RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Mohammad Rizal
Permisi Mbak Ning, mau ikutan...

Komunitas pemakai (dan pejuang) dinar ini ada di Jakarta, Medan, Batam, juga 
beberapa kota lain. Saya kenal pribadi dengan orang-orangnya mbak. Di belakang 
gerakan ini adalah seorang syeikh tarikat Syadziliyah-Darqawiyah yang bermukim 
di Afrika Selatan. Dia punya murid yang bernama DR. Umar Vadillo. DR. Vadillo 
banyak menulis dan berseminar tentang dinar dirham di seluruh dunia.

Saat ini fungsi dinar lebih kepada perlindungan nilai harta saja. Untuk 
transaksi masih belum populer. Kalau transaksi besar seperti beli mobil 
bagaimana? Ya guampang sekali. Bawa dinarnya ke wakala (kalau tidak cukup satu 
wakala ya 2 atau 3), tukarkan dinarnya dengan uang fiat, belikan mobil. Lha 
gitu aja kok repot :-)

Saya tidak mau berdiskusi tentang keislaman dinar dirham ini, karena memang 
ada beberapa kritik seperti yang sudah ditulis oleh Ary. Tapi menurut 
pengalaman pribadi, uang yang ditabung untuk suatu keperluan tertentu relatif 
tetap nilainya jika disimpan dalam bentuk dinar. Yang turun malah rupiah atau 
dolar terhadap dinar. Coba perhatikan. Dalam sebulan ini saja nilai emas (atau 
dinar) sudah naik 16% terhadap dolar. Sebetulnya bukan dinarnya yang naik, tapi 
dolar (dan rupiah) nya yang turun.

Dalam Islam, orang memang didorong untuk memutar uangnya. Karena itulah uang 
yang diam terkena kewajiban zakat. Karena ada kotorannya maka uang diam itu 
harus dibersihkan. Angka 2,5% zakat mal itu juga diturunkan dari dinar. Untuk 
orang yang telah menyimpan 20 dinar dalam 1 tahun dia terkena kewajiban zakat 
1/2 dinar. Dari sinilah asal angka 2,5% itu.

-Rizal-


--- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, October 17, 2008, 7:03 AM

 
Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya
punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa,
mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit
box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke
wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak
saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya
jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). 
 
Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau
bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya,
di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi.
Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas
ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya
mencoba. 
 
Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil
hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman
saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake
dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more
popular, sepertinya sih. 
 
Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak
dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada
mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya.
Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk
yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun
harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib
diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap
tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya.
 
Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia
aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan
rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah memasyarakat. Jadi
insya Allah, tukang sate belum mau dibayar pake dinar. Lagian, 1 dinar
itu hari ini sekitar 1,2 juta rupiah. Kayaknya kita ngga akan makan sate
sebanyak itu. yang saya pernah lihat pecahan terkecil dinar tuh 1/4
dinar, berarti nilainya sekitar 300 rb rupiah, mas. Kalau dirham, saya
belum pernah tahu dan juga ngga punya.
 
Wassalaam,
-Ning




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
kan saya sudah jawab,
uang kertas yang sekarang juga sudah islami mbak.
Sama dengan Umar yang juga ingin berijtihad dengan kulit unta.

Bukankah lebih praktis uang kertas yang sekarang?
Setiap negara bia membuat mata uangnya sendiri, apakah dia punya emas atau 
tidak.
Yang penting negara itu punya kegiatan ekonomi.

Bayangkan suatu negara berdiri, negara tersebut nggak punya emas, adanya ya 
cuman perkebunan pisang.
Dengan membuat hitungan skala ekonomi, negara itu tetap bisa melangsungkan 
kegiatan ekonominya dengan membuat uang kertas yang lebih mudah dibuat. Lha 
kalo harus pake emas kan malah bergantung pada negara lain dulu supaya mau 
nuker emas sama pisang dulu bukan?

masalahnya itu pemerintahan yang adil, agar apapun sistemnya 
hasilnya negara yang baldatun, thoyibatun wa rabbun ghafur...


  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 17, 2008 12:46 PM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)



  Jadi solusinya apa untuk alat tukar, mas? Yang islami dan adil ?

  Penggunaan emas sebagai alat tukar memang sudah sejak sebelm Rasul, dan
  Rasul meneruskan kebiasaan itu karena memang tidak bertentangan dengan
  ajaran Islam. Penggunaannya sebagai alat tukar ini bertahan sampai lebih
  dari 13 abad. Suatu prestasi yang tidak bisa dianggap remeh, bukan ?

  Memang benar saya tidak (belum) menggunakan dinar sebagai alat tukar,
  karena belum memasyarakat, mas. Kalau sudah memasyarakat, insya Allah,
  akan saya gunakan. Lebih praktis dari pada harus tukar(jual) dulu uang
  kertas. ya kan ?

  Wassalaam,
  -NIng

  

  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi
  Prihatmanto
  Sent: Friday, October 17, 2008 1:36 PM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
  Economics)

  IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu,
  tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, 
  namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang
  lain.

  Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK
  LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan
  mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan
  bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada
  suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita
  mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki
  pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa
  mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang
  tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih
  dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru
  mentah-mentah begitu saja.

  Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan
  dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan
  seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang
  muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif
  dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional.

  Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan
  kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara.
  Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk
  kemaslahatan umat manusia.
  Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa
  kemaslahatan.
  Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana.
  Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll.

  Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah
  begitu besar,
  penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya
  yang terlalu terbatas.
  Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi
  dunia oleh hanya segelintir negara.
  66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara.

  Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar
  sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan
  emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER
  dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata
  uang tertentu juga.

  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
  Economics)

  Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya,
  mas.

  

  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
  [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
  mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Ary Setijadi
  Prihatmanto
  Sent

Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Ari Condro
Btw jadi mikir.  Simpanan dinar emasnya sudah dizakati belum yah ???

*  ehemmm*



Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Thu, 16 Oct 2008 23:25:54 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


Permisi Mbak Ning, mau ikutan...

Komunitas pemakai (dan pejuang) dinar ini ada di Jakarta, Medan, Batam, juga 
beberapa kota lain. Saya kenal pribadi dengan orang-orangnya mbak. Di belakang 
gerakan ini adalah seorang syeikh tarikat Syadziliyah-Darqawiyah yang bermukim 
di Afrika Selatan. Dia punya murid yang bernama DR. Umar Vadillo. DR. Vadillo 
banyak menulis dan berseminar tentang dinar dirham di seluruh dunia.

Saat ini fungsi dinar lebih kepada perlindungan nilai harta saja. Untuk 
transaksi masih belum populer. Kalau transaksi besar seperti beli mobil 
bagaimana? Ya guampang sekali. Bawa dinarnya ke wakala (kalau tidak cukup satu 
wakala ya 2 atau 3), tukarkan dinarnya dengan uang fiat, belikan mobil. Lha 
gitu aja kok repot :-)

Saya tidak mau berdiskusi tentang keislaman dinar dirham ini, karena memang 
ada beberapa kritik seperti yang sudah ditulis oleh Ary. Tapi menurut 
pengalaman pribadi, uang yang ditabung untuk suatu keperluan tertentu relatif 
tetap nilainya jika disimpan dalam bentuk dinar. Yang turun malah rupiah atau 
dolar terhadap dinar. Coba perhatikan. Dalam sebulan ini saja nilai emas (atau 
dinar) sudah naik 16% terhadap dolar. Sebetulnya bukan dinarnya yang naik, tapi 
dolar (dan rupiah) nya yang turun.

Dalam Islam, orang memang didorong untuk memutar uangnya. Karena itulah uang 
yang diam terkena kewajiban zakat. Karena ada kotorannya maka uang diam itu 
harus dibersihkan. Angka 2,5% zakat mal itu juga diturunkan dari dinar. Untuk 
orang yang telah menyimpan 20 dinar dalam 1 tahun dia terkena kewajiban zakat 
1/2 dinar. Dari sinilah asal angka 2,5% itu.

-Rizal-


--- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, October 17, 2008, 7:03 AM

 
Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya
punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa,
mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit
box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke
wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak
saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya
jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). 
 
Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau
bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya,
di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi.
Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas
ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya
mencoba. 
 
Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil
hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman
saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake
dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more
popular, sepertinya sih. 
 
Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak
dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada
mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya.
Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk
yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun
harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib
diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap
tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya.
 
Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia
aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan
rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah memasyarakat. Jadi
insya Allah, tukang sate belum mau dibayar pake dinar. Lagian, 1 dinar
itu hari ini sekitar 1,2 juta rupiah. Kayaknya kita ngga akan makan sate
sebanyak itu. yang saya pernah lihat pecahan terkecil dinar tuh 1/4
dinar, berarti nilainya sekitar 300 rb rupiah, mas. Kalau dirham, saya
belum pernah tahu dan juga ngga punya.
 
Wassalaam,
-Ning




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
membuat emas menjadi mata uang atau mata uang yang dibackup emas, 
memang pada akhirnya pada skala negara jadinya menimbun emas. 
Entah ditimbun di-bank senilai uang yang dibuat, atau ditimbun dalam bentuk 
koin yang disebarkan.

Tidak terbayang sebuah negara mengijinkan rakyatnya melebur koin untuk diambil 
emasnya.
Rusak negara seperti itu. Uang dinar tetap menjadi milik negara hanya hak 
digunakan oleh rakyat untuk mata uang.

Jadi ada resource emas yang sebetulnya sangat berguna untuk kemaslahatan 
manusia tidak boleh digunakan sesuai dengan fitrahnya, malah hanya menjadi 
instrumen harta benda belaka.

Ngomong-ngomong mbak Ning, 
onta dan kuda juga bertahan sebagai alat angkut utama hingga akhir abad 19 lho.
Jauh lebih canggih dan lama dari sekedar mata uang.
Kenapa mbak Ning nggak pake onta atau kuda sekarang?
Itu juga bukan penemuan Islam.
Bukankah Nabi juga tidak anti onta atau kuda yang berarti sesuai dengan Islam?


  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 17, 2008 12:57 PM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)



  Kalau menimbun, mau dinar atau uang rupiah atau dollar, ya sama aja mas,
  haram. 

  -Original Message-
  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ari Condro
  Sent: Friday, October 17, 2008 1:48 PM
  To: Milis wm
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
  Economics)

  Benar. Kalau kondisinya seperti mbak ning. Maka itu adalah perilaku
  menimbun komoditi emas. Uang dinar dijadikan komoditi, lalu ditimbun.

  Padahal perilaku menimbun inilah yg justru dianggap perilaku tidak
  islami.

  Naudzubillah min dzalik.

  Sent from my BlackBerry wireless device from XL GPRS network

  -Original Message-

  From: Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED]

  Date: Fri, 17 Oct 2008 12:36:03 

  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com

  Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
  Economics)

  IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu,

  tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, 

  namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang
  lain.

  Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK
  LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan
  mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan
  bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada
  suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita
  mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki
  pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa
  mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang
  tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih
  dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru
  mentah-mentah begitu saja.

  Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan
  dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan
  seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang
  muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif
  dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional.

  Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan
  kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara.

  Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk
  kemaslahatan umat manusia.

  Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa
  kemaslahatan.

  Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana.

  Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll.

  Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah
  begitu besar,

  penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya
  yang terlalu terbatas.

  Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi
  dunia oleh hanya segelintir negara.

  66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara.

  Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar
  sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan
  emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER
  dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata
  uang tertentu juga.

  - Original Message - 

  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 

  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 

  Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM

  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
  Economics)

  Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya,

  mas.

  

  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com

  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi

  Prihatmanto

  Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM

RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
 
Alhamdulillah, terimakasih infonya ya mas. Saya juga baru mempelajari
sih mas.. kebetulan ada yang mempresentasikan masalah ini dan saya
pikir-pikir banyak betulnya. Mungkin juga yang menjelaskan kepada saya
itu termasuk ke dalam tarikat yang mas sebutkan di bawah itu, saya
kurang faham, dan tidak bertanya juga sih.
 
Kalau dinar sebagai perlindungan nilai harta, memang benar banget mas.
Saya percaya. Saya pikir2, mungkin itu sebabnya ibu-ibu jaman dahulu
suka membeli perhiasan selain untuk perhiasan, juga bisa dijual
sewaktu-waktu dengan mudah dan nilai yang relative tetap saat
diperlukan. Saya ingat ibu saya menjual perhiasan simpanannya saat akan
membayar uang masuk sekolah untuk anak-anaknya dulu, waktu kami masih
pada sekolah.
 
BTW, Menurut mas sendiri bagaimana seharusnya alat tukar yang islami itu
? 
 
Wassalaam,
-NIng
 




From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mohammad Rizal
Sent: Friday, October 17, 2008 2:26 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)



Permisi Mbak Ning, mau ikutan...

Komunitas pemakai (dan pejuang) dinar ini ada di Jakarta, Medan, Batam,
juga beberapa kota lain. Saya kenal pribadi dengan orang-orangnya mbak.
Di belakang gerakan ini adalah seorang syeikh tarikat
Syadziliyah-Darqawiyah yang bermukim di Afrika Selatan. Dia punya murid
yang bernama DR. Umar Vadillo. DR. Vadillo banyak menulis dan berseminar
tentang dinar dirham di seluruh dunia.

Saat ini fungsi dinar lebih kepada perlindungan nilai harta saja. Untuk
transaksi masih belum populer. Kalau transaksi besar seperti beli mobil
bagaimana? Ya guampang sekali. Bawa dinarnya ke wakala (kalau tidak
cukup satu wakala ya 2 atau 3), tukarkan dinarnya dengan uang fiat,
belikan mobil. Lha gitu aja kok repot :-)

Saya tidak mau berdiskusi tentang keislaman dinar dirham ini, karena
memang ada beberapa kritik seperti yang sudah ditulis oleh Ary. Tapi
menurut pengalaman pribadi, uang yang ditabung untuk suatu keperluan
tertentu relatif tetap nilainya jika disimpan dalam bentuk dinar. Yang
turun malah rupiah atau dolar terhadap dinar. Coba perhatikan. Dalam
sebulan ini saja nilai emas (atau dinar) sudah naik 16% terhadap dolar.
Sebetulnya bukan dinarnya yang naik, tapi dolar (dan rupiah) nya yang
turun.

Dalam Islam, orang memang didorong untuk memutar uangnya. Karena itulah
uang yang diam terkena kewajiban zakat. Karena ada kotorannya maka
uang diam itu harus dibersihkan. Angka 2,5% zakat mal itu juga
diturunkan dari dinar. Untuk orang yang telah menyimpan 20 dinar dalam 1
tahun dia terkena kewajiban zakat 1/2 dinar. Dari sinilah asal angka
2,5% itu.

-Rizal-

--- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
mailto:ninghdw%40chevron.com  wrote:
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
mailto:ninghdw%40chevron.com 
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
Date: Friday, October 17, 2008, 7:03 AM

Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya
punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa,
mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit
box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke
wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak
saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya
jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). 

Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau
bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya,
di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi.
Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas
ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya
mencoba. 

Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil
hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman
saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake
dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more
popular, sepertinya sih. 

Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak
dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada
mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya.
Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk
yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun
harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib
diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap
tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya.

Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia
aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan
rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah

Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Sebaiknya dibedakan antara emas sebagai mata uang dengan emas sebagai komoditi.

Jika kita bicara emas sebagai komoditi, tentu saja tidak terkena apa-apa yang 
terkait dengan mata uang.
Jika kita bicara komoditi, banyak sekali komoditi yang bisa dianggap bagus: 
berlian, tanah, lukisan antik dll.


  - Original Message - 
  From: Mohammad Rizal 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 17, 2008 1:25 PM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


  Permisi Mbak Ning, mau ikutan...

  Komunitas pemakai (dan pejuang) dinar ini ada di Jakarta, Medan, Batam, juga 
beberapa kota lain. Saya kenal pribadi dengan orang-orangnya mbak. Di belakang 
gerakan ini adalah seorang syeikh tarikat Syadziliyah-Darqawiyah yang bermukim 
di Afrika Selatan. Dia punya murid yang bernama DR. Umar Vadillo. DR. Vadillo 
banyak menulis dan berseminar tentang dinar dirham di seluruh dunia.

  Saat ini fungsi dinar lebih kepada perlindungan nilai harta saja. Untuk 
transaksi masih belum populer. Kalau transaksi besar seperti beli mobil 
bagaimana? Ya guampang sekali. Bawa dinarnya ke wakala (kalau tidak cukup satu 
wakala ya 2 atau 3), tukarkan dinarnya dengan uang fiat, belikan mobil. Lha 
gitu aja kok repot :-)

  Saya tidak mau berdiskusi tentang keislaman dinar dirham ini, karena memang 
ada beberapa kritik seperti yang sudah ditulis oleh Ary. Tapi menurut 
pengalaman pribadi, uang yang ditabung untuk suatu keperluan tertentu relatif 
tetap nilainya jika disimpan dalam bentuk dinar. Yang turun malah rupiah atau 
dolar terhadap dinar. Coba perhatikan. Dalam sebulan ini saja nilai emas (atau 
dinar) sudah naik 16% terhadap dolar. Sebetulnya bukan dinarnya yang naik, tapi 
dolar (dan rupiah) nya yang turun.

  Dalam Islam, orang memang didorong untuk memutar uangnya. Karena itulah uang 
yang diam terkena kewajiban zakat. Karena ada kotorannya maka uang diam itu 
harus dibersihkan. Angka 2,5% zakat mal itu juga diturunkan dari dinar. Untuk 
orang yang telah menyimpan 20 dinar dalam 1 tahun dia terkena kewajiban zakat 
1/2 dinar. Dari sinilah asal angka 2,5% itu.

  -Rizal-

  --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Date: Friday, October 17, 2008, 7:03 AM

  Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya
  punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa,
  mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit
  box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke
  wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak
  saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya
  jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). 

  Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau
  bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya,
  di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi.
  Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas
  ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya
  mencoba. 

  Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil
  hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman
  saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake
  dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more
  popular, sepertinya sih. 

  Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak
  dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada
  mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya.
  Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk
  yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun
  harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib
  diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap
  tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya.

  Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia
  aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan
  rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah memasyarakat. Jadi
  insya Allah, tukang sate belum mau dibayar pake dinar. Lagian, 1 dinar
  itu hari ini sekitar 1,2 juta rupiah. Kayaknya kita ngga akan makan sate
  sebanyak itu. yang saya pernah lihat pecahan terkecil dinar tuh 1/4
  dinar, berarti nilainya sekitar 300 rb rupiah, mas. Kalau dirham, saya
  belum pernah tahu dan juga ngga punya.

  Wassalaam,
  -Ning

  __
  Do You Yahoo!?
  Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around 
  http://mail.yahoo.com 

  [Non-text portions of this message have been removed

Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Mohammad Rizal
Kalau sudah setahun dan sampai nishab nya tentu dikeluarkan zakatnya, insya 
ALLAH. Ingetin ya Con

-Rizal-


--- On Fri, 10/17/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, October 17, 2008, 1:33 PM

Btw jadi mikir.  Simpanan dinar emasnya sudah dizakati belum yah ???

*  ehemmm*






__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Ari Condro
Yeah, lha startnya aja kapan, ane kan gak ngerti :)). Udah lah, itu kan urusan 
dalem dia, masa ane disuruh ngobok ngobok juga sieh.

Piss ya mbak, piss juga oom rizal.



Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Fri, 17 Oct 2008 01:29:05 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


Kalau sudah setahun dan sampai nishab nya tentu dikeluarkan zakatnya, insya 
ALLAH. Ingetin ya Con

-Rizal-


--- On Fri, 10/17/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, October 17, 2008, 1:33 PM

Btw jadi mikir.  Simpanan dinar emasnya sudah dizakati belum yah ???

*  ehemmm*






__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Mohammad Rizal
Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. 
Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras 
sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. 
Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa 
kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang 
menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini 
merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan 
harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena 
paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk 
aja kalau masih dituduh menimbun.

Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit 
keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya 
ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih 
suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda 
tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau 
setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina 
Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu 
boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. 
Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. 
Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan.

Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa 
depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi 
kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, 
nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 
dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah 
mungkin sudah naik dua kali lipat.


-Rizal-


--- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM

Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ?
Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu
berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda,
itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan
niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya. 




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Sunny
Menimbun dan menabung mempunyai arti yang mirip sama. Menimbun harta, tetapi 
menambung uang, kedua-duanya mempunyai nilai yang sama.   Harta dijual mendapat 
uang.  Dengan uang yang ditabung bisa beli benda-benda yang disebut harta. 
Bukankah begitu? 

  - Original Message - 
  From: Mohammad Rizal 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 17, 2008 11:02 AM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


  Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. 
Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras 
sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. 
Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa 
kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang 
menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini 
merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan 
harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena 
paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk 
aja kalau masih dituduh menimbun.

  Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit 
keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya 
ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih 
suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda 
tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau 
setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina 
Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu 
boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. 
Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. 
Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan.

  Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa 
depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi 
kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, 
nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 
dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah 
mungkin sudah naik dua kali lipat.

  -Rizal-

  --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM

  Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ?
  Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu
  berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda,
  itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan
  niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya. 

  __
  Do You Yahoo!?
  Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around 
  http://mail.yahoo.com 

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Ari Condro
Asik.  Orang indonesia nabung emas per orang 10 gr udah dapat berapa tuh 

200 juta x 10 gr = 2 milyar gr = 2 juta ton.  Apa ada persediaan emas sebesar 
itu di dunia.  Apa bukannya malah bikin distorsi pasar ?

Lagian kalau lihat dalam longterm, selama 30 tahun terakhir, kenyataannya harga 
emas justru turun terus.  Demad emas juga nyatanya dipicu oleh surat 
dagang/investasi emas dan bukan demand oleh industri.  Which is means bubles 
dalam investasi emas.  Sama aja kayak prperti di amrika yg lagi pecah balonnya.

Tapi yah, namanya aja investasi, tentunya resiko tanggung masing masing :))






Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

Date: Fri, 17 Oct 2008 02:02:25 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. 
Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras 
sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. 
Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa 
kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang 
menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini 
merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan 
harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena 
paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk 
aja kalau masih dituduh menimbun.

Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit 
keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya 
ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih 
suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda 
tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau 
setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina 
Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu 
boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. 
Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. 
Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan.

Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa 
depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi 
kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, 
nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 
dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah 
mungkin sudah naik dua kali lipat.


-Rizal-


--- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM

Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ?
Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu
berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda,
itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan
niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya. 




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]




[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Dwi Soegardi
Ngitungnya gimana seh?

1 ton (metric) itu 1000 kg, jadi 2 milyar gr = 2 juta kg = 2000 ton
Kalo cuma segitu sih ada emasnya, (walaupun belum tentu ada di Indonesia)
konon 40 ribu ton sedunia.
http://www.investopedia.com/articles/05/030705.asp
Lha tapi kalopun 40 ribu ton emas itu untuk backup uang sedunia,
apa cukup untuk transaksi trilyunan dolar?

Terus kalau ada yang bilang dinar/emas nilainya tidak berubah
yang turun adalah nilai mata uang (dolar, rupiah, dll) itu maksudnya
diukur dari daya belikah?
Misalnya 1 gram emas bisa beli semangkok bakso tahun 1950
maka tahun 2008 ini 1 gram emas juga masih bisa beli semangkok bakso?
(dengan asumsi tidak ada gejolak supply and demand semangkok bakso)

On Fri, Oct 17, 2008 at 6:37 AM, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Asik.  Orang indonesia nabung emas per orang 10 gr udah dapat berapa tuh 

 200 juta x 10 gr = 2 milyar gr = 2 juta ton.  Apa ada persediaan emas sebesar 
 itu di dunia.  Apa bukannya malah bikin distorsi pasar ?

 Lagian kalau lihat dalam longterm, selama 30 tahun terakhir, kenyataannya 
 harga emas justru turun terus.  Demad emas juga nyatanya dipicu oleh surat 
 dagang/investasi emas dan bukan demand oleh industri.  Which is means bubles 
 dalam investasi emas.  Sama aja kayak prperti di amrika yg lagi pecah 
 balonnya.

 Tapi yah, namanya aja investasi, tentunya resiko tanggung masing masing :))






 Sent from my BlackBerry(R) wireless device from XL GPRS network

 -Original Message-
 From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]

 Date: Fri, 17 Oct 2008 02:02:25
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


 Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. 
 Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras 
 sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. 
 Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa 
 kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang 
 menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini 
 merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan 
 harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan 
 (karena paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini 
 sentimen buruk aja kalau masih dituduh menimbun.

 Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit 
 keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH 
 hartanya ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, 
 Aku lebih suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya 
 sepeninggal anda tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad 
 berkata, Kalau setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. 
 Lantas Sayidina Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? 
 Kalau sekadar itu boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan 
 Imam Muslim. Shahih. Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk 
 diwariskan pada anak. Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat 
 berkecukupan.

 Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa 
 depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. 
 Jadi kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah 
 anak, nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 
 dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam 
 rupiah mungkin sudah naik dua kali lipat.


 -Rizal-


 --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:
 From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
 Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM

 Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ?
 Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu
 berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda,
 itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan
 niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya.




 __
 Do You Yahoo!?
 Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around
 http://mail.yahoo.com

 [Non-text portions of this message have been removed]




 [Non-text portions of this message have been removed]


 

 ===
 Milis Wanita Muslimah
 Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
 Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
 ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
 Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
 Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED

Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-17 Terurut Topik Sunny

Ton itu ada macam-macam jenisnya, jadi harus jelas sebab registered ton, DWT 
ton. Kalau sistem metric itu terang 1.000 kg. Kalau tak salah ada pulang long 
ton dan short ton. Mengenai register ton dan DWT ton itu umumnya dipakai dalam 
perkapalan. 

  - Original Message - 
  From: Dwi Soegardi 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 17, 2008 1:34 PM
  Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of 
Economics)


  Ngitungnya gimana seh?

  1 ton (metric) itu 1000 kg, jadi 2 milyar gr = 2 juta kg = 2000 ton
  Kalo cuma segitu sih ada emasnya, (walaupun belum tentu ada di Indonesia)
  konon 40 ribu ton sedunia.
  http://www.investopedia.com/articles/05/030705.asp
  Lha tapi kalopun 40 ribu ton emas itu untuk backup uang sedunia,
  apa cukup untuk transaksi trilyunan dolar?

  Terus kalau ada yang bilang dinar/emas nilainya tidak berubah
  yang turun adalah nilai mata uang (dolar, rupiah, dll) itu maksudnya
  diukur dari daya belikah?
  Misalnya 1 gram emas bisa beli semangkok bakso tahun 1950
  maka tahun 2008 ini 1 gram emas juga masih bisa beli semangkok bakso?
  (dengan asumsi tidak ada gejolak supply and demand semangkok bakso)

  On Fri, Oct 17, 2008 at 6:37 AM, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Asik. Orang indonesia nabung emas per orang 10 gr udah dapat berapa tuh 
  
   200 juta x 10 gr = 2 milyar gr = 2 juta ton. Apa ada persediaan emas 
sebesar itu di dunia. Apa bukannya malah bikin distorsi pasar ?
  
   Lagian kalau lihat dalam longterm, selama 30 tahun terakhir, kenyataannya 
harga emas justru turun terus. Demad emas juga nyatanya dipicu oleh surat 
dagang/investasi emas dan bukan demand oleh industri. Which is means bubles 
dalam investasi emas. Sama aja kayak prperti di amrika yg lagi pecah balonnya.
  
   Tapi yah, namanya aja investasi, tentunya resiko tanggung masing masing :))
  
  
  
  
  
  
   Sent from my BlackBerry(R) wireless device from XL GPRS network
  
   -Original Message-
   From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED]
  
   Date: Fri, 17 Oct 2008 02:02:25
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
  
  
   Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. 
Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras 
sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. 
Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa 
kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang 
menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini 
merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan 
harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena 
paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk 
aja kalau masih dituduh menimbun.
  
   Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit 
keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya 
ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih 
suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda 
tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau 
setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina 
Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu 
boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. 
Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. 
Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan.
  
   Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa 
depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi 
kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, 
nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 
dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah 
mungkin sudah naik dua kali lipat.
  
  
   -Rizal-
  
  
   --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] 
wrote:
   From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
   Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
   Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM
  
   Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ?
   Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu
   berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda,
   itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan
   niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya.
  
  
  
  
   __
   Do You Yahoo!?
   Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around
   http://mail.yahoo.com
  
   [Non-text

Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Ari Condro
Itu cara bacanya ekonomi china parah banget :))
Lagian di china juga sudah berubah.

Lha kualitas yg ancur di produk china yg justru di impor kita kok ndak 
dipertanyakan. Terutama kasus melamine yg terbaru akhir akhir ini.




Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]

Date: Thu, 16 Oct 2008 13:21:03 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


 
http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakhi
rnya-ekonomi-(the-end-of-economics)
Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) 
Miko M Akbar - suaraPembaca


 
http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB
ER_HERE 
Jakarta - Salah satu instrumen yang digunakan dalam sistem perdagangan
internasional adalah menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah
krisis ekonomi global terjadi pasca Perang Dunia II melalui pertemuan
Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata
uang utama dalam perdagangan dunia. Sekaligus menjadikan World Bank,
International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan
internasional. 

Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika
Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak
perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya
dengan lembaran kertas saja.

Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa
yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS
mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium,
emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu
lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem
semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.

Hal ini telah mengeksploitasi model perdagangan dengan sistem pembagian
kerja internasional. Surplus ekonomi bagi sekutu-sekutu Amerika terus
terjadi yang berdampak pada ketidakseimbangan perdagangan global.
Negara-negara miskin tidak mampu melakukan ekspor tanpa didukung impor
sehingga negara-negara miskin mengalami a vicious circle of import.

Akibatnya negara-negara miskin memiliki tingkat ketergantungan yang
begitu kuat terhadap negara-negara maju. Sistem keuangan internasional
yang dirancang pasca Perang Dunia II dalam Breton Woods telah melahirkan
ketidakadilan neraca keuangan global. Defisit terus menimpa
negara-negara miskin dan surplus keuangan terus ditarik ke negara-negara
maju karena dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. 

Dalam pasar-pasar uang saja terdapat gelembung dolar AS yang berjumlah
80 triliun dolar AS per tahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai
perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dolar AS per tahun.
Artinya, gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan sebanyak
20 kali lipat dari dimensi yang biasa. 

Gelembung ini tentu akan terus membesar dan membesar. Anda tidak perlu
terlalu bijak untuk memahami bahwa gelembung itu. Suatu saat akan
meledak dan pecah, dan terjadilah keruntuhan ekonomi global yang niscaya
lebih buruk daripada depresi ekonomi tahun 1929.

Sebagai perbandingan yang kontras. Emas adalah logam yang berharga.
Nilainya tidak bergantung pada negara mana pun. Bahkan tidak bergantung
pada sistem ekonomi mana pun. Nilainya adalah intrinsik dan dapat
dipercaya. Oleh karena itu emas adalah mata uang yang dapat menjamin
kestabilan ekonomi dunia.

Sistem keuangan global sudah berkembang melebihi batas. Dengan
perdagangan kertas berharga yang turunan sekunder (secondary
derivatives papers), sistem keuangan dunia menjadi tidak favorable
kepada sektor riil karena money makes money lebh tinggi hasilnya. Maka
kalau anda punya uang akan lebih tertarik untuk memainkannya di bisnis
keuangan ketimbang membangun bisnis di riil sektor.

Perdagangan kertas berharga tersebut adalah barang maya, hanya ilusi,
tidak nyata, tidak terkait dengan bisnis riil. Ini yang menyebabkan
terjadinya gelembung ekonomi dunia.

Apa akibatnya? Sektor riil lambat bergerak. Kecuali di China yang
menganut paham berbeda. Tidak berdasar supply and demand. China tetap
memproduksi walau tidak ada permintaan. Alasannya adalah stabilitas
keamanan sehingga tidak ada penduduk China yang menganggur. Semua
bekerja, memproduksi apa saja, mulai dari peniti sampai komponen pesawat
terbang. Manajemen 1 miliar penduduk yang ternyata membawa China kepada
kekuatan ketiga di era kini.

Sejarahnya, emas dan perak adalah mata uang dunia paling stabil yang
pernah dikenal. Sejak masa awal Islam hingga hari ini nilai mata uang
Islam dwilogam itu secara mengejutkan tetap stabil dalam hubungannya
dengan barang-barang konsumtif. Seekor ayam pada zaman Nabi Muhammad SAW
harganya satu dirham. Hari ini, 1400 tahun kemudian, harganya kurang
lebih masih satu dirham. 

Dengan demikian, selama 1400 tahun, inflasi adalah nol. Dalam jangka
panjang, mata uang dwilogam telah terbukti 

Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
Ngawur luar biasa. 
Akal sehat hilang karena emosi belebihan.

Quote: 
Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa
yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS
mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium,
emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu
lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem
semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.

Komentar:
Begitu amerika ngawur mencetak dolar, nilai dolar akan langsung jatuh.
Lihat bagaimana nilai euro terhadap dolar beberapa tahun belakangan ini.

Sesungguhnya TIDAK ADA keharusan untuk menerima dolar sebagai alat pembayaran.
Ingat kasus Iran beberapa tahun lalu yang hanya menerima euro untuk pembayaran 
transaksi minyaknya.
Juga banyak perjanjian bilateral yang menerima mata uang masing2 negara sebagai 
alat pembayaran.

Kelima infrastruktur yang disebutkan itu bisa dilakukan sekarang juga. 
Tidak ada hubungannya dengan dinar emas.

Itulah perlunya kita mandiri, tidak menari dengan gendang orang lain.





  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, October 16, 2008 12:21 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)



  http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakhi
  rnya-ekonomi-(the-end-of-economics)
  Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) 
  Miko M Akbar - suaraPembaca

  http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB
  ER_HERE 
  Jakarta - Salah satu instrumen yang digunakan dalam sistem perdagangan
  internasional adalah menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah
  krisis ekonomi global terjadi pasca Perang Dunia II melalui pertemuan
  Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata
  uang utama dalam perdagangan dunia. Sekaligus menjadikan World Bank,
  International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan
  internasional. 

  Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika
  Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak
  perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya
  dengan lembaran kertas saja.

  Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa
  yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS
  mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium,
  emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu
  lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem
  semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.

  Hal ini telah mengeksploitasi model perdagangan dengan sistem pembagian
  kerja internasional. Surplus ekonomi bagi sekutu-sekutu Amerika terus
  terjadi yang berdampak pada ketidakseimbangan perdagangan global.
  Negara-negara miskin tidak mampu melakukan ekspor tanpa didukung impor
  sehingga negara-negara miskin mengalami a vicious circle of import.

  Akibatnya negara-negara miskin memiliki tingkat ketergantungan yang
  begitu kuat terhadap negara-negara maju. Sistem keuangan internasional
  yang dirancang pasca Perang Dunia II dalam Breton Woods telah melahirkan
  ketidakadilan neraca keuangan global. Defisit terus menimpa
  negara-negara miskin dan surplus keuangan terus ditarik ke negara-negara
  maju karena dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. 

  Dalam pasar-pasar uang saja terdapat gelembung dolar AS yang berjumlah
  80 triliun dolar AS per tahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai
  perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dolar AS per tahun.
  Artinya, gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan sebanyak
  20 kali lipat dari dimensi yang biasa. 

  Gelembung ini tentu akan terus membesar dan membesar. Anda tidak perlu
  terlalu bijak untuk memahami bahwa gelembung itu. Suatu saat akan
  meledak dan pecah, dan terjadilah keruntuhan ekonomi global yang niscaya
  lebih buruk daripada depresi ekonomi tahun 1929.

  Sebagai perbandingan yang kontras. Emas adalah logam yang berharga.
  Nilainya tidak bergantung pada negara mana pun. Bahkan tidak bergantung
  pada sistem ekonomi mana pun. Nilainya adalah intrinsik dan dapat
  dipercaya. Oleh karena itu emas adalah mata uang yang dapat menjamin
  kestabilan ekonomi dunia.

  Sistem keuangan global sudah berkembang melebihi batas. Dengan
  perdagangan kertas berharga yang turunan sekunder (secondary
  derivatives papers), sistem keuangan dunia menjadi tidak favorable
  kepada sektor riil karena money makes money lebh tinggi hasilnya. Maka
  kalau anda punya uang akan lebih tertarik untuk memainkannya di bisnis
  keuangan ketimbang membangun bisnis di riil sektor.

  Perdagangan kertas berharga tersebut adalah barang maya, hanya ilusi,
  tidak nyata, tidak terkait dengan bisnis riil. Ini yang menyebabkan
  terjadinya gelembung ekonomi dunia.

  Apa akibatnya? 

RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa
... ^_^
 
Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya
menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah
AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di
bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang. 
 
BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual
beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek
menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga
untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak.
Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar
juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan
inflasi dll
 
Wallahua'lam bishowab.
Wassalaam,
-Ning
 
 


From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi
Prihatmanto
Sent: Thursday, October 16, 2008 2:33 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)



Ngawur luar biasa. 
Akal sehat hilang karena emosi belebihan.

Quote: 
Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar
biasa
yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS
mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium,
emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu
lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem
semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.

Komentar:
Begitu amerika ngawur mencetak dolar, nilai dolar akan langsung jatuh.
Lihat bagaimana nilai euro terhadap dolar beberapa tahun belakangan ini.

Sesungguhnya TIDAK ADA keharusan untuk menerima dolar sebagai alat
pembayaran.
Ingat kasus Iran beberapa tahun lalu yang hanya menerima euro untuk
pembayaran transaksi minyaknya.
Juga banyak perjanjian bilateral yang menerima mata uang masing2 negara
sebagai alat pembayaran.

Kelima infrastruktur yang disebutkan itu bisa dilakukan sekarang juga. 
Tidak ada hubungannya dengan dinar emas.

Itulah perlunya kita mandiri, tidak menari dengan gendang orang lain.

- Original Message - 
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com  
Sent: Thursday, October 16, 2008 12:21 PM
Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakhi
http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakh
i 
rnya-ekonomi-(the-end-of-economics)
Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) 
Miko M Akbar - suaraPembaca

http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB
http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB
 
ER_HERE 
Jakarta - Salah satu instrumen yang digunakan dalam sistem perdagangan
internasional adalah menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah
krisis ekonomi global terjadi pasca Perang Dunia II melalui pertemuan
Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata
uang utama dalam perdagangan dunia. Sekaligus menjadikan World Bank,
International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan
internasional. 

Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika
Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak
perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya
dengan lembaran kertas saja.

Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa
yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS
mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium,
emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu
lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem
semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.

Hal ini telah mengeksploitasi model perdagangan dengan sistem pembagian
kerja internasional. Surplus ekonomi bagi sekutu-sekutu Amerika terus
terjadi yang berdampak pada ketidakseimbangan perdagangan global.
Negara-negara miskin tidak mampu melakukan ekspor tanpa didukung impor
sehingga negara-negara miskin mengalami a vicious circle of import.

Akibatnya negara-negara miskin memiliki tingkat ketergantungan yang
begitu kuat terhadap negara-negara maju. Sistem keuangan internasional
yang dirancang pasca Perang Dunia II dalam Breton Woods telah melahirkan
ketidakadilan neraca keuangan global. Defisit terus menimpa
negara-negara miskin dan surplus keuangan terus ditarik ke negara-negara
maju karena dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. 

Dalam pasar-pasar uang saja terdapat gelembung dolar AS yang berjumlah
80 triliun dolar AS per tahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai
perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dolar AS per tahun.
Artinya, gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan sebanyak
20 kali lipat

Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
;-)

jika mbak ning mau membaca dengan jernih,
semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi sesuatu.
hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita',
lalu dihakimi sebagai tidak islami,
padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka.

menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji.
tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya.

Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik terus, 
stabil dll.
Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan terjadi 
juga pada emas.
it is a simple logic.

emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas (hanya 
145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya 30.000 ton 
yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang sifatnya ghaib dengan 
label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan dalam hal agama. Sifat itu 
pula yang menjadi kelemahan utama jika emas menjadi mata uang. 

Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang berlebihan 
mengumpul-ngumpulkan harta yang tidak diputar dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Lebih jauh lagi, emas itu bukan sekedar bersifat sebagai bagian dari harta 
benda,
tapi natural resources yang harus dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan 
bersama.
Dari pada disimpan-simpan, emas seharusnya digunakan untuk keperluan yang lebih 
membawa maslahat.
Tahukan mbak Ning, peralatan-peralatan yang menggunakan emas sebagai bahannya 
apalagi jika kita bicara tentang sains.

Ekonomi tanpa acuan emas/sesuatu yang bersifat natural resources dan 
dikaitkan dengan kemanusiaan (produktivitas) IMHO akan lebih baik dan sesuai 
dengan nilai-nilai Islam yang lurus.

Yang harus dijaga adalah abuse terhadap sistem.







  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, October 16, 2008 2:06 PM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


  Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa
  ... ^_^

  Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya
  menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah
  AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di
  bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang. 

  BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual
  beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek
  menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga
  untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak.
  Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar
  juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan
  inflasi dll

  Wallahua'lam bishowab.
  Wassalaam,
  -Ning


  

  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi
  Prihatmanto
  Sent: Thursday, October 16, 2008 2:33 PM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
  Economics)

  Ngawur luar biasa. 
  Akal sehat hilang karena emosi belebihan.

  Quote: 
  Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar
  biasa
  yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS
  mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium,
  emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu
  lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem
  semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.

  Komentar:
  Begitu amerika ngawur mencetak dolar, nilai dolar akan langsung jatuh.
  Lihat bagaimana nilai euro terhadap dolar beberapa tahun belakangan ini.

  Sesungguhnya TIDAK ADA keharusan untuk menerima dolar sebagai alat
  pembayaran.
  Ingat kasus Iran beberapa tahun lalu yang hanya menerima euro untuk
  pembayaran transaksi minyaknya.
  Juga banyak perjanjian bilateral yang menerima mata uang masing2 negara
  sebagai alat pembayaran.

  Kelima infrastruktur yang disebutkan itu bisa dilakukan sekarang juga. 
  Tidak ada hubungannya dengan dinar emas.

  Itulah perlunya kita mandiri, tidak menari dengan gendang orang lain.

  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, October 16, 2008 12:21 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

  http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakhi
  http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakh
  i 
  rnya-ekonomi-(the-end-of-economics)
  Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) 
  Miko M Akbar - suaraPembaca

  http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB
  http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB
   
  ER_HERE 
  Jakarta - Salah satu instrumen

Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
bt, mau nanya
Mbak Ning udah punya simpanan dinar  dirham?
dipake untuk apa aja?
disimpannya di mana? di rumah? pake brankas atau deposit box?
bagaimana cara menyimpannya biar aman?
terus bagaimana cara mencairkannya dengan cepat?
misal nih, saya pengin beli mobil
terus saya nabung dinar dan dirham nih (belinya di wakala atau di antam)
terus saya mau beli mobil
kira2 kalau saya ke dealer mobil mereka mau dibayar pake emas gak ya?

terus saya mau beli makan sate di pinggir jalan
saya gak punya rupiah, tapi punya sekeping dinar
tukang sate mau gak nerima ya?
kalau mau, apa mereka ada kembaliannya juga dalam dinar atau dirham?

salam,
--
wikan

On 10/16/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote:






 Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa
  ... ^_^

  Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya
  menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah
  AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di
  bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang.

  BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual
  beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek
  menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga
  untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak.
  Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar
  juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan
  inflasi dll


RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
 
Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya,
mas.



From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi
Prihatmanto
Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)



;-)

jika mbak ning mau membaca dengan jernih,
semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi
sesuatu.
hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita',
lalu dihakimi sebagai tidak islami,
padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka.

menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji.
tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya.

Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik
terus, stabil dll.
Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan
terjadi juga pada emas.
it is a simple logic.

emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas
(hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya
30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang
sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan
dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas
menjadi mata uang. 

Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang
berlebihan mengumpul-ngumpulkan harta yang tidak diputar dalam kegiatan
ekonomi masyarakat.

Lebih jauh lagi, emas itu bukan sekedar bersifat sebagai bagian dari
harta benda,
tapi natural resources yang harus dikelola dan dimanfaatkan untuk
kesejahteraan bersama.
Dari pada disimpan-simpan, emas seharusnya digunakan untuk keperluan
yang lebih membawa maslahat.
Tahukan mbak Ning, peralatan-peralatan yang menggunakan emas sebagai
bahannya apalagi jika kita bicara tentang sains.

Ekonomi tanpa acuan emas/sesuatu yang bersifat natural resources dan
dikaitkan dengan kemanusiaan (produktivitas) IMHO akan lebih baik dan
sesuai dengan nilai-nilai Islam yang lurus.

Yang harus dijaga adalah abuse terhadap sistem.

- Original Message - 
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com  
Sent: Thursday, October 16, 2008 2:06 PM
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)

Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa
... ^_^

Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya
menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah
AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di
bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang. 

BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual
beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek
menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga
untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak.
Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar
juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan
inflasi dll

Wallahua'lam bishowab.
Wassalaam,
-Ning



From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
[mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Ary Setijadi
Prihatmanto
Sent: Thursday, October 16, 2008 2:33 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)

Ngawur luar biasa. 
Akal sehat hilang karena emosi belebihan.

Quote: 
Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar
biasa
yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS
mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium,
emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu
lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem
semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral.

Komentar:
Begitu amerika ngawur mencetak dolar, nilai dolar akan langsung jatuh.
Lihat bagaimana nilai euro terhadap dolar beberapa tahun belakangan ini.

Sesungguhnya TIDAK ADA keharusan untuk menerima dolar sebagai alat
pembayaran.
Ingat kasus Iran beberapa tahun lalu yang hanya menerima euro untuk
pembayaran transaksi minyaknya.
Juga banyak perjanjian bilateral yang menerima mata uang masing2 negara
sebagai alat pembayaran.

Kelima infrastruktur yang disebutkan itu bisa dilakukan sekarang juga. 
Tidak ada hubungannya dengan dinar emas.

Itulah perlunya kita mandiri, tidak menari dengan gendang orang lain.

- Original Message - 
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
Sent: Thursday, October 16, 2008 12:21 PM
Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

http

RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
 
Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya
punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa,
mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit
box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke
wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak
saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya
jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). 
 
Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau
bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya,
di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi.
Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas
ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya
mencoba. 
 
Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil
hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman
saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake
dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more
popular, sepertinya sih. 
 
Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak
dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada
mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya.
Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk
yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun
harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib
diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap
tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya.
 
Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia
aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan
rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah memasyarakat. Jadi
insya Allah, tukang sate belum mau dibayar pake dinar. Lagian, 1 dinar
itu hari ini sekitar 1,2 juta rupiah. Kayaknya kita ngga akan makan sate
sebanyak itu. yang saya pernah lihat pecahan terkecil dinar tuh 1/4
dinar, berarti nilainya sekitar 300 rb rupiah, mas. Kalau dirham, saya
belum pernah tahu dan juga ngga punya.
 
Wassalaam,
-Ning



From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Wikan Danar
Sunindyo
Sent: Thursday, October 16, 2008 4:35 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)



bt, mau nanya
Mbak Ning udah punya simpanan dinar  dirham?
dipake untuk apa aja?
disimpannya di mana? di rumah? pake brankas atau deposit box?
bagaimana cara menyimpannya biar aman?
terus bagaimana cara mencairkannya dengan cepat?
misal nih, saya pengin beli mobil
terus saya nabung dinar dan dirham nih (belinya di wakala atau di antam)
terus saya mau beli mobil
kira2 kalau saya ke dealer mobil mereka mau dibayar pake emas gak ya?

terus saya mau beli makan sate di pinggir jalan
saya gak punya rupiah, tapi punya sekeping dinar
tukang sate mau gak nerima ya?
kalau mau, apa mereka ada kembaliannya juga dalam dinar atau dirham?

salam,
--
wikan

On 10/16/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED]
mailto:ninghdw%40chevron.com  wrote:






 Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa
 ... ^_^

 Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya
 menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah
 AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di
 bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang.

 BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual
 beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek
 menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas.
Juga
 untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak.
 Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency
dinar
 juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan
 inflasi dll


 


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Ary Setijadi Prihatmanto
IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu,
tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, 
namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang lain.

Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK LEBIH 
TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan mata uang. Kita 
lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan bisa melihat bagaimana 
perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada suatu waktu maupun sangat 
kapitalis pada saat yang lain. Jika kita mengikuti sunnahnya, maka seharusnya 
kita belajar untuk memiliki pandangan yang luas dan jauh ke depan serta 
kemampuan untuk bisa mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok 
dipraktekkan mana yang tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam 
(keadilan, welas asih dll.) seperti yang Rasul contohkan dan  bukan sekedar 
meniru mentah-mentah begitu saja.

Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan dirham 
Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan seorang dungu yang 
asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang muslim seharusnya menjadi 
teladan dengan terbiasa bersikap obyektif dibanding sekedar menjadi simpatisan 
yang emosional.

Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan kertas 
belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara.
Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk kemaslahatan 
umat manusia.
Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa kemaslahatan.
Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana.
Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll.

Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah begitu 
besar,
penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya yang 
terlalu terbatas.
Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi dunia oleh 
hanya segelintir negara.
66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara.

Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar sebagai 
mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan emas). Lalu 
kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER dengan emas(dinar) 
tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata uang tertentu juga.



  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)



  Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya,
  mas.

  

  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi
  Prihatmanto
  Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
  Economics)

  ;-)

  jika mbak ning mau membaca dengan jernih,
  semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi
  sesuatu.
  hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita',
  lalu dihakimi sebagai tidak islami,
  padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka.

  menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji.
  tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya.

  Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik
  terus, stabil dll.
  Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan
  terjadi juga pada emas.
  it is a simple logic.

  emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas
  (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya
  30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang
  sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan
  dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas
  menjadi mata uang. 

  Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang
  berlebihan mengumpul-ngumpulkan harta yang tidak diputar dalam kegiatan
  ekonomi masyarakat.

  Lebih jauh lagi, emas itu bukan sekedar bersifat sebagai bagian dari
  harta benda,
  tapi natural resources yang harus dikelola dan dimanfaatkan untuk
  kesejahteraan bersama.
  Dari pada disimpan-simpan, emas seharusnya digunakan untuk keperluan
  yang lebih membawa maslahat.
  Tahukan mbak Ning, peralatan-peralatan yang menggunakan emas sebagai
  bahannya apalagi jika kita bicara tentang sains.

  Ekonomi tanpa acuan emas/sesuatu yang bersifat natural resources dan
  dikaitkan dengan kemanusiaan (produktivitas) IMHO akan lebih baik dan
  sesuai dengan nilai-nilai Islam yang lurus.

  Yang harus dijaga adalah abuse terhadap sistem.

  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
  Sent: Thursday, October 16, 2008 2:06 PM
  Subject: RE: [wanita

RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Tri Budi Lestyaningsih (Ning)
 
Jadi solusinya apa untuk alat tukar, mas? Yang islami dan adil ?
 
Penggunaan emas sebagai alat tukar memang sudah sejak sebelm Rasul, dan
Rasul meneruskan kebiasaan itu karena memang tidak bertentangan dengan
ajaran Islam. Penggunaannya sebagai alat tukar ini bertahan sampai lebih
dari 13 abad. Suatu prestasi yang tidak bisa dianggap remeh, bukan ?
 
Memang benar saya tidak (belum) menggunakan dinar sebagai alat tukar,
karena belum memasyarakat, mas. Kalau sudah memasyarakat, insya Allah,
akan saya gunakan. Lebih praktis dari pada harus tukar(jual) dulu uang
kertas. ya kan ?
 
Wassalaam,
-NIng



From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi
Prihatmanto
Sent: Friday, October 17, 2008 1:36 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)



IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu,
tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, 
namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang
lain.

Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK
LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan
mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan
bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada
suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita
mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki
pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa
mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang
tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih
dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru
mentah-mentah begitu saja.

Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan
dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan
seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang
muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif
dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional.

Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan
kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara.
Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk
kemaslahatan umat manusia.
Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa
kemaslahatan.
Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana.
Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll.

Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah
begitu besar,
penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya
yang terlalu terbatas.
Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi
dunia oleh hanya segelintir negara.
66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara.

Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar
sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan
emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER
dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata
uang tertentu juga.

- Original Message - 
From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com  
Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM
Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)

Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya,
mas.



From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
[mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Ary Setijadi
Prihatmanto
Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com 
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)

;-)

jika mbak ning mau membaca dengan jernih,
semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi
sesuatu.
hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita',
lalu dihakimi sebagai tidak islami,
padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka.

menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji.
tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya.

Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik
terus, stabil dll.
Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan
terjadi juga pada emas.
it is a simple logic.

emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas
(hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya
30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang
sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan
dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas
menjadi mata uang. 

Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah

Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Ari Condro
Benar. Kalau kondisinya seperti mbak ning. Maka itu adalah perilaku menimbun 
komoditi emas.  Uang dinar dijadikan komoditi, lalu ditimbun.

Padahal perilaku menimbun inilah yg justru dianggap perilaku tidak islami.

Naudzubillah min dzalik.



 
Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network

-Original Message-
From: Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED]

Date: Fri, 17 Oct 2008 12:36:03 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)


IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu,
tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, 
namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang lain.

Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK LEBIH 
TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan mata uang. Kita 
lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan bisa melihat bagaimana 
perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada suatu waktu maupun sangat 
kapitalis pada saat yang lain. Jika kita mengikuti sunnahnya, maka seharusnya 
kita belajar untuk memiliki pandangan yang luas dan jauh ke depan serta 
kemampuan untuk bisa mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok 
dipraktekkan mana yang tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam 
(keadilan, welas asih dll.) seperti yang Rasul contohkan dan  bukan sekedar 
meniru mentah-mentah begitu saja.

Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan dirham 
Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan seorang dungu yang 
asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang muslim seharusnya menjadi 
teladan dengan terbiasa bersikap obyektif dibanding sekedar menjadi simpatisan 
yang emosional.

Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan kertas 
belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara.
Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk kemaslahatan 
umat manusia.
Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa kemaslahatan.
Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana.
Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll.

Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah begitu 
besar,
penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya yang 
terlalu terbatas.
Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi dunia oleh 
hanya segelintir negara.
66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara.

Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar sebagai 
mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan emas). Lalu 
kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER dengan emas(dinar) 
tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata uang tertentu juga.



  - Original Message - 
  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM
  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)



  Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya,
  mas.

  

  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi
  Prihatmanto
  Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
  Economics)

  ;-)

  jika mbak ning mau membaca dengan jernih,
  semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi
  sesuatu.
  hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita',
  lalu dihakimi sebagai tidak islami,
  padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka.

  menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji.
  tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya.

  Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik
  terus, stabil dll.
  Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan
  terjadi juga pada emas.
  it is a simple logic.

  emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas
  (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya
  30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang
  sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan
  dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas
  menjadi mata uang. 

  Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang
  berlebihan mengumpul-ngumpulkan harta yang tidak diputar dalam kegiatan
  ekonomi masyarakat.

  Lebih jauh lagi, emas itu bukan sekedar bersifat sebagai bagian dari
  harta benda,
  tapi natural resources yang harus dikelola dan dimanfaatkan untuk
  kesejahteraan bersama.
  Dari pada disimpan-simpan, emas seharusnya digunakan untuk keperluan
  yang lebih membawa maslahat.
  Tahukan mbak Ning, peralatan-peralatan yang

RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)

2008-10-16 Terurut Topik Tri Budi Lestyaningsih (Ning)

Kalau menimbun, mau dinar atau uang rupiah atau dollar, ya sama aja mas,
haram.  

-Original Message-
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ari Condro
Sent: Friday, October 17, 2008 1:48 PM
To: Milis wm
Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)

Benar. Kalau kondisinya seperti mbak ning. Maka itu adalah perilaku
menimbun komoditi emas.  Uang dinar dijadikan komoditi, lalu ditimbun.



Padahal perilaku menimbun inilah yg justru dianggap perilaku tidak
islami.



Naudzubillah min dzalik.







 

Sent from my BlackBerry wireless device from XL GPRS network



-Original Message-

From: Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED]



Date: Fri, 17 Oct 2008 12:36:03 

To: wanita-muslimah@yahoogroups.com

Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)





IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu,

tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, 

namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang
lain.



Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK
LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan
mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan
bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada
suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita
mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki
pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa
mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang
tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih
dll.) seperti yang Rasul contohkan dan  bukan sekedar meniru
mentah-mentah begitu saja.



Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan
dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan
seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang
muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif
dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional.



Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan
kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara.

Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk
kemaslahatan umat manusia.

Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa
kemaslahatan.

Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana.

Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll.



Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah
begitu besar,

penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya
yang terlalu terbatas.

Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi
dunia oleh hanya segelintir negara.

66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara.



Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar
sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan
emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER
dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata
uang tertentu juga.







  - Original Message - 

  From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) 

  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 

  Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM

  Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of
Economics)







  Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya,

  mas.



  



  From: wanita-muslimah@yahoogroups.com

  [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi

  Prihatmanto

  Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM

  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com

  Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of

  Economics)



  ;-)



  jika mbak ning mau membaca dengan jernih,

  semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi

  sesuatu.

  hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita',

  lalu dihakimi sebagai tidak islami,

  padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka.



  menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji.

  tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya.



  Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi,
naik

  terus, stabil dll.

  Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga
akan

  terjadi juga pada emas.

  it is a simple logic.



  emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat
terbatas

  (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang,
hanya

  30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang

  sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini
berlebih-lebihan

  dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas

  menjadi mata uang. 



  Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang

  berlebihan mengumpul-ngumpulkan