RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Permisi Mbak Ning, mau ikutan... Komunitas pemakai (dan pejuang) dinar ini ada di Jakarta, Medan, Batam, juga beberapa kota lain. Saya kenal pribadi dengan orang-orangnya mbak. Di belakang gerakan ini adalah seorang syeikh tarikat Syadziliyah-Darqawiyah yang bermukim di Afrika Selatan. Dia punya murid yang bernama DR. Umar Vadillo. DR. Vadillo banyak menulis dan berseminar tentang dinar dirham di seluruh dunia. Saat ini fungsi dinar lebih kepada perlindungan nilai harta saja. Untuk transaksi masih belum populer. Kalau transaksi besar seperti beli mobil bagaimana? Ya guampang sekali. Bawa dinarnya ke wakala (kalau tidak cukup satu wakala ya 2 atau 3), tukarkan dinarnya dengan uang fiat, belikan mobil. Lha gitu aja kok repot :-) Saya tidak mau berdiskusi tentang keislaman dinar dirham ini, karena memang ada beberapa kritik seperti yang sudah ditulis oleh Ary. Tapi menurut pengalaman pribadi, uang yang ditabung untuk suatu keperluan tertentu relatif tetap nilainya jika disimpan dalam bentuk dinar. Yang turun malah rupiah atau dolar terhadap dinar. Coba perhatikan. Dalam sebulan ini saja nilai emas (atau dinar) sudah naik 16% terhadap dolar. Sebetulnya bukan dinarnya yang naik, tapi dolar (dan rupiah) nya yang turun. Dalam Islam, orang memang didorong untuk memutar uangnya. Karena itulah uang yang diam terkena kewajiban zakat. Karena ada kotorannya maka uang diam itu harus dibersihkan. Angka 2,5% zakat mal itu juga diturunkan dari dinar. Untuk orang yang telah menyimpan 20 dinar dalam 1 tahun dia terkena kewajiban zakat 1/2 dinar. Dari sinilah asal angka 2,5% itu. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 7:03 AM Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa, mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya, di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi. Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya mencoba. Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more popular, sepertinya sih. Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya. Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya. Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah memasyarakat. Jadi insya Allah, tukang sate belum mau dibayar pake dinar. Lagian, 1 dinar itu hari ini sekitar 1,2 juta rupiah. Kayaknya kita ngga akan makan sate sebanyak itu. yang saya pernah lihat pecahan terkecil dinar tuh 1/4 dinar, berarti nilainya sekitar 300 rb rupiah, mas. Kalau dirham, saya belum pernah tahu dan juga ngga punya. Wassalaam, -Ning __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
kan saya sudah jawab, uang kertas yang sekarang juga sudah islami mbak. Sama dengan Umar yang juga ingin berijtihad dengan kulit unta. Bukankah lebih praktis uang kertas yang sekarang? Setiap negara bia membuat mata uangnya sendiri, apakah dia punya emas atau tidak. Yang penting negara itu punya kegiatan ekonomi. Bayangkan suatu negara berdiri, negara tersebut nggak punya emas, adanya ya cuman perkebunan pisang. Dengan membuat hitungan skala ekonomi, negara itu tetap bisa melangsungkan kegiatan ekonominya dengan membuat uang kertas yang lebih mudah dibuat. Lha kalo harus pake emas kan malah bergantung pada negara lain dulu supaya mau nuker emas sama pisang dulu bukan? masalahnya itu pemerintahan yang adil, agar apapun sistemnya hasilnya negara yang baldatun, thoyibatun wa rabbun ghafur... - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 12:46 PM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Jadi solusinya apa untuk alat tukar, mas? Yang islami dan adil ? Penggunaan emas sebagai alat tukar memang sudah sejak sebelm Rasul, dan Rasul meneruskan kebiasaan itu karena memang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Penggunaannya sebagai alat tukar ini bertahan sampai lebih dari 13 abad. Suatu prestasi yang tidak bisa dianggap remeh, bukan ? Memang benar saya tidak (belum) menggunakan dinar sebagai alat tukar, karena belum memasyarakat, mas. Kalau sudah memasyarakat, insya Allah, akan saya gunakan. Lebih praktis dari pada harus tukar(jual) dulu uang kertas. ya kan ? Wassalaam, -NIng From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Friday, October 17, 2008 1:36 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu, tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang lain. Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru mentah-mentah begitu saja. Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional. Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara. Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk kemaslahatan umat manusia. Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa kemaslahatan. Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana. Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll. Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah begitu besar, penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya yang terlalu terbatas. Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi dunia oleh hanya segelintir negara. 66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara. Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata uang tertentu juga. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya, mas. From: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Btw jadi mikir. Simpanan dinar emasnya sudah dizakati belum yah ??? * ehemmm* Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Thu, 16 Oct 2008 23:25:54 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Permisi Mbak Ning, mau ikutan... Komunitas pemakai (dan pejuang) dinar ini ada di Jakarta, Medan, Batam, juga beberapa kota lain. Saya kenal pribadi dengan orang-orangnya mbak. Di belakang gerakan ini adalah seorang syeikh tarikat Syadziliyah-Darqawiyah yang bermukim di Afrika Selatan. Dia punya murid yang bernama DR. Umar Vadillo. DR. Vadillo banyak menulis dan berseminar tentang dinar dirham di seluruh dunia. Saat ini fungsi dinar lebih kepada perlindungan nilai harta saja. Untuk transaksi masih belum populer. Kalau transaksi besar seperti beli mobil bagaimana? Ya guampang sekali. Bawa dinarnya ke wakala (kalau tidak cukup satu wakala ya 2 atau 3), tukarkan dinarnya dengan uang fiat, belikan mobil. Lha gitu aja kok repot :-) Saya tidak mau berdiskusi tentang keislaman dinar dirham ini, karena memang ada beberapa kritik seperti yang sudah ditulis oleh Ary. Tapi menurut pengalaman pribadi, uang yang ditabung untuk suatu keperluan tertentu relatif tetap nilainya jika disimpan dalam bentuk dinar. Yang turun malah rupiah atau dolar terhadap dinar. Coba perhatikan. Dalam sebulan ini saja nilai emas (atau dinar) sudah naik 16% terhadap dolar. Sebetulnya bukan dinarnya yang naik, tapi dolar (dan rupiah) nya yang turun. Dalam Islam, orang memang didorong untuk memutar uangnya. Karena itulah uang yang diam terkena kewajiban zakat. Karena ada kotorannya maka uang diam itu harus dibersihkan. Angka 2,5% zakat mal itu juga diturunkan dari dinar. Untuk orang yang telah menyimpan 20 dinar dalam 1 tahun dia terkena kewajiban zakat 1/2 dinar. Dari sinilah asal angka 2,5% itu. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 7:03 AM Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa, mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya, di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi. Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya mencoba. Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more popular, sepertinya sih. Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya. Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya. Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah memasyarakat. Jadi insya Allah, tukang sate belum mau dibayar pake dinar. Lagian, 1 dinar itu hari ini sekitar 1,2 juta rupiah. Kayaknya kita ngga akan makan sate sebanyak itu. yang saya pernah lihat pecahan terkecil dinar tuh 1/4 dinar, berarti nilainya sekitar 300 rb rupiah, mas. Kalau dirham, saya belum pernah tahu dan juga ngga punya. Wassalaam, -Ning __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
membuat emas menjadi mata uang atau mata uang yang dibackup emas, memang pada akhirnya pada skala negara jadinya menimbun emas. Entah ditimbun di-bank senilai uang yang dibuat, atau ditimbun dalam bentuk koin yang disebarkan. Tidak terbayang sebuah negara mengijinkan rakyatnya melebur koin untuk diambil emasnya. Rusak negara seperti itu. Uang dinar tetap menjadi milik negara hanya hak digunakan oleh rakyat untuk mata uang. Jadi ada resource emas yang sebetulnya sangat berguna untuk kemaslahatan manusia tidak boleh digunakan sesuai dengan fitrahnya, malah hanya menjadi instrumen harta benda belaka. Ngomong-ngomong mbak Ning, onta dan kuda juga bertahan sebagai alat angkut utama hingga akhir abad 19 lho. Jauh lebih canggih dan lama dari sekedar mata uang. Kenapa mbak Ning nggak pake onta atau kuda sekarang? Itu juga bukan penemuan Islam. Bukankah Nabi juga tidak anti onta atau kuda yang berarti sesuai dengan Islam? - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 12:57 PM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Kalau menimbun, mau dinar atau uang rupiah atau dollar, ya sama aja mas, haram. -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ari Condro Sent: Friday, October 17, 2008 1:48 PM To: Milis wm Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Benar. Kalau kondisinya seperti mbak ning. Maka itu adalah perilaku menimbun komoditi emas. Uang dinar dijadikan komoditi, lalu ditimbun. Padahal perilaku menimbun inilah yg justru dianggap perilaku tidak islami. Naudzubillah min dzalik. Sent from my BlackBerry wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 17 Oct 2008 12:36:03 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu, tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang lain. Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru mentah-mentah begitu saja. Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional. Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara. Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk kemaslahatan umat manusia. Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa kemaslahatan. Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana. Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll. Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah begitu besar, penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya yang terlalu terbatas. Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi dunia oleh hanya segelintir negara. 66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara. Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata uang tertentu juga. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya, mas. From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM
RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Alhamdulillah, terimakasih infonya ya mas. Saya juga baru mempelajari sih mas.. kebetulan ada yang mempresentasikan masalah ini dan saya pikir-pikir banyak betulnya. Mungkin juga yang menjelaskan kepada saya itu termasuk ke dalam tarikat yang mas sebutkan di bawah itu, saya kurang faham, dan tidak bertanya juga sih. Kalau dinar sebagai perlindungan nilai harta, memang benar banget mas. Saya percaya. Saya pikir2, mungkin itu sebabnya ibu-ibu jaman dahulu suka membeli perhiasan selain untuk perhiasan, juga bisa dijual sewaktu-waktu dengan mudah dan nilai yang relative tetap saat diperlukan. Saya ingat ibu saya menjual perhiasan simpanannya saat akan membayar uang masuk sekolah untuk anak-anaknya dulu, waktu kami masih pada sekolah. BTW, Menurut mas sendiri bagaimana seharusnya alat tukar yang islami itu ? Wassalaam, -NIng From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Mohammad Rizal Sent: Friday, October 17, 2008 2:26 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Permisi Mbak Ning, mau ikutan... Komunitas pemakai (dan pejuang) dinar ini ada di Jakarta, Medan, Batam, juga beberapa kota lain. Saya kenal pribadi dengan orang-orangnya mbak. Di belakang gerakan ini adalah seorang syeikh tarikat Syadziliyah-Darqawiyah yang bermukim di Afrika Selatan. Dia punya murid yang bernama DR. Umar Vadillo. DR. Vadillo banyak menulis dan berseminar tentang dinar dirham di seluruh dunia. Saat ini fungsi dinar lebih kepada perlindungan nilai harta saja. Untuk transaksi masih belum populer. Kalau transaksi besar seperti beli mobil bagaimana? Ya guampang sekali. Bawa dinarnya ke wakala (kalau tidak cukup satu wakala ya 2 atau 3), tukarkan dinarnya dengan uang fiat, belikan mobil. Lha gitu aja kok repot :-) Saya tidak mau berdiskusi tentang keislaman dinar dirham ini, karena memang ada beberapa kritik seperti yang sudah ditulis oleh Ary. Tapi menurut pengalaman pribadi, uang yang ditabung untuk suatu keperluan tertentu relatif tetap nilainya jika disimpan dalam bentuk dinar. Yang turun malah rupiah atau dolar terhadap dinar. Coba perhatikan. Dalam sebulan ini saja nilai emas (atau dinar) sudah naik 16% terhadap dolar. Sebetulnya bukan dinarnya yang naik, tapi dolar (dan rupiah) nya yang turun. Dalam Islam, orang memang didorong untuk memutar uangnya. Karena itulah uang yang diam terkena kewajiban zakat. Karena ada kotorannya maka uang diam itu harus dibersihkan. Angka 2,5% zakat mal itu juga diturunkan dari dinar. Untuk orang yang telah menyimpan 20 dinar dalam 1 tahun dia terkena kewajiban zakat 1/2 dinar. Dari sinilah asal angka 2,5% itu. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] mailto:ninghdw%40chevron.com wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] mailto:ninghdw%40chevron.com Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 7:03 AM Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa, mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya, di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi. Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya mencoba. Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more popular, sepertinya sih. Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya. Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya. Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Sebaiknya dibedakan antara emas sebagai mata uang dengan emas sebagai komoditi. Jika kita bicara emas sebagai komoditi, tentu saja tidak terkena apa-apa yang terkait dengan mata uang. Jika kita bicara komoditi, banyak sekali komoditi yang bisa dianggap bagus: berlian, tanah, lukisan antik dll. - Original Message - From: Mohammad Rizal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 1:25 PM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Permisi Mbak Ning, mau ikutan... Komunitas pemakai (dan pejuang) dinar ini ada di Jakarta, Medan, Batam, juga beberapa kota lain. Saya kenal pribadi dengan orang-orangnya mbak. Di belakang gerakan ini adalah seorang syeikh tarikat Syadziliyah-Darqawiyah yang bermukim di Afrika Selatan. Dia punya murid yang bernama DR. Umar Vadillo. DR. Vadillo banyak menulis dan berseminar tentang dinar dirham di seluruh dunia. Saat ini fungsi dinar lebih kepada perlindungan nilai harta saja. Untuk transaksi masih belum populer. Kalau transaksi besar seperti beli mobil bagaimana? Ya guampang sekali. Bawa dinarnya ke wakala (kalau tidak cukup satu wakala ya 2 atau 3), tukarkan dinarnya dengan uang fiat, belikan mobil. Lha gitu aja kok repot :-) Saya tidak mau berdiskusi tentang keislaman dinar dirham ini, karena memang ada beberapa kritik seperti yang sudah ditulis oleh Ary. Tapi menurut pengalaman pribadi, uang yang ditabung untuk suatu keperluan tertentu relatif tetap nilainya jika disimpan dalam bentuk dinar. Yang turun malah rupiah atau dolar terhadap dinar. Coba perhatikan. Dalam sebulan ini saja nilai emas (atau dinar) sudah naik 16% terhadap dolar. Sebetulnya bukan dinarnya yang naik, tapi dolar (dan rupiah) nya yang turun. Dalam Islam, orang memang didorong untuk memutar uangnya. Karena itulah uang yang diam terkena kewajiban zakat. Karena ada kotorannya maka uang diam itu harus dibersihkan. Angka 2,5% zakat mal itu juga diturunkan dari dinar. Untuk orang yang telah menyimpan 20 dinar dalam 1 tahun dia terkena kewajiban zakat 1/2 dinar. Dari sinilah asal angka 2,5% itu. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 7:03 AM Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa, mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya, di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi. Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya mencoba. Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more popular, sepertinya sih. Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya. Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya. Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah memasyarakat. Jadi insya Allah, tukang sate belum mau dibayar pake dinar. Lagian, 1 dinar itu hari ini sekitar 1,2 juta rupiah. Kayaknya kita ngga akan makan sate sebanyak itu. yang saya pernah lihat pecahan terkecil dinar tuh 1/4 dinar, berarti nilainya sekitar 300 rb rupiah, mas. Kalau dirham, saya belum pernah tahu dan juga ngga punya. Wassalaam, -Ning __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Kalau sudah setahun dan sampai nishab nya tentu dikeluarkan zakatnya, insya ALLAH. Ingetin ya Con -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 1:33 PM Btw jadi mikir. Simpanan dinar emasnya sudah dizakati belum yah ??? * ehemmm* __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Yeah, lha startnya aja kapan, ane kan gak ngerti :)). Udah lah, itu kan urusan dalem dia, masa ane disuruh ngobok ngobok juga sieh. Piss ya mbak, piss juga oom rizal. Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 17 Oct 2008 01:29:05 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Kalau sudah setahun dan sampai nishab nya tentu dikeluarkan zakatnya, insya ALLAH. Ingetin ya Con -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Ari Condro [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: Milis wm wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 1:33 PM Btw jadi mikir. Simpanan dinar emasnya sudah dizakati belum yah ??? * ehemmm* __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk aja kalau masih dituduh menimbun. Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan. Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah mungkin sudah naik dua kali lipat. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ? Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda, itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Menimbun dan menabung mempunyai arti yang mirip sama. Menimbun harta, tetapi menambung uang, kedua-duanya mempunyai nilai yang sama. Harta dijual mendapat uang. Dengan uang yang ditabung bisa beli benda-benda yang disebut harta. Bukankah begitu? - Original Message - From: Mohammad Rizal To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 11:02 AM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk aja kalau masih dituduh menimbun. Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan. Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah mungkin sudah naik dua kali lipat. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ? Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda, itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Asik. Orang indonesia nabung emas per orang 10 gr udah dapat berapa tuh 200 juta x 10 gr = 2 milyar gr = 2 juta ton. Apa ada persediaan emas sebesar itu di dunia. Apa bukannya malah bikin distorsi pasar ? Lagian kalau lihat dalam longterm, selama 30 tahun terakhir, kenyataannya harga emas justru turun terus. Demad emas juga nyatanya dipicu oleh surat dagang/investasi emas dan bukan demand oleh industri. Which is means bubles dalam investasi emas. Sama aja kayak prperti di amrika yg lagi pecah balonnya. Tapi yah, namanya aja investasi, tentunya resiko tanggung masing masing :)) Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 17 Oct 2008 02:02:25 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk aja kalau masih dituduh menimbun. Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan. Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah mungkin sudah naik dua kali lipat. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ? Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda, itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Ngitungnya gimana seh? 1 ton (metric) itu 1000 kg, jadi 2 milyar gr = 2 juta kg = 2000 ton Kalo cuma segitu sih ada emasnya, (walaupun belum tentu ada di Indonesia) konon 40 ribu ton sedunia. http://www.investopedia.com/articles/05/030705.asp Lha tapi kalopun 40 ribu ton emas itu untuk backup uang sedunia, apa cukup untuk transaksi trilyunan dolar? Terus kalau ada yang bilang dinar/emas nilainya tidak berubah yang turun adalah nilai mata uang (dolar, rupiah, dll) itu maksudnya diukur dari daya belikah? Misalnya 1 gram emas bisa beli semangkok bakso tahun 1950 maka tahun 2008 ini 1 gram emas juga masih bisa beli semangkok bakso? (dengan asumsi tidak ada gejolak supply and demand semangkok bakso) On Fri, Oct 17, 2008 at 6:37 AM, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: Asik. Orang indonesia nabung emas per orang 10 gr udah dapat berapa tuh 200 juta x 10 gr = 2 milyar gr = 2 juta ton. Apa ada persediaan emas sebesar itu di dunia. Apa bukannya malah bikin distorsi pasar ? Lagian kalau lihat dalam longterm, selama 30 tahun terakhir, kenyataannya harga emas justru turun terus. Demad emas juga nyatanya dipicu oleh surat dagang/investasi emas dan bukan demand oleh industri. Which is means bubles dalam investasi emas. Sama aja kayak prperti di amrika yg lagi pecah balonnya. Tapi yah, namanya aja investasi, tentunya resiko tanggung masing masing :)) Sent from my BlackBerry(R) wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 17 Oct 2008 02:02:25 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk aja kalau masih dituduh menimbun. Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan. Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah mungkin sudah naik dua kali lipat. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ? Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda, itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Anak Muda Islam mailto:[EMAIL PROTECTED
Re: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Ton itu ada macam-macam jenisnya, jadi harus jelas sebab registered ton, DWT ton. Kalau sistem metric itu terang 1.000 kg. Kalau tak salah ada pulang long ton dan short ton. Mengenai register ton dan DWT ton itu umumnya dipakai dalam perkapalan. - Original Message - From: Dwi Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 1:34 PM Subject: [SPAM] Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Ngitungnya gimana seh? 1 ton (metric) itu 1000 kg, jadi 2 milyar gr = 2 juta kg = 2000 ton Kalo cuma segitu sih ada emasnya, (walaupun belum tentu ada di Indonesia) konon 40 ribu ton sedunia. http://www.investopedia.com/articles/05/030705.asp Lha tapi kalopun 40 ribu ton emas itu untuk backup uang sedunia, apa cukup untuk transaksi trilyunan dolar? Terus kalau ada yang bilang dinar/emas nilainya tidak berubah yang turun adalah nilai mata uang (dolar, rupiah, dll) itu maksudnya diukur dari daya belikah? Misalnya 1 gram emas bisa beli semangkok bakso tahun 1950 maka tahun 2008 ini 1 gram emas juga masih bisa beli semangkok bakso? (dengan asumsi tidak ada gejolak supply and demand semangkok bakso) On Fri, Oct 17, 2008 at 6:37 AM, Ari Condro [EMAIL PROTECTED] wrote: Asik. Orang indonesia nabung emas per orang 10 gr udah dapat berapa tuh 200 juta x 10 gr = 2 milyar gr = 2 juta ton. Apa ada persediaan emas sebesar itu di dunia. Apa bukannya malah bikin distorsi pasar ? Lagian kalau lihat dalam longterm, selama 30 tahun terakhir, kenyataannya harga emas justru turun terus. Demad emas juga nyatanya dipicu oleh surat dagang/investasi emas dan bukan demand oleh industri. Which is means bubles dalam investasi emas. Sama aja kayak prperti di amrika yg lagi pecah balonnya. Tapi yah, namanya aja investasi, tentunya resiko tanggung masing masing :)) Sent from my BlackBerry(R) wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Mohammad Rizal [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 17 Oct 2008 02:02:25 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Menimbun tidak sama dengan menabung. Menimbun haram, menabung dibolehkan. Menimbun itu jika misalnya paceklik, kita punya uang, kita beli beras sebanyak-banyaknya di pasaran, terus kita jual dengan harga mahal. Itu haram. Tapi menabung uang untuk suatu keperluan di masa depan tidak mengapa. Kenapa kok gak apa-apa? Sebab menimbun merusak kemaslahatan orang banyak, sedang menabung tidak merugikan orang banyak. Yang dimaksud merugikan di sini merugikan secara langsung. Kalau kita menimbun beras, kemudian dijual dengan harga 3x lipat, tentu itu merugikan orang yang sedang tidak bisa makan (karena paceklik). Tapi menabung untuk biaya sekolah anak? Wahini sentimen buruk aja kalau masih dituduh menimbun. Menabung tidak mengapa. Suatu ketika Sayidina Sa'ad bin Abi Waqqash sakit keras. Dia minta izin pada Rasulullah saw untuk menyedekahkan SELURUH hartanya ke Baitul Mal. Tetapi Rasulullah saw. melarangnya. Kata Rasulullah, Aku lebih suka anda meninggalkannya untuk ahli waris anda agar hidupnya sepeninggal anda tidak membebani orang lain. Kemudian Sayidina Sa'ad berkata, Kalau setengahnya bagaimana? Jawab Rasulullah, Tidak kuizinkan. Lantas Sayidina Sa'ad berkata lagi, Kalau sepertiganya untuk Batul Mal? Kalau sekadar itu boleh demikian Rasulullah saw. Hadis ini diriwayatkan Imam Muslim. Shahih. Lihat, Rasulullah pun membolehkan menyimpan harta untuk diwariskan pada anak. Padahal Sa'ad dikenal sebagai orang yang sangat berkecukupan. Lagipula menabung dalam bentuk emas bukannya mengambil keuntungan. Di masa depan nilai emas itu akan lebih kurang tetap. Yang turun nilai uang fiat. Jadi kalau 5 tahun lagi tabungan Mbak Ning itu dipakai untuk biaya sekolah anak, nilainya tetap. Kalau sekarang taroklah biaya sekolah anak seharga 5 dinar/tahun, 5 tahun lagi lebih kurang tetap, 5 dinar/tahun. Tapi dalam rupiah mungkin sudah naik dua kali lipat. -Rizal- --- On Fri, 10/17/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Friday, October 17, 2008, 1:23 PM Wah konsep baru nih dari mas Arcon. Jadi kalau menabung ngga boleh ya ? Yang saya pahami, menabung itu beda dengan menimbun, mas. Menabung itu berarti ada proyeksi mau diapakan ke depannya. Kalau menimbun, itu beda, itu sesuatu yang kita tidak punya rencana di dalamnya. Atau dengan niatan untuk menjual saat harganya tinggi dan menikmati marginnya. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Itu cara bacanya ekonomi china parah banget :)) Lagian di china juga sudah berubah. Lha kualitas yg ancur di produk china yg justru di impor kita kok ndak dipertanyakan. Terutama kasus melamine yg terbaru akhir akhir ini. Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] Date: Thu, 16 Oct 2008 13:21:03 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakhi rnya-ekonomi-(the-end-of-economics) Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Miko M Akbar - suaraPembaca http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB ER_HERE Jakarta - Salah satu instrumen yang digunakan dalam sistem perdagangan internasional adalah menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah krisis ekonomi global terjadi pasca Perang Dunia II melalui pertemuan Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata uang utama dalam perdagangan dunia. Sekaligus menjadikan World Bank, International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan internasional. Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya dengan lembaran kertas saja. Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral. Hal ini telah mengeksploitasi model perdagangan dengan sistem pembagian kerja internasional. Surplus ekonomi bagi sekutu-sekutu Amerika terus terjadi yang berdampak pada ketidakseimbangan perdagangan global. Negara-negara miskin tidak mampu melakukan ekspor tanpa didukung impor sehingga negara-negara miskin mengalami a vicious circle of import. Akibatnya negara-negara miskin memiliki tingkat ketergantungan yang begitu kuat terhadap negara-negara maju. Sistem keuangan internasional yang dirancang pasca Perang Dunia II dalam Breton Woods telah melahirkan ketidakadilan neraca keuangan global. Defisit terus menimpa negara-negara miskin dan surplus keuangan terus ditarik ke negara-negara maju karena dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. Dalam pasar-pasar uang saja terdapat gelembung dolar AS yang berjumlah 80 triliun dolar AS per tahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dolar AS per tahun. Artinya, gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan sebanyak 20 kali lipat dari dimensi yang biasa. Gelembung ini tentu akan terus membesar dan membesar. Anda tidak perlu terlalu bijak untuk memahami bahwa gelembung itu. Suatu saat akan meledak dan pecah, dan terjadilah keruntuhan ekonomi global yang niscaya lebih buruk daripada depresi ekonomi tahun 1929. Sebagai perbandingan yang kontras. Emas adalah logam yang berharga. Nilainya tidak bergantung pada negara mana pun. Bahkan tidak bergantung pada sistem ekonomi mana pun. Nilainya adalah intrinsik dan dapat dipercaya. Oleh karena itu emas adalah mata uang yang dapat menjamin kestabilan ekonomi dunia. Sistem keuangan global sudah berkembang melebihi batas. Dengan perdagangan kertas berharga yang turunan sekunder (secondary derivatives papers), sistem keuangan dunia menjadi tidak favorable kepada sektor riil karena money makes money lebh tinggi hasilnya. Maka kalau anda punya uang akan lebih tertarik untuk memainkannya di bisnis keuangan ketimbang membangun bisnis di riil sektor. Perdagangan kertas berharga tersebut adalah barang maya, hanya ilusi, tidak nyata, tidak terkait dengan bisnis riil. Ini yang menyebabkan terjadinya gelembung ekonomi dunia. Apa akibatnya? Sektor riil lambat bergerak. Kecuali di China yang menganut paham berbeda. Tidak berdasar supply and demand. China tetap memproduksi walau tidak ada permintaan. Alasannya adalah stabilitas keamanan sehingga tidak ada penduduk China yang menganggur. Semua bekerja, memproduksi apa saja, mulai dari peniti sampai komponen pesawat terbang. Manajemen 1 miliar penduduk yang ternyata membawa China kepada kekuatan ketiga di era kini. Sejarahnya, emas dan perak adalah mata uang dunia paling stabil yang pernah dikenal. Sejak masa awal Islam hingga hari ini nilai mata uang Islam dwilogam itu secara mengejutkan tetap stabil dalam hubungannya dengan barang-barang konsumtif. Seekor ayam pada zaman Nabi Muhammad SAW harganya satu dirham. Hari ini, 1400 tahun kemudian, harganya kurang lebih masih satu dirham. Dengan demikian, selama 1400 tahun, inflasi adalah nol. Dalam jangka panjang, mata uang dwilogam telah terbukti
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Ngawur luar biasa. Akal sehat hilang karena emosi belebihan. Quote: Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral. Komentar: Begitu amerika ngawur mencetak dolar, nilai dolar akan langsung jatuh. Lihat bagaimana nilai euro terhadap dolar beberapa tahun belakangan ini. Sesungguhnya TIDAK ADA keharusan untuk menerima dolar sebagai alat pembayaran. Ingat kasus Iran beberapa tahun lalu yang hanya menerima euro untuk pembayaran transaksi minyaknya. Juga banyak perjanjian bilateral yang menerima mata uang masing2 negara sebagai alat pembayaran. Kelima infrastruktur yang disebutkan itu bisa dilakukan sekarang juga. Tidak ada hubungannya dengan dinar emas. Itulah perlunya kita mandiri, tidak menari dengan gendang orang lain. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 16, 2008 12:21 PM Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakhi rnya-ekonomi-(the-end-of-economics) Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Miko M Akbar - suaraPembaca http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB ER_HERE Jakarta - Salah satu instrumen yang digunakan dalam sistem perdagangan internasional adalah menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah krisis ekonomi global terjadi pasca Perang Dunia II melalui pertemuan Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata uang utama dalam perdagangan dunia. Sekaligus menjadikan World Bank, International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan internasional. Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya dengan lembaran kertas saja. Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral. Hal ini telah mengeksploitasi model perdagangan dengan sistem pembagian kerja internasional. Surplus ekonomi bagi sekutu-sekutu Amerika terus terjadi yang berdampak pada ketidakseimbangan perdagangan global. Negara-negara miskin tidak mampu melakukan ekspor tanpa didukung impor sehingga negara-negara miskin mengalami a vicious circle of import. Akibatnya negara-negara miskin memiliki tingkat ketergantungan yang begitu kuat terhadap negara-negara maju. Sistem keuangan internasional yang dirancang pasca Perang Dunia II dalam Breton Woods telah melahirkan ketidakadilan neraca keuangan global. Defisit terus menimpa negara-negara miskin dan surplus keuangan terus ditarik ke negara-negara maju karena dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. Dalam pasar-pasar uang saja terdapat gelembung dolar AS yang berjumlah 80 triliun dolar AS per tahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dolar AS per tahun. Artinya, gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan sebanyak 20 kali lipat dari dimensi yang biasa. Gelembung ini tentu akan terus membesar dan membesar. Anda tidak perlu terlalu bijak untuk memahami bahwa gelembung itu. Suatu saat akan meledak dan pecah, dan terjadilah keruntuhan ekonomi global yang niscaya lebih buruk daripada depresi ekonomi tahun 1929. Sebagai perbandingan yang kontras. Emas adalah logam yang berharga. Nilainya tidak bergantung pada negara mana pun. Bahkan tidak bergantung pada sistem ekonomi mana pun. Nilainya adalah intrinsik dan dapat dipercaya. Oleh karena itu emas adalah mata uang yang dapat menjamin kestabilan ekonomi dunia. Sistem keuangan global sudah berkembang melebihi batas. Dengan perdagangan kertas berharga yang turunan sekunder (secondary derivatives papers), sistem keuangan dunia menjadi tidak favorable kepada sektor riil karena money makes money lebh tinggi hasilnya. Maka kalau anda punya uang akan lebih tertarik untuk memainkannya di bisnis keuangan ketimbang membangun bisnis di riil sektor. Perdagangan kertas berharga tersebut adalah barang maya, hanya ilusi, tidak nyata, tidak terkait dengan bisnis riil. Ini yang menyebabkan terjadinya gelembung ekonomi dunia. Apa akibatnya?
RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa ... ^_^ Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang. BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak. Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan inflasi dll Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 2:33 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Ngawur luar biasa. Akal sehat hilang karena emosi belebihan. Quote: Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral. Komentar: Begitu amerika ngawur mencetak dolar, nilai dolar akan langsung jatuh. Lihat bagaimana nilai euro terhadap dolar beberapa tahun belakangan ini. Sesungguhnya TIDAK ADA keharusan untuk menerima dolar sebagai alat pembayaran. Ingat kasus Iran beberapa tahun lalu yang hanya menerima euro untuk pembayaran transaksi minyaknya. Juga banyak perjanjian bilateral yang menerima mata uang masing2 negara sebagai alat pembayaran. Kelima infrastruktur yang disebutkan itu bisa dilakukan sekarang juga. Tidak ada hubungannya dengan dinar emas. Itulah perlunya kita mandiri, tidak menari dengan gendang orang lain. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Thursday, October 16, 2008 12:21 PM Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakhi http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakh i rnya-ekonomi-(the-end-of-economics) Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Miko M Akbar - suaraPembaca http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB ER_HERE Jakarta - Salah satu instrumen yang digunakan dalam sistem perdagangan internasional adalah menggunakan instrumen mata uang dollar AS. Setelah krisis ekonomi global terjadi pasca Perang Dunia II melalui pertemuan Breton Woods dirancanglah sebuah sistem mata uang dollar sebagai mata uang utama dalam perdagangan dunia. Sekaligus menjadikan World Bank, International Monetary Fund (IMF) sebagai pengendali sistem keuangan internasional. Perjanjian Breton Woods pada tahun 1973 kemudian dihapuskan ketika Amerika Serikat secara unillateral memutuskan bahwa Dolar Amerika tidak perlu lagi didukung oleh emas. Sejak itulah Dolar Amerika tidak bedanya dengan lembaran kertas saja. Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral. Hal ini telah mengeksploitasi model perdagangan dengan sistem pembagian kerja internasional. Surplus ekonomi bagi sekutu-sekutu Amerika terus terjadi yang berdampak pada ketidakseimbangan perdagangan global. Negara-negara miskin tidak mampu melakukan ekspor tanpa didukung impor sehingga negara-negara miskin mengalami a vicious circle of import. Akibatnya negara-negara miskin memiliki tingkat ketergantungan yang begitu kuat terhadap negara-negara maju. Sistem keuangan internasional yang dirancang pasca Perang Dunia II dalam Breton Woods telah melahirkan ketidakadilan neraca keuangan global. Defisit terus menimpa negara-negara miskin dan surplus keuangan terus ditarik ke negara-negara maju karena dunia kini dibanjiri terlalu banyak dolar. Dalam pasar-pasar uang saja terdapat gelembung dolar AS yang berjumlah 80 triliun dolar AS per tahun. Jumlah ini 20 kali lipat melebihi nilai perdagangan dunia yang jumlahnya sekitar 4 triliun dolar AS per tahun. Artinya, gelembung itu bisa membeli segala yang diperdagangkan sebanyak 20 kali lipat
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
;-) jika mbak ning mau membaca dengan jernih, semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi sesuatu. hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita', lalu dihakimi sebagai tidak islami, padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka. menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji. tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya. Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik terus, stabil dll. Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan terjadi juga pada emas. it is a simple logic. emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya 30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas menjadi mata uang. Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang berlebihan mengumpul-ngumpulkan harta yang tidak diputar dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Lebih jauh lagi, emas itu bukan sekedar bersifat sebagai bagian dari harta benda, tapi natural resources yang harus dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama. Dari pada disimpan-simpan, emas seharusnya digunakan untuk keperluan yang lebih membawa maslahat. Tahukan mbak Ning, peralatan-peralatan yang menggunakan emas sebagai bahannya apalagi jika kita bicara tentang sains. Ekonomi tanpa acuan emas/sesuatu yang bersifat natural resources dan dikaitkan dengan kemanusiaan (produktivitas) IMHO akan lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang lurus. Yang harus dijaga adalah abuse terhadap sistem. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 16, 2008 2:06 PM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa ... ^_^ Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang. BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak. Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan inflasi dll Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 2:33 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Ngawur luar biasa. Akal sehat hilang karena emosi belebihan. Quote: Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral. Komentar: Begitu amerika ngawur mencetak dolar, nilai dolar akan langsung jatuh. Lihat bagaimana nilai euro terhadap dolar beberapa tahun belakangan ini. Sesungguhnya TIDAK ADA keharusan untuk menerima dolar sebagai alat pembayaran. Ingat kasus Iran beberapa tahun lalu yang hanya menerima euro untuk pembayaran transaksi minyaknya. Juga banyak perjanjian bilateral yang menerima mata uang masing2 negara sebagai alat pembayaran. Kelima infrastruktur yang disebutkan itu bisa dilakukan sekarang juga. Tidak ada hubungannya dengan dinar emas. Itulah perlunya kita mandiri, tidak menari dengan gendang orang lain. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Thursday, October 16, 2008 12:21 PM Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakhi http://suarapembaca.detik.com/read/2008/10/16/101932/1020899/471/berakh i rnya-ekonomi-(the-end-of-economics) Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Miko M Akbar - suaraPembaca http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a69cad16cb=INSERT_RANDOM_NUMB ER_HERE Jakarta - Salah satu instrumen
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
bt, mau nanya Mbak Ning udah punya simpanan dinar dirham? dipake untuk apa aja? disimpannya di mana? di rumah? pake brankas atau deposit box? bagaimana cara menyimpannya biar aman? terus bagaimana cara mencairkannya dengan cepat? misal nih, saya pengin beli mobil terus saya nabung dinar dan dirham nih (belinya di wakala atau di antam) terus saya mau beli mobil kira2 kalau saya ke dealer mobil mereka mau dibayar pake emas gak ya? terus saya mau beli makan sate di pinggir jalan saya gak punya rupiah, tapi punya sekeping dinar tukang sate mau gak nerima ya? kalau mau, apa mereka ada kembaliannya juga dalam dinar atau dirham? salam, -- wikan On 10/16/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] wrote: Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa ... ^_^ Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang. BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak. Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan inflasi dll
RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya, mas. From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) ;-) jika mbak ning mau membaca dengan jernih, semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi sesuatu. hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita', lalu dihakimi sebagai tidak islami, padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka. menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji. tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya. Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik terus, stabil dll. Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan terjadi juga pada emas. it is a simple logic. emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya 30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas menjadi mata uang. Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang berlebihan mengumpul-ngumpulkan harta yang tidak diputar dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Lebih jauh lagi, emas itu bukan sekedar bersifat sebagai bagian dari harta benda, tapi natural resources yang harus dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama. Dari pada disimpan-simpan, emas seharusnya digunakan untuk keperluan yang lebih membawa maslahat. Tahukan mbak Ning, peralatan-peralatan yang menggunakan emas sebagai bahannya apalagi jika kita bicara tentang sains. Ekonomi tanpa acuan emas/sesuatu yang bersifat natural resources dan dikaitkan dengan kemanusiaan (produktivitas) IMHO akan lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang lurus. Yang harus dijaga adalah abuse terhadap sistem. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Thursday, October 16, 2008 2:06 PM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa ... ^_^ Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang. BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak. Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan inflasi dll Wallahua'lam bishowab. Wassalaam, -Ning From: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 2:33 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Ngawur luar biasa. Akal sehat hilang karena emosi belebihan. Quote: Dengan mata uang dollar AS Amerika Serikat memegang kekuasaan luar biasa yang sangat tidak proporsional. Dengan kertas yang disebut Dolar AS mereka bisa membeli berbagai komoditi seperti minyak, gas, aluminium, emas, dan lain-lain dari negara-negara lain di dunia. Jika mereka perlu lebih banyak komoditi mereka tinggal mencetak saja lagi. Jadi sistem semacam ini amatlah tidak adil dan tak bermoral. Komentar: Begitu amerika ngawur mencetak dolar, nilai dolar akan langsung jatuh. Lihat bagaimana nilai euro terhadap dolar beberapa tahun belakangan ini. Sesungguhnya TIDAK ADA keharusan untuk menerima dolar sebagai alat pembayaran. Ingat kasus Iran beberapa tahun lalu yang hanya menerima euro untuk pembayaran transaksi minyaknya. Juga banyak perjanjian bilateral yang menerima mata uang masing2 negara sebagai alat pembayaran. Kelima infrastruktur yang disebutkan itu bisa dilakukan sekarang juga. Tidak ada hubungannya dengan dinar emas. Itulah perlunya kita mandiri, tidak menari dengan gendang orang lain. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Thursday, October 16, 2008 12:21 PM Subject: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) http
RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Wah, takut disangkain pamer niih. Tapi ini cuman share aja yah. Saya punya dinar walaupun tidak banyak, mas. Belum saya pake untuk apa-apa, mas. Rencananya sih buat tabungan anak-anak sekolah. Disimpan di deposit box, biar aman. Cara mencairkan, bisa dijual lagi ke toko emas atau ke wakala. Nyesel juga, kenapa ngga dari dulu. Tabungan pendidikan anak saya dari pertama nabung sampai sekarang, ternyata dalam dinar nilainya jadi turun hampir separuhnya (jangka waktu 5-6 tahun). Kalau mau dipake transaksi, ya kalau penjual dan pembeli mau bertransaksi pake emas, ya pake aja mas. Kata salah seorang rekan saya, di Jakarta sudah ada komunitas yang menggunakan dinar untuk transaksi. Tapi saya juga belum kenal dan belum pernah interaksi dengan komunitas ini. Ya kalau memang sudah ada, dan ada kesempatan, mau juga saya mencoba. Dealer mobil ? wah gak tahu saya, karena jarang banget beli mobil hahaha... Ya sama dengan di atas mas. Kalau mereka mau, why not ? Cuman saya ngga tau, apa ada sekarang ini dealer mobil yang mau transaksi pake dinar. Saya rasa dinar memang belum terlalu populer. Tapi getting more popular, sepertinya sih. Saya tidak heran kalau komunitas pengguna dinar akan bertambah banyak dengan cepat. Apalagi dengan kondisi sekarang ini, di mana tidak ada mata uang yang bisa dipercaya. Mungkin melihat dari segi manfaatnya. Banyak analis ekonomi yang menyarankan konversi ke emas atau dinar untuk yang memiliki uang tunai. Tapi jangan lupa, kita diharamkan menimbun harta. Di luar tabungan yang jelas projeksinya, harta kita wajib diputar. Kalau toh kita simpan, dalam bentuk dinar sekalipun, tentu tiap tahun akan menyusut karena harus dikeluarkan zakatnya. Tukang sate ? Haha... Nggak usah tukang sate, mas. Restoran di Indonesia aja banyak yang ngga mau terima dollar, dan credit card, maunya cash dan rupiah. Seperti saya bilang di atas, dinar belumlah memasyarakat. Jadi insya Allah, tukang sate belum mau dibayar pake dinar. Lagian, 1 dinar itu hari ini sekitar 1,2 juta rupiah. Kayaknya kita ngga akan makan sate sebanyak itu. yang saya pernah lihat pecahan terkecil dinar tuh 1/4 dinar, berarti nilainya sekitar 300 rb rupiah, mas. Kalau dirham, saya belum pernah tahu dan juga ngga punya. Wassalaam, -Ning From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Wikan Danar Sunindyo Sent: Thursday, October 16, 2008 4:35 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) bt, mau nanya Mbak Ning udah punya simpanan dinar dirham? dipake untuk apa aja? disimpannya di mana? di rumah? pake brankas atau deposit box? bagaimana cara menyimpannya biar aman? terus bagaimana cara mencairkannya dengan cepat? misal nih, saya pengin beli mobil terus saya nabung dinar dan dirham nih (belinya di wakala atau di antam) terus saya mau beli mobil kira2 kalau saya ke dealer mobil mereka mau dibayar pake emas gak ya? terus saya mau beli makan sate di pinggir jalan saya gak punya rupiah, tapi punya sekeping dinar tukang sate mau gak nerima ya? kalau mau, apa mereka ada kembaliannya juga dalam dinar atau dirham? salam, -- wikan On 10/16/08, Tri Budi Lestyaningsih (Ning) [EMAIL PROTECTED] mailto:ninghdw%40chevron.com wrote: Makanya jangan emosi berlebihan, mas Ary. Nanti bisa ngawur luar biasa ... ^_^ Kalau mau jujur dan berfikir jernih, tulisan di bawah sebenarnya menjelaskan bagaimana stabilnya emas dibandingkan uang kertas. Masalah AS yang memegang kekuasaan dengan dollar seperti yang diceritakan di bawah, memang bisa didiskusikan lebih panjang. BTW, suggestion saya untuk menggunakan dinar emas dalam muamalah jual beli atau pnijam meminjam memang mempertimbangkan keunggulan praktek menggunakan alat tukar emas (dinar emas) dibandingkan uang kertas. Juga untuk tabungan, misalnya tabungan untuk haji atau untuk sekolah anak. Bila anda membuat rencana keuangan keluarga, menggunakan currency dinar juga lebih mudah dan pasti, insya Allah, tidak perlu memperhitungkan inflasi dll [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu, tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang lain. Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru mentah-mentah begitu saja. Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional. Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara. Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk kemaslahatan umat manusia. Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa kemaslahatan. Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana. Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll. Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah begitu besar, penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya yang terlalu terbatas. Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi dunia oleh hanya segelintir negara. 66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara. Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata uang tertentu juga. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya, mas. From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) ;-) jika mbak ning mau membaca dengan jernih, semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi sesuatu. hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita', lalu dihakimi sebagai tidak islami, padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka. menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji. tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya. Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik terus, stabil dll. Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan terjadi juga pada emas. it is a simple logic. emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya 30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas menjadi mata uang. Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang berlebihan mengumpul-ngumpulkan harta yang tidak diputar dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Lebih jauh lagi, emas itu bukan sekedar bersifat sebagai bagian dari harta benda, tapi natural resources yang harus dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama. Dari pada disimpan-simpan, emas seharusnya digunakan untuk keperluan yang lebih membawa maslahat. Tahukan mbak Ning, peralatan-peralatan yang menggunakan emas sebagai bahannya apalagi jika kita bicara tentang sains. Ekonomi tanpa acuan emas/sesuatu yang bersifat natural resources dan dikaitkan dengan kemanusiaan (produktivitas) IMHO akan lebih baik dan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang lurus. Yang harus dijaga adalah abuse terhadap sistem. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Thursday, October 16, 2008 2:06 PM Subject: RE: [wanita
RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Jadi solusinya apa untuk alat tukar, mas? Yang islami dan adil ? Penggunaan emas sebagai alat tukar memang sudah sejak sebelm Rasul, dan Rasul meneruskan kebiasaan itu karena memang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Penggunaannya sebagai alat tukar ini bertahan sampai lebih dari 13 abad. Suatu prestasi yang tidak bisa dianggap remeh, bukan ? Memang benar saya tidak (belum) menggunakan dinar sebagai alat tukar, karena belum memasyarakat, mas. Kalau sudah memasyarakat, insya Allah, akan saya gunakan. Lebih praktis dari pada harus tukar(jual) dulu uang kertas. ya kan ? Wassalaam, -NIng From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Friday, October 17, 2008 1:36 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu, tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang lain. Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru mentah-mentah begitu saja. Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional. Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara. Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk kemaslahatan umat manusia. Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa kemaslahatan. Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana. Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll. Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah begitu besar, penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya yang terlalu terbatas. Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi dunia oleh hanya segelintir negara. 66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara. Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata uang tertentu juga. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya, mas. From: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com [mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com ] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) ;-) jika mbak ning mau membaca dengan jernih, semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi sesuatu. hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita', lalu dihakimi sebagai tidak islami, padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka. menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji. tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya. Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik terus, stabil dll. Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan terjadi juga pada emas. it is a simple logic. emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya 30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas menjadi mata uang. Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah
Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Benar. Kalau kondisinya seperti mbak ning. Maka itu adalah perilaku menimbun komoditi emas. Uang dinar dijadikan komoditi, lalu ditimbun. Padahal perilaku menimbun inilah yg justru dianggap perilaku tidak islami. Naudzubillah min dzalik. Sent from my BlackBerry� wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 17 Oct 2008 12:36:03 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu, tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang lain. Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru mentah-mentah begitu saja. Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional. Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara. Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk kemaslahatan umat manusia. Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa kemaslahatan. Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana. Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll. Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah begitu besar, penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya yang terlalu terbatas. Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi dunia oleh hanya segelintir negara. 66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara. Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata uang tertentu juga. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya, mas. From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) ;-) jika mbak ning mau membaca dengan jernih, semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi sesuatu. hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita', lalu dihakimi sebagai tidak islami, padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka. menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji. tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya. Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik terus, stabil dll. Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan terjadi juga pada emas. it is a simple logic. emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya 30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas menjadi mata uang. Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang berlebihan mengumpul-ngumpulkan harta yang tidak diputar dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Lebih jauh lagi, emas itu bukan sekedar bersifat sebagai bagian dari harta benda, tapi natural resources yang harus dikelola dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan bersama. Dari pada disimpan-simpan, emas seharusnya digunakan untuk keperluan yang lebih membawa maslahat. Tahukan mbak Ning, peralatan-peralatan yang
RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics)
Kalau menimbun, mau dinar atau uang rupiah atau dollar, ya sama aja mas, haram. -Original Message- From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ari Condro Sent: Friday, October 17, 2008 1:48 PM To: Milis wm Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Benar. Kalau kondisinya seperti mbak ning. Maka itu adalah perilaku menimbun komoditi emas. Uang dinar dijadikan komoditi, lalu ditimbun. Padahal perilaku menimbun inilah yg justru dianggap perilaku tidak islami. Naudzubillah min dzalik. Sent from my BlackBerry wireless device from XL GPRS network -Original Message- From: Ary Setijadi Prihatmanto [EMAIL PROTECTED] Date: Fri, 17 Oct 2008 12:36:03 To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) IMHO, Ekonomi yang islami tentu saja praktisnya tidak hanya satu, tapi bisa banyak alternatif yang mungkin sama baiknya, namun bisa jadi lebih cocok pada satu keadaan dibanding keadaan yang lain. Ekonomi yang berlangsung saat ini, secara konseptual sesungguhnya TIDAK LEBIH TIDAK islami dibanding yang lain termasuk misalnya dalam urusan mata uang. Kita lihat bagaimana Rasulullah dari hadits-hadits kita akan bisa melihat bagaimana perilaku bisnis rasul bisa sangat sosialis pada suatu waktu maupun sangat kapitalis pada saat yang lain. Jika kita mengikuti sunnahnya, maka seharusnya kita belajar untuk memiliki pandangan yang luas dan jauh ke depan serta kemampuan untuk bisa mengevaluasi dan memutuskan mana yang lebih cocok dipraktekkan mana yang tidak dengan dasar-dasar prinsip-prinsip Islam (keadilan, welas asih dll.) seperti yang Rasul contohkan dan bukan sekedar meniru mentah-mentah begitu saja. Penggunaan dinar zaman Rasul yang sebetulnya buatan kerajaan Romawi dan dirham Persia sebetulnya bisa memperlihatkan bagaimana Rasul bukan seorang dungu yang asal apa-apa dari orang kafir harus ditolak. Seorang muslim seharusnya menjadi teladan dengan terbiasa bersikap obyektif dibanding sekedar menjadi simpatisan yang emosional. Uang sebagai alat tukar, walaupun secara intrinsik bisa jadi merupakan kertas belaka, tapi kertas itu dibuat oleh otoritas negara. Ada teorinya, bukan ngawur asal cetak, yang tujuannya pasti untuk kemaslahatan umat manusia. Jika otoritas tersebut dipergunakan dengan baik, akan membawa kemaslahatan. Jika tidak dipergunakan dengan baik, maka akan membawa kepada bencana. Begitu juga hal-hal tentang pasar uang, pasar saham, bursa komoditi dll. Untuk ekonomi yang sudah demikian kompleks dan skala ekonomi yang telah begitu besar, penggunaan emas sebagai alat tukar akan membawa bencana, karena sifatnya yang terlalu terbatas. Saat ini penggunaan emas, hanya akan membawa pada penguasaan ekonomi dunia oleh hanya segelintir negara. 66% emas saat ini dikuasai hanya oleh sekitar 6 negara. Secara tidak langsung sebetulnya mbak Ning juga tidak menggunakan dinar sebagai mata uang, tapi sebagai komoditi (yang dinilai dengan kandungan emas). Lalu kadang-kadang ada transaksi yang didasarkan konsep BARTER dengan emas(dinar) tersebut dengan menghitung nilainya pada acuan mata uang tertentu juga. - Original Message - From: Tri Budi Lestyaningsih (Ning) To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, October 17, 2008 6:45 AM Subject: RE: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) Jadi yang islami seperti apa menurut mas Ary ? Masalah alat tukar ya, mas. From: wanita-muslimah@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of Ary Setijadi Prihatmanto Sent: Thursday, October 16, 2008 4:28 PM To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Berakhirnya Ekonomi (The End of Economics) ;-) jika mbak ning mau membaca dengan jernih, semua komentar saya itu agar kita tidak terburu nafsu menghakimi sesuatu. hanya karena yang menciptakan sesuatu itu bukan kita', lalu dihakimi sebagai tidak islami, padahal hanya karena kita tidak punya cukup pengetahuan belaka. menghalalkan yang haram, memang tidak terpuji. tapi mengharamkan yang halal pun sama buruknya. Jika emas menjadi komoditi, maka terjadilah yang sekarang terjadi, naik terus, stabil dll. Tapi jika emas dijadikan mata uang, maka kelemahan2 mata uang juga akan terjadi juga pada emas. it is a simple logic. emas memang baik sebagai simpanan, karena sifatnya yang sangat terbatas (hanya 145.000ton yang sepertinya telah dan akan dapat ditambang, hanya 30.000 ton yang sekarang tersedia). Jadi tidak perlu alasan yang sifatnya ghaib dengan label simpanan yang islami. Ini berlebih-lebihan dalam hal agama. Sifat itu pula yang menjadi kelemahan utama jika emas menjadi mata uang. Selain itu, ingatlah mbak Ning ancaman Allah tentang orang2 yang berlebihan mengumpul-ngumpulkan