegas..!!
  Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
  (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
  berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
  sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
  hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
  Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an
  penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain.
  kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri...
  
  
  
  salaam
  
  
  --- Arland hmd098@ wrote:
  
   SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
   Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH
   juga termasuk 
   IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan.
   Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
   menyangkut MAAL/HARTA, 
   karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa
   Duit untuk pergi ke 
   Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH.
   
   Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian
   rukun islam, 
   didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat
   Tawaf dll, oleh 
   karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN
   ISLAM, dan ditambah 
   lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.
   
   Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan
   PUASA
   
   Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI
   HIDUP, bukan SETELAH 
   sifulan meninggal dunia.
   
   Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan
   meninggal.
   
   wassalam,
   
   
   --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com
yahoogroups.com, y4tie
   y4tie@ wrote:
   
Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan
   dari syariah 
   online

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-03 Terurut Topik bahtiar lim
salaamun alaikum

rasanya masih perlu dikaji agar kita tidak lalai dan
larut pada berbagai pandangan semu yang berujung pada
kesesatan dari jalan Allah.

saya jadi ingat faham kristen yang meyakini adanya
transfer dosa adam kepada keturunanya, disini ada lagi
orang menganggap tarnsfer pahala kepada orang yang
sudah mati, dalam arti perbuatan baik yang dilakukan
sang Anak bisa ditransfer / dikirim untuk orang tua
yang sudah meninggal.

sebenarnya Allah sudah menjelaskan cukup gamblang
mengenai hal ini dalam ayat berikut..

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)


jadi tidak ada istilah transfer pahala seperti itu.
kalau ada syaikh atau Ulama bisa menguraikan dengan
pendapat yang berbeda, silahkan saja dikaji, karena
buat kita Rasulullah pasti meyakini ayat tersebut,
jadi tidaklah akan ada rasul mengeluarkan pendapat
yang akan bertentangan dari pakem Allah tersebut...


mengenai pahala orang yang Sedakah dengan harta, jiwa
dan Ilmu yang bermaanfaat, tidak akan sampai lagi
pahalanya kepada orang yang sudah meninggal, karena
semua  itu sudah diperhitungkan Allah pada saat orang
itu memberikan sedekah harta, jiwa atau Ilmunya...
bukankah Allah sudah mengatakan...

..Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang
terhadap apa yang ia usahakan.Sesungguhnya Allah Maha
cepat hisab-Nya. (QS. 14:51)

jadi keMaha cepatan Allah dalam menghisab pahala orang
tidak perlu  nunggu waktu sampai setelah orangnya
meninggal.

mengenai do'a Anak yang shaleh, yang harus dikaji
lebih dulu saya kira kesalehan seseorangnya bukan soal
Do'anya.

seorang yang saleh itu menurut ukuran apa, dan siapa ?
itu yg penting, apakah seseorang bisa disebut shaleh
kalau masih meragukan aturan2  Allah..?

mengenai shalat jenazah, ini cuma tradisi agama, dan
bukan ajaran Allah, karena tak satupun dalam Al Quran
yang memerintahkan manusia melakukan itu, tapi
larangan terhadap tradisi ini ada, sebaigimana ayat
berikut.

 Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah)
seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah
kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya
mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan
mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. 9:84)

ayat diatas cukup jelas memberi uraian bahwa seseorang
yang Ingkar  atau fasik tidaklah boleh kita
menshalatinya..., itu kalau mau tunduk pada aturan
Allah.

lalu kalau orangnya tidak fasik, apakah boleh di
shalati..?, akan timbul pertanyaanya, 
siapakah yang bisa mengetahui dan menjamin bahwa
seseorang itu tidaklah Fasik dalam kematiannya?

sebagian anda pasti tidak setuju dangan pemikiran
seperti itu... dan mengatakan, bagaimana kalau yang
meninggal itu orang yang benar2 beriman..?

akan tetapi Allah sudah menyatakan...

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga
untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi)
janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan
al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar. (QS. 9:111)


jadi buat apa ritual2 itu dilakukan..? kalau hanya
ingin mengiktui tradisi , silahkan dilakukan, tapi
jelas   pelaksanaan hal tersebut tidak ada hubungannya
dengan aturan Allah.

demikianlah, mohon maaf dan koreksinya 

salaam.



--- Mujiarto Karuk [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamualikum Warohmatullohi Wabarokatuh
   Salam Dan sejahtera semoga Alloh limpahkan bagi
 seluruh hamba Nya yang taqwa

   Termakasih banyak bagi seluruh anggota milis KI
 dengan diskusi yang indah ini kita sama sama membaca
 dan mengetahui pendapat para baik itu para ustaz
 serta utusan para ustaz dan atau anggota milis
 lainnya yang tergabung di milis KI ini , dan berikut
 ini saya kirimkan jawaban Al-Qur'an yang
 diterjemahkan dalam bahasa Indonmesia terjemahan
 Departemen AGAMA RI , tentang pertanggung jawaban
 atas prilaku kita masing masing sebagai bahan
 pengingat serta sebagai rujukan agar kita tetap
 istikomah dan tetap melanjutkan diskusi dengan sikap
 berhati hati dan waspada :
  


   S U R A T   A L - A N ' A A M 

   6:52. Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang
 menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang
 mereka menghendaki keridhaanNya. Kamu tidak memikul
 tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka
 dan merekapun tidak memikul tanggung jawab
 sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan
 kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu
 termasuk orang-orang yang zalim)[475].

   [475]. Ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk-duduk
 bersama orang mukmin yang dianggap rendah dan miskin
 oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy
 hendak bicara dengan Rasulullah, tetapi mereka
 enggan 

RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-03 Terurut Topik Hidayat, Akhmad

Wa'alaykumussalam ...

 

Wahai saudaraku,

Mengapa menafikan sunnah Rasul/hadits, serta qaul ulama?  Mengapa merasa
diri lebih faham akan ayat2 Al-Qur'an ketimbang para mufassirin yang
faqih?  Apakah hanya dengan menafsirkan sendiri ayat2 Qur'an, tanpa mau
melihat hadits dan qaul sahabat, tabi'in, ulama', itu sudah berarti
cukup?

 

Hendaknya kita berhati-hati ...  dan semoga tidak tergolong
inkarussunnah ...

 

Astaghfirullah ...

 

Salam sayang,

Hidayat

 



From: keluarga-islam@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of bahtiar lim
Sent: Thursday, April 03, 2008 4:07 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

 

salaamun alaikum

rasanya masih perlu dikaji agar kita tidak lalai dan
larut pada berbagai pandangan semu yang berujung pada
kesesatan dari jalan Allah.

saya jadi ingat faham kristen yang meyakini adanya
transfer dosa adam kepada keturunanya, disini ada lagi
orang menganggap tarnsfer pahala kepada orang yang
sudah mati, dalam arti perbuatan baik yang dilakukan
sang Anak bisa ditransfer / dikirim untuk orang tua
yang sudah meninggal.

sebenarnya Allah sudah menjelaskan cukup gamblang
mengenai hal ini dalam ayat berikut..

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)

jadi tidak ada istilah transfer pahala seperti itu.
kalau ada syaikh atau Ulama bisa menguraikan dengan
pendapat yang berbeda, silahkan saja dikaji, karena
buat kita Rasulullah pasti meyakini ayat tersebut,
jadi tidaklah akan ada rasul mengeluarkan pendapat
yang akan bertentangan dari pakem Allah tersebut...

mengenai pahala orang yang Sedakah dengan harta, jiwa
dan Ilmu yang bermaanfaat, tidak akan sampai lagi
pahalanya kepada orang yang sudah meninggal, karena
semua itu sudah diperhitungkan Allah pada saat orang
itu memberikan sedekah harta, jiwa atau Ilmunya...
bukankah Allah sudah mengatakan...

..Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang
terhadap apa yang ia usahakan.Sesungguhnya Allah Maha
cepat hisab-Nya. (QS. 14:51)

jadi keMaha cepatan Allah dalam menghisab pahala orang
tidak perlu nunggu waktu sampai setelah orangnya
meninggal.

mengenai do'a Anak yang shaleh, yang harus dikaji
lebih dulu saya kira kesalehan seseorangnya bukan soal
Do'anya.

seorang yang saleh itu menurut ukuran apa, dan siapa ?
itu yg penting, apakah seseorang bisa disebut shaleh
kalau masih meragukan aturan2 Allah..?

mengenai shalat jenazah, ini cuma tradisi agama, dan
bukan ajaran Allah, karena tak satupun dalam Al Quran
yang memerintahkan manusia melakukan itu, tapi
larangan terhadap tradisi ini ada, sebaigimana ayat
berikut.

Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah)
seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah
kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya
mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan
mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. 9:84)

ayat diatas cukup jelas memberi uraian bahwa seseorang
yang Ingkar atau fasik tidaklah boleh kita
menshalatinya..., itu kalau mau tunduk pada aturan
Allah.

lalu kalau orangnya tidak fasik, apakah boleh di
shalati..?, akan timbul pertanyaanya, 
siapakah yang bisa mengetahui dan menjamin bahwa
seseorang itu tidaklah Fasik dalam kematiannya?

sebagian anda pasti tidak setuju dangan pemikiran
seperti itu... dan mengatakan, bagaimana kalau yang
meninggal itu orang yang benar2 beriman..?

akan tetapi Allah sudah menyatakan...

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga
untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi)
janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan
al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan
jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar. (QS. 9:111)

jadi buat apa ritual2 itu dilakukan..? kalau hanya
ingin mengiktui tradisi , silahkan dilakukan, tapi
jelas pelaksanaan hal tersebut tidak ada hubungannya
dengan aturan Allah.

demikianlah, mohon maaf dan koreksinya 

salaam.

- 



This message and any attached files may contain information that is 
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the 
intended recipient. If you are not the intended recipient or the person 
responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised 
that you have received this message in error and that any dissemination, 
copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the 
disclosure of the information therein. If you have received this message in 
error please notify the sender immediately and delete the message.

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-03 Terurut Topik Ummu Hanif
Assalamu'alaikum,

Menurut saya sih, terlepas boleh atau tidaknya mentransfer pahala.. mungkin
harus direnungkan dulu  apakah saya sendiri sudah kelebihan pahala sehingga
lebih baik dibagi-bagi saja ya? apakah yakin diri saya sendiri sudah banyak
mengerjakan amal ibadah sehingga kelebihan amal tersebut kita berikan saja
pada orang lain? apakah shalat saya sendiri sudah sangat khusyu' dan seumur
hidup ga pernah tinggal sehingga kita boleh mendahulukan kewajiban shalat
orang lain daripada diri sendiri?

Afwan jika tidak berkenan,

Salam

On 4/3/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote:

   Memang kalo udah mentok terus kepepet yg paling gampang tinggal
 menuduh wahabi deh sama lawan bicara yg beda pemahaman... :)

 Kenapa saya ambil contoh pendapat2 dari Internet? Itu hanya untuk
 menunjukkan kepada pak Arland bahwa sebenarnya pemahaman anda
 tentang transfer pahala sholat itu berbeda sendiri. Artinya sebelum
 pak Arland berani memperbolehkan transfer pahala sholat dengan dasar
 hadits tersebut seharusnya pak Arland sendiri yang mesti kroscek apa
 hadits yg pak Arland temukan itu benar ada di Sunan Dawud atau
 tidak? KArena jika hal itu tidak pernah ada, maka pak arland sama
 dengan telah menciptakan suatu bid'ah. Lagi pula jika memang ada,
 saya rasa tidak akan mungkin dari sekian banyak ustadz2 yg ada
 (ustadznya pak Wandi, ustadz saya, ustadz yg ada di internet, dan yg
 lainnya) tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Sehingga pada
 akhirnya mereka dengan sangat hati2 tidak berani memperbolehkan
 bahkan menyarankan utk tidak melaksanakan sholat yang tidak jelas
 dasarnya tersebut. Ini masalah ibadah mahdhoh, tidak boleh
 sembarangan kita memperbolehkannya hanya berdasarkan sebuah hadits
 yang belum jelas keberadaannya melebihi seorang ustadz atau
 ulama.. :)

 Salam

 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
 Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Nah... inilah yang saya maksud CIRI dari WAHABIYAH.
  Ini terakhir reply saya ya...
 
  Kan kemarin saya sudah suruh cek and receq di kitab sunan Abu Daud.
  Disana ada redaksi haditnya.
  Kalau memang ga punya, saya bisa kirim dalam bentuk file JPG.
 
  Saya ga suruh anda percaya sama saya kok, saya cuma mengungkap
 fakta
  dan realita bahwa hadits tersebut sebenarnya ada, cuma mungkin
  kebetulan ga ditayang di Internet atau ga diungkap di pengajian
 yang
  anda ikuti. Mana saya Tahu?
  Itu saja..
 
  Makanya saya suruh anda ngaji dan belajar lebih banyak, perbaiki
 dan
  mantapkan nahwu dan sorof, jadi anda bisa baca langsung kitab-
 kitab
  aslinya, bukan terjemahan saja. dan jangan hanya menuduh atau
 berkata
  seakan2 ini adalah akal-akalan saya.
 
  Untungnya apa sih saya akal-akalan bagi saya tentang hadits?
  Kamu ga tau ya? ancamannya neraka... saya sih takut yeee...
  Kalau anda ga takut neraka , ya sembunyikan saja hadits-hadits
 yang
  memang ada, anda anggap ga ada.
  Jangan2 jadi Inkarus-sunnah... Na'uzubillah... Min Zalik...
 
  Ke dua ; Buat apa saya menyuruh anda percaya sama saya???
  Kenal juga saya belum sama anda.
 
  Mohon maaf bila anda tersinggung.
  Wassalam,
  Arland-Jkt.
 
 
 
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com,
 y4tie y4tie@ wrote:
  
   Bisa jadi tidak ketemu, bisa jadi memang tidak ada, ya tho? :)
  
   Yang jelas jumhur ulama internet menyatakan tidak ada itu yang
   namanya transfer pahala sholat. Kalo masalah pendapat Syeikh, kan
   sudah saya tulis besar2 anda KELIRU SEKALI. Hal ini sudah sering
  kami
   bahas dalam pengajian.
  
   Kalo saya jelas lebih percaya ustadz2 yg sudah jelas keilmuannya
   termasuk ustadz2 yg ada di Internet seperti era muslim, syariah
  online
   dsb daripada ilmu dan akal pak Arland... Mohon maaf ya pak.. :)
  
   Wassalam
  
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com,
 Arland hmd098@ wrote:
   
Tidak ketemu searcing kan belum tentu tidak ada.
   
Makanya, kl ngaji itu, jangan lewat searching internet melulu.
Di internet ya sekedar tambahan saja.
Kalau mau ngaji tuh, baca dan dengerin pembahasan kitab-kitab
  klasik
dari ulama2 yang mu'tabar, Insya 'Allah ga akan bingung dan
kehilangan obor.
   
Atau, katanya situ kan muridnya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
Utsaimin
Tanyakan saja kepada beliau, mengapa beliau tidak mengingkari
  adanya
pengiriman pahala sholat.
Padahal kata ustad si eramuslim ga ada dalilnya.
   
Aku kepingin tahu juga, apakah ilmumu nyambung ga sama Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
Jangan2 cuma ngaku doang, kenalnya juga lewat searching
 internet
  jg
   
wassalam,
   
   
   
   
   
--- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com,
 y4tie y4tie@ wrote:

 Tapi kenapa kalo saya coba searching di forum2 diskusi situs
  Islam,
 mereka semua tidak pernah menyebut adanya hadiah pahala
 sholat
  utk
 ortu, bahkan mereka mengatakan tidak pernah ada hadiah
 pahala
  yang
 demikian. Apa 

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-03 Terurut Topik sirrull-asrar
Ramai orang bersalah kerana kesalahan orang lain
Bahkan sering sahaja berlaku orang buat salah
kerana kesalahan orang
Adakalanya kesalahan itu lebih besar
daripada kesalahan orang terhadapnya
Mengikut Tuhan, orang yang bersalah
kerana orang itu membuat salah kepadanya
tetap dianggap salah
Itu berdendam namanya
berdendam adalah salah dan haram
Tiada siapa yang boleh menghukum orang lain
sekalipun membuat salah kepadanya
kecuali melalui pemerintah
Kesalahan itu mestilah dihukum
mengikut ketentuan Allah
atau yang tidak ditentukan adalah takzir
berdasarkan kebijaksanaan hakim
Kesalahan yang berlaku kerana kesalahan orang
lumrah berlaku di mana-mana sahaja
di dalam kehidupan
Orang sombong dengannya
dia pun berdendam dengannya
menunggu peluang untuk merosakkan orang itu
dia pun fitnah orang itu
Orang tipu dia, dia pun marah
kemudian orang itu dipukulnya
Orang fitnah dia, dia pun sakit hati
dibakarnya rumah orang itu hingga musnah
Ada orang mengganggu anak isterinya
kerana marah, dibunuhnya orang itu
kesalahannya lebih besar daripada orang itu
Ada orang menghina dia, dia pun membenci
setiap kali bertemu dimakinya orang itu
Orang curi barangnya
dia umpat merata negeri orang itu
hingga orang itu malu
Tidak kurang ada orang mencerca kita
mengata-ngata kita, kita doakan dia kebinasaan
atau kecelakaan
Cukup sekadar itu sebagai contoh
yang lain kiaskan sahaja

Begitulah umat Islam hari ini di seluruh dunia
mereka sering berdosa
kerana dosa orang lain kepadanya
Mereka melakukan kesalahan
kerana kesalahan umat Islamm lain kepadanya
Di mana ada persaudaraan?
Di mana kasih sayang?
Di mana perpaduan?
Di mana bermaaf-maafan?
Maaf-maafan sudah tidak ada
Bertolak ansur sudah tidak berlaku
Berlapang dada sudah hilang

bahtiar lim [EMAIL PROTECTED] wrote:  salaamun alaikum

rasanya masih perlu dikaji agar kita tidak lalai dan
larut pada berbagai pandangan semu yang berujung pada
kesesatan dari jalan Allah.

saya jadi ingat faham kristen yang meyakini adanya
transfer dosa adam kepada keturunanya, disini ada lagi
orang menganggap tarnsfer pahala kepada orang yang
sudah mati, dalam arti perbuatan baik yang dilakukan
sang Anak bisa ditransfer / dikirim untuk orang tua
yang sudah meninggal.

sebenarnya Allah sudah menjelaskan cukup gamblang
mengenai hal ini dalam ayat berikut..

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)

jadi tidak ada istilah transfer pahala seperti itu.
kalau ada syaikh atau Ulama bisa menguraikan dengan
pendapat yang berbeda, silahkan saja dikaji, karena
buat kita Rasulullah pasti meyakini ayat tersebut,
jadi tidaklah akan ada rasul mengeluarkan pendapat
yang akan bertentangan dari pakem Allah tersebut...

mengenai pahala orang yang Sedakah dengan harta, jiwa
dan Ilmu yang bermaanfaat, tidak akan sampai lagi
pahalanya kepada orang yang sudah meninggal, karena
semua itu sudah diperhitungkan Allah pada saat orang
itu memberikan sedekah harta, jiwa atau Ilmunya...
bukankah Allah sudah mengatakan...

...Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang
terhadap apa yang ia usahakan.Sesungguhnya Allah Maha
cepat hisab-Nya. (QS. 14:51)

jadi keMaha cepatan Allah dalam menghisab pahala orang
tidak perlu nunggu waktu sampai setelah orangnya
meninggal.

mengenai do'a Anak yang shaleh, yang harus dikaji
lebih dulu saya kira kesalehan seseorangnya bukan soal
Do'anya.

seorang yang saleh itu menurut ukuran apa, dan siapa ?
itu yg penting, apakah seseorang bisa disebut shaleh
kalau masih meragukan aturan2 Allah..?

mengenai shalat jenazah, ini cuma tradisi agama, dan
bukan ajaran Allah, karena tak satupun dalam Al Quran
yang memerintahkan manusia melakukan itu, tapi
larangan terhadap tradisi ini ada, sebaigimana ayat
berikut.

Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah)
seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah
kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya
mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan
mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. 9:84)

ayat diatas cukup jelas memberi uraian bahwa seseorang
yang Ingkar atau fasik tidaklah boleh kita
menshalatinya..., itu kalau mau tunduk pada aturan
Allah.

lalu kalau orangnya tidak fasik, apakah boleh di
shalati..?, akan timbul pertanyaanya, 
siapakah yang bisa mengetahui dan menjamin bahwa
seseorang itu tidaklah Fasik dalam kematiannya?

sebagian anda pasti tidak setuju dangan pemikiran
seperti itu... dan mengatakan, bagaimana kalau yang
meninggal itu orang yang benar2 beriman..?

akan tetapi Allah sudah menyatakan...

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga
untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu
mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi)
janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan
al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya
(selain) daripada Allah? 

RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-03 Terurut Topik Hidayat, Akhmad

Wa'alaikum salam wr.wb.,

 

Syarifah,

Apa kabar?

 

Menurut saya prinsip tersebut kurang tepat.  Memikirkan kekurangan diri
tidak akan pernah selesai ...  jadi kapan kita akan 'shodaqoh' kepada
saudara2 kita?  Setahu saya prinsip memberi dalam Islam, apalagi
berkenaan dengan amal ibadah, ilmu, bahkan infaq harta dll, sejatinya
tidak akan pernah mengurangi yang ada pada kita.  Justru akan bertambah
dan terus bertambah di hadapan Gusti Allah SWT.

 

Yang arif, jika memang masih ada perbedaan pendapat, adalah saling
memahami.  Lanaa a'maaluna walakum a'maalukum.  Saling bertoleransi atas
pemahaman dan keyakinan masing2, sepanjang tidak menyalahi aqidah dan
syari'at.  Lha kita2 ini, apa yang kita tahu?  Selain ber-ittiba' kepada
guru2 kita, para ulama, yang sanadnya (dalam menuntut ilmu) sampai
kepada Kanjeng Rasulullah SAW.

 

Yang menjadi masalah (dan benar-benar masalah) adalah munculnya tuduhan
satu kepada selainnya, sesama saudara muslim, namun beda pemahaman,
dengan ungkapan bid'ah, sesat, dst ...  Andai tidak didasari oleh
semangat tersebut, tentu diskusi - yang sama2 menyampaikan hujjah (bukan
membuat2 hujjah dari pemikiran diri sendiri) - menjadi lebih santun.
Namun yang terjadi adalah sebaliknya ...

 

Jadi intinya saling memahami bahwa ada perbedaan pendapat, dan jangan
segan atau merasa berat untuk menerima pendapat dari selainnya.

 

Sekadar dari saya ...  al'afwu minkum.

 

Salam sayang,

Hidayat

 



From: keluarga-islam@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ummu Hanif
Sent: Friday, April 04, 2008 9:15 AM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

 

Assalamu'alaikum,

 

Menurut saya sih, terlepas boleh atau tidaknya mentransfer pahala..
mungkin harus direnungkan dulu  apakah saya sendiri sudah kelebihan
pahala sehingga lebih baik dibagi-bagi saja ya? apakah yakin diri saya
sendiri sudah banyak mengerjakan amal ibadah sehingga kelebihan amal
tersebut kita berikan saja pada orang lain? apakah shalat saya sendiri
sudah sangat khusyu' dan seumur hidup ga pernah tinggal sehingga kita
boleh mendahulukan kewajiban shalat orang lain daripada diri sendiri?

Afwan jika tidak berkenan,

 

Salam

 

.

 
http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=15337060/grpspId=1705038064/
msgId=23552/stime=1207271710/nc1=4990212/nc2=5170417/nc3=4763759 
 



This message and any attached files may contain information that is 
confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the 
intended recipient. If you are not the intended recipient or the person 
responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised 
that you have received this message in error and that any dissemination, 
copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the 
disclosure of the information therein. If you have received this message in 
error please notify the sender immediately and delete the message.

RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-02 Terurut Topik Kartika, Bambang
Kan dulu pernah saya ikut menyampaikan juga, mungkin sekarang tidak ada WAHABI 
namun sifat bisa saja hingga sekarang, bahkan bisa saja merupakan penyakit 
menular, begitu juga Allah menurunkan Alquran di situ menerangkan Mukmin, 
Munafik, dan kafir, itu sifat, tabiat, kelakuan semua jangan di kembalikan 
keorang lain, kembalikanlah kepada diri sendiri, InsyaAllah manusia yang punya 
hati merasa di telanjangi tentunya akan mengadakan perbaikan untuk diri sendiri 
dan keluarganya, lalu ke orang lain, begitulah Alquran memang porno 
...la.kita di telanjangi olehNya, 
Saya mengerti Apa yang disampaikan P'Arland, dan saya paham
 
 

 -Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Arland
Sent: Wednesday, April 02, 2008 7:33 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy



Nah... inilah yang saya maksud CIRI dari WAHABIYAH.
Ini terakhir reply saya ya...

Kan kemarin saya sudah suruh cek and receq di kitab sunan Abu Daud.
Disana ada redaksi haditnya.
Kalau memang ga punya, saya bisa kirim dalam bentuk file JPG.

Saya ga suruh anda percaya sama saya kok, saya cuma mengungkap fakta 
dan realita bahwa hadits tersebut sebenarnya ada, cuma mungkin 
kebetulan ga ditayang di Internet atau ga diungkap di pengajian yang 
anda ikuti. Mana saya Tahu?
Itu saja..

Makanya saya suruh anda ngaji dan belajar lebih banyak, perbaiki dan 
mantapkan nahwu dan sorof, jadi anda bisa baca langsung kitab-kitab 
aslinya, bukan terjemahan saja. dan jangan hanya menuduh atau berkata 
seakan2 ini adalah akal-akalan saya.

Untungnya apa sih saya akal-akalan bagi saya tentang hadits?
Kamu ga tau ya? ancamannya neraka... saya sih takut yeee...
Kalau anda ga takut neraka , ya sembunyikan saja hadits-hadits yang 
memang ada, anda anggap ga ada.
Jangan2 jadi Inkarus-sunnah... Na'uzubillah... Min Zalik...

Ke dua ; Buat apa saya menyuruh anda percaya sama saya???
Kenal juga saya belum sama anda.

Mohon maaf bila anda tersinggung.
Wassalam,
Arland-Jkt.

--- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com 
yahoogroups.com, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Bisa jadi tidak ketemu, bisa jadi memang tidak ada, ya tho? :)
 
 Yang jelas jumhur ulama internet menyatakan tidak ada itu yang
 namanya transfer pahala sholat. Kalo masalah pendapat Syeikh, kan
 sudah saya tulis besar2 anda KELIRU SEKALI. Hal ini sudah sering 
kami
 bahas dalam pengajian. 
 
 Kalo saya jelas lebih percaya ustadz2 yg sudah jelas keilmuannya
 termasuk ustadz2 yg ada di Internet seperti era muslim, syariah 
online
 dsb daripada ilmu dan akal pak Arland... Mohon maaf ya pak.. :)
 
 Wassalam
 
 --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com 
 yahoogroups.com, Arland hmd098@ wrote:
 
  Tidak ketemu searcing kan belum tentu tidak ada.
  
  Makanya, kl ngaji itu, jangan lewat searching internet melulu.
  Di internet ya sekedar tambahan saja.
  Kalau mau ngaji tuh, baca dan dengerin pembahasan kitab-kitab 
klasik 
  dari ulama2 yang mu'tabar, Insya 'Allah ga akan bingung dan 
  kehilangan obor.
  
  Atau, katanya situ kan muridnya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
  Utsaimin
  Tanyakan saja kepada beliau, mengapa beliau tidak mengingkari 
adanya 
  pengiriman pahala sholat.
  Padahal kata ustad si eramuslim ga ada dalilnya.
  
  Aku kepingin tahu juga, apakah ilmumu nyambung ga sama Syaikh 
  Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin
  Jangan2 cuma ngaku doang, kenalnya juga lewat searching internet 
jg
  
  wassalam,
  
  
  
  
  
  --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com 
  yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote:
  
   Tapi kenapa kalo saya coba searching di forum2 diskusi situs 
Islam, 
   mereka semua tidak pernah menyebut adanya hadiah pahala sholat 
utk 
   ortu, bahkan mereka mengatakan tidak pernah ada hadiah pahala 
yang 
   demikian. Apa ustadz2 itu semua sama tidak tahunya seperti pak 
   Wandy? :)
   
   Utk lebih jelasnya berikut saya sertakan salah satunya dari era 
   muslim:
   
   Ass. Wr. wb.
   
   Ustadz saya mau nanya tentang shalat hadiah untuk orang tua 
kita 
   yang telah meninggal dunia. Bagaimana tata caranya dan ayat apa 
  yang 
   paling bagus kita bacakan dan doa yang harus kita bacakan? 
Mohon 
   bantuannya ustadz.
   
   Wasalam
   
   Iin Erpianto
   erpianto
   
   Jawaban
   Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
   
   Kalau pun ada dalil tentang shalat yang diniatkan untuk hadiah 
   kepada seseorang yang telah wafat, maka shalat itu adalah 
shalat 
   jenazah. Sedangkan shalat khusus tertentu yang judulnya untuk 
   dihadiahkan kepada orang yang sudah wafat, kami belum menemukan 
   dasar masyru'iyahnya dari sumber-sumber yang valid.
   
   Hal ini berbeda dengan berhaji dengan niat untuk dihadiahkan 
kepada 
   seseorang, baik masih hidup atau sudah wafat, yang memang ada 
dasar 
   masyru'iyahnya. Istilahnya adalah haji badal.
   
   Dari Ibnu Abbas ra. bahwa seorang wanita dari Juhainnah datang 
   

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-04-01 Terurut Topik LILIS

Terus akhirnya gimana nich?...

  - Original Message - 
  From: wandysulastra 
  To: keluarga-islam@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, April 01, 2008 1:28 PM
  Subject: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy


  Ya terserah forum, ada yg merasa tertarik tdk dengan topik transfer
  pahala sholat ini? Jujur, saya baru dengar ada sholat seperti itu
  baru kali ini. Jadi saya tidak merasa perlu dan tidak akan mengambil
  resiko untuk melakukan hal yang saya tidak memiliki ilmu di dalamnya,
  kalau kata pak Bahtiar Lim takutnya hanya menjadi pekerjaan yang sia2
  atau malah seperti melawan ayat Allah... :)

  Mungkin pak Arland bisa menjelaskan pemahaman pak Arland ini
  sebenarnya pemahaman versi madzhab apa, atau ulama siapa? Masalahnya
  kalau ini madzhab Syafi'i, semenjak kecil sampai sekarang saya tidak
  pernah diajari sholat yg pahalanya bisa ditansfer walaupun untuk orang
  tua. Padahal saya besar di keluarga yg jebolan pesantren Cipasung KH.
  Ilyas Rukhyat orang NU tulen, yang notabene bermadzhab Syafi'i.

  Kalau utk pendapat Syeikh Utsaimin mungkin lebih tepat jika Mbak Yati
  yg ditanya, karena katanya beliau lebih mengenal ulama ini. Atau Ummu
  Hanif yang memposting artikel tersebut.

  Wassalam :)

  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   Jadi, diskusi tentang Hadits pengiriman pahala sholat untuk orangtua 
   yang sudah meninggal ini, mau diteruskan apa tidak
   Tolong di Jawab...
   
   Kedua : Apakah Pak Wandy, sudah SETUJU atau TIDAK SETUJU bahwa 
   pemahaman Sholat yang dimaksud oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-
   Utsaimin itu BUKAN SHOLAT JANAZAH ?
   
   Soalnya saya masih penasaran dengan pemahaman anda ini, karena setahu 
   saya dari sejak dulu di dalam kitab2 Ihtilafiah fi Sunnah, ga ada itu 
   ulama2 yang namanya keliru antara sholat janazah dengan sholat selain 
   sholat Janazah.
   
   Wassalam,
   
   
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra 
   wandysulastra@ wrote:
   
Syukur pak Arland tidak jadi kirim lewat JAPRI, soalnya saya tidak
pernah buka mailbox yg di yahoo. Pusing sudah kebanyakan Spam... :)

Untuk haditsnya, mohon maaf saya tidak bisa bantu cek karena saya 
   tdk
punya sunan Abu daud...

Wasalam

--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Arland hmd098@ wrote:

 Assalamu'alaikum wr. wb.
 
 Pak Wandy, saya sebenarnya sudah menyiapkan dalil, tadinya saya 
   mau 
 kirim lewat japri, supaya anda dapat cek dulu hadits di bawah ini 
   di 
 kitab-kitab hadits yang anda miliki, khususnya kitab sunan Abu 
   Daud.
 

   
  



   



Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bank Bukopin 
accept no liability for any loss or damage arising
from the use of this E-Mail or attachments.
   






Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses
   using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bank Bukopin 
   accept no liability for any loss or damage arising
   from the use of this E-Mail or attachments.

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-03-31 Terurut Topik bahtiar lim
Salamun alaikum, 
Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim
cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima

Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup
padat, serta mudah difahami, 

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang
telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala
jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)

kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan
orang tuanya setelah mengerti  bahwa orang tuanya
tidak bersedia mengemban Amanah Allah...

Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan
terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
kemusyrikan...
Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang
yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..?
TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG
BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah
kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka Jahannam. (QS. 9:113)
Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan
ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...???
Jadi permintaan ampunan hanya boleh  untuk orang2 yang
Ber’amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan
Syurga.

Mengenai  pahala  shalat, haji, zakat, dsb  yang
menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah
sudah menyatakan dengan tegas..!!
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an
penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain.
kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri...



salaam


--- Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:

 SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
 Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH
 juga termasuk 
 IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan.
 Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
 menyangkut MAAL/HARTA, 
 karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa
 Duit untuk pergi ke 
 Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH.
  
 Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian
 rukun islam, 
 didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat
 Tawaf dll, oleh 
 karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN
 ISLAM, dan ditambah 
 lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.
  
 Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan
 PUASA
 
 Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI
 HIDUP, bukan SETELAH 
 sifulan meninggal dunia.
  
 Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan
 meninggal.
  
 wassalam,
 
 
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan
 dari syariah 
 online
   mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala
 sholat:
  
  ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan
 hajji sampai kepada
  mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat
 dan bacaan Al-
 Quran
  tidak sampai. Pendapat ini merupakan pendapat yang
 masyhur dari
  Madzhab Syafi'i dan pendapat Madzhab Malik. Mereka
 berpendapat bahwa
  ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah
 yang tidak bisa
  digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup
 seseorang tidak 
 boleh
  menyertakan ibadah tersebut untuk menggantikan
 orang lain. Hal ini
  sesuai dengan sabda Rasul SAW: 
  
  Artinya: Seseorang TIDAK BOLEH MELAKUKAN SHALAT
 untuk menggantikan
  orang lain, dan seseorang tidak boleh melakukan
 shaum untuk
  menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan
 makanan untuk satu 
 hari
  sebanyak satu mud gandum. (HR An-Nasa'i). 
  
  Jadi jelas sekali, tidak ada yg namanya
 membayarkan hutang sholat.
  
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com,
 wandysulastra
  wandysulastra@ wrote:
  
   Saya tidak membicarakan yg utama dan yg lbh
 utama, tetapi apakah 
 ada
   yg namanya membayarkan sholat org tua yg sudah
 meninggal?
   
   Dan jawaban saya sebelumnya cukup jelas, yg ada
 adalah 
 mensholatkan
   ketika orang tua meninggal, artinya mensholatkan
 jenazahnya, jadi
   jangan anda tambah2i dengan mengatakan TANPA
 DISHOLATKAN JANAZAH-
 nya.
   
   Sekali lagi saya katakan sepengetahuan saya
 ulama sepakat bahwa 
 tidak
   ada yg namanya membayarkan hutang sholat, ini
 bukan kata saya, 
 saya
   hanya mendengar dari apa yg disampaikan oleh
 para ustadz di 
 pengajian2
   yg saya ikuti. Saya tidak berani mengambil
 kesimpulan sendiri 
 dengan
   meng-qiyas-kan sholat tersebut dengan amalan2
 seperti menghajikan 
 atau
membacakan al-quran karena saya bukan seorang
 ulama. 
   
   Mengenai sholat jenazah, banyak diantara kita
 yang karena 
 kesibukannya
   atau jarak yang jauh merasa tidak perlu datang
 untuk mensholatkan
   orangtuanya ketika meninggal, dengan alasan
 karena 

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-03-31 Terurut Topik Zafri Rosedi
Pertanyaanya kenapa hal2 tersebut tidak diperkenankan cobalah di usul..dalil 
quran sudah menyatakan..apakah perlu berbantah2 lagi

bahtiar lim [EMAIL PROTECTED] wrote:  Salamun alaikum, 
Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim
cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima

Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup
padat, serta mudah difahami, 

Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang
telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala
jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)

kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan
orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya
tidak bersedia mengemban Amanah Allah...

Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan
terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
kemusyrikan...
Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang
yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..?
TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG
BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah
kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka Jahannam. (QS. 9:113)
Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan
ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...???
Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang
Ber’amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan
Syurga.

Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang
menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah
sudah menyatakan dengan tegas..!!
Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
(pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an
penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain.
kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri...

salaam

--- Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:

 SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
 Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH
 juga termasuk 
 IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan.
 Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
 menyangkut MAAL/HARTA, 
 karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa
 Duit untuk pergi ke 
 Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH.
 
 Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian
 rukun islam, 
 didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat
 Tawaf dll, oleh 
 karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN
 ISLAM, dan ditambah 
 lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.
 
 Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan
 PUASA
 
 Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI
 HIDUP, bukan SETELAH 
 sifulan meninggal dunia.
 
 Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan
 meninggal.
 
 wassalam,
 
 
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan
 dari syariah 
 online
  mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala
 sholat:
  
  ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan
 hajji sampai kepada
  mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat
 dan bacaan Al-
 Quran
  tidak sampai. Pendapat ini merupakan pendapat yang
 masyhur dari
  Madzhab Syafi'i dan pendapat Madzhab Malik. Mereka
 berpendapat bahwa
  ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah
 yang tidak bisa
  digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup
 seseorang tidak 
 boleh
  menyertakan ibadah tersebut untuk menggantikan
 orang lain. Hal ini
  sesuai dengan sabda Rasul SAW: 
  
  Artinya: Seseorang TIDAK BOLEH MELAKUKAN SHALAT
 untuk menggantikan
  orang lain, dan seseorang tidak boleh melakukan
 shaum untuk
  menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan
 makanan untuk satu 
 hari
  sebanyak satu mud gandum. (HR An-Nasa'i). 
  
  Jadi jelas sekali, tidak ada yg namanya
 membayarkan hutang sholat.
  
  --- In keluarga-islam@yahoogroups.com,
 wandysulastra
  wandysulastra@ wrote:
  
   Saya tidak membicarakan yg utama dan yg lbh
 utama, tetapi apakah 
 ada
   yg namanya membayarkan sholat org tua yg sudah
 meninggal?
   
   Dan jawaban saya sebelumnya cukup jelas, yg ada
 adalah 
 mensholatkan
   ketika orang tua meninggal, artinya mensholatkan
 jenazahnya, jadi
   jangan anda tambah2i dengan mengatakan TANPA
 DISHOLATKAN JANAZAH-
 nya.
   
   Sekali lagi saya katakan sepengetahuan saya
 ulama sepakat bahwa 
 tidak
   ada yg namanya membayarkan hutang sholat, ini
 bukan kata saya, 
 saya
   hanya mendengar dari apa yg disampaikan oleh
 para ustadz di 
 pengajian2
   yg saya ikuti. Saya tidak berani mengambil
 kesimpulan sendiri 
 dengan
   meng-qiyas-kan sholat tersebut dengan amalan2
 seperti menghajikan 
 atau
   membacakan al-quran karena saya bukan seorang
 ulama. 
   
   Mengenai sholat jenazah, banyak 

RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-03-31 Terurut Topik Kartika, Bambang
Betari DURGA mempunyai sifat Sama dengan Pendeta DURNA, sukanya nonton 
peperangan, tapi munculnya di akhir peperangan bukan untuk mereda tapi ngompor 
ngomporin .
 
Itu sifat kemungkaran. 
 
 

-Original Message-
From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of y4tie
Sent: Monday, March 31, 2008 4:04 PM
To: keluarga-islam@yahoogroups.com
Subject: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy



Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham
dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya? 

Mohon maaf,
Salam :)

--- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com 
yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Wa'alaikum salam
 Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..?
 Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima?
 
 Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an 
 maupun Hadits.
 Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan.
 
 Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN.
 
 saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL  ILMU 
 terhadap apa2 yang kita sampaikan.
 
 Wassalam,
 
 
 --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com 
 yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ 
 wrote:
 
  Salamun alaikum, 
  Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim
  cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima
  
  Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup
  padat, serta mudah difahami, 
  
  Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk
  bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang
  telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala
  jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
  Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
  Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut
  hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)
  
  kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan
  orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya
  tidak bersedia mengemban Amanah Allah...
  
  Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan
  terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
  kemusyrikan...
  Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang
  yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..?
  TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG
  BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
  ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah
  kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
  bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
  neraka Jahannam. (QS. 9:113)
  Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan
  ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...???
  Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang
  Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan
  Syurga.
  
  Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang
  menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah
  sudah menyatakan dengan tegas..!!
  Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
  (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang
  berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan
  sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
  hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
  Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an
  penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain.
  kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri...
  
  
  
  salaam
  
  
  --- Arland hmd098@ wrote:
  
   SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
   Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH
   juga termasuk 
   IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan.
   Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
   menyangkut MAAL/HARTA, 
   karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa
   Duit untuk pergi ke 
   Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH.
   
   Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian
   rukun islam, 
   didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat
   Tawaf dll, oleh 
   karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN
   ISLAM, dan ditambah 
   lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.
   
   Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan
   PUASA
   
   Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI
   HIDUP, bukan SETELAH 
   sifulan meninggal dunia.
   
   Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan
   meninggal.
   
   wassalam,
   
   
   --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com 
   yahoogroups.com, y4tie
   y4tie@ wrote:
   
Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan
   dari syariah 
   online
mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala
   sholat:

...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan
   hajji sampai kepada
mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat
   dan bacaan Al-
   Quran
tidak sampai. Pendapat ini merupakan pendapat yang
   masyhur dari
Madzhab Syafi'i dan pendapat Madzhab Malik. Mereka
   berpendapat bahwa
ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah
   yang tidak bisa
digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup
   seseorang tidak 
   boleh
menyertakan ibadah tersebut untuk 

Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-03-31 Terurut Topik bahtiar lim
salam, 
saya kira kutipan dari ulama perlu kita pikirkan
apakah masih diperlukan atau tidak. sebab mengenai
kewajiban shalat dan  zakat  Pendapat Allah sendiri
sudah menjelaskan sebagai berikut

dan Dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana
saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat SELAMA AKU
HIDUP(QS. 19:31)


jadi sang Nabi diperintahkan untuk Zakat dan shalat
selama dia MAsih hidup, seorang yang sudha Wafat tidak
ada lagi kewajiban untuk itu. umat Islam sebaiknya
tidak lagi menggunakan khayalan dalam memahami dan
mematuhi perintah Allah tersebut. 
menggantikan shalat dan zakat orang yang sudah
meninggal tentu akan menjadi pekerjaan yang sia2 dan
bahkan terkesan melawan ayat Allah. kecuali ada
pendapat lain yang yang lebih kuat dari ayat -ayat
Allah, mohon koreksi nya.

salam


--- wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Assalamu'alaikum Pak Zafri,
 
 Untuk kita yang sudah memahami dan mempelajari
 dalil2 tersebut mungkin
 kita bisa berkata apalagi yg mau diperdebatkan atau
 dibantah?  :)
 
 Tapi bagi saudara2 kita yang lain yang belum paham
 atau mehaminya
 berbeda sudahlah pasti akan ada bantahan dan
 perdebatan. 
 
 Mungkin ada baiknya jika ada rekan2 yang mungkin
 memiliki kutipan
 pendapat dari seorang ulama yang membolehkan
 menggantikan sholat orang
  yang sudah meninggal, agar kita tidak mencoba
 mereka-reka atau
 mengambil kesimpulan sendiri dengan akal dan ilmu
 yang pas-pasan ini. 
 
 Wassalam :)
 
 --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Zafri Rosedi
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pertanyaanya kenapa hal2 tersebut tidak
 diperkenankan cobalah di
 usul..dalil quran sudah menyatakan..apakah perlu
 berbantah2 lagi
  
  bahtiar lim [EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Salamun alaikum, 
  Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang
 dikalim
  cukup kuat justru makin sulit mana yang harus
 diterima
  
  Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan
 cukup
  padat, serta mudah difahami, 
  
  Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah)
 untuk
  bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji
 yang
  telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka
 tatkala
  jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh
  Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
  Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat
 lembut
  hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)
  
  kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan
  orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya
  tidak bersedia mengemban Amanah Allah...
  
  Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan
 ampunan
  terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
  kemusyrikan...
  Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap
 orang
  yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan
 ..?
  TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG
  BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
  ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu
 adalah
  kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
  bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah
 penghuni
  neraka Jahannam. (QS. 9:113)
  Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita
 mintakan
  ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...???
  Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2
 yang
  Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki
 jaminan
  Syurga.
  
  Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang
  menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya
 Allah
  sudah menyatakan dengan tegas..!!
  Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka
  (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa
 yang
  berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri;
 dan
  sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
  hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
  Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi
 akal2an
  penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain.
  kecuali memang manusia nya mau bikin aturan
 sendiri...
  
  salaam
  
  --- Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
   Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan
 UMROH
   juga termasuk 
   IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan
 badan.
   Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
   menyangkut MAAL/HARTA, 
   karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya
 berupa
   Duit untuk pergi ke 
   Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT
 ONH.
   
   Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari
 sekian
   rukun islam, 
   didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat
   Tawaf dll, oleh 
   karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN
   ISLAM, dan ditambah 
   lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.
   
   Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan
   PUASA
   
   Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI
   HIDUP, bukan SETELAH 
   sifulan meninggal dunia.
   
   Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan
   meninggal.
   
   wassalam,
   
   
   --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie
   y4tie@ wrote:
   
Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan
 keterangan
   dari syariah 
   online
mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala
   sholat:

   

RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy

2008-03-31 Terurut Topik bahtiar lim
salaam,
Pendapat yang kuat adalah pendapat yang sejalan dengan
ayat -ayat Al Quran.
pendapat yang berlawanan dengan ayat2 Al Quran adalah
yang menyulitkan umat karena pendapat itu
disandarkan  kepada nama besar Ulama2 Jumhur bahkan
dianggap pendapat Nabi/para sahabat.

mohon penjelasan mengenai dimana ketidak mengertian
itu tentang apa yang disampaikan.

dan benar, Forum ini adalah diskusi, bukan
PENGHAKIMAN.
karena Penghakiman yg benar harus menggunakan Kitab
Allah dan Sunah NYA.

salam pak bambang, tulisan bapak selalu menyejukkan...
Kartika, Bambang
  Itu sifat kemungkaran. 

ya pak, semoga kalimat bapak diakhir ini juga bukan
termasuk seperti tulisan bapak

salaam


--- Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Betari DURGA mempunyai sifat Sama dengan Pendeta
 DURNA, sukanya nonton peperangan, tapi munculnya di
 akhir peperangan bukan untuk mereda tapi ngompor
 ngomporin .
  
 Itu sifat kemungkaran. 
  
  
 
 -Original Message-
 From: keluarga-islam@yahoogroups.com
 [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of
 y4tie
 Sent: Monday, March 31, 2008 4:04 PM
 To: keluarga-islam@yahoogroups.com
 Subject: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
 
 
 
 Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada
 yang sepaham
 dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah
 memahami itu siapa ya? 
 
 Mohon maaf,
 Salam :)
 
 --- In keluarga-islam@
 mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com
 yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Wa'alaikum salam
  Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..?
  Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus
 diterima?
  
  Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam
 memahami Al-Qur'an 
  maupun Hadits.
  Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang
 disampaikan.
  
  Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN.
  
  saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan
 AKAL  ILMU 
  terhadap apa2 yang kita sampaikan.
  
  Wassalam,
  
  
  --- In keluarga-islam@
 mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com
 yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ 
  wrote:
  
   Salamun alaikum, 
   Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang
 dikalim
   cukup kuat justru makin sulit mana yang harus
 diterima
   
   Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan
 cukup
   padat, serta mudah difahami, 
   
   Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah)
 untuk
   bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji
 yang
   telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka
 tatkala
   jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah
 musuh
   Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya.
   Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat
 lembut
   hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114)
   
   kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi
 mendoakan
   orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya
   tidak bersedia mengemban Amanah Allah...
   
   Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan
 ampunan
   terhadap orang yang dihatinya ada sedikit
   kemusyrikan...
   Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap
 orang
   yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan
 ..?
   TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG
 YANG
   BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI
   ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu
 adalah
   kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka,
   bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah
 penghuni
   neraka Jahannam. (QS. 9:113)
   Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita
 mintakan
   ampunan itu tidak ada kemusyrikan
 dihatinya...???
   Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2
 yang
   Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki
 jaminan
   Syurga.
   
   Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang
   menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya
 Allah
   sudah menyatakan dengan tegas..!!
   Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh
 maka
   (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan
 barangsiapa yang
   berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya
 sendiri; dan
   sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya
   hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46)
   Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi
 akal2an
   penuh khayal mengirim pahala untuk orang
 lain.
   kecuali memang manusia nya mau bikin aturan
 sendiri...
   
   
   
   salaam
   
   
   --- Arland hmd098@ wrote:
   
SETUJU, ya boleh-boleh saja... :)
Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan
 UMROH
juga termasuk 
IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan
 badan.
Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang
menyangkut MAAL/HARTA, 
karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya
 berupa
Duit untuk pergi ke 
Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT
 ONH.

Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari
 sekian
rukun islam, 
didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram,
 Sholat
Tawaf dll, oleh 
karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam
 RUKUN
ISLAM, dan ditambah 
lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU.

Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT
 dan
PUASA

Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya