[media-dakwah] Dauroh Islam Ilmiyyah bersama Al Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat di Batam

2007-03-29 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,

Berikut diberitahukan kepada kaum Muslimin/Muslimat untuk daerah Batam
dan sekitarnya, bahwasanya dalam Minggu ini Yayasan Islam Al-Kahfi bekerja
sama  dng Mesjid Sabilun Najjah,Mesjid Tiban Palm,MT Reisqi dan didukung 
oleh
Radio Hang FM The Spirit of Sunnah (106FM) mengadakan :

DAUROH ISLAM ILMIYYAH bersama Al Ustd Hakim Amir Abdat Hafidzohullahu Ta'ala
sebagaiamana berikut : Semoga bermanfa'at ( TERBUKA UNTUK UMUM ).


Bismillahirrohmanirrihim,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh

mewakili panitia dauroh :

Al-Hamdu Lillah, Ash-Shalaatu Was-Salaamu 'ala Rasuulillahi wa Aalihi
wa
Shahbihi Waba'du. Segala puji milik Allah Tabaraka wa Ta'ala dan semoga
Dia
memudahkan kita untuk memahami ad-Dien yang mudah dan agung ini.

Berikut Jadwal Dauroh Al Ustd Hakim Amir Abdat Hafidzohullahu Ta'ala

Jumat 30 Maret 2007- Khotbah Jumat di Masjid Sabilun Najjah

Jumat 30 Maret 2007 Jam.20.00Wib- Dormitory PSECB Cammo Ind Park Btm
Center
( dekat DutaMas )  Indahnya Islam 

Sabtu 31 Maret 2007 Jam.10.00Wib-Mesjid Sabilun Najjah  Salaf itu
paling
Berilmu dan Lemah Lembut terhadap Mahluk 

Sabtu 31 Maret 2007 Jam.20.00Wib- Masjid Darun Nizam di Perumahan Tiban
Palem  Menjadi Orang tua yg Bijak 

Ahad 01 April 2007 Jam.10.00 - Hall Hang FM


Yayasan Islam Al-Kahfi bekerja sama dng Mesjid Sabilun Najjah,Mesjid
Tiban
Palm,MT Reisqi dan didukung oleh Radio Hang Fm The Spirit of Sunnah
(106FM)


Wassalamualaykum Warohmatullahi Wabarokatuhu...

_
FREE pop-up blocking with the new MSN Toolbar - get it now! 
http://toolbar.msn.click-url.com/go/onm00200415ave/direct/01/



[media-dakwah] Hadist Arba'in ( Hadist ke 1 ) : AMAL ITU TERGANTUNG NIATNYA

2007-04-01 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
ÇáÍÏíË ÇáÃæá

HADITS KE-1

AMAL ITU TERGANTUNG NIATNYA


Úä ÃãíÑ ÇáãÄãäíä ÃÈí ÍÝÕ ÚãÑ Èä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá ÓãÚÊ ÑÓæá Çááå Õáì 
Çááå Úáíå æÓáã íÞæá ” ÅäãÇ ÇáÃÚãÇá ÈÇáäíÇÊ , æÅäãÇ áßá ÇãÑÆ ãÇ äæì , Ýãä 
ßÇäÊ åÌÑÊå Åáì Çááå æÑÓæáå ÝåÌÑÊå Åáì Çááå æÑÓæáå , æãä ßÇäÊ åÌÑÊå Åáì ÏäíÇ 
íÕíÈåÇ æ ÇãÑÃÉ íäßÍåÇ ÝåÌÑÊå Åáì ãÇ åÇÌÑ Åáíå “-  ãÊÝÞ Úáíå -

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia 
berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: 
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan 
sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, 
maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya 
itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan 
dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”.

[Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin 
Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan 
Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di 
dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. 
Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, 
ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari 
telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada kitab shahihnya, juga Imam 
Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad.

Hadits ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam 
Syafi’I berkata : “Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu.” Begitu 
pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari 
niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu 
dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafi’i, “Hadits ini mencakup 
tujuh puluh bab fiqih”, sejumlah Ulama’ mengatakan hadits ini mencakup 
sepertiga ajaran islam.

Para ulama gemar memulai karangan-karangannya dengan mengutip hadits ini. Di 
antara mereka yang memulai dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam 
Bukhari. Abdurrahman bin Mahdi berkata : “bagi setiap penulis buku hendaknya 
memulai tulisannya dengan hadits ini, untuk mengingatkan para pembacanya 
agar meluruskan niatnya”.

Hadits ini dibanding hadits-hadits yang lain adalah hadits yang sangat 
terkenal, tetapi dilihat dari sumber sanadnya, hadits ini adalah hadits 
ahad, karena hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab dari Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Dari Umar hanya diriwayatkan oleh ‘Alqamah 
bin Abi Waqash, kemudian hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim At 
Taimi, dan selanjutnya hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id Al Anshari, 
kemudian barulah menjadi terkenal pada perawi selanjutnya. Lebih dari 200 
orang rawi yang meriwayatkan dari Yahya bin Sa’id dan kebanyakan mereka 
adalah para Imam.

Pertama : Kata “Innamaa” bermakna “hanya/pengecualian” , yaitu menetapkan 
sesuatu yang disebut dan mengingkari selain yang disebut itu. Kata “hanya” 
tersebut terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian secara mutlak dan 
terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian yang terbatas. Untuk membedakan 
antara dua pengertian ini dapat diketahui dari susunan kalimatnya.
Misalnya, kalimat pada firman Allah : “Innamaa anta mundzirun” (Engkau 
(Muhammad) hanyalah seorang penyampai ancaman). (QS. Ar-Ra’d : 7)

Kalimat ini secara sepintas menyatakan bahwa tugas Nabi Shallallahu ‘alaihi 
wa Sallam hanyalah menyampaikan ancaman dari Allah, tidak mempunyai 
tugas-tugas lain. Padahal sebenarnya beliau mempunyai banyak sekali tugas, 
seperti menyampaikan kabar gembira dan lain sebagainya. Begitu juga kalimat 
pada firman Allah : “Innamal hayatud dunyaa la’ibun walahwun” “Kehidupan 
dunia itu hanyalah kesenangan dan permainan”. (QS. Muhammad : 36)

Kalimat ini (wallahu a’lam) menunjukkan pembatasan berkenaan dengan akibat 
atau dampaknya, apabila dikaitkan dengan hakikat kehidupan dunia, maka 
kehidupan dapat menjadi wahana berbuat kebaikan. Dengan demikian apabila 
disebutkan kata “hanya” dalam suatu kalimat, hendaklah diperhatikan betul 
pengertian yang dimaksudkan.

Pada Hadits ini, kalimat “Segala amal hanya menurut niatnya” yang dimaksud 
dengan amal disini adalah semua amal yang dibenarkan syari’at, sehingga 
setiap amal yang dibenarkan syari’at tanpa niat maka tidak berarti apa-apa 
menurut agama islam. Tentang sabda Rasulullah, “semua amal itu tergantung 
niatnya” ada perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. 
Sebagian memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, 
sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan 
sempurna apabila ada niat.

Kedua : Kalimat “Dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya” oleh 
Khathabi dijelaskan bahwa kalimat ini menunjukkan pengertian yang berbeda 
dari sebelumnya. Yaitu menegaskan sah tidaknya amal bergantung pada niatnya. 
Juga Syaikh Muhyidin An-Nawawi menerangkan bahwa niat menjadi syarat 

[media-dakwah] Hadist Arba'in ( Hadist ke 3 ) : RUKUN ISLAM

2007-04-04 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah

HADITS KE-3

RUKUN ISLAM

Úä ÃÈí ÚÜÈÏ ÇáÑÍãä ÚÈÏ Çááå Èä ÚÜãÑ ÈÜä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå ÚÜäåãÇ ¡ ÞÜÇá ÓãÚÊ 
ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓÜáã íÞÜæá : ÈÜäí ÇáÅÓÜáÇã Úáì ÎÜãÜÓ : ÔÜåÜÇÏÉ Ãä 
áÇ ÅáÜå ÅáÇ Çááå æÃä ãÍãÏ ÑÓæá Çááå ¡ æÅÞÇãÉ ÇáÕáÇÉ ¡ æÅíÜÊÜÇÁ ÇáÜÒßÜÇÉ ¡ 
æÍÜÌ ÇáÈíÊ ¡ æÕÜæã ÑãÖÇä


Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhuma 
berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: Islam didirikan diatas lima 
perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara 
benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, 
mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan 
ramadhan. [Bukhari no.8, Muslim no.16]


Abul ‘Abbas Al-Qurtubi berkata : “Lima hal tersebut menjadi asas agama Islam 
dan landasan tegaknya Islam. Lima hal tersebut diatas disebut secara khusus 
tanpa menyebutkan Jihad (Padahal Jihad adalah membela agama dan mengalahkan 
penentang-penentang yang kafir) Karena kelima hal tersebut merupakan 
kewajiban yang abadi, sedangkan jihad merupakan salah satu fardhu kifayah, 
sehingga pada saat tertentu bisa menjadi tidak wajib.Pada beberapa riwayat 
disebutkan, Haji lebih dahulu dari Puasa Romadhon. Hal ini adalah keraguan 
perawi. Wallahu A’lam (Imam Muhyidin An Nawawi dalam mensyarah hadits ini 
berkata, “Demikian dalam riwayat ini, Haji disebutkan lebih dahulu dari 
puasa. Hal ini sekedar tertib dalam menyebutkan, bukan dalam hal hukumnya, 
karena puasa ramadhon diwajibkan sebelum kewajiban haji. Dalam riwayat lain 
disebutkan puasa disebutkan lebih dahulu daripada haji”) Oleh karena itu, 
Ibnu Umar ketika mendengar seseorang mendahulukan menyebut haji daripada 
puasa, ia melarangnya lalu ia mendahulukan menyebut puasa daripada haji. Ia 
berkata : “Begitulah yang aku dengar dari Rosululloh ”Pada salah satu 
riwayat Ibnu ‘Umar disebutkan “Islam didirikan atas pengakuan bahwa engkau 
menyembah Allah dan mengingkari sesembahan selain-Nya dan melaksanakan 
Sholat….” Pada riwayat lain disebutkan : seorang laki-laki berkata kepada 
Ibnu ‘Umar, “Bolehkah kami berperang ?” Ia menjawab : “Aku mendengar 
Rosululloh bersabda, “Islam didirikan atas lima hal ….” Hadits ini merupakan 
dasar yang sangat utama guna mengetahui agama dan apa yang menjadi 
landasannya. Hadits ini telah mencakup apa yang menjadi rukun-rukun agama.


Sumber : http://arbaiin.wordpress.com

_
Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! 
http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


[media-dakwah] Hadist Arba'in ( Hadist ke 2 ) : IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

2007-04-04 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah


HADITS KE-2

IMAN, ISLAM, DAN IHSAN

Úä ÚãÑ Èä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá : ÈíäãÇ äÍä ÌáæÓ ÚäÏ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå 
Úáíå æÓáã ÐÇÊ íæã ÅÐ ØáÚ ÚáíäÇ ÑÌá ÔÏíÏ ÈíÇÖ ÇáËíÇÈ ÔÏíÏ ÓæÇÏ ÇáÔÚÑ , áÇ íÑì 
Úáíå ÃËÑ ÇáÓÝÑ , æáÇ íÚÑÝå ãäÇ ÃÍÏ ÍÊì ÌáÓ Åáì ÇáäÈí Õáì Çááå Úáíå æÓáã 
ÝÃÓäÏ ÑßÈÊå Åáì ÑßÈÊíå ææÖÍ ßÝíå Úáì ÝÎÐíå , æÞÇá : íÇ ãÍãÏ ÃÎÈÑäí Úä 
ÇáÅÓáÇã , ÝÞÇá ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓá㠔 ÇáÅÓáÇã Ãä ÊÔåÏ Ãä áÇ Åáå ÅáÇ 
Çááå æÃä ãÍãÏÇ ÑÓæá Çááå æÊÞíã ÇáÕáÇÉ æÊÄÊí ÇáÒßÇÉ æÊÕæã ÑãÖÇä æÊÍÌ ÇáÈíÊ Åä 
ÇÓÊØÚÊ Åáíå ÓÈíáÇ ” ÞÇá ÕÏÞÊ ÝÚÌÈÇ áå íÓÃáå æíÕÏÞå , ÞÇá : ÃÎÈÑäí Úä ÇáÅíãÇä 
ÞÇá ” Ãä ÊÄãä ÈÇááå æãáÇÆßÊå æßÊÈå æÑÓáå æÇáíæã ÇáÂÎÑ æÊÄãä ÈÇáÞÏÑ ÎíÑå æÔÑå 
” ÞÇá : ÕÏÞÊ , ÞÇá : ÝÃÎÈÑäí Úä ÇáÅÍÓÇä , ÞÇá ” Ãä ÊÚÈÏ Çááå ßÃäß ÊÑÇå , ÝÅä 
áã Êßä ÊÑÇå ÝÅäå íÑÇß ” ÞÇá , ÝÃÎÈÑäí Úä ÇáÓÇÚÉ , ÞÇá ” ãÇ ÇáãÓÆæá ÈÃÚáã ãä 
ÇáÓÇÆá ” ÞÇá ÝÃÎÈÑäí Úä ÇãÇÑÇÊåÇ . ÞÇá ” Ãä ÊáÏ ÇáÃãÉ ÑÈÊåÇ æÃä ÊÑì ÇáÍÝÇÉ 
ÇáÚÑÇÉ ÇáÚÇáÉ ÑÚÇÁ ÇáÔÇÁ íÊØÇæáæä Ýí ÇáÈäíÇä ” . Ëã ÇäØáÞ ÝáÈË ãáíÇ , Ëã ÞÇá 
” íÇ ÚãÑ , ÃÊÏÑí ãä ÇáÓÇÆá ¿” , ÞáÊ : Çááå æÑÓæáå ÃÚáã , ÞÇá ” ÝÅäå ÌÈÑíá 
ÃÊÇßã íÚáãßã Ïíäß㠔  -ÑæÇå ãÓáã


Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu ‘anh, dia berkata: ketika kami tengah 
berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak 
dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut 
sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan 
tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan 
Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan 
tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata,” Hai Muhammad, 
beritahukan kepadaku tentang Islam ” Rasulullah menjawab,”Islam itu engkau 
bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya 
Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, 
berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika 
engkau mampu melakukannya.” Orang itu berkata,”Engkau benar,” kami pun 
heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi,” Beritahukan 
kepadaku tentang Iman” Rasulullah menjawab,”Engkau beriman kepada Alloh, 
kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada 
hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk” Orang tadi 
berkata,” Engkau benar” Orang itu berkata lagi,” Beritahukan kepadaku 
tentang Ihsan” Rasulullah menjawab,”Engkau beribadah kepada Alloh 
seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya 
Dia pasti melihatmu.” Orang itu berkata lagi,”Beritahukan kepadaku tentang 
kiamat” Rasulullah menjawab,” Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari 
yang bertanya.” selanjutnya orang itu berkata lagi,”beritahukan kepadaku 
tentang tanda-tandanya” Rasulullah menjawab,” Jika hamba perempuan telah 
melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak 
beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba 
mendirikan bangunan.” Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama 
kemudian Rasulullah berkata kepadaku, “Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang 
bertanya itu?” Saya menjawab,” Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui” 
Rasulullah berkata,” Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu 
tentang agama kepadamu”

[Muslim no. 8]

Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah 
dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu syari’at dan 
menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu sunnah.

Hadits ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang bagus, berperilaku yang 
baik dan bersih ketika datang kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, 
karena jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia dalam keadaan 
seperti itu.

Kalimat “ Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, 
lalu ia berkata : Wahai Muhammad…..” adalah riwayat yang masyhur. Nasa’i 
meriwayatkan dengan kalimat, “Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua 
lutut Rasulullah….” Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah kedua 
lututnya.

Dari hadits ini dipahami bahwa islam dan iman adalah dua hal yang berbeda, 
baik secara bahasa maupun syari’at. Namun terkadang, dalam pengertian 
syari’at, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya.

Kalimat, “Kami heran, dia bertanya tetapi dia sendiri yang membenarkannya” 
mereka para shahabat Rasulullah menjadi heran atas kejadian tersebut, karena 
orang yang datang kepada Rasulullah hanya dikenal oleh beliau dan orang itu 
belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan sabda 
beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu 
jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang heran dengan kejadian 
itu.

Kalimat, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan kepada 
kitab-kitab-Nya….” Iman kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah itu ada dan 
mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari sifat kekurangan,. 
Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan 

[media-dakwah] JALAN MENUJU SURGA

2007-04-04 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah


JALAN MENUJU SURGA

Abdullah bin Ubaid bin Umair menyatakan bahwa Abu Dzar RA pernah bertanya 
kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasalam . Ia adalah shahabat Beliau yang 
paling banyak bertanya. Katanya : “Maukah engkau memberitahukan kepadaku 
amalan yang membawaku masuk Surga ?”


Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam menjawab : “Hendaknya engkau beribadah 
kepada Allah tanpa menyekutukan dengan sesuatu apapun.” Abu Dzar bertanya : 
“Hal itu tentu ada tindak lanjutnya ?”

Beliau Shallallahu’alaihi Wasalam menjawab : “Dirikanlah shalat dan 
tunaikanlah zakat.” Abu Dzar bertanaya lagi : “Kalau tidak punya harta untuk 
dizakati ?”. Beliau Shallallahu’alaihi Wasalam menjawab : “Lakukanlah amar 
ma’ruf nahi mungkar.” Abu Dzar berkata : “Tetapi untuk itupun terlalu lemah 
?” Nabi Shallallahu’alaihi Wasalam bersabda : “Masih ingin berbuat baik juga 
? Tahan dirimu untuk berbuat jahat terhadap manusia.” (dikeluarkan oleh 
Hannad dalam Az-Zuhd no. 1061. Syaikh Abdurrahman Al Faryuwa’I menyatakan : 
“Sanadnya shahih, apabila Abdullah bin Umair mendengarnya dari Abu Dzar RA. 
Karena saya tidak mendapatkannya dalam kutubur Rijal bahwa ia 
meriwayatkannya dari abu Dzar RA. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ibnu 
Hibban dalam Mawarid no. 863. dengan sanadnya sendiri dari Abu Katsir As 
Suhaimi, dari ayahnya, dari Abu Dzar RA secara marfu’. Hadits ini memiliki 
penguat yang diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Musa. 
Lihat Az-Zuhd II : 515)

Sungguh sebuah majelis yang sangat diberkahi Allah, manakala di dalamnya 
terdapat orang-orang yang senantiasa mengingatkan satu dengan yang lainnya 
kepada tempat kembalinya-akhirat-yang kekal. Begitulah memang sepatutnya 
sesama saudara semuslim untuk selalu bersama-sama saling mendorong dan 
mengingatkan untuk senantiasa berbuat bagi kehidupan setelah kematiannya. 
Metode itu pula yang sering dipakai oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi 
Wasalam dalam memberikan bimbingan kepada umatnya terutama para shahabatnya 
tentang Dien yang agung ini. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam sendiri 
telah memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa bertanya kepada orang 
yang tahu apabila memang ia tidak mengetahui.

Dari hadits di atas terdapat beberapa pelajaran/hikmah bagi kita yang 
dengannya dapat menyelamatkan kita dari adzab Neraka, yakni :

1. Menunjukkan kepada kita tentang keutamaan para Shahabat. Bagaimana 
gigihnya mereka dalam menggali segala sesuatu yang dapat mengantarkan mereka 
kepada kebaikan yang kekal, mengantarkan pada Jannah yang abadi. Mereka 
tidak pernah bosan menanyakan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam 
mengenai amalan apa yang dapat menjadi jalan baginya menuju JannahNya, dan 
terdapat pula shahabat yang menanyakan tentang kejahatan dan bencana seperti 
Hudzaifah bin Yaman karena khawatir melakukannya. Masing–masing dari 
shahabat tersebut memeliki keutamaan dan kebaikan.

2. Terdapat penjelasan tentang kewajiban mentauhidkan Allah baik berkenaan 
dengan RububiyahNya dalam segala aktifitas peribadahan yang kita lakukan 
serta berkenaan dengan Asma’ dan SifatNya. Dijelaskan bahwa Ibadah sebagai 
manifestasi dari tauhid Rububiyyah merupakan konsekuensi dari keyakinan kita 
terhadap keberadaan Allah, yang meliputi segala yang dicintai dan diridhai 
Allah baik ucapan maupun perbuatan, secara lahiriyah maupun batiniah (sesuai 
yang dikemukakan oleh Syaikhul Islam ibnu Taimiyah). Sedangkan Syirik yakni 
meletakkan peribadahan bukan pada tempatnya dengan membuat sekutu-sekutu 
bagi Allah. Hal tersebut merupakan kedhaliman terbesar, yang menyeret 
pelakukan ke dalam Jahannam dan kekal di dalamnya.

3. Di dalam hadits tersebut tampak bagaimana keutamaan Shalat dan Zakat 
sebagai amalan yang ditempatkan setelah pentauhidan Allah. Banyak sekali 
Ayat-ayat yang menjelaskan keutamaan kedua amalan tersebut dikarenakan 
penyebutannya yang senantiasa mengiringi pentauhidan terhadap Allah. 
Sehingga meninggalkan kedua amalan tersebut merupakan penyebab terbesar yang 
dapat menyeret seseorang batal keislamanya alias terjerumus ke dalam 
kekafiran yang mengekalkan dirinya dalam neraka.

4. Terdapat wasiat dari Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasalam tentang amar 
ma’ruf nahi munkar. Di dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasannya amalan 
tersebut merupakan sebab umat ini menjadi yang terbaik dikarenakan dengan 
amalan tersebut umat ini mampu menghadapi berbagai pukulan serta segala 
konspirasi yang dihantamkan para musuh Allah sepanjang masa. Dengan 
meninggalkan amalan ini akan terbuka berbagai maksiat sehingga laknat Allah 
akan menimpa umat, seperti halnya Allah melaknat Bani Israil dalam firmannya 
: “Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lesan Daud dan 
Isa Ibnu Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu 
melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar 
yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka 
perbuat itu.” (Al Maidah : 78-79)

5. Dijelaskan pula di 

[media-dakwah] BAGAIMANA ZAMAN AKAN HANCUR

2007-04-04 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah


BAGAIMANA ZAMAN AKAN HANCUR

Diriwayatkan dari Asy Sya’bi dari Ziyad bin Jarir, ia berkata : “Saya 
mendatangi Umar bin Khathab kemudian beliau berkata : “Wahai Ziyad, apakah 
kamu sedang meruntuhkan bangunan Islam atau sedang menegakkannya? Aku 
menjawab : “Saya sedang menegakkannya.” lalu beliau berkata : “Sesungguhnya 
zaman akan hancur karena ketergelinciran ulama dan karena munculnya 
perdebatan orang-orang munafik atau pemimpin yang menyesatkan.”

Kebangkitan memiliki perantara, demikian pula kehancuran memiliki 
tanda-tanda. Sedangkan kaum Muslimin dituntut untuk waspada terhadap 
unsur-unsur pemicu kehancuran dan konsisten dengan sarana-sarana menuju 
kebangkitan serta hendaknya tidak berlaku toleran terhadap orang-orang yang 
berhasrat menghancurkan bangunannya, merobohkan sendi-sendinya dan 
menyebarkan malapetaka yang tiada membedakan antara orang yang shaleh dan 
yang jahat.

Seorang yang berilmu tergelincir adalah bencana karena manusia selalu 
mendengarkan kata-katanya, mengagumi ilmunya maka ia harus menjaga 
penampilannya dihadapan orang. Harus ada keserasian antara ilmu dan amal dan 
hendaknya diketahui bahwa ilmu adalah amanah yang menuntut pemiliknya untuk 
memikulnya, menunaikan dan mengamalkannya. Jika tidak, niscaya menjadi 
bumerang bagi pemiliknya lagi pula tidak akan bermanfaat bagi manusia.

Ketergelinciran orang alim kadang terjadi dalam ucapan, terkadang dalam 
aplikasi amal dan perangai, yang terkadang dalam pemikiran yang mengekor 
hawa nafsu dan mencampakkan kebenaran. Demikian terus berjalan hingga ia 
merasa bangga dengan dosanya ketika diingatkan akan kesalahan-kesalahannya. 
Ia konsisten dengan pembangkangannya, berusaha mencari dalil-dalil palsu 
yang tidak bisa dijadikan landasan yang benar dan tidak akan menjadi 
pembenaran bagi kesalahannya.

Semua aliran-aliran yang bathil maupun pemikiran sesat berpangkal dari 
ketergelinciran dan pembangkangan semacam ini. Padahal seharusnya orang yang 
berilmu itu mencari kebenaran dan menempuh jalan yang benar pula, sama saja 
apakah kebenaran itu dia dapatkan dengan mencarinya ataukah lantaran orang 
lain yang menunjukinya

Masalah perdebatan orang-orang munafiq, maka hal ini termasuk materi 
penghancur tatanan kehidupan, baik dalam pemikiran, wawasan ataupun 
kemasyarakatan. Ia adalah pemicu peperangan. Diseputar problematika telah ia 
ketahui mana yang benar sebelum diketahui orang lain namun ia menyembunyikan 
kebenaran itu lalu meniupkan virus syubhat dan menyibukkan manusia dalam 
perkara bathil. targetnya adalah merobohkan dan bukan membangun.

Berapa banyak kehidupan masyarakat muslim hari ini ternodai oleh kesibukan 
berdebat dengan bathil hingga melalaikan kaum muslimin dari metode berfikir 
yang lurus di masa sekarang dan menggariskan target yang benar di masa yang 
akan datang.

Mereka senantiasa berdebat (atau istilah yang digunakan oleh rasionalis 
dengan berdialog) untuk memperbincangkan perkara-perkara yang hakikatnya 
telah baku di dalam Islam berdasarkan nash-nash Al Qur’an dan As Sunnah yang 
shahih seperti masalah wanita atau wajibnya penerapan hukum Islam dan mereka 
mengklaim ijtihad palsu yang berdasarkan kaidah-kaidah yang merusak.

Setelah itu datanglah para pemimpin yang menyesatkan yang tidak peduli akan 
nasib umatnya dan tiada upaya untuk membimbing mereka kepada jalan yang 
benar. Bahkan mereka menjerumuskan ke dalam kesesatan, memperdayakan mereka 
dengan syahwat, agar mereka tidak agresif dan jauh dari istiqomah.

Begitulah, Umar din Khathab memperingatkan kepada kita akan unsur-unsur yang 
dapat merobohkan bangunan hingga tak dapat menambah tingginya bangunan, 
tidak pula bertambah baik amalnya dan menyebabkan upaya kita menjadi tidak 
lurus, agar umat selamat darinya, waspada terhadap bahayanya. Umat Islam 
perlu menolak bahaya penyimpangan tersebut dan mewaspadai akan sebab-sebab 
penyimpangan itu, serta tidak tenggelam dalam kebathilan dan mempersempit 
ruang gerak para penyeru hawa nafsu yang akan menggiring kepada kehancuran !

Bagaimana bangunanmu akan sempurna ?
Jika kamu membangunnya sedang orang lain menghancurkannya ?

Dari Buku Potret Kehidupan Para Salaf (Keteladanan Para Shahabat dab Tabi’in 
dalam Kehidupan Sehari-hari)/Haakadzaa…Tahaddatsas Salaf Oleh Dr. Musthafa 
Abdul Wahid

Dicopy dari : 
http://abusyadza.wordpress.com/2007/03/02/bagaimana-zaman-akan-hancur/#more-38

_
Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! 
http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:

[media-dakwah] USHUL FIQIH ( QOWA�IDU AL FIQHIYYAH LI FAHMI AN NUSHUUSHI ASY SYAR�IYYATI )

2007-04-04 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
USHUL FIQIH  KITAB

ÇáÞæÇÚÏ ÇáÝÞåíÉ áÝåã ÇáäÕæÕ ÇáÔÑÚíÉ

ááÚáÇãÉ ÇáÑÈÇäí ÚÈÏÑÇáÑÍãäÈä äÇÕÑ ÇáÓÚÏí

(ÇáãÊæÝì: 1376 #65260;)

ALQOWA’IDUL FIQHIYYAH LI FAHMIN NUSHUUSHISY SYAR’IYYATI

(Kaidah Kaidah Fiqih Untuk Memahami Nash Nash Syar’i)

KARYA AL ‘ALLAMAH AR ROBBANI ABDURRAHMAN BIN NASHIR AS SA’DI Rahimahullah

(Wafat 1376 Hijiriyah)


(PEMBAHASAN 11)


ÇáäíÉ ÔÑØ áÓÇÆÑ ÇáÚãá

ÈåÇ ÇáÕáÇÍ æÇáÝÓÏ ááÚãá

NIAT (ADALAH) SYARAT BAGI SELURUH AMAL

BAIK DAN RUSAKNYA AMALAN (ADALAH) KARENA NIAT



Penjelasan:

Kaidah ini adalah kaidah yang paling bermanfaat dan paling besar. Kaidah ini 
juga termasuk dalam seluruh bab bab ilmu. Baiknya amalan badaniyyah (amalan 
badan yang bukan termasuk ibadah) dan milaliyyah (amalan yang termasuk 
ibadah), yang berupa amalan hati ataupun amalan anggota badan hanyalah 
dengan niat (yang baik pula). Dan rusaknya amalan amalan ini adalah karena 
niat (yang rusak pula).


Jika saya telah memperbaiki niat, maka saya telah memperbaiki ucapan dan 
amalan (saya). Dan jika saya telah merusak niat, maka saya telah merusak 
ucapan dan amalan (yang saya lakukan). Hal ini sebagaimana disabdakan oleh 
Rosulullah shalallahu’alaihi wa salam .

ÅäãÇ ÇáÃÚãÇá ÈÇáäíÉ æÅäãÇ áßá ÇãÑìÁ ãÇ äæì

“Amal hanyalah dengan niat dan setiap perkara hanyalah (tergantung) apa yang 
diniatkan” [1]

Niat memiliki dua kategori, diantaranya:

• Pemisah antara kebiasaan dan ibadah.

Misalnya (amalan) puasa. Puasa adalah meninggalkan makan, minum dan 
semisalnya. Akan tetapi terkadang manusia meninggalkan makan dan minum 
sebagai kebiasaan (bukan ibadah), yang dalam meninggalkan makan dan minum 
itu tidak meniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Namun) terkadang 
(perbuatan itu untuk) ibadah. Sehingga haruslah ada pembeda diantara kedua 
amalan itu.

• (Pemisah) antara ibadah yang satu dengan yang lain.

Sebagian ibadah (ada yang memiliki hukum) Fardlu ‘Ain , sebagian yang lain 
(ada yang memiliki hukum) Fardlu Kifayah , sebagian yang lain (ada yang 
berupa) Sunnah Rowatib atau Sunnah Witir dan sebagian yang lain adalah 
Sunnah Mutlaqoh . Oleh sebab itu harus ada pembeda atau pemisah antara 
masing masing ibadah yang bermacam macam (berupa niat yang berbeda).

Penegak suatu niat adalah ikhlas. Ikhlas menentukan pahala dari bersihnya 
niat suatu amal. Maka tidak bisa tidak, amal dan yang diamalkan termasuk 
dalam niat suatu jiwa.

Ikhlas adalah seorang hamba beramal untuk mengharapkan wajah Allah dan tidak 
menghendaki selainnya. Contoh dari kaidah ini adalah:

Semua ibadah seperti sholat, baik wajib ataupun sunnahnya; zakat; puasa; 
i’tiqof; haji; umroh, beban yang wajib dan yang sunnah; hewan untuk kurban 
hari ‘iedul Adha ataupun kurban biasa; nadzar dan kafarat; jihad; 
kemerdekaan dan pengurusan (budak).

Bahkan hal ini juga berlaku pada seluruh amal yang bersifat mubah jika 
diniatkan untuk menguatkan ketaatan kepada Allah atau menyampaikan kepada 
ketaatan itu. Seperti misalnya makan dan minum; tidur; mengumpulkan harta; 
menikah, jimak dalam pernikahan ataupun dalam hal budak wanita jika pelaku 
amal menghendaki didalamnya untuk menjaga diri dari hal yang hina, atau 
memperoleh anak yang sholeh, atau memperbanyak umat (islam). Kandungan makna 
ini perlu mendapatkan perhatian.

Perkara yang dikerjakan seorang hamba ada dua jenis, yaitu: perkara yang 
dimaksudkan untuk dikerjakan dan perkara yang dimaksudkan untuk 
ditinggalkan.

• Perkara yang diperintahkan (atau yang dimaksudkan untuk dikerjakan) 
mengharuskan disertai dengan niat. Niat menentukan sah dan sampainya pahala 
amalan ini. Contoh perkara ini adalah shalat dan semacamnya.

• Perkara yang dikehendaki untuk ditinggalkan seperti meninggalkan najis 
pada pakaian, badan, atau sepotong dari sesuatu dan seperti melunasi 
kewajiban membayar hutang.

Perkara untuk membebaskan tanggungan najis atau hutang tidaklah memerlukan 
syarat untuk berniat “membebaskan tanggungan”. Sedangkan perkara yang 
menghasilkan sampainya pahala maka haruslah diniatkan untuk mendekatkan diri 
kepada Allah,

Wallahu a’lam .

Diterjemahkan Abu ‘Ahmad ‘Abdul ‘Alim Ricki Kurniawan Al Mutafaqqih.

Selesai penerjemahan

Ahad, 25 Februari 2007

___

Footnote: (Dari Abu Ahmad Abdul ‘Alim Ricki Kurniawan Al Mutafaqqih)

[1] Hadits ini termasuk salah satu hadits dalam kitab Arba’in Nawawiyah 
dikeluarkan oleh: Imam Muslim rohimahullah dalam kitab Shohih nya nomor 
hadits 1907 dan Imam bukhari rohimahullah dalam kitab Shohih nya nomor 
hadits 1. Lafadz hadits ini adalah lafadz Imam Bukhari rohimahullah.

Dicopy dari : 
http://alwajiz.wordpress.com/2007/02/28/niat-adalah-syarat-bagi-seluruh-amal/#more-48

_
Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! 
http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links


[media-dakwah] Dauroh Islam Ilmiyah ( bedah buku Untukmu yg berjiwa Hanif )

2007-04-13 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu,

Berikut info dauroh Islam ilmiyyah untuk daerah Batam dan sekitarnya bersama 
Al Ustd Armen Halim Naro.Lc  yang ana dapat dari panitia. Semoga 
bermanfa'at.

===

Assaalamualaykum Warohmatullahi Wabarokatuhu...
Ihkwan Fiddin,
Diinformasikan bahwa Insya Allahu Ta'ala akan diadaka Dauroh Islam Ilmiyyah 
dng pemateri Al Ustd Armen Halim Naro.Lc dari Pk Baru dng jadwal sbb:

Jumat 13 April ba'da Isya di Mesjid AnNur Nongsa Kapling

Sabtu 14 April ba'da Isya Hall Hang Fm Carnaval Mall Btm Center ( bedah buku 
 Untukmu yg berjiwa Hanif 

Minggu 15 April jam.9.00 pagi s/d jam 12.00 di Hall Hang Fm Carnaval Mall 
Btm Center ( bedah buku  Untukmu yg berjiwa Hanif) lanjutan

Demikian...

Baarakallahu Fiik
AbuFandi

==

_
Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! 
http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/



[media-dakwah] METODOLOGI DAKWAH

2007-04-16 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
METODOLOGI DAKWAH

Oleh
Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan

Pertanyaan.
Apakah metode dakwah dibatasi dengan kaidah-kaidah tertentu ?

Jawaban.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran 
yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya 
Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari 
jalanNya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat 
petunjuk [An-Nahl : 125]

Orang yang terjerumus dalam kemungkaran boleh jadi karena kejahilannya. Maka 
untuk orang jenis ini cukup didakwahi dengan cara yang bijaksana. Misalnya 
dengan menjelaskan kekeliruannya, apabila telah jelas kekeliruan tersebut 
baginya ia segera kembali kepada kebenaran.

Di antara manusia ada juga yang walaupun kekeliruannya telah jelas namun ia 
masih keras kepala tidak mau kembali kepada kebenaran. Barangkali ia 
memiliki sifat malas, hawa nafsunya merintangi dirinya untuk menerima 
kebenaran. Maka untuk orang jenis ini dibutuhkan pelajaran yang baik, yaitu 
dengan memperingatkan kepadanya kerasnya siksa Allah dan hukuman yang bakal 
diterima oleh orang yang terus menerus berbuat maksiat setelah 
mengetahuinya.

Ada pula jenis ketiga, yaitu orang yang membantah apabila mengetahui 
kebenaran demi mempertahankan kebatilan dan kemungkaran. Ia hanya ingin 
mencari pembenaran bagi kesalahan yang dilakukannya. Orang jenis ini perlu 
dibantah. Namun hendaknya perbantahan itu dilakukan dengan cara yang terbaik 
bukan dengan sikap arogan, tidak pula dengan pelecehan dan penghinaan, namun 
dengan cara yang terbaik, yaitu membantah kebatilan dengan argumen-argumen 
yang jelas sehingga kebenaran menjadi nyata dan kebatilan menjadi sirna. 
Inilah tingkatan-tingkatan yang dijelaskan Allah dalam ayat tersebut. 
Tingkatan pertama dengan hikmah, tingkatan kedua dengan pelajaran yang baik 
dan tingkatan ketiga dengan perbantahan yang baik. Sekala 
tingkatan-tingkatan itu berbeda-beda sesuai dengan kondisi mad'u.


[Disalin dari kitab Muraja'att fi fiqhil waqi' as-sunnah wal fikri 'ala 
dhauil kitabi wa sunnah, edisi Indonesia Koreksi Total Masalah Politik  
Pemikiran Dalam Perspektif Al-Qur'an  As-Sunnah, hal 75-77 Terbitan Darul 
Haq, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=morearticle_id=950bagian=0

_
FREE pop-up blocking with the new MSN Toolbar - get it now! 
http://toolbar.msn.click-url.com/go/onm00200415ave/direct/01/



[media-dakwah] Saatnya Ahlu Haq Berlaku Jujur

2007-04-16 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Saatnya Ahlu Haq Berlaku Jujur !

MUKADDIMAH

Para pemikir-pemikir Barat mulai menyuarakan melalui mimbar-mimbar ilmiah 
mereka, bahwasanya peperangan budaya dan ideologi telah dimulai. Dan 
peperangan antara konsep Islami dan konsep pemikiran sekuler telah 
dinyatakan terang-terangan. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa kaum 
muslimin harus menyatukan barisan mereka dan memadukan visi dan misi mereka. 
Dan mereka harus mempelajari manhaj Islami yang benar.

Pergolakan pemikiran membangkitkan sentimen sebagian kelompok yang 
menggiring mereka melakukan beberapa aksi kekerasan. Aksi tersebut bersandar 
kepada beberapa metodologi berpikir yang keliru, secara tidak langsung 
merupakan sebab timbulnya beberapa kekacauan dalam lembaran sejarah dunia 
Islam.

Oleh karena itu, maka sudah sewajarnya kita menelaah dengan seksama pola 
pemikiran politik yang Islami menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan mengambil 
metodologi Ahlus Sunnah wal Jama'ah sebagai solusi dalam menghadapi segala 
tantangan zaman dan dalam membabat habis pemikiran-pemikiran yang 
menyesatkan.

Sebagai konsekswensinya umat Islam harus bersatu di atas pedoman Ahlus 
Sunnah wal Jama'ah. Pedoman itulah yang dapat membantu umat ini dalam 
mengarahkan kebangkitan umat Islam dan memperbaiki perjalanan menuju ke arah 
sana.

Kebangkitan Islam telah muncul di atas dua manhaj :

Pertama : Manhaj yang memulai dengan menancapkan aqidah yang benar dan 
berusaha mengamalkannya, kemudian berangkat dan situ berusaha menelurkan 
ide-ide politik yang sejalan dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa 
sallam.

Kedua : Manhaj yang memulai dengan memunculkan ide-ide politik dan 
undang-undang sementara masalah aqidah dikebelakangkan. Akhirnya mereka 
jatuh dalam tindakan-tindakan yang salah.

Dibawah ini, akan saya salinkan secara berseri nasehat para ulama tentang 
masalah Politik dan Pemikiran, yang mana para ulama mengetengahkan asas-asas 
yang menjadi dasar dari kaidah bagi seluruh kafilah-kafilah dakwah Islam. Di 
samping mengetengahkan hubungan antara penguasa dan rakyat, amar ma'ruf nahi 
mungkar dan masalah perseteruan antara yang haq dan batil.

Ulama-ulama yang berbicara dalam kesempatan ini adalah ulama-ulama dan 
pemikir-pemikir Islam yang handal. Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz 
adalah mufti Kerajaan Saudi Arabia merangkap ketua umum Lembaga Riset, 
Fatwa, Dakwah dan Bimbingan Islam. Kemudian Fadhilatusy Syaikh Dr. Shalih 
bin Fauzan Al-Fauzan, beliau adalah anggota Lembaga Riset, Fatwa, Dakwah dan 
Bimbingan Islam Saudi Arabia dan mantan Dekan Ma'had 'Ali Lil Qadha. Beliau 
adalah seorang peniliti yang matang yang telah bernadzar untuk selalu 
berkhidmat pada kepentingan agama dan penyebaran aqidah yang benar. Kemudian 
Fadhilatusy Syaikh Dr. Shalih bin Ghanim As-Sadlan, seorang Guru Besar yang 
berpengalaman di Fakultas Syari'ah, seorang pengamat handal yang selalu 
tegak di atas manhaj yang lurus.

Dan sesungguhnya para ulama tertuntut untuk menjelaskan manhaj Ahlus Sunnah 
wal Jama'ah dalam bidang politik dan pola pemikiran sebagaimana halnya 
mereka menjelaskan bidang aqidah. [1]


SAATNYA AHLU HAQ BERLAKU JUJUR

Oleh
Fadhilatus Syaikh Shalih bin Ghanim As-Sadlan


Pertanyaan :
Syaikh Shalih bin Ghanim As-Sadlan ditanya : Diantara persoalan yang 
menimbulkan kesamaran sekarang ini bagi sebagian pemuda adalah munculnya 
berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang jelas bertentangan dengan ajaran 
agama di tengah masyarakat Islam. Kemudian pemuda-pemuda itu menganggapnya 
sebagai masyarakat jahiliyah. Sangat disayangkan beberapa orang yang disebut 
sebagai pemikir Islam justru banyak mengobral istilah tersebut. Tentunya 
Syaikh yang mulia sudah mengatahui dampak buruk dari perkataan tersebut.

Jawaban.
Ahamdulillah Rabbil 'Alamin. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi 
besar Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, wa ba'du.

Eksistensi haq dan batil serta peperangan antara keduanya merupakan perkara 
yang sudah dimaklumi bersama. Semenjak Adam diturunkan ke bumi, peperangan 
antara haq dan batil terus berlangsung. Akan tetapi jika orang-orang yang 
berada di atas haq berlaku jujur dan berniat ikhlas niscaya mereka akan 
mendapat pertolongan. Namun jika di antara mereka saling tidak memperdulikan 
dan tercerai berai serta saling tidak memahami dan merujuk kepada kebenaran 
maka perselisihan akan semakin meruncing dan jurang perpecahan akan semakin 
melebar. Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab supaya 
manusia dapat menegakkan keadilan dan kebenaran. Sungguh sangat keliru 
seorang muslim yang menunggu masyarakat yang seteril dari kemungkaran dan 
hanya ada satu kebenaran tanpa ada perlawanan dari kebatilan. Kondisi 
seperti itu tidak mungkin tercipta, sunnatullah telah menetapkan bahwa 
peperangan antara haq dan batil akan terus berlangsung agar Allah mengetahui 
siapa saja yang membela agamanya dan siapa yang hidup maka hidupnya diatas 
keterangan yang nyata. Sejak generasi pertama umat ini, masyarakat 

[media-dakwah] JIHAD DALAM ISLAM

2007-04-17 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
JIHAD DALAM ISLAM

Oleh
Ibnul Qoyyim Rahimahullah

Jihad merupakan tulang punggung dan kubah Islam. Kedudukan orang-orang yang 
berjihad amatlah tinggi di surga, begitu juga di dunia. Mereka mulia di 
dunia dan di akhirat. Rasulullah adalah orang yang paling tinggi derajatnya 
dalam jihad. Beliau telah berjihad dalam segala bentuk dan macamnya. Beliau 
berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad, baik dengan hati, 
dakwah, keterangan (ilmu), pedang dan senjata. Semua waktu beliau hanya 
untuk berjihad dengan hati, lisan dan tangan beliau. Oleh karena itulah, 
beliau amat harum namanya (di sisi manusia-pent) dan paling mulia di sisi 
Allah.

Allah memerintahkan beliau untuk berjihad semenjak beliau diutus sebagai 
Nabi, Allah berfirman

Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap 
negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu 
mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al 
Qur'an dengan jihad yang besar. [Al-Furqon : 51-52]

Surat ini termasuk surat Makiyah yang didalamnya terdapat perintah untuk 
berjihad melawan orang-orang kafir dengan hujjah dan keterangan serta 
menyampaikan Al-Qur'an. Demikian juga, jihad melawan orang-orang munafik 
dengan menyampaikan hujjah karena mereka sudah ada dibawah kekuasaan kaum 
muslimin, Allah ta'ala berfirman :

Artinya : Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang 
munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah 
neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. 
[At-Taubah : 73]

Jihad melawan orang-orang munafik (dengan hujjah-pent) lebih sulit daripada 
jihad melawan orang-orang kafir (dengan pedang-pent), karena (jihad dengan 
hujjah-pent) hanya bisa dilakukan orang-orang khusus saja yaitu para pewaris 
nabi (ulama). Yang bisa melaksanakannya dan yang membantu mereka adalah 
sekelompok kecil dari manusia. Meskipun demikian, mereka adalah orang-orang 
termulia di sisi Allah.[2]

Termasuk semulia-mulianya jihad adalah mengatakan kebenaran meski banyak 
orang yang menentang dengan keras seperti menyampaikan kebenaran kepada 
orang yang dikhawatirkan gangguannya. Oleh karena inilah, para Rasul 
-sholawatullahi 'alaihim wa salaamuhu- termasuk yang paling sempurna

Jihad melawan musuh-musuh Allah diluar (kaum muslimin) termasuk cabang dari 
jihadnya seorang hamba terhadap dirinya sendiri (hawa nafsu) di dalam 
ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang disabdakan Nabi :

Artinya : Mujahid adalah orang yang berjihad melawan dirinya dalam mentaati 
Allah dan Muhajir adalah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang Allah 
[Hadits Riwayat Ahmad dan sanadnya jayyid/baik]

Oleh sebab itu, jihad terhadap diri sendiri lebih didahulukan daripada jihad 
melawan orang-orang kafir dan hal tersebut merupakan pondasinya. Seorang 
hamba jika tidak berjihad terhadap dirinya sendiri dalam mentaati perintah 
Allah dan meninggalkan apa yang dilarang dengan ikhlas karena-Nya, maka 
bagaimana mungkin dia bisa berjihad melawan orang-orang kafir[3]. Bagaimana 
dia bisa melawan orang-orang kafir sedangkan musuh (hawa nafsu) nya yang 
berada disamping kiri dan kanannya masih menguasainya dan dia belum berjihad 
melawannya karena Allah. Tidak akan mungkin dia keluar berjihad melawan 
musuh (orang-orang kafir) sehingga dia mampu berjihad melawan hawa nafsunya 
untuk keluar berjihad.[4]

Kedua musuh itu adalah sasaran jihad seorang hamba. Tapi masih ada yang 
ketiga, yang dia tidak mungkin berjihad melawan keduanya kecuali setelah 
mengalahkan yang ketiga ini. Dia (musuh yang ketiga ini) selalu menghadang, 
menipu dan menggoda hamba agar tidak berjihad melawan hawa nafsunya. Dia 
senantiasa mengambarkan kepada seorang hamba bahwa berjihad melawan hawa 
nafsu amatlah berat dan harus meninggalkan kelezatan dan kenikmatan (dunia). 
Tidak mungkin dia berjihad melawan kedua musuhnya tadi kecuali terlebih 
dahulu berjihad melawannya. Oleh karenanya, jihad melawannya adalah pondasi 
dalam berjihad melawan keduanya. Musuh yang ketiga itu adalah setan, Allah 
ta'ala berfirman :

Artinya : Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia 
musuh (mu) [Faathir : 6]

Perintah untuk menjadikan setan sebagai musuh merupakan peringatan agar 
(seorang hamba) mengerahkan segala kekuatan dalam memeranginya, karena musuh 
tersebut tidak pernah lelah dan lemah untuk menyesatkan manusia sepanjang 
masa.

(Kemudian beliau berkata -pent) Jika hal diatas sudah dimengerti maka jihad 
terbagi menjadi empat tahapan [5]:

[1]. Jihad melawan diri sendiri (hawa nafsu), dan hal ini terbagi lagi 
menjadi empat tingkatan

a. Berjihad dalam menuntut ilmu agama yang tidak akan ada kebahagiaan di 
dunia dan di akhirat kecuali dengannya. Barangsiapa yang ketinggalan ilmu 
agama maka dia akan sengsara di dunia dan di akhirat.

b. Berjihad dalam mengamalkan ilmu yang dia pelajari, karena ilmu tanpa amal 
jika tidak memadharatkannya, minimal ilmunya tidak bermanfaat.

c. Berjihad 

[media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta

2007-04-18 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta


Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi



Anda telah mendengarkan bersama, untaian kalimat [1] yang mengandung 
penjelasan seputar ad-da'wah as-Salafiyah, ajaran-ajaran pokoknya yang 
ilmiah, yang berkaitan dengan aqidah dan manhaj (metode memahami agama). 
(Anda semua telah mendengarkan), seluruh penjelasannya ternyata sangat 
berkaitan dengan qalallah (Allah berfirman) dan qala Rasulullah 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam (Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam 
bersabda). Jauh dari segala opini pribadi, perkataan manusia, prediksi, dan 
prasangka. Dakwah seperti inilah yang benar-benar warisan ajaran kenabian. 
Dakwah seperti inilah yang benar-benar layak, pantas dan berhak dibawa oleh 
umat, dan diwariskan dari generasi ke generasi, sejak generasi pertama umat 
ini yang terang-benderang, hingga saat ini, dan hingga Allah menghendaki 
konsistensi dakwah ini tetap berlangsung.

Ad-da'wah as-Salafiyah adalah dakwah Islam. Dakwah ini murni, tanpa 
tambahan-tambahan, hiasan-hiasan, atau dekorasi-dekorasi. Ad-da'wah 
as-Salafiyah adalah dakwah menuju al Qur`an dan as-Sunnah dengan pemahaman 
salaful-ummah (generasi terdahulu yang shalih). Jika hanya satu sifat ini 
saja yang disampaikan kepada setiap orang yang berakal dan berpikir, 
pastilah sudah cukup, tanpa perlu penjelasan lebih lanjut yang 
berkepanjangan.

SEBAB-SEBAB MUNCULNYA TUDUHAN DUSTA
Akan tetapi, kita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan fitnah. 
Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh kontradiksi, 
kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan 
terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari umat 
ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan mereka 
ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang keliru 
dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan yang 
ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang 
berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan 
(kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri. Namun, 
kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan kepada 
orang lain.

Mereka menuduh dengan sekian banyak tuduhan (dusta) kepada dakwah al Qur`an 
dan as-Sunnah ini. Mereka melontarkan sekian banyak syubhat 
(kerancuan-kerancuan) kepada dakwah al Qur`an dan as-Sunnah ini. Namun, jika 
kita perhatikan dan teliti lebih dalam, ternyata tuduhan-tuduhan dan 
lontaran-lontaran dusta tersebut tidak berarti sama sekali. Bahkan tidak ada 
hakikatnya sama sekali. Seluruhnya serba terbalik dan berbalik (kepada 
mereka sendiri), bagaikan kaca yang pecah dan hancur berantakan.

MENUDUH ADALAH LAGU LAMA ORANG-ORANG BODOH DAN MENYIMPANG
Pintu tuduhan dan lontaran syubhat merupakan pintu yang sudah lama dan 
usang. Pintu ini sudah sering menimpa orang-orang yang konsisten dengan al 
Haq (kebenaran). Jarang di antara mereka yang selamat dari tuduhan ini. 
Bahkan Rabbul 'Alamin (Allah) Subhanahu wa Ta’ala pun terkena 
tuduhan-tuduhan dusta, dan hanya bagi-Nya segala perumpamaan yang Maha 
Tinggi. Allah pun dituduh tanpa haq sama sekali! Hingga Allah menurunkan 
ayat-ayat yang banyak untuk membantah orang-orang bodoh yang dipenuhi dengan 
syubhat. Orang-orang bodoh itu tidak menghargai dan tidak mengagungkan Allah 
dengan sebenar-benar penghargaan dan pengagungan. Seperti firman-Nya

“Artinya : Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan 
yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula 
diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. [Al-Ikhlash 
: 1-4]

Sebagai bantahan kepada orang-orang bodoh yang berkata bahwa Allah memiliki 
anak. Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi.

Rasulullah Shallallahu ‘laiahi wa sallam pun dituduh. Beliau dituduh sebagai 
seorang penyair. Allah pun turunkan ayat untuk membantah tuduhan tersebut. 
Allah berfirman.

“Artinya : Dan al-Qur`an itu bukanlah perkataan seorang penyair, . 
.”[Al-Haqqah : 41]

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum juga dituduh. Mereka dituduh, bahwa mereka 
merebut kekuasaan dan kepemimpinan. Mereka dituduh dengan tanpa haq. Dan 
begitulah seterusnya! Mereka (para sahabat) dan orang-orang yang berpegang 
teguh dengan al Haq terus dituduh dan dituduh.

Lihatlah kaum Nuh ‘Alaihis Sallam ! Mereka menuduh Nabi mereka. Padahal ia 
telah tinggal dan hidup bersama mereka dalam waktu yang sangat lama, namun, 
ia tetap tidak selamat dari tuduhan. Mereka menuduhnya tatkala sudah tidak 
mampu lagi mengungkapkan dan mengemukakan hujjah, dalil, dan bukti kepada 
Nabi Nuh Alaihis Sallam . Bagaimana firman Allah tentang mereka? Allah 
berfirman.

“Artinya : Mereka berkata; Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah 
dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka 
datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami! Jika kamu 
termasuk orang-orang 

RE: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta

2007-04-19 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu,

Tafadhol, ya akhil karim, Salafy sebenarnya adalah penisbahan diri 
kepada pemahaman Generasi terbaik yaitu generasi Sahabat, tabi'in, tabiut 
tabi'in, yaitu cara metodologi memahami Dien dengan Manhaj, aqidah, akhlaq 
dan dakwahnya para as salafus shalih ( 3 generasi terbaik ). Jadi bukan 
semacam organisasi atau Instansi yang mempunyai anggaran dasar rumah tangga 
, dan mempunyai cabang organisasi dimanapun yang mengikat anggotanya untuk 
berbaiat kepada pemimpinya dan tunduk kepada organisasinya.

Siapapun kaum muslimin diseluruh bumi ini yang memahami Dien Islam yang 
berlandaskan Kitabullah dan Sunnah Shallallahu alaihi wa sallam yang shahih 
yang dipahami sebagaimana pemahaman as salafus shalih baik itu Aqidah, 
manhaj, dakwah, akhlaq, ( yaitu generasi sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in  
maka mereka disebut “Salafy “ , biarpun dia tidak memakai nama salafy. Itu 
bisa termasuk antum ( Insya Allah ), ana dan siapa saja.

Jadi ana simpulkan bahwa Ust. Jakfar Umar Tholib bukanlah pemimpin Salafy di 
Indonesia, beliau adalah pemimpin eks. Laskar Jihad yang sudah dibubarkan.

Pemimpin Salafy adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
Allahu ta'ala a'lam bish showab.

Barokallahu Fiykum,
Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu.





From: Radhix [EMAIL PROTECTED]
To: 'Abu Fahmi Abdullah' [EMAIL PROTECTED]
CC: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: RE: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
Date: Thu, 19 Apr 2007 14:48:25 +0800

Assw
Maaf, mau tanya apakah Ust. Jafar Umar Tholib itu masih menjadi pimpinan
Kelompok Salafi di Indonesia?
Terima Kasih.
Wasww
(radhix)


-Original Message-
From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED]
On Behalf Of Abu Fahmi Abdullah
Sent: Wednesday, April 18, 2007 6:10 PM
To: media-dakwah@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED]
Subject: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta


Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta


Oleh
Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi



Anda telah mendengarkan bersama, untaian kalimat [1] yang mengandung
penjelasan seputar ad-da'wah as-Salafiyah, ajaran-ajaran pokoknya yang
ilmiah, yang berkaitan dengan aqidah dan manhaj (metode memahami agama).

(Anda semua telah mendengarkan), seluruh penjelasannya ternyata sangat
berkaitan dengan qalallah (Allah berfirman) dan qala Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam

bersabda). Jauh dari segala opini pribadi, perkataan manusia, prediksi,
dan
prasangka. Dakwah seperti inilah yang benar-benar warisan ajaran
kenabian.
Dakwah seperti inilah yang benar-benar layak, pantas dan berhak dibawa
oleh
umat, dan diwariskan dari generasi ke generasi, sejak generasi pertama
umat
ini yang terang-benderang, hingga saat ini, dan hingga Allah menghendaki

konsistensi dakwah ini tetap berlangsung.

Ad-da'wah as-Salafiyah adalah dakwah Islam. Dakwah ini murni, tanpa
tambahan-tambahan, hiasan-hiasan, atau dekorasi-dekorasi. Ad-da'wah
as-Salafiyah adalah dakwah menuju al Qur`an dan as-Sunnah dengan
pemahaman
salaful-ummah (generasi terdahulu yang shalih). Jika hanya satu sifat
ini
saja yang disampaikan kepada setiap orang yang berakal dan berpikir,
pastilah sudah cukup, tanpa perlu penjelasan lebih lanjut yang
berkepanjangan.

SEBAB-SEBAB MUNCULNYA TUDUHAN DUSTA
Akan tetapi, kita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan
fitnah.
Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh
kontradiksi,
kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan
terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari
umat
ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan
mereka
ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang
keliru
dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan
yang
ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang
berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan
(kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri.
Namun,
kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan
kepada
orang lain.

Mereka menuduh dengan sekian banyak tuduhan (dusta) kepada dakwah al
Qur`an
dan as-Sunnah ini. Mereka melontarkan sekian banyak syubhat
(kerancuan-kerancuan) kepada dakwah al Qur`an dan as-Sunnah ini. Namun,
jika
kita perhatikan dan teliti lebih dalam, ternyata tuduhan-tuduhan dan
lontaran-lontaran dusta tersebut tidak berarti sama sekali. Bahkan tidak
ada
hakikatnya sama sekali. Seluruhnya serba terbalik dan berbalik (kepada
mereka sendiri), bagaikan kaca yang pecah dan hancur berantakan.

MENUDUH ADALAH LAGU LAMA ORANG-ORANG BODOH DAN MENYIMPANG Pintu
tuduhan dan lontaran syubhat merupakan pintu yang sudah lama dan
usang. Pintu ini sudah sering menimpa orang-orang yang konsisten dengan
al
Haq (kebenaran). Jarang di antara mereka yang selamat dari tuduhan ini.
Bahkan Rabbul 'Alamin (Allah) Subhanahu wa Ta'ala pun

[media-dakwah] REALITA KEBANGKITAN ISLAM

2007-04-23 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
REALITA KEBANGKITAN ISLAM


Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaaly




Mulailah kaum muslimin sadar setelah melihat kenyataan pahit, negeri yang 
tercabik dan banyaknya orientalis yang mengajak mereka untuk meninggalkan 
agama dan sumber kejayaannya. Setiap kelompok dari kaum muslimin selanjutnya 
mulai memandang kenyataan yang ada dari sisi yang berbeda dari pandangan 
kelompok yang lain. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jama'ah-jama'ah 
yang begerak di medan dakwah pada masa ini saling berselisih seputar manhaj 
dakwah, dari mana memulai dan bagaimana memulainya.

Perselisihan yang paling bebahaya yang menghalangi persatuan mereka diatas 
satu kata adalah dua hal :

[1] KETIDAK TAHUAN AKAN BESARNYA KEKUATAN MEREKA.

Kita masih terus melihat hizbiyah yang sempit telah menguasai banyak akal 
pemikiran dan jama'ah yang bergerak dalam medan dakwah kepada Allah 
Subhanahu wa Ta'ala, sehingga mereka tidak melihat kecuali diri mereka 
sendiri dan meniadakan keberadaan yang lain disekitarnya. Berkembanglah hal 
ini hingga kita melihat sebagian mereka mengaku sebagai jama'ah muslimin dan 
pemimpin mereka sebagai imam muslimin, lalu menetapkan dengan dasar itu 
beberapa prasangka :

Sebagiannya mengklaim kewajiban berba'iat kepada imamnya dan yang lain 
mengkafirkan kaum muslimin setelah generasi-generasi terbaik yang 
dimuliakan. Sekelompok lainnya mengklaim bahwa merekalah jama'ah induk yang 
wajib bagi selainnya untuk berhimpun dan berlindung di bawah benderanya. 
Kebanyakan mereka telah melupakan bahwa mereka bergerak untuk mengembalikan 
jama'ah muslimin, maka seandainya jama'ah muslimin sudah ada dan imamnya pun 
ada maka kita tidak akan melihat perselisihan dan berbilangnya kelompok yang 
tidak diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala keterangan astasnya. Pada 
hakikatnya mereka yang bergerak untuk Islam tersebut adalah jama'ah dari 
sebagian kaum muslimin yaitu dari ahlil kiblat dan bukan jamaah muslimin.

Ketahuilah wahai muslim, jama'ah muslimin adalah jama'ah yang seluruh kaum 
muslimin bergabung dalam menjalankannya dan memiliki seorang imam yang 
melaksanakan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga diwajibkan taat 
kepadanya dan diberikan kepatuhan dan ketundukan kepadanya. Itulah negara 
Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah yang melaksanakan hukum-hukum 
Allah Subhanahu wa Ta'ala. Adapun jama'ah-jama'ah yang bergerak untuk 
mengembalikan daulah kekhilafahan maka dia adalah jama'ah dari sebagian kaum 
muslimin yang wajib saling tolong menolong di antara mereka dan 
menghilangkan penghalang yang memisahkan pribadi-pribadi mereka agar berpadu 
di atas kata yang satu yaitu kalimat tauhid dan assunnah serta pemahaman 
salaf umat ini.

Al-Hafidz Ibnu Hajar menukilkan dalam Fathul Bariiy 13/37 perkataan 
Ath-Thabariy Rahimahullah : Masalah ini dan masalah jama'ah telah 
diperselihkan : berkata satu kaum : itu untuk wajib, dan Al-Jama'ah adalah 
kelompok yang paling besar, kemudian membawakan dalil dari Muhammad bin 
Siriin Rahimahullah dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu bahwa beliau 
mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika Utsman terbunuh : 
wajib atas kamu berpegang teguh dengan Al-Jama'ah, karena Allah Subhanahu wa 
Ta'ala tidak akan mengumpulkan umat Muhammad diatas kesesatan. Dan berkata 
yang lain : yang dimaksud dengan Al-Jama'ah adalah para sahabat dan orang 
yang setelahnya dan berkata yang lain lagi : yang dimaksud adalah ahli ilmu, 
karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan mereka sebagai hujjah atas 
makhluknya dan manusia ikut mereka dalam masalah agama.

Dan yang benar bahwa maksud dari hadits yang memerintahkan untuk berpegang 
teguh kepada Al-Jama'ah adalah jama'ah yang manusia bersepakat untuk 
menjadikan seorang amir atasnya, maka siapa yang melepas ba'iatnya berarti 
telah keluar dari Al-Jama'ah. Dan dalam hadits disebutkan : Ketika terjadi 
pada manusia tidak ada imam dan mereka berpecah belah menjadi 
kelompok-kelompok maka janganlah seorang itu ikut dalam perpecahan tersebut 
dan hendaklah dia meninggalkannya semua kalau mampu, khawatir terjatuh dalam 
keburukan dan dengan demikian maka semua hadits dapat ditempatkan dan dapat 
dikompromikan apa yang dianggap berbeda darinya.

Maka wajib atas setiap muslim membantu jama'ah-jama'ah ini pada kebenaran 
yang dimilikinya dan wajib untuk melakukan nasehat dan arahan pada hal-hal 
yang menyimpang dari kebenaran atau tidak dapat menunaikannya dengan baik 
dari kebenaran tersebut. Dan wajib atas jama'ah-jama'ah ini untuk saling 
tolong menolong pada kebenaran yang telah disepakati dan saling menasehati 
diantara mereka pada hal-hal yang diperselisihkan serta memohon kepada Allah 
Subhanahu wa Ta'ala untuk menunjuki mereka dalam hal itu kepada jalan yang 
lurus. [1]

Wajib bagi jama'ah-jama'ah tersebut untuk menjadi satu tangan dalam 
membangun istana Islam yang megah dan mengembalikan kejayaannya, karena jika 
bergerak sendiri-sendiri maka mereka tidak mampu, dan Allah Subhanahu wa 
Ta'ala walinya 

[media-dakwah] SALAF DAN SALAFIYAH SECARA BAHASA ISTILAH DAN PERIODISASI ZAMAN

2007-04-23 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
SALAF DAN SALAFIYAH SECARA BAHASA ISTILAH DAN PERIODISASI ZAMAN


Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaaly


Saya menginginkan orang yang berjalan di atas manhaj salaf dengan ilmu, dan 
ini syaratnya :

Artinya : Katakanlah : Inilah (agama)ku, aku dan orang-orang yang 
mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci 
Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik [Yusuf : 108]

Untuk mengetahui bahwa penunjukkan dan pecahan kata ini mengalahkan ikatan 
fanatisme kelompok yang merusak dan melampui lorong sempit kerahasiaan 
karena dia itu sangat jelas seperti jelasnya matahari di siang hari.

Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru 
kepada Allah, mengerjakan amal yang salih dan berkata : 'Sesungguhnya aku 
termasuk orang-orang yang berserah diri [Fush shilat : 33]

Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam ilmu, 
iman, keutamaan dan kebaikan.

Berkata Ibnul Mandzur (Lisanul Arab 9/159) : Salaf juga berarti orang-orang 
yang mendahului kamu dari nenek moyang, orang-orang yang memiliki hubungan 
kekerabatan denganmu dan memiliki umur lebih serta keutamaan yang lebih 
banyak. Oleh karena itu, generasi pertama dari Tabi'in dinamakan As-Salafush 
Shalih.

Saya berkata : Dan dengan makna ini adalah perkataan Rasulullah Shallallahu 
'alaihi wa sallam kepada putrinya Fathimah Radhiyallahu 'anha.

Artinya : Sesungguhnya sebaik-baik pendahulu (salaf) bagimu adalah aku
[Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 2450]

Dan diriwayatkan dari beliau Shallallahu 'alihi wa sallam bahwa beliau 
berkata kepada putri beliau Zainab Radhiyallahu 'anha ketika dia meninggal.

Artinya : Susullah salaf shalih (pendahulu kita yang sholeh) kita Utsman 
bin Madz'un [Hadits Shahih Riwayat Ahmad 1/237-238 dan Ibnu Saad dalam 
Thobaqaat 8/37 dan di shahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Syarah Musnad No. 
3103, akan tetapi dimasukkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Dhoifh No. 1715]

Adapun secara istilah, maka dia adalah sifat pasti yang khusus untuk para 
sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan karena 
mengikuti mereka.

Al-Qalsyaany berkata dalam Tahrirul Maqaalah min Syarhir Risalah (q 36) : 
As-Salaf Ash-Shalih adalah generasi pertama yang mendalam ilmunya lagi 
mengikuti petunjuk Rasulullah dan menjaga sunnahnya. Allah Subhanahu wa 
Ta'ala telah memilih mereka untuk menegakkan agamaNya dan meridhoi mereka 
sebagai imam-imam umat. Mereka telah benar-benar berjihad di jalan Allah 
Subhanahu wa Ta'ala dan menghabiskan umurnya untuk memberikan nasihat dan 
manfaat kepada umat, serta mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan-Nya.

Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji mereka dalam kitabNya dengan 
firmanNya.

Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia 
adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama 
mereka [Al-Fath : 29]

Dan firman Allah.
Artinya : (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung 
halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan 
keridhaan(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah 
orang-orang yang benar [Al-Hasr : 8]

Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebut kaum muhajirin dan 
Anshor kemudian memuji itiba' (sikap ikut) kepada mereka dan meridhoi hal 
tersebut demikian juga orang yang menyusul setelah mereka dan Allah 
Subahanahu wa Ta'ala mengancam dengan adzab orang yang menyelisihi mereka 
dan mengikuti jalan selain jalan mereka, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala 
berfirman.

Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran 
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min. Kami 
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami 
masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat 
kembali [An-Nisa' : 115]

Maka merupakan suatu kewajiban mengikuti mereka pada hal-hal yang telah 
mereka nukilkan dan mencontoh jejak mereka pada hal-hal yang telah mereka 
amalkan serta memohonkan ampunan bagi mereka, Allah Subhanahu wa Ta'ala 
berfirman.

Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) 
mereka berkata : Ya Rabb kami, beri ampunilah kami dan saudara-saudara kami 
yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan 
kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, 
sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang [Al-Hasr : 10]

Istilah ini pun diakui oleh orang-orang terdahulu dan mutaakhirin dari ahli 
kalam.

Al-Ghazaali berkata dalam kitab Iljaamul Awaam an Ilmil Kalaam hal 62 ketika 
mendefnisikan kata As-Salaf : Saya maksudkan adalah madzhab sahabat dan 
tabiin.

Al-Bajuuri berkata dalam kitab Syarah Jauharuttauhid hal. 111 : Yang 
dimaksud dengan salaf adalah orang-orang yang terdahulu yaitu para Nabi, 
sahabat, tabi'in dan tabiit-tabiin.

Istilah inipun telah dipakai oleh para ulama pada 

[media-dakwah] AHLUS SUNNAH DAN TERORISME

2007-04-23 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
AHLUS SUNNAH DAN TERORISME


Oleh
Syaikh Dr Muhammad bin Musa Alu Nashr



Orang yang menuduh kita sebagai teroris, ia termasuk ahlul ghuluw 
(berlebih-lebihan dalam tuduhannya). Ia tidak mengerti dakwah salafiyah. 
Dakwah salafiyah adalah dakwah Islam. Dakwah salafiyah adalah dakwah 
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya[1]. Namun 
demikian, tidak boleh seorang Salafi (siapapun orangnya) menganggap dirinya 
berakhlak seperti akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau 
akhlak para shahabatnya.

Dakwah salafiyah berdiri di atas aqidah yang benar, aqidah yang Rasulullah 
dan para sahabatnya berkeyakinan dengannya. Dakwah salafiyah tegak diatas 
manhaj (jalan, metode, tata cara) Islam yang benar dan lurus, berdiri diatas 
dalil. Dakwah ini benar-benar mengagungkan As-Salaf Ash-Shalih (generasi 
terdahulu yang shalih), dari kalangan para sahabat dan tabi’in. Dakwah ini 
mengagungkan dan menghormati dalil, (berupa) firman Allah dan (sabda) 
Rasulnya, tidak mengutamakan dan mengedepankan perkataan siapapun (di atas 
perkataan Allah dan rasulNya), betapapun tinggi derajat dan kedudukannya 
orang itu. Dakwah salafiyah menyeru kepada Allah, kepada ajaran Islam yang 
benar, seimbang dan adil. Menyeru kepada kelemah lembutan dan menolak 
kekerasan. Maka menuduh dakwah salafiyah sebagai terorisme adalalah dusta!

Karena, siapakah yang benar-benar menentang para teroris dan takfiriyin 
(orang-orang yang sangat mudah mengkafirkan orang lain tanpa sebab yang haq) 
saat ini?

Siapakah mereka kalau bukan ulama dakwah salafiyah ? Mereka, yang pada zaman 
ini dikenal sangat gigih membela dan berdakwah dengan dakwah salafiyah ini. 
Yang paling dikenal di antara mereka, seperti Al-Imam Al-Muhaddist 
Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, kemudian Asy-Syaikh Al’Allaamah 
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Asy-Syaikh Al-Allaamah Muhammad bin Shalih 
Al-Utsaimin. Kemudian murid-murid Al-Imam Al-Muhaddist Asy-Syaikh Muhammad 
Nashiruddin Al-Albani, dan murid-murid mereka semua.

Merakalah yang jelas-jelas nyata paling menentang dan membantah pemikiran 
terorisme ini, baik dengan tulisan-tulisan di dalam kitab-kitab mereka, 
kaset-kaset kajian ilmiah mereka, dan dari seputar kajian-kajian ilmiah 
mereka secara langsung. Hal ini diketahui oleh setiap munshif (orang yang 
adil dalam menghukum).

Adapun mukabir (orang yang sombong dan keras kepala) dan orang yang 
mendustakan kenyataan mereka semua, maka sesungguhnya dia merupakan generasi 
(pelanjut) dari tokoh-tokoh (penentang) terdahulu, (yaitu orang-orang) yang 
menuduh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai tukang sihir, orang 
gila, pemalsu dan pembuat Al-Qur’an, pendusta. Mereka hanya menuduh, menuduh 
dan terus menuduh (tanpa haq dan bukti yang benar).

Namun inilah taqdir para nabi, mereka selalu didustakan oleh sebagian 
umatnya. Allah berfirman.

“Artinya : Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum 
kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang 
dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka” 
[Al-An’am : 34]

Oleh karena itu, demikianlah keadaan para da’i yang berdakwah kepada Allah, 
keadaan para penuntut ilmu agama. Mereka akan selalu mendapatkan halangan 
dan rintangan serta hambatan dari orang-orang sesat, ahli bid’ah, dan 
orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah. Mereka akan disakiti oleh para 
penentang itu.

Para ahli bid’ah, orang-orang sesat, dan orang-orang yang menyimpang dari 
jalan Allah, (mereka) tidak pernah berhenti melancarkan usaha-usaha keji ( 
yang mereka buat), berupa provokasi, menaburkan bibit-bibit pertikaian dan 
permusuhan di kalangan masyarakat, sehingga para da’i yang ikhlas berdakwah 
kepada Allah dan para penuntut ilmu agama, (mereka) akan selalu mendapatkan 
rintangan ini.

Ada dua pondok pesantren yang bermanhaj salaf di sebuah pulau. Setelah para 
ahli bid’ah, orang-orang sesat, dan orang-orang yang menyimpang dari jalan 
Allah ini mengetahui keberadaan dua pondok pesantren ini, mereka segera 
menghasut masyarakat setempat, dan akhirnya merekapun berhasil menghancurkan 
dan memporakporandakan ke dua pondok pesantren ini.

Tidak ada yang memicu mereka untuk melakukan tindakan keji ini, melainkan 
hasad, dengki dan kebencian yang membakar dada-dada mereka terhadap para 
da’i dari penuntut ilmu agama yang benar dan lurus. Demikianlah, karena 
orang sesat memang tidak akan pernah mencintai kebenaran dan ahlinya!.

Betatpapun demikian, orang-orang yang berpegang teguh dengan manhaj salaf, 
pasti akan tetap selalu ada. Mereka selalu konsisten di atas prinsipnya 
dalam berdakwah. Tidak berpengaruh tindakan-tindakan orang yang berusaha 
berbuat madharat terhadap mereka, juga orang-orang yang menyelisihi mereka, 
seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Artinya : Akan tetap ada sekelompok dari umatku yang muncul di atas al-haq 
(kebenaran), tidak membahayakan mereka orang-orang yang 

[media-dakwah] Buku Fitnah Pengkafiran oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rohimahullah

2007-04-24 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Fitnah Pengkafiran



Judul Asli : Fitnatu At-Takfir wa Hukmu Ma Anzalallah
Judul Terjemah : Janganlah Mengkafirkan Saudaramu
Penulis : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
Dikomentari : Syaikh Bin Baz dan Syaikh Utsaimin
Disusun Ulang : Abu Anas Ali bin Husaun Abu Luz






ketika perbedaan pendapat telah merebak dan perbedaan persepsi telah 
menjamur khususnya dikalangan para ulama dan umara maka kecaman dan tuduhan 
kafir kadang terlontarkan dari lisan mereka.

Apakah dalam Islam sikap mengafirkan saudara semuslim mendapatkan legitimasi 
hukum atau tidak, dan apa saja landasan serta kriteria dalam melakukan hukum 
pengkafiran itu? Bolehkah ulama melakukan hukum pengkafiran kepada seseorang 
tertentu? Nah hal tersebut menjadi sorotan di dalam buku ini, dengan jawaban 
dari para ulama yang mumpuni keilmuannya.


Silakan Down load : http://kampungsunnah.wordpress.com/
Atau silakan japri ke ana Insya Allah nanti ana kirim karena sizenya agak 
besar 4 Mg.

_
Check it out! Windows Live Spaces is here!  
http://spaces.live.com/?mkt=en-id It’s easy to create your own personal Web 
site.



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


[media-dakwah] POKOK-POKOK MANHAJ SALAF

2007-04-24 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
POKOK-POKOK MANHAJ SALAF


Oleh
Khalid bin Abdur Rahman al-'Ik


PENDAHULUAN.
Sesuatu yang pasti dan tidak mengandung keraguan sedikitpun ialah bahwasanya 
manhaj salaf adalah manhaj yang bisa diterima oleh setiap generasi dari masa 
ke masa. Begitulah kenyataannya di sepanjang sejarah dan kehidupan. Hal itu 
disebabkan keistimewaan manhaj salaf yang senantiasa secara benar dan 
mengakar dalam menggali masalah, akuratnya penggunaan dalil (istidlal) 
berdasarkan petunjuk-petunjuk Qur'aniyah serta kemampuannya menggugah 
kesadaran, dengan mudah bisa dicapai hingga peringkat ilmu serta keyakinan 
tertinggi, disamping adanya jaminan keselamatan untuk tidak terjatuh pada 
kesia-sian, khayalan, atau pada ruwetnya tali temali salah kaprah serta 
benang-kusutnya ilmu kalam, filsafat dan analogi-analogi logika.

Sesungguhnya manhaj salaf adalah manhaj yang selaras dengan fitrah manusia, 
sebab ia merupakan manhaj Qur'ani nabawi, Manhaj yang bukan hasil kreasi 
manusia. Oleh karenanya manhaj ini senantiasa mampu menarik kembali 
individu-individu umat Islam yang telah lari meninggalkan petunjuk agamanya 
dalam waktu relatif singkat dan dengan usaha sederhana, apabila dalam hal 
ini tidak ada orang-orang yang sengaja menghambat dan melakukan perusakan 
supaya manhaj yang agung ini tidak sampai kepada anggota-anggota masyarakat 
dan kelompok-kelomok umat.

Untuk itulah kita dapati manhaj salaf selalu cocok dengan zaman dan 
senantiasa up to date bagi setiap generasi ; itulah jalannya kaum salaf 
radhiayallahu 'alaihim. Inilah manhaj yang pernah di tempuh oleh Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Di atas manhaj inilah 
para imam mujtahid, para imam hafizh dan para imam ahli hadits terbentuk. 
Dengan manhaj inipula orang-orang (dahulu) diseru untuk kembali kepada 
dienullah, hingga dengan segera mereka menyambut dan menerimanya serta masuk 
kedalam dienul Islam secara berbondong-bondong.

Seperti halnya manhaj ini dahulu telah mampu menciptakan umat agung yang 
menjadi khaira ummatin ukhrijat lin-naas, sebaik-baik umat yang ditampilkan 
untuk manusia, maka iapun akan senantiasa mampu berbuat demikian dalam 
setiap masa. Buktinya .? itu bisa terwujud setiap saat, jika 
penghambat-penghambat yang sengaja diciptakan untuk mengacaukan kehidupan 
manusia hingga kehilangan fitrah lurusnya dihilangkan.

Tentu tidak diragukan lagi, bahwa ajakan untuk mengikuti jejak as-salafu 
ash-shalih harus menjadi ajakan (dakwah) yang terus menerus dilakukan. 
Dakwah ini secara pasti akan tetap selaras dengan kehidupan modern, sebab 
merupakan ajakan yang hendak mengikat seorang mukmin dengan sumber-sumber 
yang murni dan melepaskan diri dari berbagai belengu taklid yang membuat 
fanatik terhadap ra'yu (pendapat), kemudian mengembalikannya kepada 
Kitabullah serta sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.

Artinya : Katakanlah : 'Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul ; dan 
jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang 
dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa 
yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu 
mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan 
(amanat Allah) dengan terang. [An-Nuur : 54].

Jadi dakwah salafiyah selamanya bisa selaras bagi pelaku tiap-tiap zaman, 
karena dakwah salafiyah datang ketengah manusia dengan membawa sumber-sumber 
minuman rohani yang paling lezat dan murni. Dakwah salafiyah datang dengan 
membawa sesuatu yang bisa memenuhi kekosongan jiwa dan bisa menerangi 
relung-relung hati yang paling dalam. Maka dakwah salafiyah ini tidak akan 
membiarkan jiwa terkuasai oleh ambisi-ambisi hawa nafsu melainkan pasti 
dibersihkannya, dan tidak akan membiarkan hati tertimpa oleh lintasan 
kebimbangan sedikitpun kecuali pasti disucikannya, sebab dakwah salafiyah 
ini tegak berdasarkan i'tisham (berpegang teguh) pada kitab Allah dan sunnah 
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, sesuai dengan apa yang dipahami 
oleh as-salafu-as-shalih.

Tiap pendapat orang, bisa diambil atau bisa ditolak kecuali apa yang telah 
dibawakan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka 
apa yang dibawa oleh beliau harus diambil dan tidak boleh ditolak, sebab itu 
ma'shum berasal dari Allah Ta'ala.

Artinya : Dan tiadalah yang diucapkannya itu, menurutkan hawa nafsunya. 
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya) . 
[An-Najm : 3-4].

Dengan manhaj yang lurus ini, kaum mukminin akan terbebas dari 
tunggangan-tunggangan hawa nafsu yang telah bertumpuk-tumpuk menunggangi 
generasi demi generasi.

Manhaj salaf telah secara jelas memasang petunjuk bagi setiap dakwah yang 
betul-betul ikhlas bertujuan memperbaharui perkara umat yang telah menjadi 
amburadul, hingga dengannya bisa betul-betul mampu memperbaharui perkara 
agama ini dalam kehidupannya dan mampu mengencangkan ikatan iman umat 
berdasarkan dua sumber :Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya 

[media-dakwah] PELAJARAN TENTANG MANHAJ SALAF

2007-04-24 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
MENGAPA MANHAJ SALAF ?


Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali

Sesungguhnya tasfiyah (membersihkan) ajaran Islam dari ajaran-ajaran yang 
bukan bersumber dari Islam, (baik dalam masalah) aqidah, hukum dan akhlak, 
merupakan sebuah kewajiban. Agar Islam kembali bersinar, jernih, bersih dan 
murni sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi 
wa sallam kemudian mentarbiyah (mendidik kembali) generasi muslim di atas 
agama Islam yang bersih ini dengan tarbiyah (pembinaan) keimanan yang dalam 
pengaruhnya, semua itu merupakan : Manhaj Dakwah Salafiyah yang selamat, dan 
kelompok yang mendapat pertolongan Allah dalam (mengadakan) perubahan.

Pertama : Mengapa Manhaj Salaf ?

Sudah semestinya setiap muslim (yang menghendaki keselamatan, merindukan 
kehidupan yang mulia, di dunia dan di akhirat), untuk memahami Kitab Allah 
Subhanahu wa Ta’ala dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang 
shahih dengan pemahaman sebaik-baik manusia yaitu para sahabat Nabi 
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tabi’in dan orang-orang yang mengikuti mereka 
dengan baik hingga hari kiamat.

Karena sekali-kali tidak akan tergambar oleh pemikiran, adanya sebuah 
pemahaman, atau suatu manhaj (metode) yang lebih benar dan lebih lurus dari 
pemahaman Salafus Shalih dan manhaj mereka, karena tidak akan menjadi baik 
urusan umat ini melainkan dengan cara yang dilakukan oleh umat yang pertama.

Dan dari membaca dalil-dalil dari Kitab, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas akan 
didapati kewajiban memahami Kitab dan Sunnah dalam naungan pemahaman Salafus 
Shalih, karena manhaj Salafus Shalih disepakati kebenarannya dalam setiap 
masa. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan bagi seorang setinggi apapun 
kedudukannya untuk memahami (agama) dengan pemahaman selain pemahaman 
Salafus Shalih. Barangsiapa yang membenci manhaj Salafus Shalih dan 
cenderung kepada perbuatan bid’ah kaum khalaf, (yang terlingkupi dengan 
bahaya-bahaya dan tidak aman dari pengaruh bid’ah, serta akibatnya yang 
tidak dapat diingkari yaitu memecah belah kaum muslimin) maka ia adalah 
manusia yang membangun bangunannya di tepi jurang neraka.

Kepada pembaca kami jelaskan dengan dalil dan bukti.

[1]. Sesungguhnya Salafus Shalih (Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala) meridhai 
mereka) telah dipersaksikan kebaikannya, berdasar nash (dalil dari Al-Qur’an 
dan Sunnah) maupun istinbath (pengambilan hukum).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) 
diantara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti 
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada 
Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir 
sungai-sungai di dalamnya, dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. 
Itulah kemenangan yang besar” [At-Taubah : 100]

Pengertian ayat ini : Bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji orang-orang 
yang mengikuti Khiarul Bariyyah (sebaik-baik manusia). Maka dari sini 
diketahui bahwa apabila khairul bariyyah mengatakan suatu perkataan kemudian 
diikuti oleh seseorang, maka orang yang mengikuti itu berhak mendapatkan 
pujian dan keridhaan. Jika mengikuti “khairul bariyyah” tidak mendapatkan 
suatu keistimewaan, tentu orang yang mengikuti “khairul bariyah” tidak 
berhak mendapatkan pujian dan keridhaan. Dan khairul bariyyah adalah para 
sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih 
mereka itu adalah khairul bariyyah (sebaik-baik manusia)” [Al-Bayyinnah : 7]

[2]. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk menusia 
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman 
kepada Allah” [Ali Imran : 110]

Pengertian ayat ini : Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan keutamaan 
para sahabat atas seluruh umat, ketetapan itu mengharuskan keistiqomahan 
mereka dalam segala hal, karena mereka tidak akan menyimpang dari jalan yang 
lurus. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan persaksian, bahwa mereka 
menyuruh segala hal yang ma’ruf dan melarang dari segala yang mungkar dengan 
penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. 
Persaksian ini mengharuskan bahwa pemahaman mereka menjadi hujjah bagi 
orang-orang yang sesudah mereka, hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala mewariskan 
bumi dan apa saja yang ada di atasnya. Kalau tidak demikian halnya, berarti 
perbuatan mereka dalam menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran tidak 
benar, maka renungkanlah ..!

Jika ada perkataan : Ayat ini umum tidak khusus pada generasi sahabat saja.

Maka aku (Syaikh Salim Al-Hilali) berkata :

Ayat ini pertama kali ditujukan kepada para sahabat, dan tidak termasuk 
dalam ayat ini orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, kecuali jika 
(ayat ini) diqiyaskan atau diterangkan dengan dalil lain, sebagaimana dalil 
yang pertama.

Dan juga 

[media-dakwah] Mengokohkan Pijakan Keislaman

2007-04-30 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Mengokohkan Pijakan Keislaman

Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi
(Alumni Ma’had Ilmi)

Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada 
Rasulullah, amma ba’du.

Imam Abu Ja’far Ath Thahawi rahimahullah berkata di dalam kitab Aqidah 
Thahawiyah, “Pijakan keislaman (seseorang) tidak akan pernah kokoh kecuali 
apabila dibangun di atas pondasi ketundukan dan penyerahan diri.” Imam 
Bukhari meriwayatkan dari Imam Muhammad bin Syihab yang terkenal dengan 
julukan Az Zuhri rahimahullah bahwa beliau mengatakan, “Sumber risalah 
adalah Allah. Kewajiban Rasul adalah menyampaikan. Sedangkan kewajiban kita 
adalah bersikap pasrah dan tunduk.”

Perumpamaan antara dalil akal dengan dalil naqli adalah seperti orang awam 
yang muqallid (hanya mengikuti orang lain) bersama seorang alim yang 
mujtahid. Apabila orang awam ini mengetahui ada orang awam lain yang lebih 
tahu daripadanya maka dia pun bertanya tentang suatu perkara kepadanya. 
Kemudian orang awam tadi menunjukkannya supaya bertanya kepada seorang alim 
ahli fatwa. Kemudian ternyata pendapat yang disampaikan oleh temannya yang 
awam itu berbeda dengan fatwa dari ahli fatwa tersebut. Kalau seandainya 
temannya yang sama-sama awam itu mengatakan, “Yang benar adalah pendapatku, 
bukan pendapat si ahli fatwa. Karena akulah engkau bisa tahu bahwa dia 
adalah seorang ahli fatwa. Sehingga apabila engkau lebih mengedepankan 
pendapatnya daripada pendapatku maka itu artinya engkau telah merusak kaidah 
dasar yang menjadi pijakanmu untuk bisa mengerti bahwa dia adalah seorang 
ahli fatwa. Oleh sebab itulah maka hukum cabang yang kau tetapkan juga 
keliru.” Maka temannya yang awam itu mengatakan, “Ketika engkau persaksikan 
dan tunjukkan kepadaku bahwa dia adalah seorang ahli fatwa maka itu berarti 
aku pun turut mempersaksikan kewajiban untuk mengikutinya bukan mengikutimu. 
Sehingga persetujuanku denganmu dalam hal ilmu itu tidak memberikan 
konsekuensi aku harus mengikuti pendapatmu dalam semua masalah. Dan 
kekeliruanmu dalam persoalan yang bertentangan dengan jawaban si ahli fatwa 
yang lebih berilmu darimu juga tidak melahirkan konsekuensi kalau 
pengetahuanmu bahwasanya dia adalah ahli fatwa menjadi salah.” Masya Allah!! 
kalau para muqallid masa kini bisa berpikir sebagaimana muqallid ini maka 
tenteramlah dunia ini…

Akal yang sehat tentu mengetahui bahwasanya Rasul shallallahu ‘alaihi wa 
sallam adalah orang yang ma’shum (selalu terjaga dari salah) dalam hal 
informasi yang disampaikannya dari Allah ta’ala, sehingga sabda beliau tidak 
mungkin salah. Oleh karena itulah wajib bagi kita untuk bersikap pasrah dan 
tunduk serta melaksanakan perintah-perintah beliau. Sebagai umat Islam, kita 
pun sudah sama-sama mengetahui secara pasti bahwasanya Al Quran telah 
menegaskan kebenaran sabda-sabda Rasul. Oleh sebab itu apabila Rasul 
memberikan informasi atau ketetapan tentang suatu perkara maka wajib bagi 
kita untuk menerima dan melaksanakannya. Kita tidak bisa menolaknya sembari 
beralasan bahwa apa yang beliau sampaikan itu adalah sesuatu yang tidak 
masuk akal atau bertentangan dengan rasio kita. Sebab pada dasarnya akal dan 
rasio kita telah yakin seratus persen bahwa semua yang beliau sabdakan 
adalah kebenaran. Allah ta’ala berfirman,

æóãóÇ íóäØöÞõ Úóäö Çáúåóæóì Åöäú åõæó ÅöáøóÇ æóÍúíñ íõæÍóì

“Dan dia tidaklah berbicara dari dorongan hawa nafsunya, akan tetapi 
ucapannya tiada lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya.” (QS. An Najm: 
3-4)

Maka tidak mungkin diperbolehkan ada orang yang mengatakan, “Wahai Nabi, 
sesungguhnya akal kami telah memastikan bahwa sabda-sabda Anda adalah benar. 
Akan tetapi seandainya kami menerima semua berita Anda maka itu akan 
menyebabkan terjadinya pertentangan antara akal kami dengan apa yang anda 
sampaikan.” Ini berarti orang yang mengucapkan pernyataan seperti ini pada 
hakikatnya belumlah beriman secara penuh terhadap ajaran yang dibawa oleh 
Rasul dan Rasul pun tidak akan ridha dengan sikapnya itu. Karena 
sesungguhnya akal dan rasio yang dimiliki oleh manusia itu berbeda-beda, 
sementara kerancuan pemahaman/syubhat yang menghinggapi pikiran manusia 
sangatlah banyak jumlahnya. Terlebih lagi syaitan terus menerus berupaya 
membisikkan berbagai was-was dan keragu-raguan kepada telinga manusia. Lalu 
apa jadinya jika setiap orang diperkenankan untuk mengatakan sebagaimana 
perkataan orang tadi; menolak sebagian sabda Nabi dengan alasan tidak masuk 
akal?! Duhai, alangkah mengerikan akibatnya, karena seluruh sendi ajaran 
Islam akan hilang dan runtuh seketika gara-gara ulah akal-akal manusia yang 
rusak dan tidak menyadari keterbatasan pikirannya!!! Laa haula wa laa 
quwwata illa billaah.

Allah ta’ala berfirman,

æóãóÇ Úóáóì ÇáÑøóÓõæáö ÅöáøóÇ ÇáúÈóáóÇÛõ ÇáúãõÈöíäõ

“Dan tidaklah kewajiban Rasul melainkan sekedar menyampaikan.” (QS. An Nuur: 
54)

Allah ta’ala juga berfirman,

Ýóåóáú Úóáóì ÇáÑøõÓõáö ÅöáÇøó ÇáúÈóáÇÛõ ÇáúãõÈöíäõ

“Apakah ada kewajiban bagi Rasul selain memberikan keterangan yang 

[media-dakwah] HUBUNGAN AS-SUNNAH DENGAN AL-QUR'AN

2007-04-30 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
HUBUNGAN AS-SUNNAH DENGAN AL-QUR'AN


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Ditinjau dari hukum yang ada maka hubungan As-Sunnah dengan Al-Qur’an, 
sebagai berikut

[1]. As-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada di dalam 
Al-Qur’an. Dengan demikian hukum tersebut mempunyai dua sumber dan terdapat 
pula dua dalil. Yaitu dalil-dalil yang tersebut di dalam Al-Qur’an dan dalil 
penguat yang datang dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. 
Berdasarkan hukum-hukum tersebut banyak kita dapati perintah dan larangan. 
Ada perintah mentauhidkan Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, 
mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, ibadah haji 
ke Baitullah, dan disamping itu dilarang menyekutukan Allah, menyakiti kedua 
orang tua, serta banyak lagi yang lainnya.

[2]. Terkadang As-Sunnah itu berfungsi sebagai penafsir atau pemerinci 
hal-hal yang disebut secara mujmal dalam Al-Qur’an, atau memberikan taqyid, 
atau memberikan takhshish dan ayat-ayat Al-Qur’an yang muthlaq dan 'aam 
(umum). Karena tafsir, taqyid dan takh-shish yang datang dari As-Sunnah itu 
memberi pen-jelasan kepada makna yang dimaksud di dalam Al-Qur’an.

Dalam hal ini Allah telah memberi wewenang kepada Rasulullah Shallallahu 
‘alaihi wa sallam untuk memberikan penjelasan terhadap nash-nash Al-Qur’an 
dengan firman-Nya :

“Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan Kitab-Kitab. Dan Kami 
turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa 
yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.” [An-Nahl 
: 44]

Di antara contoh As-Sunnah mentakhshish Al-Qur’an adalah:

“Artinya : Allah berwasiat kepada kamu tentang anak-anak kamu, bagi 
laki-laki bagiannya sama dengan dua orang perempuan...” [An-Nisaa’: 11]

Ayat ini ditakhshish oleh As-Sunnah sebagai berikut:

[a]. Para Nabi tidak boleh mewariskan apa-apa untuk anak-anaknya dan apa 
yang mereka tinggalkan adalah sebagai shadaqah.
[b]. Tidak boleh orang tua kafir mewariskan kepada anak yang muslim atau 
sebaliknya, dan
[c]. Pembunuh tidak mewariskan apa-apa.[1]

As-Sunnah mentaqyid kemutlakan al-Qur’an:

“Artinya : Pencuri laki-laki dan perempuan, hendaklah dipotong kedua 
tangannya...” [Al-Maa’idah: 38]

Ayat ini tidak menjelaskan sampai di manakah batas tangan yang akan 
dipotong. Maka dari as-Sunnahlah didapat penjelasannya, yakni sampai 
pergelangan tangan.[2]

As-Sunnah sebagai bayan dari mujmal Al-Qur’an.
[a]. Menjelaskan tentang cara shalat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

ÕóáøõæúÇ ßóãóÇ ÑóÃóíúÊõãõæúäöí ÃõÕóáöøí.

“Artinya : Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat.” [3]

[b]. Menjelaskan tentang cara ibadah haji Nabi Shallallahu ‘alaihi wa 
sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bersabda.

áöÊóÃúÎõÐõæúÇ Úóäöøí ãóäóÇÓößóßõãú.

“Artinya : Ambillah dariku tentang tata cara manasik haji kamu sekalian.” 
[4]

Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang perlu penjelasan dari As-Sunnah karena 
masih mujmal.

[3]. Terkadang As-Sunnah menetapkan dan membentuk hukum yang tidak terdapat 
di dalam Al-Qur’an. Di antara hukum-hukum itu ialah tentang haramnya memakan 
daging keledai negeri, daging binatang buas yang mempunyai taring, burung 
yang mem-punyai kuku tajam, juga tentang haramnya menge-nakan kain sutera 
dan cincin emas bagi kaum laki-laki. Semua ini disebutkan dalam 
hadits-hadits yang shahih.

Dengan demikian tidak mungkin terjadi kontradiksi antara Al-Qur’an dengan 
As-Sunnah selama-lamanya.

Imam asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Apa-apa yang telah disunnahkan 
Rasulullah Shallallahju ‘alaihi wa sallam yang tidak terdapat pada 
Kitabullah, maka hal itu merupakan hukum Allah juga. Sebagaimana Allah 
mengabarkan kepada kita dalam firman-Nya:

“Artinya : ...Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan 
yang lurus. (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di 
langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali 
semua urusan.” [Asy-Syura: 52-53]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menerangkan hukum yang 
terdapat dalam Kitabullah, dan beliau menerangkan atau menetapkan pula hukum 
yang tidak terdapat dalam Kitabullah. Dan segala yang beliau tetapkan pasti 
Allah mewajibkan kepada kita untuk mengikutinya. Allah menjelaskan 
barangsiapa yang mengikutinya berarti ia taat kepada-Nya, dan barangsiapa 
yang tidak mengikuti beliau berarti ia telah berbuat maksiat kepada-Nya, 
yang demikian itu tidak boleh bagi seorang makhluk pun untuk melakukannya. 
Dan Allah tidak memberikan kelonggaran kepada siapa pun untuk tidak 
mengikuti Sunnah-Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” [5]

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Hubungan As-Sunnah dengan Al-Qur’an ada 
3 macam, sebagai berikut:

[a]. Terkadang As-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada di 
dalam Al-Qur’an.
[b]. Terkadang As-Sunnah berfungsi sebagai penafsir dan pemerinci hal-hal 
yang disebut secara mujmal di 

[media-dakwah] KEDUDUKAN AS-SUNNAH DALAM SYARI'AT ISLAM

2007-04-30 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah

MUQADDIMAH KEDUDUKAN AS-SUNNAH DALAM SYARI'AT ISLAM


Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan 
ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri 
kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri 
petunjuk, maka tidak ada yang dapat menye-satkannya, dan barangsiapa yang 
Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar 
kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya 
Nabi Muhammad Shallallahu ˜alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan 
sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati 
melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali Imran: 102]

Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah 
menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan 
isterinya, dan dari-pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan 
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan 
(menggunakan) Nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) 
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu men-jaga dan mengawasimu. 
[An-Nisaa': 1]

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan 
ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu 
amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang-siapa mentaati 
Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguh-nya ia telah mendapat kemenangan yang 
besar. [Al-Ahzaab: 70-71]

Amma ba’du.

Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur'an) dan 
sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam 
(As-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam 
agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bid’ah, setiap bid’ah 
adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka.

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasul-Nya 
Muhammad Shallallahu ˜alaihi wa sallam dan beliau Shallallahu ˜alaihi wa 
sallam diberikan hak dan wewenang untuk menjelaskan Al-Qur'an, sehingga 
dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah manusia mendapat petunjuk ke jalan yang lurus 
(ash-Shirath al-Mustaqim). Tidak ada jalan yang benar me-lainkan jalan 
Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih, mengamalkan 
Al-Qur’an dan As-Sunnah, berdakwah (mengajak) ummat Islam untuk berpegang 
kepada keduanya, serta konsekuen dan kon-sisten di atas keduanya.

Pada saat ini banyak aliran-aliran sesat yang berusaha memalingkan ummat 
Islam dari sumbernya yang asli dan suci, mereka berusaha untuk menghancurkan 
Islam dengan segenap tenaga mereka dengan berbagai macam cara, dengan lisan, 
tulisan dan lainnya.

Dalam buku ini penulis membahas tentang Kedudukan As-Sunnah dalam Syari’at 
Islam, karena adanya orang-orang yang berusaha untuk meragukan kedudukan 
As-Sunnah. Mereka ingin membatalkan Al-Qur'an dengan cara meragukan 
As-Sunnah. Karena apabila ummat Islam sudah meninggalkan kedua pedoman hidup 
ini, niscaya mereka pasti akan sesat.

Mereka berusaha untuk memadamkan cahaya Islam, akan tetapi Allah akan tetap 
menyempurnakan cahayanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Artinya : Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut 
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayanya meskipun 
orang-orang kafir benci. [Ash-Shaff: 8]

Ummat Islam sejak zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam meyakini bahwa 
As-Sunnah merupakan sumber ajaran Islam di samping Al-Qur'an. Bahkan 
As-Sunnah adalah wahyu sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa 
sallam :

Artinya : Ketahuilah sesungguhnya aku diberi Al-Kitab (Al-Qur'an) dan yang 
sepertinya bersamanya. Ketahuilah sesungguhnya aku diberi Al-Qur'an dan yang 
sepertinya bersamanya. [1]

Maksud dari kalimat: Dan seperti itu bersamanya adalah As-Sunnah.

Al-Imam Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Sa’id bin Hazm azh-Zhahiri, yang 
terkenal dengan Ibnu Hazm (wafat th. 456 H) berkata, Sesungguhnya Allah 
telah berfirman:

Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya 
Kami benar-benar memeliharanya. [Al-Hijr: : 9]

Kandungan dari ayat ini adalah bagi orang yang ber-iman kepada Allah 
Subhanahu wa Ta’ala dan hari Akhir bahwasanya Allah menjamin terpeliharanya 
Al-Qur’an dan tidak akan hilang selamanya. Hal ini tidak diragukan sedikit 
pun oleh seorang muslim dan begitu pula sabda Nabi Shallallahu alaihi wa 
sallam, semuanya adalah WAHYU, berdasarkan firman Allah:

Artinya : Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur-an) menurut kemauan 
hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan 
(kepadanya).” [An-Najm: 3-4]

Wahyu adalah Adz-Dzikr dengan kesepakatan seluruh ummat Islam, dan Adz-Dzikr 
terpelihara dengan nash Al-Qur'an, maka sabda Nabi Shallallahu alaihi wa 
sallam terpelihara dan 

[media-dakwah] FITNAH SYUBHAT DAN SEBAB-SEBABNYA

2007-04-30 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
FITNAH SYUBHAT DAN SEBAB-SEBABNYA


Oleh
Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz

Al Imam Muhammad bin Aslam At-Thusi rahimahullah (242 H) berkata Dan 
barangsiapa mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam hal wahyu dan dengan 
apa-apa yang ahli syirik dan ahli bid'ah berada di atasnya pada hari ini, 
maka dia mengetahui perbedaan yang sangat jauh antara orang-orang salaf dan 
orang-orang khalaf, lebih jauh antara jarak timur dan barat, mereka berdiri 
di atas sesuatu dan orang-orang salaf berdiri di atas sesuatu yang lain, 
sebagaimana dikatakan :

Dia pergi ke timur dan engkau pergi ke barat
Jauh sekali perbedaannya antara timur dan barat

Dan perkara ini -demi Allah- lebih dahsyat dari apa yang telah kami 
sebutkan.

Imam Al Bukhari menyebutkan dalam Shahihnya (2/115) [1] dari Ummi Darda 
radliyallahu'anha, ia berkata, Abu Darda masuk ke rumah dengan keadaan 
marah, maka aku tanyakan kepadanya, Ada apa engkau? Maka ia berkata, Demi 
Allah, aku tidak mengetahui sedikit pun pada diri mereka tentang urusan 
(Nabi) Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, kecuali mereka semuanya 
shalat.

Dan Imam Az-Zuhri berkata, Saya masuk menemui Anas bin Malik di Damaskus 
yang sedang dalam keadaan menangis, maka aku tanyakan kepadanya, Apa yang 
menyebabkan engkau menangis? Maka ia menjawab, Aku tidak mengetahui 
sesuatu pun dari apa-apa yang aku ketahui, kecuali shalat ini, dan shalat 
pun sekarang telah disia-siakan. Disebutkan oleh Al-Bukhari no. 530.[2]

Dan ini adalah fitnah yang terbesar di mana Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 
'anhu berbicara mengenainya, Bagaimana keadaan kalian pabila fitnah 
menyelimuti kalian,orang-orang dewasa menjadi tua di dalamnya, anak-anak 
kecil tumbuh dewasa di dalamnya pula, bid'ah telah memasyarakat, mereka 
telah menjadikannya sebagai sunnah, pabila (bid'ah) itu dirubah, maka 
dikatakannya 'sunnah (Rasullah shalallahu 'alaihi wasallam) telah dirubah' 
atau 'ini adalah perbuatan mungkar'.[3]

Dan hal ini merupakan sebagian bukti yang menunjukkan bahwa suatu amalan 
jika dilakukan bertentangan dengan As Sunnah maka janganlah dianggap, dan 
janganlah ditoleh karena amalan yang bertentangan dengan As Sunnah tersebut 
telah dilakukan sejak zaman Abu Darda dan Anas.[4]

Imam Syathibi rahimahullah (wafat tahun 790 H) berkata :
Dan pada waktu itu saya telah tampil di masyarakat dengan berkhutbah, 
menjadi imam dan yang semisalnya, maka ketika saya menginginkan istiqamah di 
jalan yang lurus, saya dapatkan diri saya asing di tengah masyarakat pada 
waktu itu, dikarenakan gerak langkah mereka banyak dilandasi oleh adat 
istiadat [5] dan tata cara mereka telah dimasuki bid`ah-bid`ah dan 
tambahan-tambahan (dalam dien ini ), di mana di zaman dahulu hal ini bukan 
merupakan barang yang aneh,lebih-lebih di zaman sekarang ini!! [6] sampai 
beliau berkata, Maka ada dua pertimbangan, yaitu pertimbangan pertama 
mengikuti As Sunnah dengan syarat menyalahi kebiasaan masyarakat, maka 
haruslah menerima resiko yang biasa diterima oleh orang-orang yang menyalahi 
adat, terlebih lagi jika masyarakat mengakui bahwa kebiasaan mereka itu 
satu-satunya sunnah, tetapi meskipun memikul beban yang berat terdapat 
pahala yang besar padanya dan pertimbangan kedua mengikuti mereka dengan 
syarat menyalahi As Sunnah dan As Salafus Shaleh, maka kalau begitu saya 
menjadi orang-orang yang sesat - saya berlindung kepada Allah dari hal yang 
demikian - hanya saja saya sesuai dengan kebiasaan masyarakat, dan saya 
dianggap sebagai pendukung, bukan
sebagai oposan.

Maka saya berpendapat bahwa binasa dalam mengikuti As Sunnah itulah sukses 
namanya, sedangkan manusia tidaklah dapat menguntungkanku sedikitpun di sisi 
Allah, maka keputusan itu saya terapkan meskipun secara bertahap dalam 
beberapa perkara, maka kiamatlah menimpa saya, bertubi-tubi celaan datang 
kepada saya, caci makian dialamatkan kepada saya bagaikan anak panah, saya 
dicap sebagai ahli bid`ah dan orang sesat, dan kedudukan saya diturunkan 
sejajar dengan orang tolol dan bodoh.[7] Sekarang ini pun kita hidup di 
zaman fitnah, fitnah syubhat dan syahwat.

Al Imam Ibnu Qayim Al Jauziyyah rahimahullah berkata dalam bukunya 
Ighatsatul Lahafan[8] :
Fitnah itu dua macam: fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Fitnah syubhat 
lebih besar bahayanya dari yang kedua. Maka fitnah syubhat ini terjadi 
disebabkan lemahnya bashirah dan sedikitnya ilmu.[9]

Apalagi kalau dibarengi rusaknya niat, dan berperannya hawa nafsu maka akan 
timbul fitnah yang lebih besar dan musibah yang lebih berat, maka katakanlah 
sekehendakmu mengenai kesesatan yang ditimbulkan buruknya niat, 
pengendalinya hawa nafsu bukannya hidayah, disertai bashirahnya yang lemah 
dan sedikit ilmunya mengenai apa-apa yang Allah utus RasulNya dengannya, 
maka dia itu termasuk orang-orang yang Allah sebut mengenai mereka :

Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang 
diingini oleh hawa nafsu mereka. [An-Najm : 23]

Sampai beliau berkata,
Fitnah syubhat ini, nanti ujungnya sampai kepada 

[media-dakwah] FIQHUL WAQI' [MEMAHAMI REALITA UMMAT]

2007-04-30 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
FIQHUL WAQI' [MEMAHAMI REALITA UMMAT]


Oleh
Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani Rohimahulloh


Segala puja dan puji hanya milik Allah Jalla Jalaluhu, kami memujiNya, 
memohon pertolongan dan ampunanNya. Kami berlindung kepadaNya dari kejahatan 
diri-diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang 
ditunjukiNya tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa 
yang di sesatkanNya, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk.

Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah Jalla 
Jalaluhu Yang Mahaesa, tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi bahwa sesungguhnya 
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hamba dan rasulNya.

Amma ba'du.

Bahwasanya Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda.

Artinya : Hampir tiba saatnya ummat-ummat itu saling seru menyeru untuk 
memerangi kalian, sebagaimana orang yang akan makan saling menyeru untuk 
segera ketempat makannya. Seorang berkata apakah karena jumlah kami sedikit 
pada saat itu ? Beliau berkata : (tidak) bahkan jumlah kalian pada saat itu 
banyak, namun kalian ibarat buih yang terbawa oleh banjir. Dan benar-benar 
Allah akan mencabut dari hati musuh-musuh kalian rasa segan mereka terhadap 
kalian, dan Allah akan melemparkan dalam hati kalian 'al-wahan', seorang 
bertutur : Wahai Rasulullah apakah 'al-wahn' itu ?. Beliau menjawab : 
'Cinta dunia dan benci pada kematian. [1]

Terungkap dengan sangat jelas dari hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam 
yang mulia ini berbagai fenomena dan gambaran tentang malapetaka besar 
yang menimpa kaum muslimin, dan telah memecah belah persatuan mereka, 
melemahkan kemuliaan dan kehormatan mereka, serta memporak porandakan 
barisan-barisan mereka.

Salah satu sisi fitnah ini telah menimpa lubuk hati sejumlah besar para da'i 
dan penuntut ilmu. Sehingga -sangat disayangkan- merekapun terpecah dan 
terbagi. Sebagian mencela dengan sebagian yang lain, sedangkan yang lainnya 
mengeritik, membantah dan seterusnya.

Bantahan-bantahan itu tidak sekedar bantahan, demikian pula jika sekedar 
kritikan-kritikan, tidak akan membahayakan seorang dari mereka, baik pihak 
yang membantah atau yang dibantah. Karena menurut pandangan orang-orang yang 
adil, yang tidak fanatik bahwa kebenaran itu diketahui dengan cahaya dan 
dalil-dalilnya, bukan diketahui dengan orang yang menyampaikan atau yang 
menyatakannya.

Akan tetapi yang membahayakan mereka (para pembantah dan yang dibantah) 
adalah berbicara tanpa ilmu, serampangan, tanpa memikirkan akibat dan 
dampaknya, serta berbicara tanpa hak terhadap hamba-hamba Allah Jalla 
Jalaluhu.

[A]. MASALAH FIQHUL WAQI'.
Ditengah fitnah yang buta, tuli dan dibangkitkan pula beragam masalah yang 
berhubungan erat dengan masalah fiqh, manhaj dan dakwah. Alhamdulillah kami 
mempunyai jawaban-jawaban ilmiah seputar masalah tersebut. Maka segala puji 
dan karunia hanya milik Allah Jalla Jalaluhu.

Diantara problematika yang cukup melelahkan dan banyak diperbincangkan 
secara serius dalam fitnah di zaman ini, apa yang diistilahkan oleh sebagian 
orang dengan Fiqhul Waqi'  alias Memahami realita umat.

Sementarta itu, saya tidak menyangkal gambaran atau ilustrasi ilmu yang 
mereka ada-adakan, namanya dengan sebutan Fiqhul Waqi', sebab telah banyak 
ulama-ulama ummat yang memberikan berbagai jawaban guna mencari jalan keluar 
bagi ragam kesulitan yang mereka hadapi dengan maksud dan tujuan agar 
mengetahui dan mengenal realita mereka. Dari sanalah kita jumpai ungkapan 
mereka yang populer :

Menghukumi sesuatu adalah bagian (cabang) dari gambarannya

Hal ini tidak akan terwujud melainkan dengan mengenal kenyataan, kejadian 
dan realita yang meliputi suatu masalah yang menjadi sasaran sebuah bahasan. 
Ini adalah suatu kaidah dasar dalam memberi fatwa secara khusus, dan 
ilmu-ilmu lainnya secara umum.

Dengan demikian Fiqhul Waqi'  adalah memahami sesuatu yang menggelisahkan 
atau menyusahkan kaum muslimin yang berhubungan erat dengan 
kepentingan-kepentingan mereka, atau tipu daya/makar musuh-musuh mereka, 
yang akan mengingatkan mereka agar mewaspadainya dan bangkit bersama secara 
nyata tidak hanya sekedar menganalisa atau menyibukkan diri dengan berita 
dan informasi kaum kafir atau bersikap melampui batas terhadap 
pemikiran-pemikiran mereka.

[B]. PENTINGNYA MENGENAL REALITA
Mengenal sebuah realita dengan tujuan agar sampai kepada hukum syariat 
adalah sangat penting dan merupakan salah satu kewajiban. Tugas ini harus 
dijalankan oleh sekelompok khusus pelajar muslim yang memiliki kecerdasan 
tinggi dari berbagai disiplin ilmu, baik syari'at atau kemasyrakatan 
(sosiologi), perekonomian, kemiliteran, dan ilmu apa saja yang dapat memberi 
manfaat bagi ummat Islam, serta mendekatkan mereka untuk kembali kepada 
kehormatan dan kemuliaan mereka. Terutama jika ilmu-ilmu ini terus 
berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan tempat.

[C]. BERAGAM FIQH YANG HARUS DIFAHAMI
Yang wajib diingat pada kesempatan ini, bahwasanya terdapat beragam 

[media-dakwah] Bedah Buku: MENUNTUT ILMU: Jalan Menuju Syurga (Jakarta 6 Mei 2007)

2007-05-02 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Bedah Buku: MENUNTUT ILMU: Jalan Menuju Syurga (Jakarta 6 Mei 2007)


Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu

Bersama ini kami dari panitia Tim Kajian Ilmiah Karyawan Astra bekerjasama 
dengan Jakarta Islamic Centre kembali menyelenggarakan Tabligh Akbar Bedah 
Buku yang Insya Allah akan diselenggarakan insya Allah pada:

Hari/Tanggal: Ahad, 18 Rabi’uts Tsani 1428 H. / 6 Mei 2007 M.
Waktu: 09.00 - Dzuhur WIB
Tempat: Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC)
Jalan Kramat Jaya, KOJA
Jakarta Utara

Tema:
“MENUNTUT ILMU : Jalan Menuju Syurga”

Panduan Menuntut Ilmu:

Keutamaan Menuntut Ilmu.
Kiat dan Adab Menuntut Ilmu.
Kitab Yang Harus Dimiliki oleh Penuntut Ilmu.
Perjalanan Ulama Dalam Menuntut Ilmu.
Nasehat dan Wasiat Bagi Penuntut Ilmu.
Pemateri:
Ustadz YAZID ABDUL QADIR JAWAS
(Penulis Buku  Mudir Yayasan Minhajus Sunnah Bogor)

Route Kendaraan dari:

Kp. Rambutan: bis PAC 07/08
Cawang/Cililitan: bis P8A
Blok M: bis PAC 65/P89
Ciputat: bis PAC 135
Bekasi: bis PAC 25
Tangerang: Bus Aja
Cibinong: Bus Kosub
Semua kendaraan ini tujuan Tj. Priuk
Selanjutnya naik APB 06 Jurusan Semper turun di depan JIC (Jakarta Islamic 
Centre)
Informasi: 0812.1055.891  0816.1182.781

Wassalam

Panitia

TKIKA - JIC

Sumber : muslim.or.id

_
More photos, more messages, more storage—get 2GB with Windows Live Hotmail. 
http://get.live.com/en-id/mail/features



Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

* Your email settings:
Individual Email | Traditional

* To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join
(Yahoo! ID required)

* To change settings via email:
mailto:[EMAIL PROTECTED] 
mailto:[EMAIL PROTECTED]

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


[media-dakwah] Motivasi Beramal Karena Dunia

2007-05-04 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Motivasi Beramal Karena Dunia


Penulis: Adika Abu Nu’man

Kaum muslimin sekalian, ikhlas adalah pokok agama dan ruhnya tauhid. Artinya 
seluruh ibadah yang dilakukan mutlak harus disendirikan dan ditujukan untuk 
mengharap wajah Alloh semata. Seorang yang ikhlas tidak menginginkan agar 
amalnya dilihat, didengar atau diperhatikan orang lain. Ia beramal tidak 
untuk kepentingan duniawi, namun ikhlas semata-mata karena Alloh. Dengan 
demikian, iman dan tauhid seseorang menjadi sempurna.

Hati-Hati Fitnah Dunia

Berbagai macam kenikmatan di dunia baik berupa harta, kedudukan dan lainnya 
merupakan ujian yang banyak menjerumuskan manusia ke jurang kesesatan. Demi 
mencapai kenikmatan dunia seseorang bisa saja rela berbuat apapun asal 
keinginannya terwujud. Tujuan hidupnya seolah-olah hanya untuk mencapai 
kesenangan duniawi belaka. Bahkan aktivitas ibadahnya pun tidak lepas dari 
keinginan untuk mendapatkan kenikmatan dunia.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mensinyalir orang-orang yang seperti ini 
dalam firman-Nya yang artinya, “Barangsiapa yang menghendaki kenikmatan 
dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan 
mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. 
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan 
lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan 
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Huud: 15-16)

Dalam ayat di atas, Alloh menjelaskan bahwa siapa saja yang menghendaki 
balasan duniawi dari amal ibadahnya, maka Alloh akan memberikannya di dunia 
ini. Akan tetapi kelak ia akan merugi di hari kiamat, ketika ia sangat 
membutuhkan amal ibadah. Bahkan dengan amal ibadahnya itu ia telah 
menjerumuskan dirinya ke dalam neraka. Balasan amal shalihnya itu telah ia 
rasakan di dunia, seluruhnya telah terhapus, hilang serta tidak dapat 
digunakan untuk menyelamatkannya pada hari kiamat.

Banyak sekali contoh bagaimana seseorang menginginkan balasan di dunia 
dengan amal akhirat. Misalnya, membaca Al Quran dengan tujuan untuk mencari 
gelar atau uang, menjadi muadzin dengan niat untuk mencari uang, berangkat 
haji dengan tujuan mencari kemuliaan dunia, belajar agama di perguruan 
tinggi semata-mata hanya untuk mendapatkan ijazah agar martabatnya naik. 
Termasuk juga melakukan berbagai jenis peribadatan dengan maksud 
menyembuhkan penyakit, supaya disenangi orang lain, supaya tidak mendapat 
gangguan dan lain-lain.

Celakalah Budak Harta !

Seseorang yang sangat gandrung kepada harta secara tidak sadar telah 
menjadikan aktivitas-aktivitas ibadahnya hanya untuk meraih harta, sehingga 
dia bergelar hamba/budak harta. Akibatnya dia tidak akan mendapatkan apa-apa 
dari ibadah tersebut kecuali rasa capek. Karena itu seseorang dalam 
ibadahnya harus berusaha untuk ikhlas dan jauh dari motivasi dunia. Salah 
satu caranya adalah tidak peduli dengan pujian atau celaan manusia, selama 
dirinya berada di jalan Alloh.

Diriwayatkan dalam Shohih Bukhori, sahabat Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu 
menuturkan bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang 
artinya, “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba 
khamisah, celakalah hamba khamilah. Jika diberi dia senang, tetapi jika 
tidak diberi dia marah. Celakalah dia dan tersungkurlah. Apabila terkena 
duri semoga tidak dapat mencabutnya. Berbahagialah seorang hamba yang memacu 
kudanya (berjihad di jalan Alloh) dengan rambutnya yang kusut dan kedua 
kakinya berlumur debu. Bila dia berada di pos penjagaan, dia akan tetap 
setia di pos penjagaan itu. Bila ditugaskan di garis belakang, dia akan 
tetap setia berada di garis belakang itu. Jika dia meminta izin (untuk 
menemui raja atau penguasa) tidak diperkenankan. Jika bertindak sebagai 
perantara tidak diterima perantaraanya.”

Dalam hadits di atas Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam menjelaskan 
bahwa sebagian orang ada yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya. 
Barang siapa yang demikian kondisinya, maka kesudahannya adalah kehancuran 
dan kehinaan. Ciri-ciri yang membeberkan sifat rakus mereka terhadap dunia 
adalah jika diberi dia senang, namun jika tidak diberi dia marah.

Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam telah memberinya sifat “Jika diberi dia 
senang, jika tidak diberi dia marah”. Hal ini sebagaimana firman Alloh yang 
artinya, “Dan diantara mereka ada yang mencelamu tentang (pembagian) zakat. 
Jika mereka diberi sebagiannya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak 
diberi sebagian darinya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” 
(At-Taubah: 58)

Ridho mereka ditujukan untuk selain Alloh dan kemarahan mereka untuk selain 
Alloh pula. Beginilah keadaan orang yang mengabdikan dirinya kepada hawa 
nafsunya. Jika ia berhasil meraihnya, maka dia bergembira dan jika tidak, 
maka merah padamlah mukanya. Alloh berfirman yang artinya, “Dan ketahuilah, 
bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai fitnah (cobaan) dan 
sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahala yang 

[media-dakwah] Menjadi Orang Asing di Dunia

2007-05-04 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Menjadi Orang Asing di Dunia

Penulis: Syaikh Shalih bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh

Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arba’in No. 40 Oleh: Abu Fatah Amrulloh

Murojaah: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar,

Dari Ibnu Umar radhiallohu ‘anhuma beliau berkata: “Rosululloh shalallahu 
‘alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, “Jadilah 
engkau di dunia seperti orang asing atau musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika 
engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau 
berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah 
masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati” (HR. Bukhori)

Penjelasan
Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi nasihat 
nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada beliau. Hadits ini dapat 
menghidupkan hati karena di dalamnya terdapat peringatan untuk menjauhkan 
diri dari tipuan dunia, masa muda, masa sehat, umur dan sebagainya.

Ibnu Umar berkata: “Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah memegang 
kedua pundakku”, hal ini menunjukkan perhatian yang besar pada beliau, dan 
saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata: “beliau pernah 
memegang kedua pundakku”. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, 
“Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang jalan”. Jika 
manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat penting 
yang sesuai dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam –pent) memulai 
kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka 
manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. 
Kedatangan manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang 
asing. Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya 
dalam masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah 
surga. Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan 
atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal 
ini, maka engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan 
senantiasa mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa 
sesungguhnya tempat tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia 
berada pada tempat yang penuh cobaan di dunia ini, dia hanya seorang asing 
atau musafir sebagaimana yang disabdakan oleh Al Musthofa shalallahu ‘alaihi 
wa sallam.

Betapa indah perkataan Ibnu Qoyyim rohimahulloh ketika menyebutkan bahwa 
kerinduan, kecintaan dan harapan seorang muslim kepada surga adalah karena 
surga merupakan tempat tinggalnya semula. Seorang muslim sekarang adalah 
tawanan musuh-musuhnya dan diusir dari negeri asalnya karena iblis telah 
menawan bapak kita, Adam ‘alaihissalam dan dia melihat, apakah dia akan 
dikembalikan ke tempat asalnya atau tidak. Oleh karena itu, alangkah 
bagusnya perkataan seorang penyair:

äÞá ÝÄÇÏß ÍíË ÔÆÊ ãä Çáåæì ãÜÇ ÇáÍÜÈ ÅáÇ ááÍÈíÈ ÇáÃæá

Palingkan hatimu pada apa saja yang kau cintai
Tidaklah kecintaan itu kecuali pada cinta pertamamu
Yaitu Alloh jalla wa ‘ala

ßã ãäÒá Ýí ÇáÃÑÖ íÃáÝå ÇáÝÊì æÍäíäÜÜÜå ÃÈÜÜÏÇ áÃæá ãÜÜäÒá

Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang
Dan selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula
Yaitu surga

Demikianlah, hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada 
Alloh jalla wa ‘ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada 
Alloh, baik dalam kecintaan, harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka 
pun selalu terkait dengan negeri yang penuh dengan kemuliaan yaitu surga. 
Mereka mengetahui surga tersebut seakan-akan berada di depan mata mereka. 
Mereka berada di dunia seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada 
pada kondisi seakan-akan mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan 
merasa senang dengan kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan 
merasa senang kecuali setelah berada di tengah-tengah keluarganya. Sedangkan 
musafir akan senantiasa mempercepat perjalanan agar urusannya segera 
selesai.

Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian 
disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada 
kaumnya selama 950 tahun,

ÝóáóÈöËó Ýöíåöãú ÃóáúÝó ÓóäóÉò ÅöáøóÇ ÎóãúÓöíäó ÚóÇãÇð

“Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun” (QS 
Al Ankabut: 14)

Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu. Kemudian ada lagi sebuah 
kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu. 
Kemudian setelah mereka, ada lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 
tahun, 40 tahun 50 tahun dan seterusnya.
Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau musafir. Mereka datang ke 
dunia kemudian mereka pergi meninggalkannya. Kematian akan menimpa setiap 
orang. Oleh karena itu setiap orang wajib untuk memberikan perhatian pada 
dirinya. Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah kelalaian tentang 
hakikat ini, kelalaian tentang hakikat dunia yang sebenarnya. Jika Alloh 

[media-dakwah] Syaitan, Sepak Terjangnya dan Kiat Menyelamatkan Diri Dari Tipu Dayanya

2007-05-07 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Syaitan, Sepak Terjangnya dan Kiat Menyelamatkan Diri Dari Tipu Dayanya


Penulis: Ustad Afifi Abdul Wadud (Makalah Studi Islam Intensif 2005 Mushola 
Teknik UGM)

Syaitan, sampai hari kiamat akan selalu menggoda bani Adam. Bahkan Alloh 
subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan manusia untuk menjadikannya sebagai 
musuh. Tulisan berikut (yang aslinya merupakan makalah kegiatan Studi Islam 
Intensif) akan membahas tentang makar yang diperbuat oleh syaitan dalam 
menggelincirkan manusia ke dalam jurang kebinasaan. Semoga Alloh melindungi 
kita dari setiap godaan syaitan…


Pergolakan Sepanjang Zaman
Pergolakan antara iblis dan bani Adam terus berlangsung hingga terbitnya 
matahari dari sebelah barat. Sudah tak terhitung korban yang berjatuhan dan 
terus akan menunggu giliran siapa saja yang tidak waspada. Dendam kesumat 
iblis terhadap bani Adam membuat dia terus memasang ranjau-ranjau penjerat, 
seakan tak akan melepaskan buruannya. Itulah yang menjadi sumpah serapahnya, 
Alloh berfirman:

ÞóÇáó ÑóÈøö Èöãó ÃóÛúæóíúÊóäöí áÃõÒóíøöäóäøó áóåõãú Ýöí ÇúáÃóÑúÖö 
æóáÃõÛúæöíóäøóåõãú ÃóÌúãóÚöíäó
“Iblis berkata,’Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku 
sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) 
di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya” (QS. Al Hijr: 
39)

Syubhat dan Syahwat, Ranjau yang Paling Berbahaya
Syubhat dan syahwat senjata bermata dua yang telah membinasakan komunitas 
bani Adam. Dan inilah yang telah dibenarkan Alloh subhanahu wa ta’ala

æóáóÞóÏú ÕóÏøóÞó Úóáóíúåöãú ÅöÈúáöíÓõ Ùóäøóåõ ÝóÇÊøóÈóÚõæåõ ÅöáÇøóÝóÑöíÞðÇ 
ãøöäó ÇáúãõÄúãöäöíäó
“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya 
terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang 
yang beriman” (QS. Saba’: 20)

Dengan syubhat, iblis akan merusak pikiran manusia sehingga kabur dalam 
memandang kebenaran. Dengan syahwat, iblis akan merusak hati manusia, 
sehingga sulit mewujudkan amal saleh yang penuh dengan keikhlasan.
Keduanya bertemu dalam satu titik kesamaan yaitu mengekor dan mengagungkan 
hawa nafsu.

Alloh berfirman:
ÃóÝóÑóÁóíúÊó ãóäö ÇÊøóÎóÐó Åöáóåóåõ åóæóÇåõ æóÃóÖóáøóåõ Çááåõ Úóáóì Úöáúãò 
æóÎóÊóãó Úóáóì ÓóãúÚöåö æóÞóáúÈöåö æóÌóÚóáó Úóáóì ÈóÕóÑöåö ÛöÔóÇæóÉð Ýóãóä 
íóåúÏöíåö ãöä ÈóÚúÏö Çááåö ÃóÝóáÇó ÊóÐóßøóÑõæäó

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai 
tuhannya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah 
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas 
penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberikannya petunjuk sesudah 
Alloh (membiarkannya sesat) . Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran” 
(QS. Al Jaatsiyah: 23)

Korban pertama adalah Adam ‘alaihi salam, dengan jeratan syubhat yang 
bernuansa syahwat,
ÝóæóÓúæóÓó Åöáóíúåö ÇáÔøóíúØóÇäõ ÞóÇáó íóÂÁóÇÏóãõ åóáú ÃóÏõáøõßó Úóáóì 
ÔóÌóÑóÉö ÇáúÎõáúÏö æóãõáúßò áÇøóíóÈúáóì

“Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, ‘Hai 
Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak 
akan pernah binasa ?” (Thahaa: 120)

Dan akan terus membidik sasaran-sasaran berikutnya dari bani Adam. Coba 
perhatikan hadits di bawah ini, betapa berbahayanya hawa nafsu bila telah 
menjalar di hati manusia.

“Dan akan muncul di tengah-tengah umat ini beberapa kaum yang hawa nafsu 
meresap di tubuh mereka sebagaimana virus rabies menjalar di tubuh 
penderitanya. Tidak tersisa urat dan persendian kecuali sudah dijalarinya” 
(HR. Abu Dawud, Ahmad, Ad Darimi, Al Haakim dan disahihkan oleh Al Albani)

Hadits ini merupakan penggalan hadits Iftiroq (perpecahan umat) yang sangat 
populer, hal ini menunjukkan bahwa sangat erat sekali kaitan antara 
perpecahan umat dengan mengekor hawa nafsu. Dan bila hawa nafsu telah 
menyetirnya, keadaannya akan persis dengan orang yang terkena 
rabies/penyakit anjing gila. Nah perhatikan di sini!! Betapa miripnya hawa 
nafsu dan rabies. Hawa nafsu mematikan jiwa dan fitroh, rabies membinasakan 
jasad menuju kematian.

Sebab Munculnya Syubhat
Akar munculnya syubhat adalah perdebatan dan perbantahan. Melalui perdebatan 
dan perbantahanlah dilontarkannya berbagai syubhat. Rosululloh sholallahu 
‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah sesat suatu kaum setelah datang 
hidayah kepadanya kecuali dengan jatuhnya mereka dalam perdebatan, lalu 
beliau membaca ayat, “Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu 
kecuali dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang 
suka bertengkar”.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Quraisy ketika dibacakan,
Åöäøóßõãú æóãóÇÊóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäö Çááåö ÍóÕóÈõ Ìóåóäøóãó ÃóäÊõãú áóåóÇ 
æóÇÑöÏõæäó
“Sesungguhnya kamu dan sesembahan–sesembahan yang kamu sembah selain Alloh 
adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya” (QS. Al Anbiyaa’ : 98)


Maka orang kafir Quraisy membantah, bagaimana dengan sesembahan orang-orang 
Nasrani. Maka benarlah perkataan Al Imam Al 

[media-dakwah] Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama�ah ( Akidah, Ibadah, Ahlak Dakwah )...Bagian V

2007-05-07 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
Bagian V

Manhaj Dakwah Ahlussunnah wal Jamaah

Sesungguhnya berdakwah kepada Allah adalah jalan yang ditempuh Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wa sallam dan pengikut-pengikutnya, sebagaimana Allah 
Ta'ala berfirman,

” Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku 
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan 
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. [98]

Dakwah kepada Allah merupakan tugas utama para Rasul dan seluruh 
pengikutnya, untuk mengeluarkan manusia dari kekufuran menuju keimanan, dari 
kesyirikan menuju tauhid dan dari Neraka menuju Surga. Dakwah tersebut 
ditopang dengan tiang-tiang yang didirikan diatas pondasi, jika salah 
satunya saja binasa maka dakwah tersebut tidaklah berjalan dengan benar 
serta tidak pernah membuahkan hasil yang diinginkan, meskipun dengan jerih 
payah yang amat sangat serta menghabiskan banyak waktu. Sebagaimana yang 
terjadi pada sebagian besar dakwah-dakwah modern masa kini yang tidak 
dilandasi dengan tiang-tiang dan juga tidak berdiri di atas pondasi 
tersebut. Adapun tiang-tiang yang menopang dakwah yang benar adalah seperti 
yang disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, ringkasnya sebagai 
berikut:

Pertama, mengetahui apa yang didakwahkan.

Maka seorang yang bodoh tidak layak menjadi da'i, Allah berfirman,

“Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku 
mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan 
aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. ( QS. Yusuf : 108 ).

“Bashirah” maksudnya adalah ilmu, karena seorang da'i akan menghadapi ulama 
yang sesat dan berbagai syubhat (kekaburan), mereka membantah agar kebatilan 
bisa mengalahkan kebenaran, Allah berfirman:

“...bantahlah mereka dengan cara yang baik.”[99]

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Mu'adz t:  Kamu akan 
mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab…. Jika seorang da'i tidak berbekal 
ilmu yang dapat digunakan untuk menghadapi setiap syubhat, maka ia akan 
kalah di awal pertandingan atau terhenti di tengah jalan.

Kedua, Mengamalkan apa yang didakwahkan.

Seorang da’i menjadi teladan yang baik , tindakan sesuai dengan ucapannya 
sehingga tidak membuah celah bagi orang-orang untuk menghinanya, Allah 
berfirman tentang nabi-Nya Syu'aib yang berkata kepada kaumnya:

“Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku 
larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku 
masih berkesanggupan”.[100]

Ketiga, Ikhlas

Dakwah yang dilakukan hendaknya betul-betul mengharap ridha Allah, bukan 
supaya dipuji orang atau agar diangkat menjadi pemimpin atau demi keinginan 
duniawi semata, sebagaimana yang diceritakan oleh Allah tentang 
nabi-nabi-Nya, bahwasanya mereka mengatakan, “Aku tidak meminta kepadamu 
balasan”. Juga,” Aku tidak meminta kepadamu harta”.

Keempat, Memulai dari sesuatu yang terpenting

Hendaknya pertama kali yang didakwahkan adalah masalah akidah dengan 
memerintahkan beribadah kepada Allah semata dan melarang syirik kemudian 
memerintahkan untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, mengerjakan 
kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan sebagaimana jalan yang dilakukan 
oleh semua rasul, Allah berfirman

“ Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk 
menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu. [101]

Juga firman Allah: “Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, 
melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) 
melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. [102]

Ketika Nabi e mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau berkata kepadanya:

Åöäøóßó ÊóÃúÊöí ÞóæúãðÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáßöÊÇóÈö , Ýóáúíóßðäú Ãóæøóáõ 
ãóÇÊóÏúÚõæúåõãú Åöáóíúåö ÔóåóÇÏóÉõ Ãóäú áóÇ Åöáóåó ÅöáóÇ Çááå ÝóÅöäú åõãú 
ÃóÌóÇÈõæúßó ÝóÇÚáóãõåõã Ãóäøó Çááå ÇÝúÊóÑóÖó Úóáóíúåöãú ÎóãúÓó ÕóáóÇæóÇÊö 
Ýöí Çáíóæúãö æó ÇááóíúáóÉö . ÇáÍÏíË

“Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab maka 
jadikanlah hal yang utama engkau seru kepada mereka adalah syahadah ( 
persaksian ) bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah 
dan jika mereka menjawab seruanmu maka katakan pada mereka bahwasanya Allah 
telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu di dalam setiap 
harinya.” Hadits.

Manhaj Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam berdakwah menjadi 
teladan yang baik dan yang paling sempurna ketika beliau tinggal di Mekah 
selama 13 tahun mengajak manusia kepada tauhid dan melarang mereka berbuat 
kesyirikan sebelum beliau memerintahkan mereka shalat, zakat, puasa, dan 
haji dan sebelum beliau melarang mereka dari perbuatan riba, zina, mencuri, 
membunuh jiwa tanpa haq.

Kelima, Bersabar dalam menghadapi rintangan di jalan dakwah

Jalan dakwah tidaklah ditaburi bunga-bunga melainkan penuh dengan suatu yang 
tidak menyenangkan dan penuh dengan bahaya, sebagaimana yang terjadi pada 
para Nabi dan Rasul sebelumnya. Allah berfirman,

”Dan 

[media-dakwah] WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU

2007-05-07 Terurut Topik Abu Fahmi Abdullah
WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU SEBAGAIMANA METODE 
PARA NABI DAN RASUL

Oleh
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani

sumber http://www.almanhaj.or.id

Pertanyaan
Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Syaikh yang mulia, tidak
ragu lagi bahwa Anda mengetahui tentang kenyataan pahit yang dialami umat
Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan masalah-masalah

keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi pemahaman dan
pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran da'wah Islam di berbagai
belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan manhaj generasi pertama
yang telah mampu melahirkan generasi terbaik. Tidak ragu lagi bahwa
kenyataan yang menyakitkan ini telah membangkitkan ghirah (semangat)
orang-orang yang ikhlas dan berkeinginan untuk mengubahnya serta untuk
memperbaiki kerusakan. Hanya saja mereka berbeda-beda cara dalam memperbaiki

fenomena tersebut, disebabkan karena perbedaan pemahaman aqidah dan manhaj
mereka -sebagaimana yang Anda ketahui- dengan munculnya berbagai gerakan dan

jama'ah-jama'ah Islam Hizbiyyah yang mengaku telah memperbaiki umat Islam
selama berpuluh-puluh tahun, tetapi bersamaan itu mereka belum berhasil,
bahkan gerakan-gerakan tersebut menyebabkan umat terjerumus ke dalam
fitnah-fitnah dan ditimpa musibah yang besar, karena manhaj-manhaj mereka
dan aqidah-qaidah mereka menyelisihi perintah Rasul Shallallahu 'alaihi wa
sallam dan apa-apa yang dibawa oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam,
dimana hal ini meninggalkan dampak yang besar berupa kebingungan kaum
muslimin dan khususnya para pemudanya dalam solusi mengatasi kenyataan pahit

ini. Seorang da'i muslim yang berpegang teguh dengan manhaj nubuwwah dan
mengikuti jalan orang-orang yang beriman serta mencontoh pemahaman para
sahabat dan tabi'in dengan baik dari kalangan ulama Islam merasa bahwa dia
sedang memikul amanat yang sangat besar dalam menghadapi kenyataan ini dan
dalam memperbaikinya atau ikut berperan serta dalam menyelesaikannya.

Maka apa nasehat Anda bagi para pengikut gerakan-gerakan dan jama'ah-jama'ah
tersebut .?

Dan apa solusi yang bermanfaat dan mengena dalam menyelesaikan kenyataan 
ini.?

Serta bagaimana seorang muslim dapat terbebas dari tanggung jawab ini di
hadapan Allah Azza wa Jalla nanti pada hari Kiamat .?

Jawaban
Berkaitan dengan apa yang disebutkan dalam pertanyaan diatas, yaitu berupa
buruknya kondisi umat Islam, maka kami katakan : Sesungguhnya kenyataan yang

menyakitkan ini tidaklah lebih buruk daripada kondisi orang Arab pada zaman
jahiliyah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus kepada
mereka, disebabkan adanya risalah Islam di antara kita dan kesempurnaannya,
serta adanya kelompok yang eksis di atas Al-Haq (kebenaran), memberi
petunjuk dan mengajak manusia kepada Islam yang benar dalam hal aqidah,
ibadah, akhlak dan manhaj. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan
orang Arab pada masa jahiliyah menyerupai kenyataan kebanyakan
kelompok-kelompok kaum muslimin sekarang ini !.

Berdasarkan hal itu, kami mengatakan bahwa : Jalan keluarnya adalah jalan
keluar yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
dan obatnya adalah seperti obat yang pernah digunakan oleh Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana Rasulullah telah mengobati
jahiliyah yang pertama, maka para juru da'wah Islam sekarang ini harus
meluruskan kesalahan pahaman umat akan makna Laa Ilaha Illallah, dan harus
mencari jalan keluar dari kenyataan pahit yang menimpa mereka dengan
pengobatan dan jalan keluar yang di tempuh oleh Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam. Dan makna yang demikian ini jelas sekali apabila kita
memperhatikan firman Allah Azza wa Jalla.

Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al-Ahzab : 21]

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suri teladan yang baik dalam

memberikan jalan keluar bagi semua problem umat Islam di dunia modern
sekarang ini pada setiap waktu dan kondisi. Hal ini yang mengharuskan kita
untuk memulai dengan apa-apa yang telah dimulai oleh Nabi kita Shallallahu
'alaihi wa sallam, yaitu pertama-tama memperbaiki apa-apa yang telah rusak
dari aqidah kaum muslimin. Dan yang kedua adalah ibadah mereka. Serta yang
ketiga adalah akhlak mereka. Bukannya yang saya maksud dari urutan ini
adanya pemisahan perkara antara satu dengan yang lainnya, artinya
mendahulukan yang paling penting kemudian sebelum yang penting, dan
selanjutnya !. Tetapi yang saya kehendaki adalah agar kaum muslimin
memeperhatikan dengan perhatian yang sangat besar dan serius terhadap
perkara-perkara di atas. Dan yang saya maksud dengan kaum muslimin adalah
para juru da'wah, atau yang lebih tepatnya adalah para ulama di kalangan
mereka, karena sangat disayangkan sekali sekarang ini setiap muslim mudah
sekali mendapat predikat sebagai da'i meskipun