Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Alhamdulillah baik.. Memikirkan kekurangan diri untuk tujuan memperbaiki diri menurut saya adalah hal yang baik.. istilahnya introspeksi diri lah.. Ada banyak jalan untuk bersedekah.. membuang duri dijalan termasuk sedekah, menafkahkan harta pada keluarga juga sedekah, bahkan suami berhubungan dengan istri pun sudah termasuk sedekah.. So sesuai dengan kemampuan masing-masing.. toh urusan pahala juga Allah yang menentukan, kita kan ga pernah tahu persis sebenarnya bentuk pahala itu seperti apa.. Prinsipnya, hak Allah terhadap diri kita harus didahulukan, jangan sampai hak makhluk/ orang lain terhadap kita membuat kita melalaikan hak Allah.. Shalat adalah hak Allah atas diri kita, bukankah yang pertama ditanya nanti adalah shalat kita? Perbedaan pendapat/khilafiah sudah ada sejak jaman ulama terdahulu, hanya menyikapinya saja harus dengan bijaksana.. dan hati2 pula jangan sampai menjadi mujtahid baru tanpa ilmu dan hanya akal2-an yang terbatas.. menurut saya kurang tepat jika menciptakan hukum dulu baru mencari dalil, lebih tepat jika cari dalil dulu baru hukum bisa ditentukan. Mohon maaf bila kurang berkenan Salam On 4/4/08, Hidayat, Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa'alaikum salam wr.wb., Syarifah, Apa kabar? Menurut saya prinsip tersebut kurang tepat. Memikirkan kekurangan diri tidak akan pernah selesai ... jadi kapan kita akan 'shodaqoh' kepada saudara2 kita? Setahu saya prinsip memberi dalam Islam, apalagi berkenaan dengan amal ibadah, ilmu, bahkan infaq harta dll, sejatinya tidak akan pernah mengurangi yang ada pada kita. Justru akan bertambah dan terus bertambah di hadapan Gusti Allah SWT. Yang arif, jika memang masih ada perbedaan pendapat, adalah saling memahami. *Lanaa a'maaluna walakum a'maalukum*. Saling bertoleransi atas pemahaman dan keyakinan masing2, sepanjang tidak menyalahi aqidah dan syari'at. Lha kita2 ini, apa yang kita tahu? Selain ber-ittiba' kepada guru2 kita, para ulama, yang sanadnya (dalam menuntut ilmu) sampai kepada Kanjeng Rasulullah SAW. Yang menjadi masalah (dan benar-benar masalah) adalah munculnya tuduhan satu kepada selainnya, sesama saudara muslim, namun beda pemahaman, dengan ungkapan bid'ah, sesat, dst ... Andai tidak didasari oleh semangat tersebut, tentu diskusi – yang sama2 menyampaikan hujjah (bukan membuat2 hujjah dari pemikiran diri sendiri) – menjadi lebih santun. Namun yang terjadi adalah sebaliknya ... Jadi intinya saling memahami bahwa ada perbedaan pendapat, dan jangan segan atau merasa berat untuk menerima pendapat dari selainnya. Sekadar dari saya ... al'afwu minkum. Salam sayang, Hidayat -- *From:* keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto: [EMAIL PROTECTED] *On Behalf Of *Ummu Hanif *Sent:* Friday, April 04, 2008 9:15 AM *To:* keluarga-islam@yahoogroups.com *Subject:* Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy Assalamu'alaikum, Menurut saya sih, terlepas boleh atau tidaknya mentransfer pahala.. mungkin harus direnungkan dulu apakah saya sendiri sudah kelebihan pahala sehingga lebih baik dibagi-bagi saja ya? apakah yakin diri saya sendiri sudah banyak mengerjakan amal ibadah sehingga kelebihan amal tersebut kita berikan saja pada orang lain? apakah shalat saya sendiri sudah sangat khusyu' dan seumur hidup ga pernah tinggal sehingga kita boleh mendahulukan kewajiban shalat orang lain daripada diri sendiri? Afwan jika tidak berkenan, Salam . This message and any attached files may contain information that is confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the intended recipient. If you are not the intended recipient or the person responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised that you have received this message in error and that any dissemination, copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the disclosure of the information therein. If you have received this message in error please notify the sender immediately and delete the message.
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
dalil kan hanya copy paste... gampang, bisa di cari... mbak yati mau dalil yg kayak apa? salam, ananto On 4/4/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau cuma bilang sepaham doang sih gampang, tunjukan alasan dan dalilnya dong mas... :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Ananto [EMAIL PROTECTED] wrote: mbak yatie, saya sepaham dengan Gus Arland... salam, ananto On 3/31/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya? Mohon maaf, Salam :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Arland hmd098@ wrote: Wa'alaikum salam Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..? Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima? Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an maupun Hadits. Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan. Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN. saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL ILMU terhadap apa2 yang kita sampaikan. Wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ wrote: Salamun alaikum, Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup padat, serta mudah difahami, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114) kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya tidak bersedia mengemban Amanah Allah... Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan terhadap orang yang dihatinya ada sedikit kemusyrikan... Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..? TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. 9:113) Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...??? Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan Syurga. Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah sudah menyatakan dengan tegas..!! Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain. kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri... salaam --- Arland hmd098@ wrote: SETUJU, ya boleh-boleh saja... :) Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH juga termasuk IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan. Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang menyangkut MAAL/HARTA, karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa Duit untuk pergi ke Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH. Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian rukun islam, didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat Tawaf dll, oleh karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN ISLAM, dan ditambah lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU. Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan PUASA Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI HIDUP, bukan SETELAH sifulan meninggal dunia. Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan meninggal. wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan dari syariah online mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala sholat: ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Pak Arland, Boleh informasinya dong, shalat ini bagaimana di lakukannya?, bareng sama shalat wajib sendiri atau berdiri sendiri, jadi misalnya shalat shubuh dilakukan 3x dalam sehari, 1 untk sendiri, satu ibu, satu bapak misalnya. Dan apa boleh di lakukan berjamaah tidak?.., bagimana pula shalat sunat rawatibnya, harus dilakukan juga setiap shlat tersebut. Apa pernah Nabi mencontohkannya?? 2008/4/1 Arland [EMAIL PROTECTED]: Jadi, diskusi tentang Hadits pengiriman pahala sholat untuk orangtua yang sudah meninggal ini, mau diteruskan apa tidak Tolong di Jawab... Kedua : Apakah Pak Wandy, sudah SETUJU atau TIDAK SETUJU bahwa pemahaman Sholat yang dimaksud oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin itu BUKAN SHOLAT JANAZAH ? Soalnya saya masih penasaran dengan pemahaman anda ini, karena setahu saya dari sejak dulu di dalam kitab2 Ihtilafiah fi Sunnah, ga ada itu ulama2 yang namanya keliru antara sholat janazah dengan sholat selain sholat Janazah. Wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Syukur pak Arland tidak jadi kirim lewat JAPRI, soalnya saya tidak pernah buka mailbox yg di yahoo. Pusing sudah kebanyakan Spam... :) Untuk haditsnya, mohon maaf saya tidak bisa bantu cek karena saya tdk punya sunan Abu daud... Wasalam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Arland hmd098@ wrote: Assalamu'alaikum wr. wb. Pak Wandy, saya sebenarnya sudah menyiapkan dalil, tadinya saya mau kirim lewat japri, supaya anda dapat cek dulu hadits di bawah ini di kitab-kitab hadits yang anda miliki, khususnya kitab sunan Abu Daud. -- OK TAUFIK
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
ng, saya juga yang sepaham kok dengan bang Arland... :-) salam :-) - Original Message - From: Ananto To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 3:53 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy mbak yatie, saya sepaham dengan Gus Arland... salam, ananto On 3/31/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya? Mohon maaf, Salam :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa'alaikum salam Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..? Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima? Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an maupun Hadits. Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan. Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN. saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL ILMU terhadap apa2 yang kita sampaikan. Wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ wrote: Salamun alaikum, Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup padat, serta mudah difahami, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114) kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya tidak bersedia mengemban Amanah Allah... Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan terhadap orang yang dihatinya ada sedikit kemusyrikan... Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..? TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. 9:113) Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...??? Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan Syurga. Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah sudah menyatakan dengan tegas..!! Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain. kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri... salaam --- Arland hmd098@ wrote: SETUJU, ya boleh-boleh saja... :) Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH juga termasuk IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan. Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang menyangkut MAAL/HARTA, karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa Duit untuk pergi ke Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH. Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian rukun islam, didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat Tawaf dll, oleh karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN ISLAM, dan ditambah lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU. Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan PUASA Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI HIDUP, bukan SETELAH sifulan meninggal dunia. Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan meninggal. wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan dari syariah online mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala sholat: ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan hajji sampai kepada mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat dan bacaan Al- Quran tidak
RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Begitupun dengan saya, sepemahaman dengan Mas Arland Namun saya juga mengerti dengan pemahaman yang disampaikan oleh Kang Wandy, dan Insya Allah bagi saya sebagai penambah pengetahuan tentang agama, khususnya tentang hal-hal yang sampai saat ini masih perbedaan pikir para ulama. salam _ From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ramdan Sent: Friday, April 04, 2008 5:36 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy ng, saya juga yang sepaham kok dengan bang Arland... :-) salam :-) - Original Message - From: Ananto mailto:[EMAIL PROTECTED] To: keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com Sent: Friday, April 04, 2008 3:53 PM Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy mbak yatie, saya sepaham dengan Gus Arland... salam, ananto On 3/31/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] com wrote: Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya? Mohon maaf, Salam :) --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam@yahoogroups.com yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa'alaikum salam Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..? Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima? Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an maupun Hadits. Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan. Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN. saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL ILMU terhadap apa2 yang kita sampaikan. Wassalam, --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ wrote: Salamun alaikum, Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup padat, serta mudah difahami, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114) kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya tidak bersedia mengemban Amanah Allah... Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan terhadap orang yang dihatinya ada sedikit kemusyrikan... Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..? TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. 9:113) Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...??? Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan Syurga. Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah sudah menyatakan dengan tegas..!! Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain. kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri... salaam --- Arland hmd098@ wrote: SETUJU, ya boleh-boleh saja... :) Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH juga termasuk IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan. Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang menyangkut MAAL/HARTA, karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa Duit untuk pergi ke Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH. Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian rukun islam, didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat Tawaf dll, oleh karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN ISLAM, dan ditambah lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU. Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan PUASA Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI HIDUP, bukan SETELAH sifulan meninggal dunia. Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan meninggal. wassalam, --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan dari syariah online
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
salaamun alaikum rasanya masih perlu dikaji agar kita tidak lalai dan larut pada berbagai pandangan semu yang berujung pada kesesatan dari jalan Allah. saya jadi ingat faham kristen yang meyakini adanya transfer dosa adam kepada keturunanya, disini ada lagi orang menganggap tarnsfer pahala kepada orang yang sudah mati, dalam arti perbuatan baik yang dilakukan sang Anak bisa ditransfer / dikirim untuk orang tua yang sudah meninggal. sebenarnya Allah sudah menjelaskan cukup gamblang mengenai hal ini dalam ayat berikut.. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) jadi tidak ada istilah transfer pahala seperti itu. kalau ada syaikh atau Ulama bisa menguraikan dengan pendapat yang berbeda, silahkan saja dikaji, karena buat kita Rasulullah pasti meyakini ayat tersebut, jadi tidaklah akan ada rasul mengeluarkan pendapat yang akan bertentangan dari pakem Allah tersebut... mengenai pahala orang yang Sedakah dengan harta, jiwa dan Ilmu yang bermaanfaat, tidak akan sampai lagi pahalanya kepada orang yang sudah meninggal, karena semua itu sudah diperhitungkan Allah pada saat orang itu memberikan sedekah harta, jiwa atau Ilmunya... bukankah Allah sudah mengatakan... ..Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan.Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya. (QS. 14:51) jadi keMaha cepatan Allah dalam menghisab pahala orang tidak perlu nunggu waktu sampai setelah orangnya meninggal. mengenai do'a Anak yang shaleh, yang harus dikaji lebih dulu saya kira kesalehan seseorangnya bukan soal Do'anya. seorang yang saleh itu menurut ukuran apa, dan siapa ? itu yg penting, apakah seseorang bisa disebut shaleh kalau masih meragukan aturan2 Allah..? mengenai shalat jenazah, ini cuma tradisi agama, dan bukan ajaran Allah, karena tak satupun dalam Al Quran yang memerintahkan manusia melakukan itu, tapi larangan terhadap tradisi ini ada, sebaigimana ayat berikut. Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. 9:84) ayat diatas cukup jelas memberi uraian bahwa seseorang yang Ingkar atau fasik tidaklah boleh kita menshalatinya..., itu kalau mau tunduk pada aturan Allah. lalu kalau orangnya tidak fasik, apakah boleh di shalati..?, akan timbul pertanyaanya, siapakah yang bisa mengetahui dan menjamin bahwa seseorang itu tidaklah Fasik dalam kematiannya? sebagian anda pasti tidak setuju dangan pemikiran seperti itu... dan mengatakan, bagaimana kalau yang meninggal itu orang yang benar2 beriman..? akan tetapi Allah sudah menyatakan... Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:111) jadi buat apa ritual2 itu dilakukan..? kalau hanya ingin mengiktui tradisi , silahkan dilakukan, tapi jelas pelaksanaan hal tersebut tidak ada hubungannya dengan aturan Allah. demikianlah, mohon maaf dan koreksinya salaam. --- Mujiarto Karuk [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualikum Warohmatullohi Wabarokatuh Salam Dan sejahtera semoga Alloh limpahkan bagi seluruh hamba Nya yang taqwa Termakasih banyak bagi seluruh anggota milis KI dengan diskusi yang indah ini kita sama sama membaca dan mengetahui pendapat para baik itu para ustaz serta utusan para ustaz dan atau anggota milis lainnya yang tergabung di milis KI ini , dan berikut ini saya kirimkan jawaban Al-Qur'an yang diterjemahkan dalam bahasa Indonmesia terjemahan Departemen AGAMA RI , tentang pertanggung jawaban atas prilaku kita masing masing sebagai bahan pengingat serta sebagai rujukan agar kita tetap istikomah dan tetap melanjutkan diskusi dengan sikap berhati hati dan waspada : S U R A T A L - A N ' A A M 6:52. Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim)[475]. [475]. Ketika Rasulullah s.a.w. sedang duduk-duduk bersama orang mukmin yang dianggap rendah dan miskin oleh kaum Quraisy, datanglah beberapa pemuka Quraisy hendak bicara dengan Rasulullah, tetapi mereka enggan
RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Wa'alaykumussalam ... Wahai saudaraku, Mengapa menafikan sunnah Rasul/hadits, serta qaul ulama? Mengapa merasa diri lebih faham akan ayat2 Al-Qur'an ketimbang para mufassirin yang faqih? Apakah hanya dengan menafsirkan sendiri ayat2 Qur'an, tanpa mau melihat hadits dan qaul sahabat, tabi'in, ulama', itu sudah berarti cukup? Hendaknya kita berhati-hati ... dan semoga tidak tergolong inkarussunnah ... Astaghfirullah ... Salam sayang, Hidayat From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of bahtiar lim Sent: Thursday, April 03, 2008 4:07 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy salaamun alaikum rasanya masih perlu dikaji agar kita tidak lalai dan larut pada berbagai pandangan semu yang berujung pada kesesatan dari jalan Allah. saya jadi ingat faham kristen yang meyakini adanya transfer dosa adam kepada keturunanya, disini ada lagi orang menganggap tarnsfer pahala kepada orang yang sudah mati, dalam arti perbuatan baik yang dilakukan sang Anak bisa ditransfer / dikirim untuk orang tua yang sudah meninggal. sebenarnya Allah sudah menjelaskan cukup gamblang mengenai hal ini dalam ayat berikut.. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) jadi tidak ada istilah transfer pahala seperti itu. kalau ada syaikh atau Ulama bisa menguraikan dengan pendapat yang berbeda, silahkan saja dikaji, karena buat kita Rasulullah pasti meyakini ayat tersebut, jadi tidaklah akan ada rasul mengeluarkan pendapat yang akan bertentangan dari pakem Allah tersebut... mengenai pahala orang yang Sedakah dengan harta, jiwa dan Ilmu yang bermaanfaat, tidak akan sampai lagi pahalanya kepada orang yang sudah meninggal, karena semua itu sudah diperhitungkan Allah pada saat orang itu memberikan sedekah harta, jiwa atau Ilmunya... bukankah Allah sudah mengatakan... ..Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan.Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya. (QS. 14:51) jadi keMaha cepatan Allah dalam menghisab pahala orang tidak perlu nunggu waktu sampai setelah orangnya meninggal. mengenai do'a Anak yang shaleh, yang harus dikaji lebih dulu saya kira kesalehan seseorangnya bukan soal Do'anya. seorang yang saleh itu menurut ukuran apa, dan siapa ? itu yg penting, apakah seseorang bisa disebut shaleh kalau masih meragukan aturan2 Allah..? mengenai shalat jenazah, ini cuma tradisi agama, dan bukan ajaran Allah, karena tak satupun dalam Al Quran yang memerintahkan manusia melakukan itu, tapi larangan terhadap tradisi ini ada, sebaigimana ayat berikut. Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. 9:84) ayat diatas cukup jelas memberi uraian bahwa seseorang yang Ingkar atau fasik tidaklah boleh kita menshalatinya..., itu kalau mau tunduk pada aturan Allah. lalu kalau orangnya tidak fasik, apakah boleh di shalati..?, akan timbul pertanyaanya, siapakah yang bisa mengetahui dan menjamin bahwa seseorang itu tidaklah Fasik dalam kematiannya? sebagian anda pasti tidak setuju dangan pemikiran seperti itu... dan mengatakan, bagaimana kalau yang meninggal itu orang yang benar2 beriman..? akan tetapi Allah sudah menyatakan... Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. 9:111) jadi buat apa ritual2 itu dilakukan..? kalau hanya ingin mengiktui tradisi , silahkan dilakukan, tapi jelas pelaksanaan hal tersebut tidak ada hubungannya dengan aturan Allah. demikianlah, mohon maaf dan koreksinya salaam. - This message and any attached files may contain information that is confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the intended recipient. If you are not the intended recipient or the person responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised that you have received this message in error and that any dissemination, copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the disclosure of the information therein. If you have received this message in error please notify the sender immediately and delete the message.
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Assalamu'alaikum, Menurut saya sih, terlepas boleh atau tidaknya mentransfer pahala.. mungkin harus direnungkan dulu apakah saya sendiri sudah kelebihan pahala sehingga lebih baik dibagi-bagi saja ya? apakah yakin diri saya sendiri sudah banyak mengerjakan amal ibadah sehingga kelebihan amal tersebut kita berikan saja pada orang lain? apakah shalat saya sendiri sudah sangat khusyu' dan seumur hidup ga pernah tinggal sehingga kita boleh mendahulukan kewajiban shalat orang lain daripada diri sendiri? Afwan jika tidak berkenan, Salam On 4/3/08, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Memang kalo udah mentok terus kepepet yg paling gampang tinggal menuduh wahabi deh sama lawan bicara yg beda pemahaman... :) Kenapa saya ambil contoh pendapat2 dari Internet? Itu hanya untuk menunjukkan kepada pak Arland bahwa sebenarnya pemahaman anda tentang transfer pahala sholat itu berbeda sendiri. Artinya sebelum pak Arland berani memperbolehkan transfer pahala sholat dengan dasar hadits tersebut seharusnya pak Arland sendiri yang mesti kroscek apa hadits yg pak Arland temukan itu benar ada di Sunan Dawud atau tidak? KArena jika hal itu tidak pernah ada, maka pak arland sama dengan telah menciptakan suatu bid'ah. Lagi pula jika memang ada, saya rasa tidak akan mungkin dari sekian banyak ustadz2 yg ada (ustadznya pak Wandi, ustadz saya, ustadz yg ada di internet, dan yg lainnya) tidak ada satu pun yang mengetahuinya. Sehingga pada akhirnya mereka dengan sangat hati2 tidak berani memperbolehkan bahkan menyarankan utk tidak melaksanakan sholat yang tidak jelas dasarnya tersebut. Ini masalah ibadah mahdhoh, tidak boleh sembarangan kita memperbolehkannya hanya berdasarkan sebuah hadits yang belum jelas keberadaannya melebihi seorang ustadz atau ulama.. :) Salam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah... inilah yang saya maksud CIRI dari WAHABIYAH. Ini terakhir reply saya ya... Kan kemarin saya sudah suruh cek and receq di kitab sunan Abu Daud. Disana ada redaksi haditnya. Kalau memang ga punya, saya bisa kirim dalam bentuk file JPG. Saya ga suruh anda percaya sama saya kok, saya cuma mengungkap fakta dan realita bahwa hadits tersebut sebenarnya ada, cuma mungkin kebetulan ga ditayang di Internet atau ga diungkap di pengajian yang anda ikuti. Mana saya Tahu? Itu saja.. Makanya saya suruh anda ngaji dan belajar lebih banyak, perbaiki dan mantapkan nahwu dan sorof, jadi anda bisa baca langsung kitab- kitab aslinya, bukan terjemahan saja. dan jangan hanya menuduh atau berkata seakan2 ini adalah akal-akalan saya. Untungnya apa sih saya akal-akalan bagi saya tentang hadits? Kamu ga tau ya? ancamannya neraka... saya sih takut yeee... Kalau anda ga takut neraka , ya sembunyikan saja hadits-hadits yang memang ada, anda anggap ga ada. Jangan2 jadi Inkarus-sunnah... Na'uzubillah... Min Zalik... Ke dua ; Buat apa saya menyuruh anda percaya sama saya??? Kenal juga saya belum sama anda. Mohon maaf bila anda tersinggung. Wassalam, Arland-Jkt. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com keluarga-islam%40yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Bisa jadi tidak ketemu, bisa jadi memang tidak ada, ya tho? :) Yang jelas jumhur ulama internet menyatakan tidak ada itu yang namanya transfer pahala sholat. Kalo masalah pendapat Syeikh, kan sudah saya tulis besar2 anda KELIRU SEKALI. Hal ini sudah sering kami bahas dalam pengajian. Kalo saya jelas lebih percaya ustadz2 yg sudah jelas keilmuannya termasuk ustadz2 yg ada di Internet seperti era muslim, syariah online dsb daripada ilmu dan akal pak Arland... Mohon maaf ya pak.. :) Wassalam --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com, Arland hmd098@ wrote: Tidak ketemu searcing kan belum tentu tidak ada. Makanya, kl ngaji itu, jangan lewat searching internet melulu. Di internet ya sekedar tambahan saja. Kalau mau ngaji tuh, baca dan dengerin pembahasan kitab-kitab klasik dari ulama2 yang mu'tabar, Insya 'Allah ga akan bingung dan kehilangan obor. Atau, katanya situ kan muridnya Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin Tanyakan saja kepada beliau, mengapa beliau tidak mengingkari adanya pengiriman pahala sholat. Padahal kata ustad si eramuslim ga ada dalilnya. Aku kepingin tahu juga, apakah ilmumu nyambung ga sama Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Jangan2 cuma ngaku doang, kenalnya juga lewat searching internet jg wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.comkeluarga-islam%40yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Tapi kenapa kalo saya coba searching di forum2 diskusi situs Islam, mereka semua tidak pernah menyebut adanya hadiah pahala sholat utk ortu, bahkan mereka mengatakan tidak pernah ada hadiah pahala yang demikian. Apa
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Ramai orang bersalah kerana kesalahan orang lain Bahkan sering sahaja berlaku orang buat salah kerana kesalahan orang Adakalanya kesalahan itu lebih besar daripada kesalahan orang terhadapnya Mengikut Tuhan, orang yang bersalah kerana orang itu membuat salah kepadanya tetap dianggap salah Itu berdendam namanya berdendam adalah salah dan haram Tiada siapa yang boleh menghukum orang lain sekalipun membuat salah kepadanya kecuali melalui pemerintah Kesalahan itu mestilah dihukum mengikut ketentuan Allah atau yang tidak ditentukan adalah takzir berdasarkan kebijaksanaan hakim Kesalahan yang berlaku kerana kesalahan orang lumrah berlaku di mana-mana sahaja di dalam kehidupan Orang sombong dengannya dia pun berdendam dengannya menunggu peluang untuk merosakkan orang itu dia pun fitnah orang itu Orang tipu dia, dia pun marah kemudian orang itu dipukulnya Orang fitnah dia, dia pun sakit hati dibakarnya rumah orang itu hingga musnah Ada orang mengganggu anak isterinya kerana marah, dibunuhnya orang itu kesalahannya lebih besar daripada orang itu Ada orang menghina dia, dia pun membenci setiap kali bertemu dimakinya orang itu Orang curi barangnya dia umpat merata negeri orang itu hingga orang itu malu Tidak kurang ada orang mencerca kita mengata-ngata kita, kita doakan dia kebinasaan atau kecelakaan Cukup sekadar itu sebagai contoh yang lain kiaskan sahaja Begitulah umat Islam hari ini di seluruh dunia mereka sering berdosa kerana dosa orang lain kepadanya Mereka melakukan kesalahan kerana kesalahan umat Islamm lain kepadanya Di mana ada persaudaraan? Di mana kasih sayang? Di mana perpaduan? Di mana bermaaf-maafan? Maaf-maafan sudah tidak ada Bertolak ansur sudah tidak berlaku Berlapang dada sudah hilang bahtiar lim [EMAIL PROTECTED] wrote: salaamun alaikum rasanya masih perlu dikaji agar kita tidak lalai dan larut pada berbagai pandangan semu yang berujung pada kesesatan dari jalan Allah. saya jadi ingat faham kristen yang meyakini adanya transfer dosa adam kepada keturunanya, disini ada lagi orang menganggap tarnsfer pahala kepada orang yang sudah mati, dalam arti perbuatan baik yang dilakukan sang Anak bisa ditransfer / dikirim untuk orang tua yang sudah meninggal. sebenarnya Allah sudah menjelaskan cukup gamblang mengenai hal ini dalam ayat berikut.. Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) jadi tidak ada istilah transfer pahala seperti itu. kalau ada syaikh atau Ulama bisa menguraikan dengan pendapat yang berbeda, silahkan saja dikaji, karena buat kita Rasulullah pasti meyakini ayat tersebut, jadi tidaklah akan ada rasul mengeluarkan pendapat yang akan bertentangan dari pakem Allah tersebut... mengenai pahala orang yang Sedakah dengan harta, jiwa dan Ilmu yang bermaanfaat, tidak akan sampai lagi pahalanya kepada orang yang sudah meninggal, karena semua itu sudah diperhitungkan Allah pada saat orang itu memberikan sedekah harta, jiwa atau Ilmunya... bukankah Allah sudah mengatakan... ...Allah memberi pembalasan kepada tiap-tiap orang terhadap apa yang ia usahakan.Sesungguhnya Allah Maha cepat hisab-Nya. (QS. 14:51) jadi keMaha cepatan Allah dalam menghisab pahala orang tidak perlu nunggu waktu sampai setelah orangnya meninggal. mengenai do'a Anak yang shaleh, yang harus dikaji lebih dulu saya kira kesalehan seseorangnya bukan soal Do'anya. seorang yang saleh itu menurut ukuran apa, dan siapa ? itu yg penting, apakah seseorang bisa disebut shaleh kalau masih meragukan aturan2 Allah..? mengenai shalat jenazah, ini cuma tradisi agama, dan bukan ajaran Allah, karena tak satupun dalam Al Quran yang memerintahkan manusia melakukan itu, tapi larangan terhadap tradisi ini ada, sebaigimana ayat berikut. Dan janganlah sekali-kali kamu menshalati (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendo'akan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. 9:84) ayat diatas cukup jelas memberi uraian bahwa seseorang yang Ingkar atau fasik tidaklah boleh kita menshalatinya..., itu kalau mau tunduk pada aturan Allah. lalu kalau orangnya tidak fasik, apakah boleh di shalati..?, akan timbul pertanyaanya, siapakah yang bisa mengetahui dan menjamin bahwa seseorang itu tidaklah Fasik dalam kematiannya? sebagian anda pasti tidak setuju dangan pemikiran seperti itu... dan mengatakan, bagaimana kalau yang meninggal itu orang yang benar2 beriman..? akan tetapi Allah sudah menyatakan... Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah?
RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Wa'alaikum salam wr.wb., Syarifah, Apa kabar? Menurut saya prinsip tersebut kurang tepat. Memikirkan kekurangan diri tidak akan pernah selesai ... jadi kapan kita akan 'shodaqoh' kepada saudara2 kita? Setahu saya prinsip memberi dalam Islam, apalagi berkenaan dengan amal ibadah, ilmu, bahkan infaq harta dll, sejatinya tidak akan pernah mengurangi yang ada pada kita. Justru akan bertambah dan terus bertambah di hadapan Gusti Allah SWT. Yang arif, jika memang masih ada perbedaan pendapat, adalah saling memahami. Lanaa a'maaluna walakum a'maalukum. Saling bertoleransi atas pemahaman dan keyakinan masing2, sepanjang tidak menyalahi aqidah dan syari'at. Lha kita2 ini, apa yang kita tahu? Selain ber-ittiba' kepada guru2 kita, para ulama, yang sanadnya (dalam menuntut ilmu) sampai kepada Kanjeng Rasulullah SAW. Yang menjadi masalah (dan benar-benar masalah) adalah munculnya tuduhan satu kepada selainnya, sesama saudara muslim, namun beda pemahaman, dengan ungkapan bid'ah, sesat, dst ... Andai tidak didasari oleh semangat tersebut, tentu diskusi - yang sama2 menyampaikan hujjah (bukan membuat2 hujjah dari pemikiran diri sendiri) - menjadi lebih santun. Namun yang terjadi adalah sebaliknya ... Jadi intinya saling memahami bahwa ada perbedaan pendapat, dan jangan segan atau merasa berat untuk menerima pendapat dari selainnya. Sekadar dari saya ... al'afwu minkum. Salam sayang, Hidayat From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ummu Hanif Sent: Friday, April 04, 2008 9:15 AM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy Assalamu'alaikum, Menurut saya sih, terlepas boleh atau tidaknya mentransfer pahala.. mungkin harus direnungkan dulu apakah saya sendiri sudah kelebihan pahala sehingga lebih baik dibagi-bagi saja ya? apakah yakin diri saya sendiri sudah banyak mengerjakan amal ibadah sehingga kelebihan amal tersebut kita berikan saja pada orang lain? apakah shalat saya sendiri sudah sangat khusyu' dan seumur hidup ga pernah tinggal sehingga kita boleh mendahulukan kewajiban shalat orang lain daripada diri sendiri? Afwan jika tidak berkenan, Salam . http://geo.yahoo.com/serv?s=97359714/grpId=15337060/grpspId=1705038064/ msgId=23552/stime=1207271710/nc1=4990212/nc2=5170417/nc3=4763759 This message and any attached files may contain information that is confidential and/or subject of legal privilege intended only for use by the intended recipient. If you are not the intended recipient or the person responsible for delivering the message to the intended recipient, be advised that you have received this message in error and that any dissemination, copying or use of this message or attachment is strictly forbidden, as is the disclosure of the information therein. If you have received this message in error please notify the sender immediately and delete the message.
RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Kan dulu pernah saya ikut menyampaikan juga, mungkin sekarang tidak ada WAHABI namun sifat bisa saja hingga sekarang, bahkan bisa saja merupakan penyakit menular, begitu juga Allah menurunkan Alquran di situ menerangkan Mukmin, Munafik, dan kafir, itu sifat, tabiat, kelakuan semua jangan di kembalikan keorang lain, kembalikanlah kepada diri sendiri, InsyaAllah manusia yang punya hati merasa di telanjangi tentunya akan mengadakan perbaikan untuk diri sendiri dan keluarganya, lalu ke orang lain, begitulah Alquran memang porno ...la.kita di telanjangi olehNya, Saya mengerti Apa yang disampaikan P'Arland, dan saya paham -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of Arland Sent: Wednesday, April 02, 2008 7:33 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy Nah... inilah yang saya maksud CIRI dari WAHABIYAH. Ini terakhir reply saya ya... Kan kemarin saya sudah suruh cek and receq di kitab sunan Abu Daud. Disana ada redaksi haditnya. Kalau memang ga punya, saya bisa kirim dalam bentuk file JPG. Saya ga suruh anda percaya sama saya kok, saya cuma mengungkap fakta dan realita bahwa hadits tersebut sebenarnya ada, cuma mungkin kebetulan ga ditayang di Internet atau ga diungkap di pengajian yang anda ikuti. Mana saya Tahu? Itu saja.. Makanya saya suruh anda ngaji dan belajar lebih banyak, perbaiki dan mantapkan nahwu dan sorof, jadi anda bisa baca langsung kitab-kitab aslinya, bukan terjemahan saja. dan jangan hanya menuduh atau berkata seakan2 ini adalah akal-akalan saya. Untungnya apa sih saya akal-akalan bagi saya tentang hadits? Kamu ga tau ya? ancamannya neraka... saya sih takut yeee... Kalau anda ga takut neraka , ya sembunyikan saja hadits-hadits yang memang ada, anda anggap ga ada. Jangan2 jadi Inkarus-sunnah... Na'uzubillah... Min Zalik... Ke dua ; Buat apa saya menyuruh anda percaya sama saya??? Kenal juga saya belum sama anda. Mohon maaf bila anda tersinggung. Wassalam, Arland-Jkt. --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Bisa jadi tidak ketemu, bisa jadi memang tidak ada, ya tho? :) Yang jelas jumhur ulama internet menyatakan tidak ada itu yang namanya transfer pahala sholat. Kalo masalah pendapat Syeikh, kan sudah saya tulis besar2 anda KELIRU SEKALI. Hal ini sudah sering kami bahas dalam pengajian. Kalo saya jelas lebih percaya ustadz2 yg sudah jelas keilmuannya termasuk ustadz2 yg ada di Internet seperti era muslim, syariah online dsb daripada ilmu dan akal pak Arland... Mohon maaf ya pak.. :) Wassalam --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, Arland hmd098@ wrote: Tidak ketemu searcing kan belum tentu tidak ada. Makanya, kl ngaji itu, jangan lewat searching internet melulu. Di internet ya sekedar tambahan saja. Kalau mau ngaji tuh, baca dan dengerin pembahasan kitab-kitab klasik dari ulama2 yang mu'tabar, Insya 'Allah ga akan bingung dan kehilangan obor. Atau, katanya situ kan muridnya Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin Tanyakan saja kepada beliau, mengapa beliau tidak mengingkari adanya pengiriman pahala sholat. Padahal kata ustad si eramuslim ga ada dalilnya. Aku kepingin tahu juga, apakah ilmumu nyambung ga sama Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Jangan2 cuma ngaku doang, kenalnya juga lewat searching internet jg wassalam, --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Tapi kenapa kalo saya coba searching di forum2 diskusi situs Islam, mereka semua tidak pernah menyebut adanya hadiah pahala sholat utk ortu, bahkan mereka mengatakan tidak pernah ada hadiah pahala yang demikian. Apa ustadz2 itu semua sama tidak tahunya seperti pak Wandy? :) Utk lebih jelasnya berikut saya sertakan salah satunya dari era muslim: Ass. Wr. wb. Ustadz saya mau nanya tentang shalat hadiah untuk orang tua kita yang telah meninggal dunia. Bagaimana tata caranya dan ayat apa yang paling bagus kita bacakan dan doa yang harus kita bacakan? Mohon bantuannya ustadz. Wasalam Iin Erpianto erpianto Jawaban Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Kalau pun ada dalil tentang shalat yang diniatkan untuk hadiah kepada seseorang yang telah wafat, maka shalat itu adalah shalat jenazah. Sedangkan shalat khusus tertentu yang judulnya untuk dihadiahkan kepada orang yang sudah wafat, kami belum menemukan dasar masyru'iyahnya dari sumber-sumber yang valid. Hal ini berbeda dengan berhaji dengan niat untuk dihadiahkan kepada seseorang, baik masih hidup atau sudah wafat, yang memang ada dasar masyru'iyahnya. Istilahnya adalah haji badal. Dari Ibnu Abbas ra. bahwa seorang wanita dari Juhainnah datang
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Terus akhirnya gimana nich?... - Original Message - From: wandysulastra To: keluarga-islam@yahoogroups.com Sent: Tuesday, April 01, 2008 1:28 PM Subject: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy Ya terserah forum, ada yg merasa tertarik tdk dengan topik transfer pahala sholat ini? Jujur, saya baru dengar ada sholat seperti itu baru kali ini. Jadi saya tidak merasa perlu dan tidak akan mengambil resiko untuk melakukan hal yang saya tidak memiliki ilmu di dalamnya, kalau kata pak Bahtiar Lim takutnya hanya menjadi pekerjaan yang sia2 atau malah seperti melawan ayat Allah... :) Mungkin pak Arland bisa menjelaskan pemahaman pak Arland ini sebenarnya pemahaman versi madzhab apa, atau ulama siapa? Masalahnya kalau ini madzhab Syafi'i, semenjak kecil sampai sekarang saya tidak pernah diajari sholat yg pahalanya bisa ditansfer walaupun untuk orang tua. Padahal saya besar di keluarga yg jebolan pesantren Cipasung KH. Ilyas Rukhyat orang NU tulen, yang notabene bermadzhab Syafi'i. Kalau utk pendapat Syeikh Utsaimin mungkin lebih tepat jika Mbak Yati yg ditanya, karena katanya beliau lebih mengenal ulama ini. Atau Ummu Hanif yang memposting artikel tersebut. Wassalam :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi, diskusi tentang Hadits pengiriman pahala sholat untuk orangtua yang sudah meninggal ini, mau diteruskan apa tidak Tolong di Jawab... Kedua : Apakah Pak Wandy, sudah SETUJU atau TIDAK SETUJU bahwa pemahaman Sholat yang dimaksud oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin itu BUKAN SHOLAT JANAZAH ? Soalnya saya masih penasaran dengan pemahaman anda ini, karena setahu saya dari sejak dulu di dalam kitab2 Ihtilafiah fi Sunnah, ga ada itu ulama2 yang namanya keliru antara sholat janazah dengan sholat selain sholat Janazah. Wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Syukur pak Arland tidak jadi kirim lewat JAPRI, soalnya saya tidak pernah buka mailbox yg di yahoo. Pusing sudah kebanyakan Spam... :) Untuk haditsnya, mohon maaf saya tidak bisa bantu cek karena saya tdk punya sunan Abu daud... Wasalam --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Arland hmd098@ wrote: Assalamu'alaikum wr. wb. Pak Wandy, saya sebenarnya sudah menyiapkan dalil, tadinya saya mau kirim lewat japri, supaya anda dapat cek dulu hadits di bawah ini di kitab-kitab hadits yang anda miliki, khususnya kitab sunan Abu Daud. Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bank Bukopin accept no liability for any loss or damage arising from the use of this E-Mail or attachments. Disclaimer: Although this message has been checked for all known viruses using Trend Micro InterScan Messaging Security Suite, Bank Bukopin accept no liability for any loss or damage arising from the use of this E-Mail or attachments.
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Salamun alaikum, Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup padat, serta mudah difahami, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114) kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya tidak bersedia mengemban Amanah Allah... Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan terhadap orang yang dihatinya ada sedikit kemusyrikan... Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..? TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. 9:113) Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...??? Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang Beramanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan Syurga. Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah sudah menyatakan dengan tegas..!! Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain. kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri... salaam --- Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: SETUJU, ya boleh-boleh saja... :) Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH juga termasuk IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan. Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang menyangkut MAAL/HARTA, karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa Duit untuk pergi ke Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH. Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian rukun islam, didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat Tawaf dll, oleh karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN ISLAM, dan ditambah lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU. Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan PUASA Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI HIDUP, bukan SETELAH sifulan meninggal dunia. Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan meninggal. wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan dari syariah online mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala sholat: ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan hajji sampai kepada mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat dan bacaan Al- Quran tidak sampai. Pendapat ini merupakan pendapat yang masyhur dari Madzhab Syafi'i dan pendapat Madzhab Malik. Mereka berpendapat bahwa ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah yang tidak bisa digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup seseorang tidak boleh menyertakan ibadah tersebut untuk menggantikan orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul SAW: Artinya: Seseorang TIDAK BOLEH MELAKUKAN SHALAT untuk menggantikan orang lain, dan seseorang tidak boleh melakukan shaum untuk menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan makanan untuk satu hari sebanyak satu mud gandum. (HR An-Nasa'i). Jadi jelas sekali, tidak ada yg namanya membayarkan hutang sholat. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Saya tidak membicarakan yg utama dan yg lbh utama, tetapi apakah ada yg namanya membayarkan sholat org tua yg sudah meninggal? Dan jawaban saya sebelumnya cukup jelas, yg ada adalah mensholatkan ketika orang tua meninggal, artinya mensholatkan jenazahnya, jadi jangan anda tambah2i dengan mengatakan TANPA DISHOLATKAN JANAZAH- nya. Sekali lagi saya katakan sepengetahuan saya ulama sepakat bahwa tidak ada yg namanya membayarkan hutang sholat, ini bukan kata saya, saya hanya mendengar dari apa yg disampaikan oleh para ustadz di pengajian2 yg saya ikuti. Saya tidak berani mengambil kesimpulan sendiri dengan meng-qiyas-kan sholat tersebut dengan amalan2 seperti menghajikan atau membacakan al-quran karena saya bukan seorang ulama. Mengenai sholat jenazah, banyak diantara kita yang karena kesibukannya atau jarak yang jauh merasa tidak perlu datang untuk mensholatkan orangtuanya ketika meninggal, dengan alasan karena
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Pertanyaanya kenapa hal2 tersebut tidak diperkenankan cobalah di usul..dalil quran sudah menyatakan..apakah perlu berbantah2 lagi bahtiar lim [EMAIL PROTECTED] wrote: Salamun alaikum, Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup padat, serta mudah difahami, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114) kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya tidak bersedia mengemban Amanah Allah... Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan terhadap orang yang dihatinya ada sedikit kemusyrikan... Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..? TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. 9:113) Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...??? Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang Beramanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan Syurga. Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah sudah menyatakan dengan tegas..!! Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain. kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri... salaam --- Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: SETUJU, ya boleh-boleh saja... :) Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH juga termasuk IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan. Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang menyangkut MAAL/HARTA, karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa Duit untuk pergi ke Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH. Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian rukun islam, didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat Tawaf dll, oleh karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN ISLAM, dan ditambah lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU. Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan PUASA Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI HIDUP, bukan SETELAH sifulan meninggal dunia. Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan meninggal. wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie [EMAIL PROTECTED] wrote: Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan dari syariah online mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala sholat: ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan hajji sampai kepada mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat dan bacaan Al- Quran tidak sampai. Pendapat ini merupakan pendapat yang masyhur dari Madzhab Syafi'i dan pendapat Madzhab Malik. Mereka berpendapat bahwa ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah yang tidak bisa digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup seseorang tidak boleh menyertakan ibadah tersebut untuk menggantikan orang lain. Hal ini sesuai dengan sabda Rasul SAW: Artinya: Seseorang TIDAK BOLEH MELAKUKAN SHALAT untuk menggantikan orang lain, dan seseorang tidak boleh melakukan shaum untuk menggantikan orang lain, tetapi ia memberikan makanan untuk satu hari sebanyak satu mud gandum. (HR An-Nasa'i). Jadi jelas sekali, tidak ada yg namanya membayarkan hutang sholat. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, wandysulastra wandysulastra@ wrote: Saya tidak membicarakan yg utama dan yg lbh utama, tetapi apakah ada yg namanya membayarkan sholat org tua yg sudah meninggal? Dan jawaban saya sebelumnya cukup jelas, yg ada adalah mensholatkan ketika orang tua meninggal, artinya mensholatkan jenazahnya, jadi jangan anda tambah2i dengan mengatakan TANPA DISHOLATKAN JANAZAH- nya. Sekali lagi saya katakan sepengetahuan saya ulama sepakat bahwa tidak ada yg namanya membayarkan hutang sholat, ini bukan kata saya, saya hanya mendengar dari apa yg disampaikan oleh para ustadz di pengajian2 yg saya ikuti. Saya tidak berani mengambil kesimpulan sendiri dengan meng-qiyas-kan sholat tersebut dengan amalan2 seperti menghajikan atau membacakan al-quran karena saya bukan seorang ulama. Mengenai sholat jenazah, banyak
RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
Betari DURGA mempunyai sifat Sama dengan Pendeta DURNA, sukanya nonton peperangan, tapi munculnya di akhir peperangan bukan untuk mereda tapi ngompor ngomporin . Itu sifat kemungkaran. -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of y4tie Sent: Monday, March 31, 2008 4:04 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya? Mohon maaf, Salam :) --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa'alaikum salam Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..? Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima? Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an maupun Hadits. Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan. Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN. saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL ILMU terhadap apa2 yang kita sampaikan. Wassalam, --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ wrote: Salamun alaikum, Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup padat, serta mudah difahami, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114) kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya tidak bersedia mengemban Amanah Allah... Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan terhadap orang yang dihatinya ada sedikit kemusyrikan... Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..? TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. 9:113) Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...??? Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan Syurga. Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah sudah menyatakan dengan tegas..!! Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain. kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri... salaam --- Arland hmd098@ wrote: SETUJU, ya boleh-boleh saja... :) Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH juga termasuk IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan. Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang menyangkut MAAL/HARTA, karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa Duit untuk pergi ke Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH. Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian rukun islam, didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat Tawaf dll, oleh karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN ISLAM, dan ditambah lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU. Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan PUASA Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI HIDUP, bukan SETELAH sifulan meninggal dunia. Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan meninggal. wassalam, --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan dari syariah online mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala sholat: ...Pahala ibadah maliyah seperti shadaqah dan hajji sampai kepada mayyit, sedangkan ibadah badaniyah seperti shalat dan bacaan Al- Quran tidak sampai. Pendapat ini merupakan pendapat yang masyhur dari Madzhab Syafi'i dan pendapat Madzhab Malik. Mereka berpendapat bahwa ibadah badaniyah adalah termasuk kategori ibadah yang tidak bisa digantikan orang lain, sebagaimana sewaktu hidup seseorang tidak boleh menyertakan ibadah tersebut untuk
Re: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
salam, saya kira kutipan dari ulama perlu kita pikirkan apakah masih diperlukan atau tidak. sebab mengenai kewajiban shalat dan zakat Pendapat Allah sendiri sudah menjelaskan sebagai berikut dan Dia menjadikan aku seorang yang berbakti di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat SELAMA AKU HIDUP(QS. 19:31) jadi sang Nabi diperintahkan untuk Zakat dan shalat selama dia MAsih hidup, seorang yang sudha Wafat tidak ada lagi kewajiban untuk itu. umat Islam sebaiknya tidak lagi menggunakan khayalan dalam memahami dan mematuhi perintah Allah tersebut. menggantikan shalat dan zakat orang yang sudah meninggal tentu akan menjadi pekerjaan yang sia2 dan bahkan terkesan melawan ayat Allah. kecuali ada pendapat lain yang yang lebih kuat dari ayat -ayat Allah, mohon koreksi nya. salam --- wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamu'alaikum Pak Zafri, Untuk kita yang sudah memahami dan mempelajari dalil2 tersebut mungkin kita bisa berkata apalagi yg mau diperdebatkan atau dibantah? :) Tapi bagi saudara2 kita yang lain yang belum paham atau mehaminya berbeda sudahlah pasti akan ada bantahan dan perdebatan. Mungkin ada baiknya jika ada rekan2 yang mungkin memiliki kutipan pendapat dari seorang ulama yang membolehkan menggantikan sholat orang yang sudah meninggal, agar kita tidak mencoba mereka-reka atau mengambil kesimpulan sendiri dengan akal dan ilmu yang pas-pasan ini. Wassalam :) --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Zafri Rosedi [EMAIL PROTECTED] wrote: Pertanyaanya kenapa hal2 tersebut tidak diperkenankan cobalah di usul..dalil quran sudah menyatakan..apakah perlu berbantah2 lagi bahtiar lim [EMAIL PROTECTED] wrote: Salamun alaikum, Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup padat, serta mudah difahami, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114) kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya tidak bersedia mengemban Amanah Allah... Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan terhadap orang yang dihatinya ada sedikit kemusyrikan... Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..? TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. 9:113) Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...??? Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan Syurga. Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah sudah menyatakan dengan tegas..!! Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain. kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri... salaam --- Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: SETUJU, ya boleh-boleh saja... :) Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH juga termasuk IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan. Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang menyangkut MAAL/HARTA, karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa Duit untuk pergi ke Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH. Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian rukun islam, didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat Tawaf dll, oleh karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN ISLAM, dan ditambah lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU. Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan PUASA Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya SELAGI HIDUP, bukan SETELAH sifulan meninggal dunia. Yang kita bicarakan adalah SETELAH sifulan meninggal. wassalam, --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, y4tie y4tie@ wrote: Setuju Pak Wandy, berikut saya kutipkan keterangan dari syariah online mengenai menghadiahkan pahala khususnya pahala sholat:
RE: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy
salaam, Pendapat yang kuat adalah pendapat yang sejalan dengan ayat -ayat Al Quran. pendapat yang berlawanan dengan ayat2 Al Quran adalah yang menyulitkan umat karena pendapat itu disandarkan kepada nama besar Ulama2 Jumhur bahkan dianggap pendapat Nabi/para sahabat. mohon penjelasan mengenai dimana ketidak mengertian itu tentang apa yang disampaikan. dan benar, Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN. karena Penghakiman yg benar harus menggunakan Kitab Allah dan Sunah NYA. salam pak bambang, tulisan bapak selalu menyejukkan... Kartika, Bambang Itu sifat kemungkaran. ya pak, semoga kalimat bapak diakhir ini juga bukan termasuk seperti tulisan bapak salaam --- Kartika, Bambang [EMAIL PROTECTED] wrote: Betari DURGA mempunyai sifat Sama dengan Pendeta DURNA, sukanya nonton peperangan, tapi munculnya di akhir peperangan bukan untuk mereda tapi ngompor ngomporin . Itu sifat kemungkaran. -Original Message- From: keluarga-islam@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] Behalf Of y4tie Sent: Monday, March 31, 2008 4:04 PM To: keluarga-islam@yahoogroups.com Subject: [keluarga-islam] Re: Tanya - Pak Wandy Kalau dari sekian banyak orang yang reply tidak ada yang sepaham dengan pak Arland, jadi sebenarnya yang salah memahami itu siapa ya? Mohon maaf, Salam :) --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, Arland [EMAIL PROTECTED] wrote: Wa'alaikum salam Pendapat mana yg menurut anda cukup kuat itu..? Dan siapa yg dibikin makin sulit ; mana yg harus diterima? Yang perlu ditanamkan adalah PEMAHAMAN dalam memahami Al-Qur'an maupun Hadits. Bukan asal copy paste, namun tak mengerti apa yang disampaikan. Forum ini adalah diskusi, bukan PENGHAKIMAN. saya berharap kita sama-sama dapat memahami dengan AKAL ILMU terhadap apa2 yang kita sampaikan. Wassalam, --- In keluarga-islam@ mailto:keluarga-islam%40yahoogroups.com yahoogroups.com, bahtiar lim bahtiar27@ wrote: Salamun alaikum, Topic sudah melebar. Berbagai pendapat yang dikalim cukup kuat justru makin sulit mana yang harus diterima Sedangkan contoh dan pendapat Allah singkat dan cukup padat, serta mudah difahami, Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. (QS. 9:114) kalau kita simak, Ibrahimpun tidak lagi mendoakan orang tuanya setelah mengerti bahwa orang tuanya tidak bersedia mengemban Amanah Allah... Kemudian kalau Nabi saja dilarang memintakan ampunan terhadap orang yang dihatinya ada sedikit kemusyrikan... Apakah berani kita memintakan ampunan terhadap orang yang kita tidak tahu isi hatinya ada kemusyrikan ..? TIADALAH SEPATUTNYA BAGI NABI DAN ORANG-ORANG YANG BERAMANAH MEMINTAKAN AMPUN (KEPADA ALLAH) BAGI ORANG-ORANG MUSYRIK, walaupun orang-orang itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasannya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. (QS. 9:113) Siapa yang bisa menjamin seseorang yang kita mintakan ampunan itu tidak ada kemusyrikan dihatinya...??? Jadi permintaan ampunan hanya boleh untuk orang2 yang Ber'amanah dan bertobat yang sudah memiliki jaminan Syurga. Mengenai pahala shalat, haji, zakat, dsb yang menurut dalil beberapa teman2 disini sebenarnya Allah sudah menyatakan dengan tegas..!! Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-sekali tidaklah Rabbmu menganiaya hamba-hamba(Nya) (QS. 41:46) Jadi menurut ayat itu, tidak ada konpensasi akal2an penuh khayal mengirim pahala untuk orang lain. kecuali memang manusia nya mau bikin aturan sendiri... salaam --- Arland hmd098@ wrote: SETUJU, ya boleh-boleh saja... :) Tapi harus difahami bahwa : IBADAH HAJI dan UMROH juga termasuk IBADAH BADANIYAH atau ibadah yang menggunakan badan. Bahkan ibadah Haji dan Umrah ada Ibadah yang menyangkut MAAL/HARTA, karena dalam Ibadah haji itu memakai biaya berupa Duit untuk pergi ke Makkah, Bayar Dam, dsb dsb. belum lagi ZAKAT ONH. Malahan ibadah haji itu LEBIH LENGKAP dari sekian rukun islam, didalamnya sudah termasuk sholat Ikhram, Sholat Tawaf dll, oleh karenanya di letakkan di urutan ke 5 dalam RUKUN ISLAM, dan ditambah lagi dengan embel-embel JIKA MAMPU. Jadi IBADAH BADANIYAH itu BUKAN HANYA SHOLAT dan PUASA Hadits yang Ukhti sampaikan itu maksudnya