[media-dakwah] Dauroh Islam Ilmiyyah bersama Al Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat di Batam
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Berikut diberitahukan kepada kaum Muslimin/Muslimat untuk daerah Batam dan sekitarnya, bahwasanya dalam Minggu ini Yayasan Islam Al-Kahfi bekerja sama dng Mesjid Sabilun Najjah,Mesjid Tiban Palm,MT Reisqi dan didukung oleh Radio Hang FM The Spirit of Sunnah (106FM) mengadakan : DAUROH ISLAM ILMIYYAH bersama Al Ustd Hakim Amir Abdat Hafidzohullahu Ta'ala sebagaiamana berikut : Semoga bermanfa'at ( TERBUKA UNTUK UMUM ). Bismillahirrohmanirrihim, Assalamu'alaikum warahmatullahi wa barakatuh mewakili panitia dauroh : Al-Hamdu Lillah, Ash-Shalaatu Was-Salaamu 'ala Rasuulillahi wa Aalihi wa Shahbihi Waba'du. Segala puji milik Allah Tabaraka wa Ta'ala dan semoga Dia memudahkan kita untuk memahami ad-Dien yang mudah dan agung ini. Berikut Jadwal Dauroh Al Ustd Hakim Amir Abdat Hafidzohullahu Ta'ala Jumat 30 Maret 2007- Khotbah Jumat di Masjid Sabilun Najjah Jumat 30 Maret 2007 Jam.20.00Wib- Dormitory PSECB Cammo Ind Park Btm Center ( dekat DutaMas ) Indahnya Islam Sabtu 31 Maret 2007 Jam.10.00Wib-Mesjid Sabilun Najjah Salaf itu paling Berilmu dan Lemah Lembut terhadap Mahluk Sabtu 31 Maret 2007 Jam.20.00Wib- Masjid Darun Nizam di Perumahan Tiban Palem Menjadi Orang tua yg Bijak Ahad 01 April 2007 Jam.10.00 - Hall Hang FM Yayasan Islam Al-Kahfi bekerja sama dng Mesjid Sabilun Najjah,Mesjid Tiban Palm,MT Reisqi dan didukung oleh Radio Hang Fm The Spirit of Sunnah (106FM) Wassalamualaykum Warohmatullahi Wabarokatuhu... _ FREE pop-up blocking with the new MSN Toolbar - get it now! http://toolbar.msn.click-url.com/go/onm00200415ave/direct/01/
[media-dakwah] Hadist Arba'in ( Hadist ke 1 ) : AMAL ITU TERGANTUNG NIATNYA
ÇáÍÏíË ÇáÃæá HADITS KE-1 AMAL ITU TERGANTUNG NIATNYA Úä ÃãíÑ ÇáãÄãäíä ÃÈí ÍÝÕ ÚãÑ Èä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá ÓãÚÊ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓáã íÞæá ÅäãÇ ÇáÃÚãÇá ÈÇáäíÇÊ , æÅäãÇ áßá ÇãÑÆ ãÇ äæì , Ýãä ßÇäÊ åÌÑÊå Åáì Çááå æÑÓæáå ÝåÌÑÊå Åáì Çááå æÑÓæáå , æãä ßÇäÊ åÌÑÊå Åáì ÏäíÇ íÕíÈåÇ æ ÇãÑÃÉ íäßÍåÇ ÝåÌÑÊå Åáì ãÇ åÇÌÑ Åáíå - ãÊÝÞ Úáíå - Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya. [Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907] Hadits ini adalah Hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya, ketinggian derajatnya dan didalamnya banyak mengandung manfaat. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pada beberapa bab pada kitab shahihnya, juga Imam Muslim telah meriwayatkan hadits ini pada akhir bab Jihad. Hadits ini salah satu pokok penting ajaran islam. Imam Ahmad dan Imam SyafiI berkata : Hadits tentang niat ini mencakup sepertiga ilmu. Begitu pula kata imam Baihaqi dll. Hal itu karena perbuatan manusia terdiri dari niat didalam hati, ucapan dan tindakan. Sedangkan niat merupakan salah satu dari tiga bagian itu. Diriwayatkan dari Imam Syafii, Hadits ini mencakup tujuh puluh bab fiqih, sejumlah Ulama mengatakan hadits ini mencakup sepertiga ajaran islam. Para ulama gemar memulai karangan-karangannya dengan mengutip hadits ini. Di antara mereka yang memulai dengan hadits ini pada kitabnya adalah Imam Bukhari. Abdurrahman bin Mahdi berkata : bagi setiap penulis buku hendaknya memulai tulisannya dengan hadits ini, untuk mengingatkan para pembacanya agar meluruskan niatnya. Hadits ini dibanding hadits-hadits yang lain adalah hadits yang sangat terkenal, tetapi dilihat dari sumber sanadnya, hadits ini adalah hadits ahad, karena hanya diriwayatkan oleh Umar bin Khaththab dari Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam. Dari Umar hanya diriwayatkan oleh Alqamah bin Abi Waqash, kemudian hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Ibrahim At Taimi, dan selanjutnya hanya diriwayatkan oleh Yahya bin Said Al Anshari, kemudian barulah menjadi terkenal pada perawi selanjutnya. Lebih dari 200 orang rawi yang meriwayatkan dari Yahya bin Said dan kebanyakan mereka adalah para Imam. Pertama : Kata Innamaa bermakna hanya/pengecualian , yaitu menetapkan sesuatu yang disebut dan mengingkari selain yang disebut itu. Kata hanya tersebut terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian secara mutlak dan terkadang dimaksudkan sebagai pengecualian yang terbatas. Untuk membedakan antara dua pengertian ini dapat diketahui dari susunan kalimatnya. Misalnya, kalimat pada firman Allah : Innamaa anta mundzirun (Engkau (Muhammad) hanyalah seorang penyampai ancaman). (QS. Ar-Rad : 7) Kalimat ini secara sepintas menyatakan bahwa tugas Nabi Shallallahu alaihi wa Sallam hanyalah menyampaikan ancaman dari Allah, tidak mempunyai tugas-tugas lain. Padahal sebenarnya beliau mempunyai banyak sekali tugas, seperti menyampaikan kabar gembira dan lain sebagainya. Begitu juga kalimat pada firman Allah : Innamal hayatud dunyaa laibun walahwun Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan dan permainan. (QS. Muhammad : 36) Kalimat ini (wallahu alam) menunjukkan pembatasan berkenaan dengan akibat atau dampaknya, apabila dikaitkan dengan hakikat kehidupan dunia, maka kehidupan dapat menjadi wahana berbuat kebaikan. Dengan demikian apabila disebutkan kata hanya dalam suatu kalimat, hendaklah diperhatikan betul pengertian yang dimaksudkan. Pada Hadits ini, kalimat Segala amal hanya menurut niatnya yang dimaksud dengan amal disini adalah semua amal yang dibenarkan syariat, sehingga setiap amal yang dibenarkan syariat tanpa niat maka tidak berarti apa-apa menurut agama islam. Tentang sabda Rasulullah, semua amal itu tergantung niatnya ada perbedaan pendapat para ulama tentang maksud kalimat tersebut. Sebagian memahami niat sebagai syarat sehingga amal tidak sah tanpa niat, sebagian yang lain memahami niat sebagai penyempurna sehingga amal itu akan sempurna apabila ada niat. Kedua : Kalimat Dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya oleh Khathabi dijelaskan bahwa kalimat ini menunjukkan pengertian yang berbeda dari sebelumnya. Yaitu menegaskan sah tidaknya amal bergantung pada niatnya. Juga Syaikh Muhyidin An-Nawawi menerangkan bahwa niat menjadi syarat
[media-dakwah] Hadist Arba'in ( Hadist ke 3 ) : RUKUN ISLAM
HADITS KE-3 RUKUN ISLAM Úä ÃÈí ÚÜÈÏ ÇáÑÍãä ÚÈÏ Çááå Èä ÚÜãÑ ÈÜä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå ÚÜäåãÇ ¡ ÞÜÇá ÓãÚÊ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓÜáã íÞÜæá : ÈÜäí ÇáÅÓÜáÇã Úáì ÎÜãÜÓ : ÔÜåÜÇÏÉ Ãä áÇ ÅáÜå ÅáÇ Çááå æÃä ãÍãÏ ÑÓæá Çááå ¡ æÅÞÇãÉ ÇáÕáÇÉ ¡ æÅíÜÊÜÇÁ ÇáÜÒßÜÇÉ ¡ æÍÜÌ ÇáÈíÊ ¡ æÕÜæã ÑãÖÇä Dari Abu Abdirrahman, Abdullah bin Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anhuma berkata : saya mendengar Rasulullah bersabda: Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah secara benar kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan. [Bukhari no.8, Muslim no.16] Abul Abbas Al-Qurtubi berkata : Lima hal tersebut menjadi asas agama Islam dan landasan tegaknya Islam. Lima hal tersebut diatas disebut secara khusus tanpa menyebutkan Jihad (Padahal Jihad adalah membela agama dan mengalahkan penentang-penentang yang kafir) Karena kelima hal tersebut merupakan kewajiban yang abadi, sedangkan jihad merupakan salah satu fardhu kifayah, sehingga pada saat tertentu bisa menjadi tidak wajib.Pada beberapa riwayat disebutkan, Haji lebih dahulu dari Puasa Romadhon. Hal ini adalah keraguan perawi. Wallahu Alam (Imam Muhyidin An Nawawi dalam mensyarah hadits ini berkata, Demikian dalam riwayat ini, Haji disebutkan lebih dahulu dari puasa. Hal ini sekedar tertib dalam menyebutkan, bukan dalam hal hukumnya, karena puasa ramadhon diwajibkan sebelum kewajiban haji. Dalam riwayat lain disebutkan puasa disebutkan lebih dahulu daripada haji) Oleh karena itu, Ibnu Umar ketika mendengar seseorang mendahulukan menyebut haji daripada puasa, ia melarangnya lalu ia mendahulukan menyebut puasa daripada haji. Ia berkata : Begitulah yang aku dengar dari Rosululloh Pada salah satu riwayat Ibnu Umar disebutkan Islam didirikan atas pengakuan bahwa engkau menyembah Allah dan mengingkari sesembahan selain-Nya dan melaksanakan Sholat . Pada riwayat lain disebutkan : seorang laki-laki berkata kepada Ibnu Umar, Bolehkah kami berperang ? Ia menjawab : Aku mendengar Rosululloh bersabda, Islam didirikan atas lima hal . Hadits ini merupakan dasar yang sangat utama guna mengetahui agama dan apa yang menjadi landasannya. Hadits ini telah mencakup apa yang menjadi rukun-rukun agama. Sumber : http://arbaiin.wordpress.com _ Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/ Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Hadist Arba'in ( Hadist ke 2 ) : IMAN, ISLAM, DAN IHSAN
HADITS KE-2 IMAN, ISLAM, DAN IHSAN Úä ÚãÑ Èä ÇáÎØÇÈ ÑÖí Çááå Úäå ÞÇá : ÈíäãÇ äÍä ÌáæÓ ÚäÏ ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓáã ÐÇÊ íæã ÅÐ ØáÚ ÚáíäÇ ÑÌá ÔÏíÏ ÈíÇÖ ÇáËíÇÈ ÔÏíÏ ÓæÇÏ ÇáÔÚÑ , áÇ íÑì Úáíå ÃËÑ ÇáÓÝÑ , æáÇ íÚÑÝå ãäÇ ÃÍÏ ÍÊì ÌáÓ Åáì ÇáäÈí Õáì Çááå Úáíå æÓáã ÝÃÓäÏ ÑßÈÊå Åáì ÑßÈÊíå ææÖÍ ßÝíå Úáì ÝÎÐíå , æÞÇá : íÇ ãÍãÏ ÃÎÈÑäí Úä ÇáÅÓáÇã , ÝÞÇá ÑÓæá Çááå Õáì Çááå Úáíå æÓáã ÇáÅÓáÇã Ãä ÊÔåÏ Ãä áÇ Åáå ÅáÇ Çááå æÃä ãÍãÏÇ ÑÓæá Çááå æÊÞíã ÇáÕáÇÉ æÊÄÊí ÇáÒßÇÉ æÊÕæã ÑãÖÇä æÊÍÌ ÇáÈíÊ Åä ÇÓÊØÚÊ Åáíå ÓÈíáÇ ÞÇá ÕÏÞÊ ÝÚÌÈÇ áå íÓÃáå æíÕÏÞå , ÞÇá : ÃÎÈÑäí Úä ÇáÅíãÇä ÞÇá Ãä ÊÄãä ÈÇááå æãáÇÆßÊå æßÊÈå æÑÓáå æÇáíæã ÇáÂÎÑ æÊÄãä ÈÇáÞÏÑ ÎíÑå æÔÑå ÞÇá : ÕÏÞÊ , ÞÇá : ÝÃÎÈÑäí Úä ÇáÅÍÓÇä , ÞÇá Ãä ÊÚÈÏ Çááå ßÃäß ÊÑÇå , ÝÅä áã Êßä ÊÑÇå ÝÅäå íÑÇß ÞÇá , ÝÃÎÈÑäí Úä ÇáÓÇÚÉ , ÞÇá ãÇ ÇáãÓÆæá ÈÃÚáã ãä ÇáÓÇÆá ÞÇá ÝÃÎÈÑäí Úä ÇãÇÑÇÊåÇ . ÞÇá Ãä ÊáÏ ÇáÃãÉ ÑÈÊåÇ æÃä ÊÑì ÇáÍÝÇÉ ÇáÚÑÇÉ ÇáÚÇáÉ ÑÚÇÁ ÇáÔÇÁ íÊØÇæáæä Ýí ÇáÈäíÇä . Ëã ÇäØáÞ ÝáÈË ãáíÇ , Ëã ÞÇá íÇ ÚãÑ , ÃÊÏÑí ãä ÇáÓÇÆá ¿ , ÞáÊ : Çááå æÑÓæáå ÃÚáã , ÞÇá ÝÅäå ÌÈÑíá ÃÊÇßã íÚáãßã Ïíäßã -ÑæÇå ãÓáã Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata, Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam Rasulullah menjawab,Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya. Orang itu berkata,Engkau benar, kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi, Beritahukan kepadaku tentang Iman Rasulullah menjawab,Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk Orang tadi berkata, Engkau benar Orang itu berkata lagi, Beritahukan kepadaku tentang Ihsan Rasulullah menjawab,Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu. Orang itu berkata lagi,Beritahukan kepadaku tentang kiamat Rasulullah menjawab, Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya. selanjutnya orang itu berkata lagi,beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya Rasulullah menjawab, Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan. Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu? Saya menjawab, Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui Rasulullah berkata, Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu [Muslim no. 8] Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu syariat dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu sunnah. Hadits ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang bagus, berperilaku yang baik dan bersih ketika datang kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, karena jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia dalam keadaan seperti itu. Kalimat Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, lalu ia berkata : Wahai Muhammad .. adalah riwayat yang masyhur. Nasai meriwayatkan dengan kalimat, Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut Rasulullah . Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah kedua lututnya. Dari hadits ini dipahami bahwa islam dan iman adalah dua hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun syariat. Namun terkadang, dalam pengertian syariat, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya. Kalimat, Kami heran, dia bertanya tetapi dia sendiri yang membenarkannya mereka para shahabat Rasulullah menjadi heran atas kejadian tersebut, karena orang yang datang kepada Rasulullah hanya dikenal oleh beliau dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang heran dengan kejadian itu. Kalimat, Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya . Iman kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan
[media-dakwah] JALAN MENUJU SURGA
JALAN MENUJU SURGA Abdullah bin Ubaid bin Umair menyatakan bahwa Abu Dzar RA pernah bertanya kepada Nabi Shallallahualaihi Wasalam . Ia adalah shahabat Beliau yang paling banyak bertanya. Katanya : Maukah engkau memberitahukan kepadaku amalan yang membawaku masuk Surga ? Rasulullah Shallallahualaihi Wasalam menjawab : Hendaknya engkau beribadah kepada Allah tanpa menyekutukan dengan sesuatu apapun. Abu Dzar bertanya : Hal itu tentu ada tindak lanjutnya ? Beliau Shallallahualaihi Wasalam menjawab : Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Abu Dzar bertanaya lagi : Kalau tidak punya harta untuk dizakati ?. Beliau Shallallahualaihi Wasalam menjawab : Lakukanlah amar maruf nahi mungkar. Abu Dzar berkata : Tetapi untuk itupun terlalu lemah ? Nabi Shallallahualaihi Wasalam bersabda : Masih ingin berbuat baik juga ? Tahan dirimu untuk berbuat jahat terhadap manusia. (dikeluarkan oleh Hannad dalam Az-Zuhd no. 1061. Syaikh Abdurrahman Al FaryuwaI menyatakan : Sanadnya shahih, apabila Abdullah bin Umair mendengarnya dari Abu Dzar RA. Karena saya tidak mendapatkannya dalam kutubur Rijal bahwa ia meriwayatkannya dari abu Dzar RA. Hadits ini juga dikeluarkan oleh Ibnu Hibban dalam Mawarid no. 863. dengan sanadnya sendiri dari Abu Katsir As Suhaimi, dari ayahnya, dari Abu Dzar RA secara marfu. Hadits ini memiliki penguat yang diriwayatkan oleh al Bukhari dan Muslim dari hadits Abu Musa. Lihat Az-Zuhd II : 515) Sungguh sebuah majelis yang sangat diberkahi Allah, manakala di dalamnya terdapat orang-orang yang senantiasa mengingatkan satu dengan yang lainnya kepada tempat kembalinya-akhirat-yang kekal. Begitulah memang sepatutnya sesama saudara semuslim untuk selalu bersama-sama saling mendorong dan mengingatkan untuk senantiasa berbuat bagi kehidupan setelah kematiannya. Metode itu pula yang sering dipakai oleh Rasulullah Shallallahualaihi Wasalam dalam memberikan bimbingan kepada umatnya terutama para shahabatnya tentang Dien yang agung ini. Rasulullah Shallallahualaihi Wasalam sendiri telah memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa bertanya kepada orang yang tahu apabila memang ia tidak mengetahui. Dari hadits di atas terdapat beberapa pelajaran/hikmah bagi kita yang dengannya dapat menyelamatkan kita dari adzab Neraka, yakni : 1. Menunjukkan kepada kita tentang keutamaan para Shahabat. Bagaimana gigihnya mereka dalam menggali segala sesuatu yang dapat mengantarkan mereka kepada kebaikan yang kekal, mengantarkan pada Jannah yang abadi. Mereka tidak pernah bosan menanyakan kepada Rasulullah Shallallahualaihi Wasalam mengenai amalan apa yang dapat menjadi jalan baginya menuju JannahNya, dan terdapat pula shahabat yang menanyakan tentang kejahatan dan bencana seperti Hudzaifah bin Yaman karena khawatir melakukannya. Masingmasing dari shahabat tersebut memeliki keutamaan dan kebaikan. 2. Terdapat penjelasan tentang kewajiban mentauhidkan Allah baik berkenaan dengan RububiyahNya dalam segala aktifitas peribadahan yang kita lakukan serta berkenaan dengan Asma dan SifatNya. Dijelaskan bahwa Ibadah sebagai manifestasi dari tauhid Rububiyyah merupakan konsekuensi dari keyakinan kita terhadap keberadaan Allah, yang meliputi segala yang dicintai dan diridhai Allah baik ucapan maupun perbuatan, secara lahiriyah maupun batiniah (sesuai yang dikemukakan oleh Syaikhul Islam ibnu Taimiyah). Sedangkan Syirik yakni meletakkan peribadahan bukan pada tempatnya dengan membuat sekutu-sekutu bagi Allah. Hal tersebut merupakan kedhaliman terbesar, yang menyeret pelakukan ke dalam Jahannam dan kekal di dalamnya. 3. Di dalam hadits tersebut tampak bagaimana keutamaan Shalat dan Zakat sebagai amalan yang ditempatkan setelah pentauhidan Allah. Banyak sekali Ayat-ayat yang menjelaskan keutamaan kedua amalan tersebut dikarenakan penyebutannya yang senantiasa mengiringi pentauhidan terhadap Allah. Sehingga meninggalkan kedua amalan tersebut merupakan penyebab terbesar yang dapat menyeret seseorang batal keislamanya alias terjerumus ke dalam kekafiran yang mengekalkan dirinya dalam neraka. 4. Terdapat wasiat dari Rasulullah Shallallahualaihi Wasalam tentang amar maruf nahi munkar. Di dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasannya amalan tersebut merupakan sebab umat ini menjadi yang terbaik dikarenakan dengan amalan tersebut umat ini mampu menghadapi berbagai pukulan serta segala konspirasi yang dihantamkan para musuh Allah sepanjang masa. Dengan meninggalkan amalan ini akan terbuka berbagai maksiat sehingga laknat Allah akan menimpa umat, seperti halnya Allah melaknat Bani Israil dalam firmannya : Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lesan Daud dan Isa Ibnu Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu. (Al Maidah : 78-79) 5. Dijelaskan pula di
[media-dakwah] BAGAIMANA ZAMAN AKAN HANCUR
BAGAIMANA ZAMAN AKAN HANCUR Diriwayatkan dari Asy Syabi dari Ziyad bin Jarir, ia berkata : Saya mendatangi Umar bin Khathab kemudian beliau berkata : Wahai Ziyad, apakah kamu sedang meruntuhkan bangunan Islam atau sedang menegakkannya? Aku menjawab : Saya sedang menegakkannya. lalu beliau berkata : Sesungguhnya zaman akan hancur karena ketergelinciran ulama dan karena munculnya perdebatan orang-orang munafik atau pemimpin yang menyesatkan. Kebangkitan memiliki perantara, demikian pula kehancuran memiliki tanda-tanda. Sedangkan kaum Muslimin dituntut untuk waspada terhadap unsur-unsur pemicu kehancuran dan konsisten dengan sarana-sarana menuju kebangkitan serta hendaknya tidak berlaku toleran terhadap orang-orang yang berhasrat menghancurkan bangunannya, merobohkan sendi-sendinya dan menyebarkan malapetaka yang tiada membedakan antara orang yang shaleh dan yang jahat. Seorang yang berilmu tergelincir adalah bencana karena manusia selalu mendengarkan kata-katanya, mengagumi ilmunya maka ia harus menjaga penampilannya dihadapan orang. Harus ada keserasian antara ilmu dan amal dan hendaknya diketahui bahwa ilmu adalah amanah yang menuntut pemiliknya untuk memikulnya, menunaikan dan mengamalkannya. Jika tidak, niscaya menjadi bumerang bagi pemiliknya lagi pula tidak akan bermanfaat bagi manusia. Ketergelinciran orang alim kadang terjadi dalam ucapan, terkadang dalam aplikasi amal dan perangai, yang terkadang dalam pemikiran yang mengekor hawa nafsu dan mencampakkan kebenaran. Demikian terus berjalan hingga ia merasa bangga dengan dosanya ketika diingatkan akan kesalahan-kesalahannya. Ia konsisten dengan pembangkangannya, berusaha mencari dalil-dalil palsu yang tidak bisa dijadikan landasan yang benar dan tidak akan menjadi pembenaran bagi kesalahannya. Semua aliran-aliran yang bathil maupun pemikiran sesat berpangkal dari ketergelinciran dan pembangkangan semacam ini. Padahal seharusnya orang yang berilmu itu mencari kebenaran dan menempuh jalan yang benar pula, sama saja apakah kebenaran itu dia dapatkan dengan mencarinya ataukah lantaran orang lain yang menunjukinya Masalah perdebatan orang-orang munafiq, maka hal ini termasuk materi penghancur tatanan kehidupan, baik dalam pemikiran, wawasan ataupun kemasyarakatan. Ia adalah pemicu peperangan. Diseputar problematika telah ia ketahui mana yang benar sebelum diketahui orang lain namun ia menyembunyikan kebenaran itu lalu meniupkan virus syubhat dan menyibukkan manusia dalam perkara bathil. targetnya adalah merobohkan dan bukan membangun. Berapa banyak kehidupan masyarakat muslim hari ini ternodai oleh kesibukan berdebat dengan bathil hingga melalaikan kaum muslimin dari metode berfikir yang lurus di masa sekarang dan menggariskan target yang benar di masa yang akan datang. Mereka senantiasa berdebat (atau istilah yang digunakan oleh rasionalis dengan berdialog) untuk memperbincangkan perkara-perkara yang hakikatnya telah baku di dalam Islam berdasarkan nash-nash Al Quran dan As Sunnah yang shahih seperti masalah wanita atau wajibnya penerapan hukum Islam dan mereka mengklaim ijtihad palsu yang berdasarkan kaidah-kaidah yang merusak. Setelah itu datanglah para pemimpin yang menyesatkan yang tidak peduli akan nasib umatnya dan tiada upaya untuk membimbing mereka kepada jalan yang benar. Bahkan mereka menjerumuskan ke dalam kesesatan, memperdayakan mereka dengan syahwat, agar mereka tidak agresif dan jauh dari istiqomah. Begitulah, Umar din Khathab memperingatkan kepada kita akan unsur-unsur yang dapat merobohkan bangunan hingga tak dapat menambah tingginya bangunan, tidak pula bertambah baik amalnya dan menyebabkan upaya kita menjadi tidak lurus, agar umat selamat darinya, waspada terhadap bahayanya. Umat Islam perlu menolak bahaya penyimpangan tersebut dan mewaspadai akan sebab-sebab penyimpangan itu, serta tidak tenggelam dalam kebathilan dan mempersempit ruang gerak para penyeru hawa nafsu yang akan menggiring kepada kehancuran ! Bagaimana bangunanmu akan sempurna ? Jika kamu membangunnya sedang orang lain menghancurkannya ? Dari Buku Potret Kehidupan Para Salaf (Keteladanan Para Shahabat dab Tabiin dalam Kehidupan Sehari-hari)/Haakadzaa Tahaddatsas Salaf Oleh Dr. Musthafa Abdul Wahid Dicopy dari : http://abusyadza.wordpress.com/2007/03/02/bagaimana-zaman-akan-hancur/#more-38 _ Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/ Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email:
[media-dakwah] USHUL FIQIH ( QOWA�IDU AL FIQHIYYAH LI FAHMI AN NUSHUUSHI ASY SYAR�IYYATI )
USHUL FIQIH KITAB ÇáÞæÇÚÏ ÇáÝÞåíÉ áÝåã ÇáäÕæÕ ÇáÔÑÚíÉ ááÚáÇãÉ ÇáÑÈÇäí ÚÈÏÑÇáÑÍãäÈä äÇÕÑ ÇáÓÚÏí (ÇáãÊæÝì: 1376 #65260;) ALQOWAIDUL FIQHIYYAH LI FAHMIN NUSHUUSHISY SYARIYYATI (Kaidah Kaidah Fiqih Untuk Memahami Nash Nash Syari) KARYA AL ALLAMAH AR ROBBANI ABDURRAHMAN BIN NASHIR AS SADI Rahimahullah (Wafat 1376 Hijiriyah) (PEMBAHASAN 11) ÇáäíÉ ÔÑØ áÓÇÆÑ ÇáÚãá ÈåÇ ÇáÕáÇÍ æÇáÝÓÏ ááÚãá NIAT (ADALAH) SYARAT BAGI SELURUH AMAL BAIK DAN RUSAKNYA AMALAN (ADALAH) KARENA NIAT Penjelasan: Kaidah ini adalah kaidah yang paling bermanfaat dan paling besar. Kaidah ini juga termasuk dalam seluruh bab bab ilmu. Baiknya amalan badaniyyah (amalan badan yang bukan termasuk ibadah) dan milaliyyah (amalan yang termasuk ibadah), yang berupa amalan hati ataupun amalan anggota badan hanyalah dengan niat (yang baik pula). Dan rusaknya amalan amalan ini adalah karena niat (yang rusak pula). Jika saya telah memperbaiki niat, maka saya telah memperbaiki ucapan dan amalan (saya). Dan jika saya telah merusak niat, maka saya telah merusak ucapan dan amalan (yang saya lakukan). Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rosulullah shalallahualaihi wa salam . ÅäãÇ ÇáÃÚãÇá ÈÇáäíÉ æÅäãÇ áßá ÇãÑìÁ ãÇ äæì Amal hanyalah dengan niat dan setiap perkara hanyalah (tergantung) apa yang diniatkan [1] Niat memiliki dua kategori, diantaranya: Pemisah antara kebiasaan dan ibadah. Misalnya (amalan) puasa. Puasa adalah meninggalkan makan, minum dan semisalnya. Akan tetapi terkadang manusia meninggalkan makan dan minum sebagai kebiasaan (bukan ibadah), yang dalam meninggalkan makan dan minum itu tidak meniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. (Namun) terkadang (perbuatan itu untuk) ibadah. Sehingga haruslah ada pembeda diantara kedua amalan itu. (Pemisah) antara ibadah yang satu dengan yang lain. Sebagian ibadah (ada yang memiliki hukum) Fardlu Ain , sebagian yang lain (ada yang memiliki hukum) Fardlu Kifayah , sebagian yang lain (ada yang berupa) Sunnah Rowatib atau Sunnah Witir dan sebagian yang lain adalah Sunnah Mutlaqoh . Oleh sebab itu harus ada pembeda atau pemisah antara masing masing ibadah yang bermacam macam (berupa niat yang berbeda). Penegak suatu niat adalah ikhlas. Ikhlas menentukan pahala dari bersihnya niat suatu amal. Maka tidak bisa tidak, amal dan yang diamalkan termasuk dalam niat suatu jiwa. Ikhlas adalah seorang hamba beramal untuk mengharapkan wajah Allah dan tidak menghendaki selainnya. Contoh dari kaidah ini adalah: Semua ibadah seperti sholat, baik wajib ataupun sunnahnya; zakat; puasa; itiqof; haji; umroh, beban yang wajib dan yang sunnah; hewan untuk kurban hari iedul Adha ataupun kurban biasa; nadzar dan kafarat; jihad; kemerdekaan dan pengurusan (budak). Bahkan hal ini juga berlaku pada seluruh amal yang bersifat mubah jika diniatkan untuk menguatkan ketaatan kepada Allah atau menyampaikan kepada ketaatan itu. Seperti misalnya makan dan minum; tidur; mengumpulkan harta; menikah, jimak dalam pernikahan ataupun dalam hal budak wanita jika pelaku amal menghendaki didalamnya untuk menjaga diri dari hal yang hina, atau memperoleh anak yang sholeh, atau memperbanyak umat (islam). Kandungan makna ini perlu mendapatkan perhatian. Perkara yang dikerjakan seorang hamba ada dua jenis, yaitu: perkara yang dimaksudkan untuk dikerjakan dan perkara yang dimaksudkan untuk ditinggalkan. Perkara yang diperintahkan (atau yang dimaksudkan untuk dikerjakan) mengharuskan disertai dengan niat. Niat menentukan sah dan sampainya pahala amalan ini. Contoh perkara ini adalah shalat dan semacamnya. Perkara yang dikehendaki untuk ditinggalkan seperti meninggalkan najis pada pakaian, badan, atau sepotong dari sesuatu dan seperti melunasi kewajiban membayar hutang. Perkara untuk membebaskan tanggungan najis atau hutang tidaklah memerlukan syarat untuk berniat membebaskan tanggungan. Sedangkan perkara yang menghasilkan sampainya pahala maka haruslah diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah, Wallahu alam . Diterjemahkan Abu Ahmad Abdul Alim Ricki Kurniawan Al Mutafaqqih. Selesai penerjemahan Ahad, 25 Februari 2007 ___ Footnote: (Dari Abu Ahmad Abdul Alim Ricki Kurniawan Al Mutafaqqih) [1] Hadits ini termasuk salah satu hadits dalam kitab Arbain Nawawiyah dikeluarkan oleh: Imam Muslim rohimahullah dalam kitab Shohih nya nomor hadits 1907 dan Imam bukhari rohimahullah dalam kitab Shohih nya nomor hadits 1. Lafadz hadits ini adalah lafadz Imam Bukhari rohimahullah. Dicopy dari : http://alwajiz.wordpress.com/2007/02/28/niat-adalah-syarat-bagi-seluruh-amal/#more-48 _ Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/ Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links
[media-dakwah] Dauroh Islam Ilmiyah ( bedah buku Untukmu yg berjiwa Hanif )
Assalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu, Berikut info dauroh Islam ilmiyyah untuk daerah Batam dan sekitarnya bersama Al Ustd Armen Halim Naro.Lc yang ana dapat dari panitia. Semoga bermanfa'at. === Assaalamualaykum Warohmatullahi Wabarokatuhu... Ihkwan Fiddin, Diinformasikan bahwa Insya Allahu Ta'ala akan diadaka Dauroh Islam Ilmiyyah dng pemateri Al Ustd Armen Halim Naro.Lc dari Pk Baru dng jadwal sbb: Jumat 13 April ba'da Isya di Mesjid AnNur Nongsa Kapling Sabtu 14 April ba'da Isya Hall Hang Fm Carnaval Mall Btm Center ( bedah buku Untukmu yg berjiwa Hanif Minggu 15 April jam.9.00 pagi s/d jam 12.00 di Hall Hang Fm Carnaval Mall Btm Center ( bedah buku Untukmu yg berjiwa Hanif) lanjutan Demikian... Baarakallahu Fiik AbuFandi == _ Express yourself instantly with MSN Messenger! Download today it's FREE! http://messenger.msn.click-url.com/go/onm00200471ave/direct/01/
[media-dakwah] METODOLOGI DAKWAH
METODOLOGI DAKWAH Oleh Fadhilatusy Syaikh Shalih bin Fauzan Al-Fauzan Pertanyaan. Apakah metode dakwah dibatasi dengan kaidah-kaidah tertentu ? Jawaban. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalanNya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk [An-Nahl : 125] Orang yang terjerumus dalam kemungkaran boleh jadi karena kejahilannya. Maka untuk orang jenis ini cukup didakwahi dengan cara yang bijaksana. Misalnya dengan menjelaskan kekeliruannya, apabila telah jelas kekeliruan tersebut baginya ia segera kembali kepada kebenaran. Di antara manusia ada juga yang walaupun kekeliruannya telah jelas namun ia masih keras kepala tidak mau kembali kepada kebenaran. Barangkali ia memiliki sifat malas, hawa nafsunya merintangi dirinya untuk menerima kebenaran. Maka untuk orang jenis ini dibutuhkan pelajaran yang baik, yaitu dengan memperingatkan kepadanya kerasnya siksa Allah dan hukuman yang bakal diterima oleh orang yang terus menerus berbuat maksiat setelah mengetahuinya. Ada pula jenis ketiga, yaitu orang yang membantah apabila mengetahui kebenaran demi mempertahankan kebatilan dan kemungkaran. Ia hanya ingin mencari pembenaran bagi kesalahan yang dilakukannya. Orang jenis ini perlu dibantah. Namun hendaknya perbantahan itu dilakukan dengan cara yang terbaik bukan dengan sikap arogan, tidak pula dengan pelecehan dan penghinaan, namun dengan cara yang terbaik, yaitu membantah kebatilan dengan argumen-argumen yang jelas sehingga kebenaran menjadi nyata dan kebatilan menjadi sirna. Inilah tingkatan-tingkatan yang dijelaskan Allah dalam ayat tersebut. Tingkatan pertama dengan hikmah, tingkatan kedua dengan pelajaran yang baik dan tingkatan ketiga dengan perbantahan yang baik. Sekala tingkatan-tingkatan itu berbeda-beda sesuai dengan kondisi mad'u. [Disalin dari kitab Muraja'att fi fiqhil waqi' as-sunnah wal fikri 'ala dhauil kitabi wa sunnah, edisi Indonesia Koreksi Total Masalah Politik Pemikiran Dalam Perspektif Al-Qur'an As-Sunnah, hal 75-77 Terbitan Darul Haq, penerjemah Abu Ihsan Al-Atsari] Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=morearticle_id=950bagian=0 _ FREE pop-up blocking with the new MSN Toolbar - get it now! http://toolbar.msn.click-url.com/go/onm00200415ave/direct/01/
[media-dakwah] Saatnya Ahlu Haq Berlaku Jujur
Saatnya Ahlu Haq Berlaku Jujur ! MUKADDIMAH Para pemikir-pemikir Barat mulai menyuarakan melalui mimbar-mimbar ilmiah mereka, bahwasanya peperangan budaya dan ideologi telah dimulai. Dan peperangan antara konsep Islami dan konsep pemikiran sekuler telah dinyatakan terang-terangan. Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa kaum muslimin harus menyatukan barisan mereka dan memadukan visi dan misi mereka. Dan mereka harus mempelajari manhaj Islami yang benar. Pergolakan pemikiran membangkitkan sentimen sebagian kelompok yang menggiring mereka melakukan beberapa aksi kekerasan. Aksi tersebut bersandar kepada beberapa metodologi berpikir yang keliru, secara tidak langsung merupakan sebab timbulnya beberapa kekacauan dalam lembaran sejarah dunia Islam. Oleh karena itu, maka sudah sewajarnya kita menelaah dengan seksama pola pemikiran politik yang Islami menurut Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan mengambil metodologi Ahlus Sunnah wal Jama'ah sebagai solusi dalam menghadapi segala tantangan zaman dan dalam membabat habis pemikiran-pemikiran yang menyesatkan. Sebagai konsekswensinya umat Islam harus bersatu di atas pedoman Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Pedoman itulah yang dapat membantu umat ini dalam mengarahkan kebangkitan umat Islam dan memperbaiki perjalanan menuju ke arah sana. Kebangkitan Islam telah muncul di atas dua manhaj : Pertama : Manhaj yang memulai dengan menancapkan aqidah yang benar dan berusaha mengamalkannya, kemudian berangkat dan situ berusaha menelurkan ide-ide politik yang sejalan dengan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Kedua : Manhaj yang memulai dengan memunculkan ide-ide politik dan undang-undang sementara masalah aqidah dikebelakangkan. Akhirnya mereka jatuh dalam tindakan-tindakan yang salah. Dibawah ini, akan saya salinkan secara berseri nasehat para ulama tentang masalah Politik dan Pemikiran, yang mana para ulama mengetengahkan asas-asas yang menjadi dasar dari kaidah bagi seluruh kafilah-kafilah dakwah Islam. Di samping mengetengahkan hubungan antara penguasa dan rakyat, amar ma'ruf nahi mungkar dan masalah perseteruan antara yang haq dan batil. Ulama-ulama yang berbicara dalam kesempatan ini adalah ulama-ulama dan pemikir-pemikir Islam yang handal. Samahatusy Syaikh Abdul Aziz bin Baz adalah mufti Kerajaan Saudi Arabia merangkap ketua umum Lembaga Riset, Fatwa, Dakwah dan Bimbingan Islam. Kemudian Fadhilatusy Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan Al-Fauzan, beliau adalah anggota Lembaga Riset, Fatwa, Dakwah dan Bimbingan Islam Saudi Arabia dan mantan Dekan Ma'had 'Ali Lil Qadha. Beliau adalah seorang peniliti yang matang yang telah bernadzar untuk selalu berkhidmat pada kepentingan agama dan penyebaran aqidah yang benar. Kemudian Fadhilatusy Syaikh Dr. Shalih bin Ghanim As-Sadlan, seorang Guru Besar yang berpengalaman di Fakultas Syari'ah, seorang pengamat handal yang selalu tegak di atas manhaj yang lurus. Dan sesungguhnya para ulama tertuntut untuk menjelaskan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah dalam bidang politik dan pola pemikiran sebagaimana halnya mereka menjelaskan bidang aqidah. [1] SAATNYA AHLU HAQ BERLAKU JUJUR Oleh Fadhilatus Syaikh Shalih bin Ghanim As-Sadlan Pertanyaan : Syaikh Shalih bin Ghanim As-Sadlan ditanya : Diantara persoalan yang menimbulkan kesamaran sekarang ini bagi sebagian pemuda adalah munculnya berbagai kemaksiatan dan kemungkaran yang jelas bertentangan dengan ajaran agama di tengah masyarakat Islam. Kemudian pemuda-pemuda itu menganggapnya sebagai masyarakat jahiliyah. Sangat disayangkan beberapa orang yang disebut sebagai pemikir Islam justru banyak mengobral istilah tersebut. Tentunya Syaikh yang mulia sudah mengatahui dampak buruk dari perkataan tersebut. Jawaban. Ahamdulillah Rabbil 'Alamin. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi besar Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, wa ba'du. Eksistensi haq dan batil serta peperangan antara keduanya merupakan perkara yang sudah dimaklumi bersama. Semenjak Adam diturunkan ke bumi, peperangan antara haq dan batil terus berlangsung. Akan tetapi jika orang-orang yang berada di atas haq berlaku jujur dan berniat ikhlas niscaya mereka akan mendapat pertolongan. Namun jika di antara mereka saling tidak memperdulikan dan tercerai berai serta saling tidak memahami dan merujuk kepada kebenaran maka perselisihan akan semakin meruncing dan jurang perpecahan akan semakin melebar. Allah telah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab supaya manusia dapat menegakkan keadilan dan kebenaran. Sungguh sangat keliru seorang muslim yang menunggu masyarakat yang seteril dari kemungkaran dan hanya ada satu kebenaran tanpa ada perlawanan dari kebatilan. Kondisi seperti itu tidak mungkin tercipta, sunnatullah telah menetapkan bahwa peperangan antara haq dan batil akan terus berlangsung agar Allah mengetahui siapa saja yang membela agamanya dan siapa yang hidup maka hidupnya diatas keterangan yang nyata. Sejak generasi pertama umat ini, masyarakat
[media-dakwah] JIHAD DALAM ISLAM
JIHAD DALAM ISLAM Oleh Ibnul Qoyyim Rahimahullah Jihad merupakan tulang punggung dan kubah Islam. Kedudukan orang-orang yang berjihad amatlah tinggi di surga, begitu juga di dunia. Mereka mulia di dunia dan di akhirat. Rasulullah adalah orang yang paling tinggi derajatnya dalam jihad. Beliau telah berjihad dalam segala bentuk dan macamnya. Beliau berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad, baik dengan hati, dakwah, keterangan (ilmu), pedang dan senjata. Semua waktu beliau hanya untuk berjihad dengan hati, lisan dan tangan beliau. Oleh karena itulah, beliau amat harum namanya (di sisi manusia-pent) dan paling mulia di sisi Allah. Allah memerintahkan beliau untuk berjihad semenjak beliau diutus sebagai Nabi, Allah berfirman Dan andaikata Kami menghendaki, benar-benarlah Kami utus pada tiap-tiap negeri seorang yang memberi peringatan (rasul). Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar. [Al-Furqon : 51-52] Surat ini termasuk surat Makiyah yang didalamnya terdapat perintah untuk berjihad melawan orang-orang kafir dengan hujjah dan keterangan serta menyampaikan Al-Qur'an. Demikian juga, jihad melawan orang-orang munafik dengan menyampaikan hujjah karena mereka sudah ada dibawah kekuasaan kaum muslimin, Allah ta'ala berfirman : Artinya : Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah neraka Jahannam. Dan itulah tempat kembali yang seburuk-buruknya. [At-Taubah : 73] Jihad melawan orang-orang munafik (dengan hujjah-pent) lebih sulit daripada jihad melawan orang-orang kafir (dengan pedang-pent), karena (jihad dengan hujjah-pent) hanya bisa dilakukan orang-orang khusus saja yaitu para pewaris nabi (ulama). Yang bisa melaksanakannya dan yang membantu mereka adalah sekelompok kecil dari manusia. Meskipun demikian, mereka adalah orang-orang termulia di sisi Allah.[2] Termasuk semulia-mulianya jihad adalah mengatakan kebenaran meski banyak orang yang menentang dengan keras seperti menyampaikan kebenaran kepada orang yang dikhawatirkan gangguannya. Oleh karena inilah, para Rasul -sholawatullahi 'alaihim wa salaamuhu- termasuk yang paling sempurna Jihad melawan musuh-musuh Allah diluar (kaum muslimin) termasuk cabang dari jihadnya seorang hamba terhadap dirinya sendiri (hawa nafsu) di dalam ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang disabdakan Nabi : Artinya : Mujahid adalah orang yang berjihad melawan dirinya dalam mentaati Allah dan Muhajir adalah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang Allah [Hadits Riwayat Ahmad dan sanadnya jayyid/baik] Oleh sebab itu, jihad terhadap diri sendiri lebih didahulukan daripada jihad melawan orang-orang kafir dan hal tersebut merupakan pondasinya. Seorang hamba jika tidak berjihad terhadap dirinya sendiri dalam mentaati perintah Allah dan meninggalkan apa yang dilarang dengan ikhlas karena-Nya, maka bagaimana mungkin dia bisa berjihad melawan orang-orang kafir[3]. Bagaimana dia bisa melawan orang-orang kafir sedangkan musuh (hawa nafsu) nya yang berada disamping kiri dan kanannya masih menguasainya dan dia belum berjihad melawannya karena Allah. Tidak akan mungkin dia keluar berjihad melawan musuh (orang-orang kafir) sehingga dia mampu berjihad melawan hawa nafsunya untuk keluar berjihad.[4] Kedua musuh itu adalah sasaran jihad seorang hamba. Tapi masih ada yang ketiga, yang dia tidak mungkin berjihad melawan keduanya kecuali setelah mengalahkan yang ketiga ini. Dia (musuh yang ketiga ini) selalu menghadang, menipu dan menggoda hamba agar tidak berjihad melawan hawa nafsunya. Dia senantiasa mengambarkan kepada seorang hamba bahwa berjihad melawan hawa nafsu amatlah berat dan harus meninggalkan kelezatan dan kenikmatan (dunia). Tidak mungkin dia berjihad melawan kedua musuhnya tadi kecuali terlebih dahulu berjihad melawannya. Oleh karenanya, jihad melawannya adalah pondasi dalam berjihad melawan keduanya. Musuh yang ketiga itu adalah setan, Allah ta'ala berfirman : Artinya : Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu) [Faathir : 6] Perintah untuk menjadikan setan sebagai musuh merupakan peringatan agar (seorang hamba) mengerahkan segala kekuatan dalam memeranginya, karena musuh tersebut tidak pernah lelah dan lemah untuk menyesatkan manusia sepanjang masa. (Kemudian beliau berkata -pent) Jika hal diatas sudah dimengerti maka jihad terbagi menjadi empat tahapan [5]: [1]. Jihad melawan diri sendiri (hawa nafsu), dan hal ini terbagi lagi menjadi empat tingkatan a. Berjihad dalam menuntut ilmu agama yang tidak akan ada kebahagiaan di dunia dan di akhirat kecuali dengannya. Barangsiapa yang ketinggalan ilmu agama maka dia akan sengsara di dunia dan di akhirat. b. Berjihad dalam mengamalkan ilmu yang dia pelajari, karena ilmu tanpa amal jika tidak memadharatkannya, minimal ilmunya tidak bermanfaat. c. Berjihad
[media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta Oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi Anda telah mendengarkan bersama, untaian kalimat [1] yang mengandung penjelasan seputar ad-da'wah as-Salafiyah, ajaran-ajaran pokoknya yang ilmiah, yang berkaitan dengan aqidah dan manhaj (metode memahami agama). (Anda semua telah mendengarkan), seluruh penjelasannya ternyata sangat berkaitan dengan qalallah (Allah berfirman) dan qala Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam (Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda). Jauh dari segala opini pribadi, perkataan manusia, prediksi, dan prasangka. Dakwah seperti inilah yang benar-benar warisan ajaran kenabian. Dakwah seperti inilah yang benar-benar layak, pantas dan berhak dibawa oleh umat, dan diwariskan dari generasi ke generasi, sejak generasi pertama umat ini yang terang-benderang, hingga saat ini, dan hingga Allah menghendaki konsistensi dakwah ini tetap berlangsung. Ad-da'wah as-Salafiyah adalah dakwah Islam. Dakwah ini murni, tanpa tambahan-tambahan, hiasan-hiasan, atau dekorasi-dekorasi. Ad-da'wah as-Salafiyah adalah dakwah menuju al Qur`an dan as-Sunnah dengan pemahaman salaful-ummah (generasi terdahulu yang shalih). Jika hanya satu sifat ini saja yang disampaikan kepada setiap orang yang berakal dan berpikir, pastilah sudah cukup, tanpa perlu penjelasan lebih lanjut yang berkepanjangan. SEBAB-SEBAB MUNCULNYA TUDUHAN DUSTA Akan tetapi, kita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan fitnah. Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh kontradiksi, kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari umat ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan mereka ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang keliru dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan yang ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan (kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri. Namun, kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan kepada orang lain. Mereka menuduh dengan sekian banyak tuduhan (dusta) kepada dakwah al Qur`an dan as-Sunnah ini. Mereka melontarkan sekian banyak syubhat (kerancuan-kerancuan) kepada dakwah al Qur`an dan as-Sunnah ini. Namun, jika kita perhatikan dan teliti lebih dalam, ternyata tuduhan-tuduhan dan lontaran-lontaran dusta tersebut tidak berarti sama sekali. Bahkan tidak ada hakikatnya sama sekali. Seluruhnya serba terbalik dan berbalik (kepada mereka sendiri), bagaikan kaca yang pecah dan hancur berantakan. MENUDUH ADALAH LAGU LAMA ORANG-ORANG BODOH DAN MENYIMPANG Pintu tuduhan dan lontaran syubhat merupakan pintu yang sudah lama dan usang. Pintu ini sudah sering menimpa orang-orang yang konsisten dengan al Haq (kebenaran). Jarang di antara mereka yang selamat dari tuduhan ini. Bahkan Rabbul 'Alamin (Allah) Subhanahu wa Taala pun terkena tuduhan-tuduhan dusta, dan hanya bagi-Nya segala perumpamaan yang Maha Tinggi. Allah pun dituduh tanpa haq sama sekali! Hingga Allah menurunkan ayat-ayat yang banyak untuk membantah orang-orang bodoh yang dipenuhi dengan syubhat. Orang-orang bodoh itu tidak menghargai dan tidak mengagungkan Allah dengan sebenar-benar penghargaan dan pengagungan. Seperti firman-Nya Artinya : Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. [Al-Ikhlash : 1-4] Sebagai bantahan kepada orang-orang bodoh yang berkata bahwa Allah memiliki anak. Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi. Rasulullah Shallallahu laiahi wa sallam pun dituduh. Beliau dituduh sebagai seorang penyair. Allah pun turunkan ayat untuk membantah tuduhan tersebut. Allah berfirman. Artinya : Dan al-Qur`an itu bukanlah perkataan seorang penyair, . .[Al-Haqqah : 41] Para sahabat radhiyallahu anhum juga dituduh. Mereka dituduh, bahwa mereka merebut kekuasaan dan kepemimpinan. Mereka dituduh dengan tanpa haq. Dan begitulah seterusnya! Mereka (para sahabat) dan orang-orang yang berpegang teguh dengan al Haq terus dituduh dan dituduh. Lihatlah kaum Nuh Alaihis Sallam ! Mereka menuduh Nabi mereka. Padahal ia telah tinggal dan hidup bersama mereka dalam waktu yang sangat lama, namun, ia tetap tidak selamat dari tuduhan. Mereka menuduhnya tatkala sudah tidak mampu lagi mengungkapkan dan mengemukakan hujjah, dalil, dan bukti kepada Nabi Nuh Alaihis Sallam . Bagaimana firman Allah tentang mereka? Allah berfirman. Artinya : Mereka berkata; Hai Nuh! Sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami adzab yang kamu ancamkan kepada kami! Jika kamu termasuk orang-orang
RE: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta
Wa'alaykumussalam warohmatullohi wabarokatuhu, Tafadhol, ya akhil karim, Salafy sebenarnya adalah penisbahan diri kepada pemahaman Generasi terbaik yaitu generasi Sahabat, tabi'in, tabiut tabi'in, yaitu cara metodologi memahami Dien dengan Manhaj, aqidah, akhlaq dan dakwahnya para as salafus shalih ( 3 generasi terbaik ). Jadi bukan semacam organisasi atau Instansi yang mempunyai anggaran dasar rumah tangga , dan mempunyai cabang organisasi dimanapun yang mengikat anggotanya untuk berbaiat kepada pemimpinya dan tunduk kepada organisasinya. Siapapun kaum muslimin diseluruh bumi ini yang memahami Dien Islam yang berlandaskan Kitabullah dan Sunnah Shallallahu alaihi wa sallam yang shahih yang dipahami sebagaimana pemahaman as salafus shalih baik itu Aqidah, manhaj, dakwah, akhlaq, ( yaitu generasi sahabat, tabiin, tabiut tabiin maka mereka disebut Salafy , biarpun dia tidak memakai nama salafy. Itu bisa termasuk antum ( Insya Allah ), ana dan siapa saja. Jadi ana simpulkan bahwa Ust. Jakfar Umar Tholib bukanlah pemimpin Salafy di Indonesia, beliau adalah pemimpin eks. Laskar Jihad yang sudah dibubarkan. Pemimpin Salafy adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Allahu ta'ala a'lam bish showab. Barokallahu Fiykum, Wassalamu'alaykum warohmatullohi wabarokatuhu. From: Radhix [EMAIL PROTECTED] To: 'Abu Fahmi Abdullah' [EMAIL PROTECTED] CC: media-dakwah@yahoogroups.com Subject: RE: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta Date: Thu, 19 Apr 2007 14:48:25 +0800 Assw Maaf, mau tanya apakah Ust. Jafar Umar Tholib itu masih menjadi pimpinan Kelompok Salafi di Indonesia? Terima Kasih. Wasww (radhix) -Original Message- From: media-dakwah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Abu Fahmi Abdullah Sent: Wednesday, April 18, 2007 6:10 PM To: media-dakwah@yahoogroups.com; [EMAIL PROTECTED] Subject: [media-dakwah] Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta Salafiyyun Menepis Tuduhan Dusta Oleh Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi Anda telah mendengarkan bersama, untaian kalimat [1] yang mengandung penjelasan seputar ad-da'wah as-Salafiyah, ajaran-ajaran pokoknya yang ilmiah, yang berkaitan dengan aqidah dan manhaj (metode memahami agama). (Anda semua telah mendengarkan), seluruh penjelasannya ternyata sangat berkaitan dengan qalallah (Allah berfirman) dan qala Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam (Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda). Jauh dari segala opini pribadi, perkataan manusia, prediksi, dan prasangka. Dakwah seperti inilah yang benar-benar warisan ajaran kenabian. Dakwah seperti inilah yang benar-benar layak, pantas dan berhak dibawa oleh umat, dan diwariskan dari generasi ke generasi, sejak generasi pertama umat ini yang terang-benderang, hingga saat ini, dan hingga Allah menghendaki konsistensi dakwah ini tetap berlangsung. Ad-da'wah as-Salafiyah adalah dakwah Islam. Dakwah ini murni, tanpa tambahan-tambahan, hiasan-hiasan, atau dekorasi-dekorasi. Ad-da'wah as-Salafiyah adalah dakwah menuju al Qur`an dan as-Sunnah dengan pemahaman salaful-ummah (generasi terdahulu yang shalih). Jika hanya satu sifat ini saja yang disampaikan kepada setiap orang yang berakal dan berpikir, pastilah sudah cukup, tanpa perlu penjelasan lebih lanjut yang berkepanjangan. SEBAB-SEBAB MUNCULNYA TUDUHAN DUSTA Akan tetapi, kita hidup pada zaman yang sulit, penuh kerusakan dan fitnah. Kita hidup pada zaman yang orang-orangnya hidup dengan penuh kontradiksi, kecuali insan-insan yang Allah berikan rahmat-Nya kepadanya (yang akan terlindung dari fitnah ini). Kontradiksi, yang kini sebagian orang dari umat ini sudah terbiasa bergaul dan hidup dengannya, telah menjerumuskan mereka ke dalam ketidakpahaman. Bahkan menjerumuskan ke dalam pemahaman yang keliru dan terbalik. Karena, apabila ketidakpahaman sebagai suatu kesalahan yang ringan, maka pemahaman yang keliru dan terbalik adalah kesalahan yang berlipat ganda dan fatal. Akhirnya, jatuhlah manusia ke dalam kejahilan (kebodohan), yang pada hakikatnya berasal dari diri mereka sendiri. Namun, kemudian mereka putar-balikkan, mereka tuduhkan dan mereka lontarkan kepada orang lain. Mereka menuduh dengan sekian banyak tuduhan (dusta) kepada dakwah al Qur`an dan as-Sunnah ini. Mereka melontarkan sekian banyak syubhat (kerancuan-kerancuan) kepada dakwah al Qur`an dan as-Sunnah ini. Namun, jika kita perhatikan dan teliti lebih dalam, ternyata tuduhan-tuduhan dan lontaran-lontaran dusta tersebut tidak berarti sama sekali. Bahkan tidak ada hakikatnya sama sekali. Seluruhnya serba terbalik dan berbalik (kepada mereka sendiri), bagaikan kaca yang pecah dan hancur berantakan. MENUDUH ADALAH LAGU LAMA ORANG-ORANG BODOH DAN MENYIMPANG Pintu tuduhan dan lontaran syubhat merupakan pintu yang sudah lama dan usang. Pintu ini sudah sering menimpa orang-orang yang konsisten dengan al Haq (kebenaran). Jarang di antara mereka yang selamat dari tuduhan ini. Bahkan Rabbul 'Alamin (Allah) Subhanahu wa Ta'ala pun
[media-dakwah] REALITA KEBANGKITAN ISLAM
REALITA KEBANGKITAN ISLAM Oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaaly Mulailah kaum muslimin sadar setelah melihat kenyataan pahit, negeri yang tercabik dan banyaknya orientalis yang mengajak mereka untuk meninggalkan agama dan sumber kejayaannya. Setiap kelompok dari kaum muslimin selanjutnya mulai memandang kenyataan yang ada dari sisi yang berbeda dari pandangan kelompok yang lain. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa jama'ah-jama'ah yang begerak di medan dakwah pada masa ini saling berselisih seputar manhaj dakwah, dari mana memulai dan bagaimana memulainya. Perselisihan yang paling bebahaya yang menghalangi persatuan mereka diatas satu kata adalah dua hal : [1] KETIDAK TAHUAN AKAN BESARNYA KEKUATAN MEREKA. Kita masih terus melihat hizbiyah yang sempit telah menguasai banyak akal pemikiran dan jama'ah yang bergerak dalam medan dakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga mereka tidak melihat kecuali diri mereka sendiri dan meniadakan keberadaan yang lain disekitarnya. Berkembanglah hal ini hingga kita melihat sebagian mereka mengaku sebagai jama'ah muslimin dan pemimpin mereka sebagai imam muslimin, lalu menetapkan dengan dasar itu beberapa prasangka : Sebagiannya mengklaim kewajiban berba'iat kepada imamnya dan yang lain mengkafirkan kaum muslimin setelah generasi-generasi terbaik yang dimuliakan. Sekelompok lainnya mengklaim bahwa merekalah jama'ah induk yang wajib bagi selainnya untuk berhimpun dan berlindung di bawah benderanya. Kebanyakan mereka telah melupakan bahwa mereka bergerak untuk mengembalikan jama'ah muslimin, maka seandainya jama'ah muslimin sudah ada dan imamnya pun ada maka kita tidak akan melihat perselisihan dan berbilangnya kelompok yang tidak diturunkan Allah Subhanahu wa Ta'ala keterangan astasnya. Pada hakikatnya mereka yang bergerak untuk Islam tersebut adalah jama'ah dari sebagian kaum muslimin yaitu dari ahlil kiblat dan bukan jamaah muslimin. Ketahuilah wahai muslim, jama'ah muslimin adalah jama'ah yang seluruh kaum muslimin bergabung dalam menjalankannya dan memiliki seorang imam yang melaksanakan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga diwajibkan taat kepadanya dan diberikan kepatuhan dan ketundukan kepadanya. Itulah negara Islam yang dipimpin oleh seorang khalifah yang melaksanakan hukum-hukum Allah Subhanahu wa Ta'ala. Adapun jama'ah-jama'ah yang bergerak untuk mengembalikan daulah kekhilafahan maka dia adalah jama'ah dari sebagian kaum muslimin yang wajib saling tolong menolong di antara mereka dan menghilangkan penghalang yang memisahkan pribadi-pribadi mereka agar berpadu di atas kata yang satu yaitu kalimat tauhid dan assunnah serta pemahaman salaf umat ini. Al-Hafidz Ibnu Hajar menukilkan dalam Fathul Bariiy 13/37 perkataan Ath-Thabariy Rahimahullah : Masalah ini dan masalah jama'ah telah diperselihkan : berkata satu kaum : itu untuk wajib, dan Al-Jama'ah adalah kelompok yang paling besar, kemudian membawakan dalil dari Muhammad bin Siriin Rahimahullah dari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu bahwa beliau mewasiatkan kepada orang yang bertanya kepadanya ketika Utsman terbunuh : wajib atas kamu berpegang teguh dengan Al-Jama'ah, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak akan mengumpulkan umat Muhammad diatas kesesatan. Dan berkata yang lain : yang dimaksud dengan Al-Jama'ah adalah para sahabat dan orang yang setelahnya dan berkata yang lain lagi : yang dimaksud adalah ahli ilmu, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan mereka sebagai hujjah atas makhluknya dan manusia ikut mereka dalam masalah agama. Dan yang benar bahwa maksud dari hadits yang memerintahkan untuk berpegang teguh kepada Al-Jama'ah adalah jama'ah yang manusia bersepakat untuk menjadikan seorang amir atasnya, maka siapa yang melepas ba'iatnya berarti telah keluar dari Al-Jama'ah. Dan dalam hadits disebutkan : Ketika terjadi pada manusia tidak ada imam dan mereka berpecah belah menjadi kelompok-kelompok maka janganlah seorang itu ikut dalam perpecahan tersebut dan hendaklah dia meninggalkannya semua kalau mampu, khawatir terjatuh dalam keburukan dan dengan demikian maka semua hadits dapat ditempatkan dan dapat dikompromikan apa yang dianggap berbeda darinya. Maka wajib atas setiap muslim membantu jama'ah-jama'ah ini pada kebenaran yang dimilikinya dan wajib untuk melakukan nasehat dan arahan pada hal-hal yang menyimpang dari kebenaran atau tidak dapat menunaikannya dengan baik dari kebenaran tersebut. Dan wajib atas jama'ah-jama'ah ini untuk saling tolong menolong pada kebenaran yang telah disepakati dan saling menasehati diantara mereka pada hal-hal yang diperselisihkan serta memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk menunjuki mereka dalam hal itu kepada jalan yang lurus. [1] Wajib bagi jama'ah-jama'ah tersebut untuk menjadi satu tangan dalam membangun istana Islam yang megah dan mengembalikan kejayaannya, karena jika bergerak sendiri-sendiri maka mereka tidak mampu, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala walinya
[media-dakwah] SALAF DAN SALAFIYAH SECARA BAHASA ISTILAH DAN PERIODISASI ZAMAN
SALAF DAN SALAFIYAH SECARA BAHASA ISTILAH DAN PERIODISASI ZAMAN Oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied Al-Hilaaly Saya menginginkan orang yang berjalan di atas manhaj salaf dengan ilmu, dan ini syaratnya : Artinya : Katakanlah : Inilah (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik [Yusuf : 108] Untuk mengetahui bahwa penunjukkan dan pecahan kata ini mengalahkan ikatan fanatisme kelompok yang merusak dan melampui lorong sempit kerahasiaan karena dia itu sangat jelas seperti jelasnya matahari di siang hari. Artinya : Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang salih dan berkata : 'Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri [Fush shilat : 33] Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan. Berkata Ibnul Mandzur (Lisanul Arab 9/159) : Salaf juga berarti orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang, orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu dan memiliki umur lebih serta keutamaan yang lebih banyak. Oleh karena itu, generasi pertama dari Tabi'in dinamakan As-Salafush Shalih. Saya berkata : Dan dengan makna ini adalah perkataan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada putrinya Fathimah Radhiyallahu 'anha. Artinya : Sesungguhnya sebaik-baik pendahulu (salaf) bagimu adalah aku [Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 2450] Dan diriwayatkan dari beliau Shallallahu 'alihi wa sallam bahwa beliau berkata kepada putri beliau Zainab Radhiyallahu 'anha ketika dia meninggal. Artinya : Susullah salaf shalih (pendahulu kita yang sholeh) kita Utsman bin Madz'un [Hadits Shahih Riwayat Ahmad 1/237-238 dan Ibnu Saad dalam Thobaqaat 8/37 dan di shahihkan oleh Ahmad Syakir dalam Syarah Musnad No. 3103, akan tetapi dimasukkan oleh Al-Albani dalam Silsilah Dhoifh No. 1715] Adapun secara istilah, maka dia adalah sifat pasti yang khusus untuk para sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan karena mengikuti mereka. Al-Qalsyaany berkata dalam Tahrirul Maqaalah min Syarhir Risalah (q 36) : As-Salaf Ash-Shalih adalah generasi pertama yang mendalam ilmunya lagi mengikuti petunjuk Rasulullah dan menjaga sunnahnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memilih mereka untuk menegakkan agamaNya dan meridhoi mereka sebagai imam-imam umat. Mereka telah benar-benar berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menghabiskan umurnya untuk memberikan nasihat dan manfaat kepada umat, serta mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan-Nya. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memuji mereka dalam kitabNya dengan firmanNya. Artinya : Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka [Al-Fath : 29] Dan firman Allah. Artinya : (Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar [Al-Hasr : 8] Di dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebut kaum muhajirin dan Anshor kemudian memuji itiba' (sikap ikut) kepada mereka dan meridhoi hal tersebut demikian juga orang yang menyusul setelah mereka dan Allah Subahanahu wa Ta'ala mengancam dengan adzab orang yang menyelisihi mereka dan mengikuti jalan selain jalan mereka, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min. Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali [An-Nisa' : 115] Maka merupakan suatu kewajiban mengikuti mereka pada hal-hal yang telah mereka nukilkan dan mencontoh jejak mereka pada hal-hal yang telah mereka amalkan serta memohonkan ampunan bagi mereka, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman. Artinya : Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar) mereka berkata : Ya Rabb kami, beri ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang [Al-Hasr : 10] Istilah ini pun diakui oleh orang-orang terdahulu dan mutaakhirin dari ahli kalam. Al-Ghazaali berkata dalam kitab Iljaamul Awaam an Ilmil Kalaam hal 62 ketika mendefnisikan kata As-Salaf : Saya maksudkan adalah madzhab sahabat dan tabiin. Al-Bajuuri berkata dalam kitab Syarah Jauharuttauhid hal. 111 : Yang dimaksud dengan salaf adalah orang-orang yang terdahulu yaitu para Nabi, sahabat, tabi'in dan tabiit-tabiin. Istilah inipun telah dipakai oleh para ulama pada
[media-dakwah] AHLUS SUNNAH DAN TERORISME
AHLUS SUNNAH DAN TERORISME Oleh Syaikh Dr Muhammad bin Musa Alu Nashr Orang yang menuduh kita sebagai teroris, ia termasuk ahlul ghuluw (berlebih-lebihan dalam tuduhannya). Ia tidak mengerti dakwah salafiyah. Dakwah salafiyah adalah dakwah Islam. Dakwah salafiyah adalah dakwah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan para sahabatnya[1]. Namun demikian, tidak boleh seorang Salafi (siapapun orangnya) menganggap dirinya berakhlak seperti akhlak Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, atau akhlak para shahabatnya. Dakwah salafiyah berdiri di atas aqidah yang benar, aqidah yang Rasulullah dan para sahabatnya berkeyakinan dengannya. Dakwah salafiyah tegak diatas manhaj (jalan, metode, tata cara) Islam yang benar dan lurus, berdiri diatas dalil. Dakwah ini benar-benar mengagungkan As-Salaf Ash-Shalih (generasi terdahulu yang shalih), dari kalangan para sahabat dan tabiin. Dakwah ini mengagungkan dan menghormati dalil, (berupa) firman Allah dan (sabda) Rasulnya, tidak mengutamakan dan mengedepankan perkataan siapapun (di atas perkataan Allah dan rasulNya), betapapun tinggi derajat dan kedudukannya orang itu. Dakwah salafiyah menyeru kepada Allah, kepada ajaran Islam yang benar, seimbang dan adil. Menyeru kepada kelemah lembutan dan menolak kekerasan. Maka menuduh dakwah salafiyah sebagai terorisme adalalah dusta! Karena, siapakah yang benar-benar menentang para teroris dan takfiriyin (orang-orang yang sangat mudah mengkafirkan orang lain tanpa sebab yang haq) saat ini? Siapakah mereka kalau bukan ulama dakwah salafiyah ? Mereka, yang pada zaman ini dikenal sangat gigih membela dan berdakwah dengan dakwah salafiyah ini. Yang paling dikenal di antara mereka, seperti Al-Imam Al-Muhaddist Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, kemudian Asy-Syaikh AlAllaamah Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz, Asy-Syaikh Al-Allaamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Kemudian murid-murid Al-Imam Al-Muhaddist Asy-Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, dan murid-murid mereka semua. Merakalah yang jelas-jelas nyata paling menentang dan membantah pemikiran terorisme ini, baik dengan tulisan-tulisan di dalam kitab-kitab mereka, kaset-kaset kajian ilmiah mereka, dan dari seputar kajian-kajian ilmiah mereka secara langsung. Hal ini diketahui oleh setiap munshif (orang yang adil dalam menghukum). Adapun mukabir (orang yang sombong dan keras kepala) dan orang yang mendustakan kenyataan mereka semua, maka sesungguhnya dia merupakan generasi (pelanjut) dari tokoh-tokoh (penentang) terdahulu, (yaitu orang-orang) yang menuduh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai tukang sihir, orang gila, pemalsu dan pembuat Al-Quran, pendusta. Mereka hanya menuduh, menuduh dan terus menuduh (tanpa haq dan bukti yang benar). Namun inilah taqdir para nabi, mereka selalu didustakan oleh sebagian umatnya. Allah berfirman. Artinya : Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka [Al-Anam : 34] Oleh karena itu, demikianlah keadaan para dai yang berdakwah kepada Allah, keadaan para penuntut ilmu agama. Mereka akan selalu mendapatkan halangan dan rintangan serta hambatan dari orang-orang sesat, ahli bidah, dan orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah. Mereka akan disakiti oleh para penentang itu. Para ahli bidah, orang-orang sesat, dan orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah, (mereka) tidak pernah berhenti melancarkan usaha-usaha keji ( yang mereka buat), berupa provokasi, menaburkan bibit-bibit pertikaian dan permusuhan di kalangan masyarakat, sehingga para dai yang ikhlas berdakwah kepada Allah dan para penuntut ilmu agama, (mereka) akan selalu mendapatkan rintangan ini. Ada dua pondok pesantren yang bermanhaj salaf di sebuah pulau. Setelah para ahli bidah, orang-orang sesat, dan orang-orang yang menyimpang dari jalan Allah ini mengetahui keberadaan dua pondok pesantren ini, mereka segera menghasut masyarakat setempat, dan akhirnya merekapun berhasil menghancurkan dan memporakporandakan ke dua pondok pesantren ini. Tidak ada yang memicu mereka untuk melakukan tindakan keji ini, melainkan hasad, dengki dan kebencian yang membakar dada-dada mereka terhadap para dai dari penuntut ilmu agama yang benar dan lurus. Demikianlah, karena orang sesat memang tidak akan pernah mencintai kebenaran dan ahlinya!. Betatpapun demikian, orang-orang yang berpegang teguh dengan manhaj salaf, pasti akan tetap selalu ada. Mereka selalu konsisten di atas prinsipnya dalam berdakwah. Tidak berpengaruh tindakan-tindakan orang yang berusaha berbuat madharat terhadap mereka, juga orang-orang yang menyelisihi mereka, seperti yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Artinya : Akan tetap ada sekelompok dari umatku yang muncul di atas al-haq (kebenaran), tidak membahayakan mereka orang-orang yang
[media-dakwah] Buku Fitnah Pengkafiran oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Rohimahullah
Fitnah Pengkafiran Judul Asli : Fitnatu At-Takfir wa Hukmu Ma Anzalallah Judul Terjemah : Janganlah Mengkafirkan Saudaramu Penulis : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani Dikomentari : Syaikh Bin Baz dan Syaikh Utsaimin Disusun Ulang : Abu Anas Ali bin Husaun Abu Luz ketika perbedaan pendapat telah merebak dan perbedaan persepsi telah menjamur khususnya dikalangan para ulama dan umara maka kecaman dan tuduhan kafir kadang terlontarkan dari lisan mereka. Apakah dalam Islam sikap mengafirkan saudara semuslim mendapatkan legitimasi hukum atau tidak, dan apa saja landasan serta kriteria dalam melakukan hukum pengkafiran itu? Bolehkah ulama melakukan hukum pengkafiran kepada seseorang tertentu? Nah hal tersebut menjadi sorotan di dalam buku ini, dengan jawaban dari para ulama yang mumpuni keilmuannya. Silakan Down load : http://kampungsunnah.wordpress.com/ Atau silakan japri ke ana Insya Allah nanti ana kirim karena sizenya agak besar 4 Mg. _ Check it out! Windows Live Spaces is here! http://spaces.live.com/?mkt=en-id Its easy to create your own personal Web site. Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] POKOK-POKOK MANHAJ SALAF
POKOK-POKOK MANHAJ SALAF Oleh Khalid bin Abdur Rahman al-'Ik PENDAHULUAN. Sesuatu yang pasti dan tidak mengandung keraguan sedikitpun ialah bahwasanya manhaj salaf adalah manhaj yang bisa diterima oleh setiap generasi dari masa ke masa. Begitulah kenyataannya di sepanjang sejarah dan kehidupan. Hal itu disebabkan keistimewaan manhaj salaf yang senantiasa secara benar dan mengakar dalam menggali masalah, akuratnya penggunaan dalil (istidlal) berdasarkan petunjuk-petunjuk Qur'aniyah serta kemampuannya menggugah kesadaran, dengan mudah bisa dicapai hingga peringkat ilmu serta keyakinan tertinggi, disamping adanya jaminan keselamatan untuk tidak terjatuh pada kesia-sian, khayalan, atau pada ruwetnya tali temali salah kaprah serta benang-kusutnya ilmu kalam, filsafat dan analogi-analogi logika. Sesungguhnya manhaj salaf adalah manhaj yang selaras dengan fitrah manusia, sebab ia merupakan manhaj Qur'ani nabawi, Manhaj yang bukan hasil kreasi manusia. Oleh karenanya manhaj ini senantiasa mampu menarik kembali individu-individu umat Islam yang telah lari meninggalkan petunjuk agamanya dalam waktu relatif singkat dan dengan usaha sederhana, apabila dalam hal ini tidak ada orang-orang yang sengaja menghambat dan melakukan perusakan supaya manhaj yang agung ini tidak sampai kepada anggota-anggota masyarakat dan kelompok-kelomok umat. Untuk itulah kita dapati manhaj salaf selalu cocok dengan zaman dan senantiasa up to date bagi setiap generasi ; itulah jalannya kaum salaf radhiayallahu 'alaihim. Inilah manhaj yang pernah di tempuh oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Di atas manhaj inilah para imam mujtahid, para imam hafizh dan para imam ahli hadits terbentuk. Dengan manhaj inipula orang-orang (dahulu) diseru untuk kembali kepada dienullah, hingga dengan segera mereka menyambut dan menerimanya serta masuk kedalam dienul Islam secara berbondong-bondong. Seperti halnya manhaj ini dahulu telah mampu menciptakan umat agung yang menjadi khaira ummatin ukhrijat lin-naas, sebaik-baik umat yang ditampilkan untuk manusia, maka iapun akan senantiasa mampu berbuat demikian dalam setiap masa. Buktinya .? itu bisa terwujud setiap saat, jika penghambat-penghambat yang sengaja diciptakan untuk mengacaukan kehidupan manusia hingga kehilangan fitrah lurusnya dihilangkan. Tentu tidak diragukan lagi, bahwa ajakan untuk mengikuti jejak as-salafu ash-shalih harus menjadi ajakan (dakwah) yang terus menerus dilakukan. Dakwah ini secara pasti akan tetap selaras dengan kehidupan modern, sebab merupakan ajakan yang hendak mengikat seorang mukmin dengan sumber-sumber yang murni dan melepaskan diri dari berbagai belengu taklid yang membuat fanatik terhadap ra'yu (pendapat), kemudian mengembalikannya kepada Kitabullah serta sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Artinya : Katakanlah : 'Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul ; dan jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. [An-Nuur : 54]. Jadi dakwah salafiyah selamanya bisa selaras bagi pelaku tiap-tiap zaman, karena dakwah salafiyah datang ketengah manusia dengan membawa sumber-sumber minuman rohani yang paling lezat dan murni. Dakwah salafiyah datang dengan membawa sesuatu yang bisa memenuhi kekosongan jiwa dan bisa menerangi relung-relung hati yang paling dalam. Maka dakwah salafiyah ini tidak akan membiarkan jiwa terkuasai oleh ambisi-ambisi hawa nafsu melainkan pasti dibersihkannya, dan tidak akan membiarkan hati tertimpa oleh lintasan kebimbangan sedikitpun kecuali pasti disucikannya, sebab dakwah salafiyah ini tegak berdasarkan i'tisham (berpegang teguh) pada kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, sesuai dengan apa yang dipahami oleh as-salafu-as-shalih. Tiap pendapat orang, bisa diambil atau bisa ditolak kecuali apa yang telah dibawakan kepada kita oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka apa yang dibawa oleh beliau harus diambil dan tidak boleh ditolak, sebab itu ma'shum berasal dari Allah Ta'ala. Artinya : Dan tiadalah yang diucapkannya itu, menurutkan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya) . [An-Najm : 3-4]. Dengan manhaj yang lurus ini, kaum mukminin akan terbebas dari tunggangan-tunggangan hawa nafsu yang telah bertumpuk-tumpuk menunggangi generasi demi generasi. Manhaj salaf telah secara jelas memasang petunjuk bagi setiap dakwah yang betul-betul ikhlas bertujuan memperbaharui perkara umat yang telah menjadi amburadul, hingga dengannya bisa betul-betul mampu memperbaharui perkara agama ini dalam kehidupannya dan mampu mengencangkan ikatan iman umat berdasarkan dua sumber :Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya
[media-dakwah] PELAJARAN TENTANG MANHAJ SALAF
MENGAPA MANHAJ SALAF ? Oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin Ied Al-Hilali Sesungguhnya tasfiyah (membersihkan) ajaran Islam dari ajaran-ajaran yang bukan bersumber dari Islam, (baik dalam masalah) aqidah, hukum dan akhlak, merupakan sebuah kewajiban. Agar Islam kembali bersinar, jernih, bersih dan murni sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam kemudian mentarbiyah (mendidik kembali) generasi muslim di atas agama Islam yang bersih ini dengan tarbiyah (pembinaan) keimanan yang dalam pengaruhnya, semua itu merupakan : Manhaj Dakwah Salafiyah yang selamat, dan kelompok yang mendapat pertolongan Allah dalam (mengadakan) perubahan. Pertama : Mengapa Manhaj Salaf ? Sudah semestinya setiap muslim (yang menghendaki keselamatan, merindukan kehidupan yang mulia, di dunia dan di akhirat), untuk memahami Kitab Allah Subhanahu wa Taala dan Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang shahih dengan pemahaman sebaik-baik manusia yaitu para sahabat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, tabiin dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari kiamat. Karena sekali-kali tidak akan tergambar oleh pemikiran, adanya sebuah pemahaman, atau suatu manhaj (metode) yang lebih benar dan lebih lurus dari pemahaman Salafus Shalih dan manhaj mereka, karena tidak akan menjadi baik urusan umat ini melainkan dengan cara yang dilakukan oleh umat yang pertama. Dan dari membaca dalil-dalil dari Kitab, Sunnah, Ijma dan Qiyas akan didapati kewajiban memahami Kitab dan Sunnah dalam naungan pemahaman Salafus Shalih, karena manhaj Salafus Shalih disepakati kebenarannya dalam setiap masa. Oleh karena itu, tidak diperbolehkan bagi seorang setinggi apapun kedudukannya untuk memahami (agama) dengan pemahaman selain pemahaman Salafus Shalih. Barangsiapa yang membenci manhaj Salafus Shalih dan cenderung kepada perbuatan bidah kaum khalaf, (yang terlingkupi dengan bahaya-bahaya dan tidak aman dari pengaruh bidah, serta akibatnya yang tidak dapat diingkari yaitu memecah belah kaum muslimin) maka ia adalah manusia yang membangun bangunannya di tepi jurang neraka. Kepada pembaca kami jelaskan dengan dalil dan bukti. [1]. Sesungguhnya Salafus Shalih (Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala) meridhai mereka) telah dipersaksikan kebaikannya, berdasar nash (dalil dari Al-Quran dan Sunnah) maupun istinbath (pengambilan hukum). Allah Subhanahu wa Taala berfirman. Artinya : Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) diantara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, dan mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar [At-Taubah : 100] Pengertian ayat ini : Bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memuji orang-orang yang mengikuti Khiarul Bariyyah (sebaik-baik manusia). Maka dari sini diketahui bahwa apabila khairul bariyyah mengatakan suatu perkataan kemudian diikuti oleh seseorang, maka orang yang mengikuti itu berhak mendapatkan pujian dan keridhaan. Jika mengikuti khairul bariyyah tidak mendapatkan suatu keistimewaan, tentu orang yang mengikuti khairul bariyah tidak berhak mendapatkan pujian dan keridhaan. Dan khairul bariyyah adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Allah Subhanahu wa Taala berfirman. Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih mereka itu adalah khairul bariyyah (sebaik-baik manusia) [Al-Bayyinnah : 7] [2]. Allah Subhanahu wa Taala berfirman. Artinya : Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk menusia menyuruh kepada yang maruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah [Ali Imran : 110] Pengertian ayat ini : Allah Subhanahu wa Taala telah menetapkan keutamaan para sahabat atas seluruh umat, ketetapan itu mengharuskan keistiqomahan mereka dalam segala hal, karena mereka tidak akan menyimpang dari jalan yang lurus. Allah Subhanahu wa Taala telah memberikan persaksian, bahwa mereka menyuruh segala hal yang maruf dan melarang dari segala yang mungkar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Taala. Persaksian ini mengharuskan bahwa pemahaman mereka menjadi hujjah bagi orang-orang yang sesudah mereka, hingga Allah Subhanahu wa Taala mewariskan bumi dan apa saja yang ada di atasnya. Kalau tidak demikian halnya, berarti perbuatan mereka dalam menyuruh kebaikan dan mencegah kemungkaran tidak benar, maka renungkanlah ..! Jika ada perkataan : Ayat ini umum tidak khusus pada generasi sahabat saja. Maka aku (Syaikh Salim Al-Hilali) berkata : Ayat ini pertama kali ditujukan kepada para sahabat, dan tidak termasuk dalam ayat ini orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, kecuali jika (ayat ini) diqiyaskan atau diterangkan dengan dalil lain, sebagaimana dalil yang pertama. Dan juga
[media-dakwah] Mengokohkan Pijakan Keislaman
Mengokohkan Pijakan Keislaman Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi (Alumni Mahad Ilmi) Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah, amma badu. Imam Abu Jafar Ath Thahawi rahimahullah berkata di dalam kitab Aqidah Thahawiyah, Pijakan keislaman (seseorang) tidak akan pernah kokoh kecuali apabila dibangun di atas pondasi ketundukan dan penyerahan diri. Imam Bukhari meriwayatkan dari Imam Muhammad bin Syihab yang terkenal dengan julukan Az Zuhri rahimahullah bahwa beliau mengatakan, Sumber risalah adalah Allah. Kewajiban Rasul adalah menyampaikan. Sedangkan kewajiban kita adalah bersikap pasrah dan tunduk. Perumpamaan antara dalil akal dengan dalil naqli adalah seperti orang awam yang muqallid (hanya mengikuti orang lain) bersama seorang alim yang mujtahid. Apabila orang awam ini mengetahui ada orang awam lain yang lebih tahu daripadanya maka dia pun bertanya tentang suatu perkara kepadanya. Kemudian orang awam tadi menunjukkannya supaya bertanya kepada seorang alim ahli fatwa. Kemudian ternyata pendapat yang disampaikan oleh temannya yang awam itu berbeda dengan fatwa dari ahli fatwa tersebut. Kalau seandainya temannya yang sama-sama awam itu mengatakan, Yang benar adalah pendapatku, bukan pendapat si ahli fatwa. Karena akulah engkau bisa tahu bahwa dia adalah seorang ahli fatwa. Sehingga apabila engkau lebih mengedepankan pendapatnya daripada pendapatku maka itu artinya engkau telah merusak kaidah dasar yang menjadi pijakanmu untuk bisa mengerti bahwa dia adalah seorang ahli fatwa. Oleh sebab itulah maka hukum cabang yang kau tetapkan juga keliru. Maka temannya yang awam itu mengatakan, Ketika engkau persaksikan dan tunjukkan kepadaku bahwa dia adalah seorang ahli fatwa maka itu berarti aku pun turut mempersaksikan kewajiban untuk mengikutinya bukan mengikutimu. Sehingga persetujuanku denganmu dalam hal ilmu itu tidak memberikan konsekuensi aku harus mengikuti pendapatmu dalam semua masalah. Dan kekeliruanmu dalam persoalan yang bertentangan dengan jawaban si ahli fatwa yang lebih berilmu darimu juga tidak melahirkan konsekuensi kalau pengetahuanmu bahwasanya dia adalah ahli fatwa menjadi salah. Masya Allah!! kalau para muqallid masa kini bisa berpikir sebagaimana muqallid ini maka tenteramlah dunia ini Akal yang sehat tentu mengetahui bahwasanya Rasul shallallahu alaihi wa sallam adalah orang yang mashum (selalu terjaga dari salah) dalam hal informasi yang disampaikannya dari Allah taala, sehingga sabda beliau tidak mungkin salah. Oleh karena itulah wajib bagi kita untuk bersikap pasrah dan tunduk serta melaksanakan perintah-perintah beliau. Sebagai umat Islam, kita pun sudah sama-sama mengetahui secara pasti bahwasanya Al Quran telah menegaskan kebenaran sabda-sabda Rasul. Oleh sebab itu apabila Rasul memberikan informasi atau ketetapan tentang suatu perkara maka wajib bagi kita untuk menerima dan melaksanakannya. Kita tidak bisa menolaknya sembari beralasan bahwa apa yang beliau sampaikan itu adalah sesuatu yang tidak masuk akal atau bertentangan dengan rasio kita. Sebab pada dasarnya akal dan rasio kita telah yakin seratus persen bahwa semua yang beliau sabdakan adalah kebenaran. Allah taala berfirman, æóãóÇ íóäØöÞõ Úóäö Çáúåóæóì Åöäú åõæó ÅöáøóÇ æóÍúíñ íõæÍóì Dan dia tidaklah berbicara dari dorongan hawa nafsunya, akan tetapi ucapannya tiada lain adalah wahyu yang disampaikan kepadanya. (QS. An Najm: 3-4) Maka tidak mungkin diperbolehkan ada orang yang mengatakan, Wahai Nabi, sesungguhnya akal kami telah memastikan bahwa sabda-sabda Anda adalah benar. Akan tetapi seandainya kami menerima semua berita Anda maka itu akan menyebabkan terjadinya pertentangan antara akal kami dengan apa yang anda sampaikan. Ini berarti orang yang mengucapkan pernyataan seperti ini pada hakikatnya belumlah beriman secara penuh terhadap ajaran yang dibawa oleh Rasul dan Rasul pun tidak akan ridha dengan sikapnya itu. Karena sesungguhnya akal dan rasio yang dimiliki oleh manusia itu berbeda-beda, sementara kerancuan pemahaman/syubhat yang menghinggapi pikiran manusia sangatlah banyak jumlahnya. Terlebih lagi syaitan terus menerus berupaya membisikkan berbagai was-was dan keragu-raguan kepada telinga manusia. Lalu apa jadinya jika setiap orang diperkenankan untuk mengatakan sebagaimana perkataan orang tadi; menolak sebagian sabda Nabi dengan alasan tidak masuk akal?! Duhai, alangkah mengerikan akibatnya, karena seluruh sendi ajaran Islam akan hilang dan runtuh seketika gara-gara ulah akal-akal manusia yang rusak dan tidak menyadari keterbatasan pikirannya!!! Laa haula wa laa quwwata illa billaah. Allah taala berfirman, æóãóÇ Úóáóì ÇáÑøóÓõæáö ÅöáøóÇ ÇáúÈóáóÇÛõ ÇáúãõÈöíäõ Dan tidaklah kewajiban Rasul melainkan sekedar menyampaikan. (QS. An Nuur: 54) Allah taala juga berfirman, Ýóåóáú Úóáóì ÇáÑøõÓõáö ÅöáÇøó ÇáúÈóáÇÛõ ÇáúãõÈöíäõ Apakah ada kewajiban bagi Rasul selain memberikan keterangan yang
[media-dakwah] HUBUNGAN AS-SUNNAH DENGAN AL-QUR'AN
HUBUNGAN AS-SUNNAH DENGAN AL-QUR'AN Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Ditinjau dari hukum yang ada maka hubungan As-Sunnah dengan Al-Quran, sebagai berikut [1]. As-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada di dalam Al-Quran. Dengan demikian hukum tersebut mempunyai dua sumber dan terdapat pula dua dalil. Yaitu dalil-dalil yang tersebut di dalam Al-Quran dan dalil penguat yang datang dari Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Berdasarkan hukum-hukum tersebut banyak kita dapati perintah dan larangan. Ada perintah mentauhidkan Allah, berbuat baik kepada kedua orang tua, mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, ibadah haji ke Baitullah, dan disamping itu dilarang menyekutukan Allah, menyakiti kedua orang tua, serta banyak lagi yang lainnya. [2]. Terkadang As-Sunnah itu berfungsi sebagai penafsir atau pemerinci hal-hal yang disebut secara mujmal dalam Al-Quran, atau memberikan taqyid, atau memberikan takhshish dan ayat-ayat Al-Quran yang muthlaq dan 'aam (umum). Karena tafsir, taqyid dan takh-shish yang datang dari As-Sunnah itu memberi pen-jelasan kepada makna yang dimaksud di dalam Al-Quran. Dalam hal ini Allah telah memberi wewenang kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam untuk memberikan penjelasan terhadap nash-nash Al-Quran dengan firman-Nya : Artinya : Keterangan-keterangan (mukjizat) dan Kitab-Kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al-Quran, agar kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan. [An-Nahl : 44] Di antara contoh As-Sunnah mentakhshish Al-Quran adalah: Artinya : Allah berwasiat kepada kamu tentang anak-anak kamu, bagi laki-laki bagiannya sama dengan dua orang perempuan... [An-Nisaa: 11] Ayat ini ditakhshish oleh As-Sunnah sebagai berikut: [a]. Para Nabi tidak boleh mewariskan apa-apa untuk anak-anaknya dan apa yang mereka tinggalkan adalah sebagai shadaqah. [b]. Tidak boleh orang tua kafir mewariskan kepada anak yang muslim atau sebaliknya, dan [c]. Pembunuh tidak mewariskan apa-apa.[1] As-Sunnah mentaqyid kemutlakan al-Quran: Artinya : Pencuri laki-laki dan perempuan, hendaklah dipotong kedua tangannya... [Al-Maaidah: 38] Ayat ini tidak menjelaskan sampai di manakah batas tangan yang akan dipotong. Maka dari as-Sunnahlah didapat penjelasannya, yakni sampai pergelangan tangan.[2] As-Sunnah sebagai bayan dari mujmal Al-Quran. [a]. Menjelaskan tentang cara shalat Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda. ÕóáøõæúÇ ßóãóÇ ÑóÃóíúÊõãõæúäöí ÃõÕóáöøí. Artinya : Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat. [3] [b]. Menjelaskan tentang cara ibadah haji Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bersabda. áöÊóÃúÎõÐõæúÇ Úóäöøí ãóäóÇÓößóßõãú. Artinya : Ambillah dariku tentang tata cara manasik haji kamu sekalian. [4] Dan masih banyak lagi ayat-ayat yang perlu penjelasan dari As-Sunnah karena masih mujmal. [3]. Terkadang As-Sunnah menetapkan dan membentuk hukum yang tidak terdapat di dalam Al-Quran. Di antara hukum-hukum itu ialah tentang haramnya memakan daging keledai negeri, daging binatang buas yang mempunyai taring, burung yang mem-punyai kuku tajam, juga tentang haramnya menge-nakan kain sutera dan cincin emas bagi kaum laki-laki. Semua ini disebutkan dalam hadits-hadits yang shahih. Dengan demikian tidak mungkin terjadi kontradiksi antara Al-Quran dengan As-Sunnah selama-lamanya. Imam asy-Syafii rahimahullah berkata, Apa-apa yang telah disunnahkan Rasulullah Shallallahju alaihi wa sallam yang tidak terdapat pada Kitabullah, maka hal itu merupakan hukum Allah juga. Sebagaimana Allah mengabarkan kepada kita dalam firman-Nya: Artinya : ...Sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Yaitu) jalan Allah yang kepunyaan-Nya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan. [Asy-Syura: 52-53] Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam telah menerangkan hukum yang terdapat dalam Kitabullah, dan beliau menerangkan atau menetapkan pula hukum yang tidak terdapat dalam Kitabullah. Dan segala yang beliau tetapkan pasti Allah mewajibkan kepada kita untuk mengikutinya. Allah menjelaskan barangsiapa yang mengikutinya berarti ia taat kepada-Nya, dan barangsiapa yang tidak mengikuti beliau berarti ia telah berbuat maksiat kepada-Nya, yang demikian itu tidak boleh bagi seorang makhluk pun untuk melakukannya. Dan Allah tidak memberikan kelonggaran kepada siapa pun untuk tidak mengikuti Sunnah-Sunnah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. [5] Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, Hubungan As-Sunnah dengan Al-Quran ada 3 macam, sebagai berikut: [a]. Terkadang As-Sunnah berfungsi sebagai penguat hukum yang sudah ada di dalam Al-Quran. [b]. Terkadang As-Sunnah berfungsi sebagai penafsir dan pemerinci hal-hal yang disebut secara mujmal di
[media-dakwah] KEDUDUKAN AS-SUNNAH DALAM SYARI'AT ISLAM
MUQADDIMAH KEDUDUKAN AS-SUNNAH DALAM SYARI'AT ISLAM Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menye-satkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya. Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali Imran: 102] Artinya : Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan dari-pada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) Nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu men-jaga dan mengawasimu. [An-Nisaa': 1] Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barang-siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguh-nya ia telah mendapat kemenangan yang besar. [Al-Ahzaab: 70-71] Amma badu. Sesungguhnya sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah (Al-Qur'an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam (As-Sunnah). Seburuk-buruk perkara adalah perkara yang diada-adakan (dalam agama), setiap yang diada-adakan (dalam agama) adalah bidah, setiap bidah adalah sesat, dan setiap kesesatan tempatnya di Neraka. Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasul-Nya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam diberikan hak dan wewenang untuk menjelaskan Al-Qur'an, sehingga dengan Al-Quran dan As-Sunnah manusia mendapat petunjuk ke jalan yang lurus (ash-Shirath al-Mustaqim). Tidak ada jalan yang benar me-lainkan jalan Al-Qur-an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih, mengamalkan Al-Quran dan As-Sunnah, berdakwah (mengajak) ummat Islam untuk berpegang kepada keduanya, serta konsekuen dan kon-sisten di atas keduanya. Pada saat ini banyak aliran-aliran sesat yang berusaha memalingkan ummat Islam dari sumbernya yang asli dan suci, mereka berusaha untuk menghancurkan Islam dengan segenap tenaga mereka dengan berbagai macam cara, dengan lisan, tulisan dan lainnya. Dalam buku ini penulis membahas tentang Kedudukan As-Sunnah dalam Syariat Islam, karena adanya orang-orang yang berusaha untuk meragukan kedudukan As-Sunnah. Mereka ingin membatalkan Al-Qur'an dengan cara meragukan As-Sunnah. Karena apabila ummat Islam sudah meninggalkan kedua pedoman hidup ini, niscaya mereka pasti akan sesat. Mereka berusaha untuk memadamkan cahaya Islam, akan tetapi Allah akan tetap menyempurnakan cahayanya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman: Artinya : Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahayanya meskipun orang-orang kafir benci. [Ash-Shaff: 8] Ummat Islam sejak zaman Nabi Shallallahu alaihi wa sallam meyakini bahwa As-Sunnah merupakan sumber ajaran Islam di samping Al-Qur'an. Bahkan As-Sunnah adalah wahyu sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam : Artinya : Ketahuilah sesungguhnya aku diberi Al-Kitab (Al-Qur'an) dan yang sepertinya bersamanya. Ketahuilah sesungguhnya aku diberi Al-Qur'an dan yang sepertinya bersamanya. [1] Maksud dari kalimat: Dan seperti itu bersamanya adalah As-Sunnah. Al-Imam Abu Muhammad Ali bin Ahmad bin Said bin Hazm azh-Zhahiri, yang terkenal dengan Ibnu Hazm (wafat th. 456 H) berkata, Sesungguhnya Allah telah berfirman: Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. [Al-Hijr: : 9] Kandungan dari ayat ini adalah bagi orang yang ber-iman kepada Allah Subhanahu wa Taala dan hari Akhir bahwasanya Allah menjamin terpeliharanya Al-Quran dan tidak akan hilang selamanya. Hal ini tidak diragukan sedikit pun oleh seorang muslim dan begitu pula sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, semuanya adalah WAHYU, berdasarkan firman Allah: Artinya : Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Qur-an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).â [An-Najm: 3-4] Wahyu adalah Adz-Dzikr dengan kesepakatan seluruh ummat Islam, dan Adz-Dzikr terpelihara dengan nash Al-Qur'an, maka sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam terpelihara dan
[media-dakwah] FITNAH SYUBHAT DAN SEBAB-SEBABNYA
FITNAH SYUBHAT DAN SEBAB-SEBABNYA Oleh Al-Ustadz Fariq Bin Gasim Anuz Al Imam Muhammad bin Aslam At-Thusi rahimahullah (242 H) berkata Dan barangsiapa mempunyai pengalaman dan pengetahuan dalam hal wahyu dan dengan apa-apa yang ahli syirik dan ahli bid'ah berada di atasnya pada hari ini, maka dia mengetahui perbedaan yang sangat jauh antara orang-orang salaf dan orang-orang khalaf, lebih jauh antara jarak timur dan barat, mereka berdiri di atas sesuatu dan orang-orang salaf berdiri di atas sesuatu yang lain, sebagaimana dikatakan : Dia pergi ke timur dan engkau pergi ke barat Jauh sekali perbedaannya antara timur dan barat Dan perkara ini -demi Allah- lebih dahsyat dari apa yang telah kami sebutkan. Imam Al Bukhari menyebutkan dalam Shahihnya (2/115) [1] dari Ummi Darda radliyallahu'anha, ia berkata, Abu Darda masuk ke rumah dengan keadaan marah, maka aku tanyakan kepadanya, Ada apa engkau? Maka ia berkata, Demi Allah, aku tidak mengetahui sedikit pun pada diri mereka tentang urusan (Nabi) Muhammad shalallahu 'alaihi wasallam, kecuali mereka semuanya shalat. Dan Imam Az-Zuhri berkata, Saya masuk menemui Anas bin Malik di Damaskus yang sedang dalam keadaan menangis, maka aku tanyakan kepadanya, Apa yang menyebabkan engkau menangis? Maka ia menjawab, Aku tidak mengetahui sesuatu pun dari apa-apa yang aku ketahui, kecuali shalat ini, dan shalat pun sekarang telah disia-siakan. Disebutkan oleh Al-Bukhari no. 530.[2] Dan ini adalah fitnah yang terbesar di mana Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anhu berbicara mengenainya, Bagaimana keadaan kalian pabila fitnah menyelimuti kalian,orang-orang dewasa menjadi tua di dalamnya, anak-anak kecil tumbuh dewasa di dalamnya pula, bid'ah telah memasyarakat, mereka telah menjadikannya sebagai sunnah, pabila (bid'ah) itu dirubah, maka dikatakannya 'sunnah (Rasullah shalallahu 'alaihi wasallam) telah dirubah' atau 'ini adalah perbuatan mungkar'.[3] Dan hal ini merupakan sebagian bukti yang menunjukkan bahwa suatu amalan jika dilakukan bertentangan dengan As Sunnah maka janganlah dianggap, dan janganlah ditoleh karena amalan yang bertentangan dengan As Sunnah tersebut telah dilakukan sejak zaman Abu Darda dan Anas.[4] Imam Syathibi rahimahullah (wafat tahun 790 H) berkata : Dan pada waktu itu saya telah tampil di masyarakat dengan berkhutbah, menjadi imam dan yang semisalnya, maka ketika saya menginginkan istiqamah di jalan yang lurus, saya dapatkan diri saya asing di tengah masyarakat pada waktu itu, dikarenakan gerak langkah mereka banyak dilandasi oleh adat istiadat [5] dan tata cara mereka telah dimasuki bid`ah-bid`ah dan tambahan-tambahan (dalam dien ini ), di mana di zaman dahulu hal ini bukan merupakan barang yang aneh,lebih-lebih di zaman sekarang ini!! [6] sampai beliau berkata, Maka ada dua pertimbangan, yaitu pertimbangan pertama mengikuti As Sunnah dengan syarat menyalahi kebiasaan masyarakat, maka haruslah menerima resiko yang biasa diterima oleh orang-orang yang menyalahi adat, terlebih lagi jika masyarakat mengakui bahwa kebiasaan mereka itu satu-satunya sunnah, tetapi meskipun memikul beban yang berat terdapat pahala yang besar padanya dan pertimbangan kedua mengikuti mereka dengan syarat menyalahi As Sunnah dan As Salafus Shaleh, maka kalau begitu saya menjadi orang-orang yang sesat - saya berlindung kepada Allah dari hal yang demikian - hanya saja saya sesuai dengan kebiasaan masyarakat, dan saya dianggap sebagai pendukung, bukan sebagai oposan. Maka saya berpendapat bahwa binasa dalam mengikuti As Sunnah itulah sukses namanya, sedangkan manusia tidaklah dapat menguntungkanku sedikitpun di sisi Allah, maka keputusan itu saya terapkan meskipun secara bertahap dalam beberapa perkara, maka kiamatlah menimpa saya, bertubi-tubi celaan datang kepada saya, caci makian dialamatkan kepada saya bagaikan anak panah, saya dicap sebagai ahli bid`ah dan orang sesat, dan kedudukan saya diturunkan sejajar dengan orang tolol dan bodoh.[7] Sekarang ini pun kita hidup di zaman fitnah, fitnah syubhat dan syahwat. Al Imam Ibnu Qayim Al Jauziyyah rahimahullah berkata dalam bukunya Ighatsatul Lahafan[8] : Fitnah itu dua macam: fitnah syubhat dan fitnah syahwat. Fitnah syubhat lebih besar bahayanya dari yang kedua. Maka fitnah syubhat ini terjadi disebabkan lemahnya bashirah dan sedikitnya ilmu.[9] Apalagi kalau dibarengi rusaknya niat, dan berperannya hawa nafsu maka akan timbul fitnah yang lebih besar dan musibah yang lebih berat, maka katakanlah sekehendakmu mengenai kesesatan yang ditimbulkan buruknya niat, pengendalinya hawa nafsu bukannya hidayah, disertai bashirahnya yang lemah dan sedikit ilmunya mengenai apa-apa yang Allah utus RasulNya dengannya, maka dia itu termasuk orang-orang yang Allah sebut mengenai mereka : Mereka tidak lain hanyalah mengikuti sangkaan-sangkaan dan apa yang diingini oleh hawa nafsu mereka. [An-Najm : 23] Sampai beliau berkata, Fitnah syubhat ini, nanti ujungnya sampai kepada
[media-dakwah] FIQHUL WAQI' [MEMAHAMI REALITA UMMAT]
FIQHUL WAQI' [MEMAHAMI REALITA UMMAT] Oleh Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani Rohimahulloh Segala puja dan puji hanya milik Allah Jalla Jalaluhu, kami memujiNya, memohon pertolongan dan ampunanNya. Kami berlindung kepadaNya dari kejahatan diri-diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang ditunjukiNya tiada seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang di sesatkanNya, maka tidak ada yang dapat memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwasanya tiada sesembahan yang sebenarnya selain Allah Jalla Jalaluhu Yang Mahaesa, tiada sekutu bagiNya. Aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah hamba dan rasulNya. Amma ba'du. Bahwasanya Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda. Artinya : Hampir tiba saatnya ummat-ummat itu saling seru menyeru untuk memerangi kalian, sebagaimana orang yang akan makan saling menyeru untuk segera ketempat makannya. Seorang berkata apakah karena jumlah kami sedikit pada saat itu ? Beliau berkata : (tidak) bahkan jumlah kalian pada saat itu banyak, namun kalian ibarat buih yang terbawa oleh banjir. Dan benar-benar Allah akan mencabut dari hati musuh-musuh kalian rasa segan mereka terhadap kalian, dan Allah akan melemparkan dalam hati kalian 'al-wahan', seorang bertutur : Wahai Rasulullah apakah 'al-wahn' itu ?. Beliau menjawab : 'Cinta dunia dan benci pada kematian. [1] Terungkap dengan sangat jelas dari hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang mulia ini berbagai fenomena dan gambaran tentang malapetaka besar yang menimpa kaum muslimin, dan telah memecah belah persatuan mereka, melemahkan kemuliaan dan kehormatan mereka, serta memporak porandakan barisan-barisan mereka. Salah satu sisi fitnah ini telah menimpa lubuk hati sejumlah besar para da'i dan penuntut ilmu. Sehingga -sangat disayangkan- merekapun terpecah dan terbagi. Sebagian mencela dengan sebagian yang lain, sedangkan yang lainnya mengeritik, membantah dan seterusnya. Bantahan-bantahan itu tidak sekedar bantahan, demikian pula jika sekedar kritikan-kritikan, tidak akan membahayakan seorang dari mereka, baik pihak yang membantah atau yang dibantah. Karena menurut pandangan orang-orang yang adil, yang tidak fanatik bahwa kebenaran itu diketahui dengan cahaya dan dalil-dalilnya, bukan diketahui dengan orang yang menyampaikan atau yang menyatakannya. Akan tetapi yang membahayakan mereka (para pembantah dan yang dibantah) adalah berbicara tanpa ilmu, serampangan, tanpa memikirkan akibat dan dampaknya, serta berbicara tanpa hak terhadap hamba-hamba Allah Jalla Jalaluhu. [A]. MASALAH FIQHUL WAQI'. Ditengah fitnah yang buta, tuli dan dibangkitkan pula beragam masalah yang berhubungan erat dengan masalah fiqh, manhaj dan dakwah. Alhamdulillah kami mempunyai jawaban-jawaban ilmiah seputar masalah tersebut. Maka segala puji dan karunia hanya milik Allah Jalla Jalaluhu. Diantara problematika yang cukup melelahkan dan banyak diperbincangkan secara serius dalam fitnah di zaman ini, apa yang diistilahkan oleh sebagian orang dengan Fiqhul Waqi' alias Memahami realita umat. Sementarta itu, saya tidak menyangkal gambaran atau ilustrasi ilmu yang mereka ada-adakan, namanya dengan sebutan Fiqhul Waqi', sebab telah banyak ulama-ulama ummat yang memberikan berbagai jawaban guna mencari jalan keluar bagi ragam kesulitan yang mereka hadapi dengan maksud dan tujuan agar mengetahui dan mengenal realita mereka. Dari sanalah kita jumpai ungkapan mereka yang populer : Menghukumi sesuatu adalah bagian (cabang) dari gambarannya Hal ini tidak akan terwujud melainkan dengan mengenal kenyataan, kejadian dan realita yang meliputi suatu masalah yang menjadi sasaran sebuah bahasan. Ini adalah suatu kaidah dasar dalam memberi fatwa secara khusus, dan ilmu-ilmu lainnya secara umum. Dengan demikian Fiqhul Waqi' adalah memahami sesuatu yang menggelisahkan atau menyusahkan kaum muslimin yang berhubungan erat dengan kepentingan-kepentingan mereka, atau tipu daya/makar musuh-musuh mereka, yang akan mengingatkan mereka agar mewaspadainya dan bangkit bersama secara nyata tidak hanya sekedar menganalisa atau menyibukkan diri dengan berita dan informasi kaum kafir atau bersikap melampui batas terhadap pemikiran-pemikiran mereka. [B]. PENTINGNYA MENGENAL REALITA Mengenal sebuah realita dengan tujuan agar sampai kepada hukum syariat adalah sangat penting dan merupakan salah satu kewajiban. Tugas ini harus dijalankan oleh sekelompok khusus pelajar muslim yang memiliki kecerdasan tinggi dari berbagai disiplin ilmu, baik syari'at atau kemasyrakatan (sosiologi), perekonomian, kemiliteran, dan ilmu apa saja yang dapat memberi manfaat bagi ummat Islam, serta mendekatkan mereka untuk kembali kepada kehormatan dan kemuliaan mereka. Terutama jika ilmu-ilmu ini terus berkembang sejalan dengan perkembangan zaman dan tempat. [C]. BERAGAM FIQH YANG HARUS DIFAHAMI Yang wajib diingat pada kesempatan ini, bahwasanya terdapat beragam
[media-dakwah] Bedah Buku: MENUNTUT ILMU: Jalan Menuju Syurga (Jakarta 6 Mei 2007)
Bedah Buku: MENUNTUT ILMU: Jalan Menuju Syurga (Jakarta 6 Mei 2007) Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuhu Bersama ini kami dari panitia Tim Kajian Ilmiah Karyawan Astra bekerjasama dengan Jakarta Islamic Centre kembali menyelenggarakan Tabligh Akbar Bedah Buku yang Insya Allah akan diselenggarakan insya Allah pada: Hari/Tanggal: Ahad, 18 Rabiuts Tsani 1428 H. / 6 Mei 2007 M. Waktu: 09.00 - Dzuhur WIB Tempat: Masjid Jakarta Islamic Centre (JIC) Jalan Kramat Jaya, KOJA Jakarta Utara Tema: MENUNTUT ILMU : Jalan Menuju Syurga Panduan Menuntut Ilmu: Keutamaan Menuntut Ilmu. Kiat dan Adab Menuntut Ilmu. Kitab Yang Harus Dimiliki oleh Penuntut Ilmu. Perjalanan Ulama Dalam Menuntut Ilmu. Nasehat dan Wasiat Bagi Penuntut Ilmu. Pemateri: Ustadz YAZID ABDUL QADIR JAWAS (Penulis Buku Mudir Yayasan Minhajus Sunnah Bogor) Route Kendaraan dari: Kp. Rambutan: bis PAC 07/08 Cawang/Cililitan: bis P8A Blok M: bis PAC 65/P89 Ciputat: bis PAC 135 Bekasi: bis PAC 25 Tangerang: Bus Aja Cibinong: Bus Kosub Semua kendaraan ini tujuan Tj. Priuk Selanjutnya naik APB 06 Jurusan Semper turun di depan JIC (Jakarta Islamic Centre) Informasi: 0812.1055.891 0816.1182.781 Wassalam Panitia TKIKA - JIC Sumber : muslim.or.id _ More photos, more messages, more storageget 2GB with Windows Live Hotmail. http://get.live.com/en-id/mail/features Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/ * Your email settings: Individual Email | Traditional * To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/join (Yahoo! ID required) * To change settings via email: mailto:[EMAIL PROTECTED] mailto:[EMAIL PROTECTED] * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[media-dakwah] Motivasi Beramal Karena Dunia
Motivasi Beramal Karena Dunia Penulis: Adika Abu Numan Kaum muslimin sekalian, ikhlas adalah pokok agama dan ruhnya tauhid. Artinya seluruh ibadah yang dilakukan mutlak harus disendirikan dan ditujukan untuk mengharap wajah Alloh semata. Seorang yang ikhlas tidak menginginkan agar amalnya dilihat, didengar atau diperhatikan orang lain. Ia beramal tidak untuk kepentingan duniawi, namun ikhlas semata-mata karena Alloh. Dengan demikian, iman dan tauhid seseorang menjadi sempurna. Hati-Hati Fitnah Dunia Berbagai macam kenikmatan di dunia baik berupa harta, kedudukan dan lainnya merupakan ujian yang banyak menjerumuskan manusia ke jurang kesesatan. Demi mencapai kenikmatan dunia seseorang bisa saja rela berbuat apapun asal keinginannya terwujud. Tujuan hidupnya seolah-olah hanya untuk mencapai kesenangan duniawi belaka. Bahkan aktivitas ibadahnya pun tidak lepas dari keinginan untuk mendapatkan kenikmatan dunia. Alloh Subhanahu wa Taala telah mensinyalir orang-orang yang seperti ini dalam firman-Nya yang artinya, Barangsiapa yang menghendaki kenikmatan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Huud: 15-16) Dalam ayat di atas, Alloh menjelaskan bahwa siapa saja yang menghendaki balasan duniawi dari amal ibadahnya, maka Alloh akan memberikannya di dunia ini. Akan tetapi kelak ia akan merugi di hari kiamat, ketika ia sangat membutuhkan amal ibadah. Bahkan dengan amal ibadahnya itu ia telah menjerumuskan dirinya ke dalam neraka. Balasan amal shalihnya itu telah ia rasakan di dunia, seluruhnya telah terhapus, hilang serta tidak dapat digunakan untuk menyelamatkannya pada hari kiamat. Banyak sekali contoh bagaimana seseorang menginginkan balasan di dunia dengan amal akhirat. Misalnya, membaca Al Quran dengan tujuan untuk mencari gelar atau uang, menjadi muadzin dengan niat untuk mencari uang, berangkat haji dengan tujuan mencari kemuliaan dunia, belajar agama di perguruan tinggi semata-mata hanya untuk mendapatkan ijazah agar martabatnya naik. Termasuk juga melakukan berbagai jenis peribadatan dengan maksud menyembuhkan penyakit, supaya disenangi orang lain, supaya tidak mendapat gangguan dan lain-lain. Celakalah Budak Harta ! Seseorang yang sangat gandrung kepada harta secara tidak sadar telah menjadikan aktivitas-aktivitas ibadahnya hanya untuk meraih harta, sehingga dia bergelar hamba/budak harta. Akibatnya dia tidak akan mendapatkan apa-apa dari ibadah tersebut kecuali rasa capek. Karena itu seseorang dalam ibadahnya harus berusaha untuk ikhlas dan jauh dari motivasi dunia. Salah satu caranya adalah tidak peduli dengan pujian atau celaan manusia, selama dirinya berada di jalan Alloh. Diriwayatkan dalam Shohih Bukhori, sahabat Abu Huroiroh rodhiyallohu anhu menuturkan bahwa Rosululloh shollallohu alaihi wasallam bersabda yang artinya, Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah, celakalah hamba khamilah. Jika diberi dia senang, tetapi jika tidak diberi dia marah. Celakalah dia dan tersungkurlah. Apabila terkena duri semoga tidak dapat mencabutnya. Berbahagialah seorang hamba yang memacu kudanya (berjihad di jalan Alloh) dengan rambutnya yang kusut dan kedua kakinya berlumur debu. Bila dia berada di pos penjagaan, dia akan tetap setia di pos penjagaan itu. Bila ditugaskan di garis belakang, dia akan tetap setia berada di garis belakang itu. Jika dia meminta izin (untuk menemui raja atau penguasa) tidak diperkenankan. Jika bertindak sebagai perantara tidak diterima perantaraanya. Dalam hadits di atas Rosululloh shollallohu alaihi wasallam menjelaskan bahwa sebagian orang ada yang menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya. Barang siapa yang demikian kondisinya, maka kesudahannya adalah kehancuran dan kehinaan. Ciri-ciri yang membeberkan sifat rakus mereka terhadap dunia adalah jika diberi dia senang, namun jika tidak diberi dia marah. Nabi shollallohu alaihi wasallam telah memberinya sifat Jika diberi dia senang, jika tidak diberi dia marah. Hal ini sebagaimana firman Alloh yang artinya, Dan diantara mereka ada yang mencelamu tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagiannya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian darinya, dengan serta merta mereka menjadi marah. (At-Taubah: 58) Ridho mereka ditujukan untuk selain Alloh dan kemarahan mereka untuk selain Alloh pula. Beginilah keadaan orang yang mengabdikan dirinya kepada hawa nafsunya. Jika ia berhasil meraihnya, maka dia bergembira dan jika tidak, maka merah padamlah mukanya. Alloh berfirman yang artinya, Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanya sebagai fitnah (cobaan) dan sesungguhnya di sisi Alloh-lah pahala yang
[media-dakwah] Menjadi Orang Asing di Dunia
Menjadi Orang Asing di Dunia Penulis: Syaikh Shalih bin Abdul Aziz Alu Syaikh hafizhohulloh Diterjemahkan dari Penjelasan Hadits Arbain No. 40 Oleh: Abu Fatah Amrulloh Murojaah: Ustadz Abu Ukasyah Aris Munandar, Dari Ibnu Umar radhiallohu anhuma beliau berkata: Rosululloh shalallahu alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda, Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir. Ibnu Umar berkata: Jika engkau berada di sore hari jangan menunggu datangnya pagi dan jika engkau berada pada waktu pagi hari jangan menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati (HR. Bukhori) Penjelasan Hadits ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi nasihat nabi shalallahu alaihi wa sallam kepada beliau. Hadits ini dapat menghidupkan hati karena di dalamnya terdapat peringatan untuk menjauhkan diri dari tipuan dunia, masa muda, masa sehat, umur dan sebagainya. Ibnu Umar berkata: Rosululloh shalallahu alaihi wa sallam pernah memegang kedua pundakku, hal ini menunjukkan perhatian yang besar pada beliau, dan saat itu umur beliau masih 12 tahun. Ibnu Umar berkata: beliau pernah memegang kedua pundakku. Rosululloh shalallahu alaihi wa sallam bersabda, Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau penyeberang jalan. Jika manusia mau memahami hadits ini maka di dalamnya terkandung wasiat penting yang sesuai dengan realita. Sesungguhnya manusia (Adam pent) memulai kehidupannya di surga kemudian diturunkan ke bumi ini sebagai cobaan, maka manusia adalah seperti orang asing atau musafir dalam kehidupannya. Kedatangan manusia di dunia (sebagai manusia) adalah seperti datangnya orang asing. Padahal sebenarnya tempat tinggal Adam dan orang yang mengikutinya dalam masalah keimanan, ketakwaan, tauhid dan keikhlasan pada Alloh adalah surga. Sesungguhnya Adam diusir dari surga adalah sebagai cobaan dan balasan atas perbuatan maksiat yang dilakukannya. Jika engkau mau merenungkan hal ini, maka engkau akan berkesimpulan bahwa seorang muslim yang hakiki akan senantiasa mengingatkan nafsunya dan mendidiknya dengan prinsip bahwa sesungguhnya tempat tinggalnya adalah di surga, bukan di dunia ini. Dia berada pada tempat yang penuh cobaan di dunia ini, dia hanya seorang asing atau musafir sebagaimana yang disabdakan oleh Al Musthofa shalallahu alaihi wa sallam. Betapa indah perkataan Ibnu Qoyyim rohimahulloh ketika menyebutkan bahwa kerinduan, kecintaan dan harapan seorang muslim kepada surga adalah karena surga merupakan tempat tinggalnya semula. Seorang muslim sekarang adalah tawanan musuh-musuhnya dan diusir dari negeri asalnya karena iblis telah menawan bapak kita, Adam alaihissalam dan dia melihat, apakah dia akan dikembalikan ke tempat asalnya atau tidak. Oleh karena itu, alangkah bagusnya perkataan seorang penyair: äÞá ÝÄÇÏß ÍíË ÔÆÊ ãä Çáåæì ãÜÇ ÇáÍÜÈ ÅáÇ ááÍÈíÈ ÇáÃæá Palingkan hatimu pada apa saja yang kau cintai Tidaklah kecintaan itu kecuali pada cinta pertamamu Yaitu Alloh jalla wa ala ßã ãäÒá Ýí ÇáÃÑÖ íÃáÝå ÇáÝÊì æÍäíäÜÜÜå ÃÈÜÜÏÇ áÃæá ãÜÜäÒá Berapa banyak tempat tinggal di bumi yang ditempati seseorang Dan selamanya kerinduannya hanya pada tempat tinggalnya yang semula Yaitu surga Demikianlah, hal ini menjadikan hati senantiasa bertaubat dan tawadhu kepada Alloh jalla wa ala. Yaitu orang yang hati mereka senantiasa bergantung pada Alloh, baik dalam kecintaan, harapan, rasa cemas, dan ketaatan. Hati mereka pun selalu terkait dengan negeri yang penuh dengan kemuliaan yaitu surga. Mereka mengetahui surga tersebut seakan-akan berada di depan mata mereka. Mereka berada di dunia seperti orang asing atau musafir. Orang yang berada pada kondisi seakan-akan mereka adalah orang asing atau musafir tidak akan merasa senang dengan kondisinya sekarang. Karena orang asing tidak akan merasa senang kecuali setelah berada di tengah-tengah keluarganya. Sedangkan musafir akan senantiasa mempercepat perjalanan agar urusannya segera selesai. Demikianlah hakikat dunia. Nabi Adam telah menjalani masa hidupnya. Kemudian disusul oleh Nabi Nuh yang hidup selama 1000 tahun dan berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun, ÝóáóÈöËó Ýöíåöãú ÃóáúÝó ÓóäóÉò ÅöáøóÇ ÎóãúÓöíäó ÚóÇãÇð Maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun (QS Al Ankabut: 14) Kemudian zaman beliau selesai dan telah berlalu. Kemudian ada lagi sebuah kaum yang hidup selama beberapa ratus tahun kemudian zaman mereka berlalu. Kemudian setelah mereka, ada lagi kaum yang hidup selama 100 tahun, 80 tahun, 40 tahun 50 tahun dan seterusnya. Hakikat mereka adalah seperti orang asing atau musafir. Mereka datang ke dunia kemudian mereka pergi meninggalkannya. Kematian akan menimpa setiap orang. Oleh karena itu setiap orang wajib untuk memberikan perhatian pada dirinya. Musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah kelalaian tentang hakikat ini, kelalaian tentang hakikat dunia yang sebenarnya. Jika Alloh
[media-dakwah] Syaitan, Sepak Terjangnya dan Kiat Menyelamatkan Diri Dari Tipu Dayanya
Syaitan, Sepak Terjangnya dan Kiat Menyelamatkan Diri Dari Tipu Dayanya Penulis: Ustad Afifi Abdul Wadud (Makalah Studi Islam Intensif 2005 Mushola Teknik UGM) Syaitan, sampai hari kiamat akan selalu menggoda bani Adam. Bahkan Alloh subhanahu wa taala telah memerintahkan manusia untuk menjadikannya sebagai musuh. Tulisan berikut (yang aslinya merupakan makalah kegiatan Studi Islam Intensif) akan membahas tentang makar yang diperbuat oleh syaitan dalam menggelincirkan manusia ke dalam jurang kebinasaan. Semoga Alloh melindungi kita dari setiap godaan syaitan Pergolakan Sepanjang Zaman Pergolakan antara iblis dan bani Adam terus berlangsung hingga terbitnya matahari dari sebelah barat. Sudah tak terhitung korban yang berjatuhan dan terus akan menunggu giliran siapa saja yang tidak waspada. Dendam kesumat iblis terhadap bani Adam membuat dia terus memasang ranjau-ranjau penjerat, seakan tak akan melepaskan buruannya. Itulah yang menjadi sumpah serapahnya, Alloh berfirman: ÞóÇáó ÑóÈøö Èöãó ÃóÛúæóíúÊóäöí áÃõÒóíøöäóäøó áóåõãú Ýöí ÇúáÃóÑúÖö æóáÃõÛúæöíóäøóåõãú ÃóÌúãóÚöíäó Iblis berkata,Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya (QS. Al Hijr: 39) Syubhat dan Syahwat, Ranjau yang Paling Berbahaya Syubhat dan syahwat senjata bermata dua yang telah membinasakan komunitas bani Adam. Dan inilah yang telah dibenarkan Alloh subhanahu wa taala æóáóÞóÏú ÕóÏøóÞó Úóáóíúåöãú ÅöÈúáöíÓõ Ùóäøóåõ ÝóÇÊøóÈóÚõæåõ ÅöáÇøóÝóÑöíÞðÇ ãøöäó ÇáúãõÄúãöäöíäó Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman (QS. Saba: 20) Dengan syubhat, iblis akan merusak pikiran manusia sehingga kabur dalam memandang kebenaran. Dengan syahwat, iblis akan merusak hati manusia, sehingga sulit mewujudkan amal saleh yang penuh dengan keikhlasan. Keduanya bertemu dalam satu titik kesamaan yaitu mengekor dan mengagungkan hawa nafsu. Alloh berfirman: ÃóÝóÑóÁóíúÊó ãóäö ÇÊøóÎóÐó Åöáóåóåõ åóæóÇåõ æóÃóÖóáøóåõ Çááåõ Úóáóì Úöáúãò æóÎóÊóãó Úóáóì ÓóãúÚöåö æóÞóáúÈöåö æóÌóÚóáó Úóáóì ÈóÕóÑöåö ÛöÔóÇæóÉð Ýóãóä íóåúÏöíåö ãöä ÈóÚúÏö Çááåö ÃóÝóáÇó ÊóÐóßøóÑõæäó Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Alloh membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberikannya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat) . Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran (QS. Al Jaatsiyah: 23) Korban pertama adalah Adam alaihi salam, dengan jeratan syubhat yang bernuansa syahwat, ÝóæóÓúæóÓó Åöáóíúåö ÇáÔøóíúØóÇäõ ÞóÇáó íóÂÁóÇÏóãõ åóáú ÃóÏõáøõßó Úóáóì ÔóÌóÑóÉö ÇáúÎõáúÏö æóãõáúßò áÇøóíóÈúáóì Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan pernah binasa ? (Thahaa: 120) Dan akan terus membidik sasaran-sasaran berikutnya dari bani Adam. Coba perhatikan hadits di bawah ini, betapa berbahayanya hawa nafsu bila telah menjalar di hati manusia. Dan akan muncul di tengah-tengah umat ini beberapa kaum yang hawa nafsu meresap di tubuh mereka sebagaimana virus rabies menjalar di tubuh penderitanya. Tidak tersisa urat dan persendian kecuali sudah dijalarinya (HR. Abu Dawud, Ahmad, Ad Darimi, Al Haakim dan disahihkan oleh Al Albani) Hadits ini merupakan penggalan hadits Iftiroq (perpecahan umat) yang sangat populer, hal ini menunjukkan bahwa sangat erat sekali kaitan antara perpecahan umat dengan mengekor hawa nafsu. Dan bila hawa nafsu telah menyetirnya, keadaannya akan persis dengan orang yang terkena rabies/penyakit anjing gila. Nah perhatikan di sini!! Betapa miripnya hawa nafsu dan rabies. Hawa nafsu mematikan jiwa dan fitroh, rabies membinasakan jasad menuju kematian. Sebab Munculnya Syubhat Akar munculnya syubhat adalah perdebatan dan perbantahan. Melalui perdebatan dan perbantahanlah dilontarkannya berbagai syubhat. Rosululloh sholallahu alaihi wa sallam bersabda, Tidaklah sesat suatu kaum setelah datang hidayah kepadanya kecuali dengan jatuhnya mereka dalam perdebatan, lalu beliau membaca ayat, Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu kecuali dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah) Ayat ini turun berkenaan dengan orang-orang Quraisy ketika dibacakan, Åöäøóßõãú æóãóÇÊóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäö Çááåö ÍóÕóÈõ Ìóåóäøóãó ÃóäÊõãú áóåóÇ æóÇÑöÏõæäó Sesungguhnya kamu dan sesembahansesembahan yang kamu sembah selain Alloh adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke dalamnya (QS. Al Anbiyaa : 98) Maka orang kafir Quraisy membantah, bagaimana dengan sesembahan orang-orang Nasrani. Maka benarlah perkataan Al Imam Al
[media-dakwah] Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama�ah ( Akidah, Ibadah, Ahlak Dakwah )...Bagian V
Bagian V Manhaj Dakwah Ahlussunnah wal Jamaah Sesungguhnya berdakwah kepada Allah adalah jalan yang ditempuh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan pengikut-pengikutnya, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman, Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. [98] Dakwah kepada Allah merupakan tugas utama para Rasul dan seluruh pengikutnya, untuk mengeluarkan manusia dari kekufuran menuju keimanan, dari kesyirikan menuju tauhid dan dari Neraka menuju Surga. Dakwah tersebut ditopang dengan tiang-tiang yang didirikan diatas pondasi, jika salah satunya saja binasa maka dakwah tersebut tidaklah berjalan dengan benar serta tidak pernah membuahkan hasil yang diinginkan, meskipun dengan jerih payah yang amat sangat serta menghabiskan banyak waktu. Sebagaimana yang terjadi pada sebagian besar dakwah-dakwah modern masa kini yang tidak dilandasi dengan tiang-tiang dan juga tidak berdiri di atas pondasi tersebut. Adapun tiang-tiang yang menopang dakwah yang benar adalah seperti yang disebutkan dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, ringkasnya sebagai berikut: Pertama, mengetahui apa yang didakwahkan. Maka seorang yang bodoh tidak layak menjadi da'i, Allah berfirman, Katakanlah: Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik. ( QS. Yusuf : 108 ). Bashirah maksudnya adalah ilmu, karena seorang da'i akan menghadapi ulama yang sesat dan berbagai syubhat (kekaburan), mereka membantah agar kebatilan bisa mengalahkan kebenaran, Allah berfirman: ...bantahlah mereka dengan cara yang baik.[99] Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Mu'adz t: Kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab . Jika seorang da'i tidak berbekal ilmu yang dapat digunakan untuk menghadapi setiap syubhat, maka ia akan kalah di awal pertandingan atau terhenti di tengah jalan. Kedua, Mengamalkan apa yang didakwahkan. Seorang dai menjadi teladan yang baik , tindakan sesuai dengan ucapannya sehingga tidak membuah celah bagi orang-orang untuk menghinanya, Allah berfirman tentang nabi-Nya Syu'aib yang berkata kepada kaumnya: Dan aku tidak berkehendak menyalahi kamu (dengan mengerjakan) apa yang aku larang. Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih berkesanggupan.[100] Ketiga, Ikhlas Dakwah yang dilakukan hendaknya betul-betul mengharap ridha Allah, bukan supaya dipuji orang atau agar diangkat menjadi pemimpin atau demi keinginan duniawi semata, sebagaimana yang diceritakan oleh Allah tentang nabi-nabi-Nya, bahwasanya mereka mengatakan, Aku tidak meminta kepadamu balasan. Juga, Aku tidak meminta kepadamu harta. Keempat, Memulai dari sesuatu yang terpenting Hendaknya pertama kali yang didakwahkan adalah masalah akidah dengan memerintahkan beribadah kepada Allah semata dan melarang syirik kemudian memerintahkan untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, mengerjakan kewajiban dan meninggalkan yang diharamkan sebagaimana jalan yang dilakukan oleh semua rasul, Allah berfirman Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu. [101] Juga firman Allah: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. [102] Ketika Nabi e mengutus Mu'adz ke Yaman, beliau berkata kepadanya: Åöäøóßó ÊóÃúÊöí ÞóæúãðÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáßöÊÇóÈö , Ýóáúíóßðäú Ãóæøóáõ ãóÇÊóÏúÚõæúåõãú Åöáóíúåö ÔóåóÇÏóÉõ Ãóäú áóÇ Åöáóåó ÅöáóÇ Çááå ÝóÅöäú åõãú ÃóÌóÇÈõæúßó ÝóÇÚáóãõåõã Ãóäøó Çááå ÇÝúÊóÑóÖó Úóáóíúåöãú ÎóãúÓó ÕóáóÇæóÇÊö Ýöí Çáíóæúãö æó ÇááóíúáóÉö . ÇáÍÏíË Sesungguhnya kamu akan mendatangi suatu kaum dari Ahli Kitab maka jadikanlah hal yang utama engkau seru kepada mereka adalah syahadah ( persaksian ) bahwasanya tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan jika mereka menjawab seruanmu maka katakan pada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan atas mereka shalat lima waktu di dalam setiap harinya. Hadits. Manhaj Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dalam berdakwah menjadi teladan yang baik dan yang paling sempurna ketika beliau tinggal di Mekah selama 13 tahun mengajak manusia kepada tauhid dan melarang mereka berbuat kesyirikan sebelum beliau memerintahkan mereka shalat, zakat, puasa, dan haji dan sebelum beliau melarang mereka dari perbuatan riba, zina, mencuri, membunuh jiwa tanpa haq. Kelima, Bersabar dalam menghadapi rintangan di jalan dakwah Jalan dakwah tidaklah ditaburi bunga-bunga melainkan penuh dengan suatu yang tidak menyenangkan dan penuh dengan bahaya, sebagaimana yang terjadi pada para Nabi dan Rasul sebelumnya. Allah berfirman, Dan
[media-dakwah] WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU
WAJIB MEMBERIKAN PERHATIAN KEPADA TAUHID TERLEBIH DAHULU SEBAGAIMANA METODE PARA NABI DAN RASUL Oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani sumber http://www.almanhaj.or.id Pertanyaan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani ditanya : Syaikh yang mulia, tidak ragu lagi bahwa Anda mengetahui tentang kenyataan pahit yang dialami umat Islam sekarang ini berupa kebodohan dalam masalah aqidah dan masalah-masalah keyakinan lainnya, serta perpecahan dalam metodologi pemahaman dan pengamalan Islam. Apalagi sekarang ini penyebaran da'wah Islam di berbagai belahan bumi tidak lagi sesuai dengan aqidah dan manhaj generasi pertama yang telah mampu melahirkan generasi terbaik. Tidak ragu lagi bahwa kenyataan yang menyakitkan ini telah membangkitkan ghirah (semangat) orang-orang yang ikhlas dan berkeinginan untuk mengubahnya serta untuk memperbaiki kerusakan. Hanya saja mereka berbeda-beda cara dalam memperbaiki fenomena tersebut, disebabkan karena perbedaan pemahaman aqidah dan manhaj mereka -sebagaimana yang Anda ketahui- dengan munculnya berbagai gerakan dan jama'ah-jama'ah Islam Hizbiyyah yang mengaku telah memperbaiki umat Islam selama berpuluh-puluh tahun, tetapi bersamaan itu mereka belum berhasil, bahkan gerakan-gerakan tersebut menyebabkan umat terjerumus ke dalam fitnah-fitnah dan ditimpa musibah yang besar, karena manhaj-manhaj mereka dan aqidah-qaidah mereka menyelisihi perintah Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam dan apa-apa yang dibawa oleh beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, dimana hal ini meninggalkan dampak yang besar berupa kebingungan kaum muslimin dan khususnya para pemudanya dalam solusi mengatasi kenyataan pahit ini. Seorang da'i muslim yang berpegang teguh dengan manhaj nubuwwah dan mengikuti jalan orang-orang yang beriman serta mencontoh pemahaman para sahabat dan tabi'in dengan baik dari kalangan ulama Islam merasa bahwa dia sedang memikul amanat yang sangat besar dalam menghadapi kenyataan ini dan dalam memperbaikinya atau ikut berperan serta dalam menyelesaikannya. Maka apa nasehat Anda bagi para pengikut gerakan-gerakan dan jama'ah-jama'ah tersebut .? Dan apa solusi yang bermanfaat dan mengena dalam menyelesaikan kenyataan ini.? Serta bagaimana seorang muslim dapat terbebas dari tanggung jawab ini di hadapan Allah Azza wa Jalla nanti pada hari Kiamat .? Jawaban Berkaitan dengan apa yang disebutkan dalam pertanyaan diatas, yaitu berupa buruknya kondisi umat Islam, maka kami katakan : Sesungguhnya kenyataan yang menyakitkan ini tidaklah lebih buruk daripada kondisi orang Arab pada zaman jahiliyah ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus kepada mereka, disebabkan adanya risalah Islam di antara kita dan kesempurnaannya, serta adanya kelompok yang eksis di atas Al-Haq (kebenaran), memberi petunjuk dan mengajak manusia kepada Islam yang benar dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan manhaj. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa kenyataan orang Arab pada masa jahiliyah menyerupai kenyataan kebanyakan kelompok-kelompok kaum muslimin sekarang ini !. Berdasarkan hal itu, kami mengatakan bahwa : Jalan keluarnya adalah jalan keluar yang pernah ditempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan obatnya adalah seperti obat yang pernah digunakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana Rasulullah telah mengobati jahiliyah yang pertama, maka para juru da'wah Islam sekarang ini harus meluruskan kesalahan pahaman umat akan makna Laa Ilaha Illallah, dan harus mencari jalan keluar dari kenyataan pahit yang menimpa mereka dengan pengobatan dan jalan keluar yang di tempuh oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan makna yang demikian ini jelas sekali apabila kita memperhatikan firman Allah Azza wa Jalla. Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. [Al-Ahzab : 21] Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah suri teladan yang baik dalam memberikan jalan keluar bagi semua problem umat Islam di dunia modern sekarang ini pada setiap waktu dan kondisi. Hal ini yang mengharuskan kita untuk memulai dengan apa-apa yang telah dimulai oleh Nabi kita Shallallahu 'alaihi wa sallam, yaitu pertama-tama memperbaiki apa-apa yang telah rusak dari aqidah kaum muslimin. Dan yang kedua adalah ibadah mereka. Serta yang ketiga adalah akhlak mereka. Bukannya yang saya maksud dari urutan ini adanya pemisahan perkara antara satu dengan yang lainnya, artinya mendahulukan yang paling penting kemudian sebelum yang penting, dan selanjutnya !. Tetapi yang saya kehendaki adalah agar kaum muslimin memeperhatikan dengan perhatian yang sangat besar dan serius terhadap perkara-perkara di atas. Dan yang saya maksud dengan kaum muslimin adalah para juru da'wah, atau yang lebih tepatnya adalah para ulama di kalangan mereka, karena sangat disayangkan sekali sekarang ini setiap muslim mudah sekali mendapat predikat sebagai da'i meskipun