Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam
Pak Chodjim, Terimakasih untuk penjelasan. Mengenai Amerika, saya kira itu kelanjutan dari abad 15, tetapi sekalipun demikian John F Kennedy yang beragama Katholik pernah menjadi presiden USA.. Antara Katholik dan Gereja Orthodox Rusia pun agaknya ada perbedaan yang belum diselesaikan dan oleh karena itu alm. Paus yang lalu yang suka mengunjunginya umatnya diberbebagai negeri tidak mengadakan kunjungan ke Rusia. Wass, - Original Message - From: Achmad Chodjim To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, February 09, 2007 7:36 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam Bung Ambon, Ayat tersebut memang digunakan oleh ekstremis untuk menjadi landasan berdirinya negara Islam, meski di masa Rasul ayat tersebut diterapkan sebagai pembangunan negara yang Islami. Jadi, kalau mengikuti pemilahan jenis wahyu yang disampaikan kepada Kanjeng Nabi Muhammad, ayat 5:51 itu merupakan bagian dari Alkitab dan bukan bagian dari Alhikmah atau Alquran. Alkitab memang mengandung risalah kontekstual, sehingga ayat tersebut untuk mengokohkan umat yang telah dibentuk oleh Nabi. Namun demikian, kata wali di situ bukanlah bermakna pemimpin, akan tetapi sebagai perkoncoan. Oleh karena itu, dalam terjemahan Pickthall kata itu diingriskan friend, sedangkan dalam Yusuf Ali diterjemahkan friend and protector. Dalam Muhammad Asad kata wali dalam ayat itu diterjemahkan ally. Jadi, dalam kaitannya dengan kehidupan yang kontekstual pada waktu itu, ayat tersebut berfungsi untuk memberikan dukungan terhadap kaum muhajirin dan anshar yang menyatukan diri dalam Deklarasi Madinah. Mengapa Yahudi dan Nasrani tidak dijadikan in-group waktu itu? Sebab, Deklarasi Madinah telah dikhianati oleh kelompok Yahudi (waktu itu), dan mendapat dukungan dari kelompok Kristiani yang ada di Madinah (waktu itu). Bagaimana dengan kehidupan bernegara dewasa ini? Kalau saya melihat realitas bernegaranya Amerika, ternyata mereka belum bisa menerima koleganya yang Katholik untuk masuk dalam in-group mereka. In-groupnya adalah kaum Protestan, hehehe. Untuk ayat yang sifatnya ekslusif begini ya jangan terlalu. Bukankah setiap keluarga ada ekslusivitas... :) Wassalam, chodjim - Original Message - From: Sunny To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, February 09, 2007 3:34 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam Berbicara tentang demokrasi kompatibel, coba diperhatikan dulu apa yang ditulis dalam kitab suci Al Quran 5:51. - Original Message - From: Dana Pamilih To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 08, 2007 6:16 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam Terimakasih utk koreksi datanya. Dan ternyata hanya minoritas yg bisa berdemokrasi. Jadi hipotesa bahwa Islam paling siap demokrasi tidak ada dukungan data empirisnya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condrowahono [EMAIL PROTECTED] wrote: 1. hisss, yg aku ajukan kan posting yg sebelumnya. dari delapan negara yg diteliti oom Hoffman. Azerbaijan, Bangladesh, Bosnia, Croatia, Georgia,Macedonia, Russia, and Turkey 2. Kalo masalah tingkat demokrasi sih, udah jelaslah, kan sebelumnya juga tertulis : Currently, 47 countries have citizenries composed of Muslim majorities. Mali was the only such country given a rating of free by Freedom House (2002) for the period from 2001 to 2002; of the remaining 46 countries, 28 were rated not free. During the same period, only 11 of the 47 countries were considered electoral democracies by Freedom House. Dana Pamilih wrote: Benarkah demikian? Dari 59 negara anggota OIC yg demokratis cuma Indonesia, Turki dan Malaysia. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condrowahono masarcon@ . wrote: Herannya umat Islam malah lebih siap berdemokrasi, daripada pemeluk aggama tetangga [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.432 / Virus Database: 268.17.30/674 - Release Date: 2/7/2007 3:33 PM [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam
Herannya umat Islam malah lebih siap berdemokrasi, daripada pemeluk aggama tetangga Dana Pamilih wrote: Barangkali pandangan ini akurat karena dalam agama lain negara berdasarkan agama adalah perkembangan belakangan dan nabinya bukan pemimpin negara. Akibatnya Islam itu secara doktriner suatu negara agama, suatu teokrasi, sehingga pemisahan agama dari negara adalah tindakan yg bertentangan dg doktrin awal Islam. Jadi pemisahan itu mengakibatkan bukan Islam lagi. Baru mengerti saya. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Lina Dahlan linadahlan@ ... wrote: Beberapa Pandangan Orientalis terhadap Islam 1) Dr. V. Fitzgeraldi berkata, Islam bukan hanya sekedar Religion, tapi juga adalah tatanan politik (a Political System). 2) C.A. Nallino berkata, pada waktu yang sama Muhammad telah membangun sebuah agama (Religion) dan daulah (state), batasan diantara keduanya saling berdampingan selamanya. 3) Dr. Schacht berkata, karena islam itu dipahami lebih dari sekedar agama, maka ia juga menggambarkan teori-teori hukum dan politik. Islam adalah tatanan peradaban yang komplit, mencakup agama, daulah secara berbarengan. 4) R. Strothmann berkata, Islam adalah fenomena agama yang berwawasan politik. Sebab pendirinya adalah seorang nabi dan sekaligus seorang politikus yang bijak atau negarawan. 5) D.B. Macdonald berkata, di sana (madinah) berdiri negara Islam pertama dan di sana diletakkan dasar-dasar pemerintahan dan Undang- Undang Islam. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam
1. hisss, yg aku ajukan kan posting yg sebelumnya. dari delapan negara yg diteliti oom Hoffman. Azerbaijan, Bangladesh, Bosnia, Croatia, Georgia,Macedonia, Russia, and Turkey 2. Kalo masalah tingkat demokrasi sih, udah jelaslah, kan sebelumnya juga tertulis : Currently, 47 countries have citizenries composed of Muslim majorities. Mali was the only such country given a rating of free by Freedom House (2002) for the period from 2001 to 2002; of the remaining 46 countries, 28 were rated not free. During the same period, only 11 of the 47 countries were considered electoral democracies by Freedom House. Dana Pamilih wrote: Benarkah demikian? Dari 59 negara anggota OIC yg demokratis cuma Indonesia, Turki dan Malaysia. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condrowahono [EMAIL PROTECTED] . wrote: Herannya umat Islam malah lebih siap berdemokrasi, daripada pemeluk aggama tetangga [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam
Dana, coba diingat2 lagi ... agama Yahudi punya tipikal yang hampir mirip dengan Islam Nabinya berhasil membawa umatnya menuju wilayah baru Nabi tersebut juga menjadi pemimpin bagi umatnya Nabi tersebut menjadi kepala negara dan membawa hukum dari Tuhan bagi umatnya bedanya dengan Islam ... anak turun Nabi tersebut akhirnya menjadi Raja di Kerajaan Israel sekaligus sebagai Nabi, sebelum akhirnya kerajaan tersebut hancur ditelan jaman pula (saya kurang tahu apakah ada semacam doktrin, umat Yahudi menjadi maju karena mempelajari Taurat dan menjadi mundur karena menjauhi Taurat). kalau di negara Islam Madinah, sepeninggal Nabi, pemimpinnya dipilih dengan cara yang berbeda2. ada yang dipilih langsung oleh sebagian rakyat, ada yang ditunjuk oleh sekelompok orang, tapi di masa berikutnya pemimpin didasarkan pada faktor keturunan. ya mungkin itu sebabnya mengapa umat Yahudi juga bersikeras dengan pendirian negara Israel, untuk mewujudkan janji-janji Allah di masa kini. sama halnya pula dengan umat Islam yang sebagian merasa perlu untuk mewujudkan negara Islam untuk mencontoh Nabi Muhammad dan menganggap pendirian negara tersebut sebagai bagian dari ajarannya. salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 2/8/07, Dana Pamilih [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali pandangan ini akurat karena dalam agama lain negara berdasarkan agama adalah perkembangan belakangan dan nabinya bukan pemimpin negara. Akibatnya Islam itu secara doktriner suatu negara agama, suatu teokrasi, sehingga pemisahan agama dari negara adalah tindakan yg bertentangan dg doktrin awal Islam. Jadi pemisahan itu mengakibatkan bukan Islam lagi. Baru mengerti saya.
Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam
1. azerbaijan, bangladesh, bosnia, turkey itu mayoritas islam. di croatia, georgia, macedonia, russia, islam minoritas. perkataan pak dana gak kena di sisi ini. di 8 negara negara yg diteliti hofman itu, baik muslim sebagaimayoritas daupun sebagaiminoritas, secara umum, muslim lebih siap berdemokrasi. 2. dari freedom house, yg aku kutip dari penelitian hoffman, itu dari 47 negara yg mayoritas muslim. 11 sedang berproses menuju demokrasi, datu satu negara sudah demokratis. itu semua dalam kondisi negara berkembang dan under developed lho . gak ada omongan ttg minoritas yg siap berdemokrasi di sini. 3. kalo aku sih, lebih setuju ama kesimpulan hoffman. yg ngaruh tuh pendidikan. kalo agama perannya mah, minor wae :D nah kalo pak dana mikir, minoitas lebih siap dgn demokrasi, apa alasannya ? kalo di indonesia sih, suku tionghua dan orang katolik pada pinter pinter. pendidikan dan duit punya. kayaknya sih emang lebih siap buat berdemokrasi. :D Dana Pamilih wrote: Terimakasih utk koreksi datanya. Dan ternyata hanya minoritas yg bisa berdemokrasi. Jadi hipotesa bahwa Islam paling siap demokrasi tidak ada dukungan data empirisnya? --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condrowahono [EMAIL PROTECTED] . wrote: 1. hisss, yg aku ajukan kan posting yg sebelumnya. dari delapan negara yg diteliti oom Hoffman. Azerbaijan, Bangladesh, Bosnia, Croatia, Georgia,Macedonia, Russia, and Turkey 2. Kalo masalah tingkat demokrasi sih, udah jelaslah, kan sebelumnya juga tertulis : Currently, 47 countries have citizenries composed of Muslim majorities. Mali was the only such country given a rating of free by Freedom House (2002) for the period from 2001 to 2002; of the remaining 46 countries, 28 were rated not free. During the same period, only 11 of the 47 countries were considered electoral democracies by Freedom House. Dana Pamilih wrote: Benarkah demikian? Dari 59 negara anggota OIC yg demokratis cuma Indonesia, Turki dan Malaysia. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com mailto:wanita- muslimah% 40yahoogroups. com, Ari Condrowahono masarcon@ . wrote: Herannya umat Islam malah lebih siap berdemokrasi, daripada pemeluk aggama tetangga [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam = Al Quran 5:51
Ya-ayyuhalladziyna A-manuw Laa Tattakhidzuw lYahuwda wa nNashaara Awliya-a (S. Al-Maaidah, 5:51), artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wakil-wakilmu [5:51]. Dalam mengambil keputusan politik orang bebas melakukan bagaimana prosesnya, asal saja tidak bertentangan dengan aturan pokok Syari'at, yaitu: Wa Amruhum Syuwra- Baynahum (S. Asy-Syuwra-, 42:38), artinya: Dan urusan politik mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka [42:38]; Yaa-ayuuhalladziyna A-manuw Athiy'uLla-ha wa Athiy'urRasuwla wa Uli lAmri Minkum (S. An-Nisaa, 4:59), artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu [4:59]. Syuwra- dan ulil amri minkum, bermusyawarah di antara ulil amri (wali yang diberi kuasa) minkum (yang berasal dari kamu, maksudnya penduduk atau rakyat yang beragama Islam, sebab yang non-Muslima tidak mungkin tahu dan merasakan apresiasi seorang Muslim). Apakah dalam menentukan ulil amri minkum itu boleh melalui Pemilu? Karena tidak ada disebutkan dalam Nash larangan melakukan Pemilu dalam menentukan ulil amri minkum, maka Pemilu itu boleh-boleh saja. Qaidah Ushul Fiqh: Dalam hal mu'amalaat (hubungan antar manusia dan hubungan dengan lingkungan) berlaku qaidah semua boleh, kecuali yang dilarang/tidak bertentangan dengan Nash (Al-Quran dan Hadits Shaih) Wassalam, HMNA - Original Message - From: Sunny [EMAIL PROTECTED] To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, February 09, 2007 04:34 Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam Berbicara tentang demokrasi kompatibel, coba diperhatikan dulu apa yang ditulis dalam kitab suci Al Quran 5:51. - Original Message - From: Dana Pamilih To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 08, 2007 6:16 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam Terimakasih utk koreksi datanya. Dan ternyata hanya minoritas yg bisa berdemokrasi. Jadi hipotesa bahwa Islam paling siap demokrasi tidak ada dukungan data empirisnya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condrowahono [EMAIL PROTECTED] wrote: 1. hisss, yg aku ajukan kan posting yg sebelumnya. dari delapan negara yg diteliti oom Hoffman. Azerbaijan, Bangladesh, Bosnia, Croatia, Georgia,Macedonia, Russia, and Turkey 2. Kalo masalah tingkat demokrasi sih, udah jelaslah, kan sebelumnya juga tertulis : Currently, 47 countries have citizenries composed of Muslim majorities. Mali was the only such country given a rating of free by Freedom House (2002) for the period from 2001 to 2002; of the remaining 46 countries, 28 were rated not free. During the same period, only 11 of the 47 countries were considered electoral democracies by Freedom House. __ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com
Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam
Bung Ambon, Ayat tersebut memang digunakan oleh ekstremis untuk menjadi landasan berdirinya negara Islam, meski di masa Rasul ayat tersebut diterapkan sebagai pembangunan negara yang Islami. Jadi, kalau mengikuti pemilahan jenis wahyu yang disampaikan kepada Kanjeng Nabi Muhammad, ayat 5:51 itu merupakan bagian dari Alkitab dan bukan bagian dari Alhikmah atau Alquran. Alkitab memang mengandung risalah kontekstual, sehingga ayat tersebut untuk mengokohkan umat yang telah dibentuk oleh Nabi. Namun demikian, kata wali di situ bukanlah bermakna pemimpin, akan tetapi sebagai perkoncoan. Oleh karena itu, dalam terjemahan Pickthall kata itu diingriskan friend, sedangkan dalam Yusuf Ali diterjemahkan friend and protector. Dalam Muhammad Asad kata wali dalam ayat itu diterjemahkan ally. Jadi, dalam kaitannya dengan kehidupan yang kontekstual pada waktu itu, ayat tersebut berfungsi untuk memberikan dukungan terhadap kaum muhajirin dan anshar yang menyatukan diri dalam Deklarasi Madinah. Mengapa Yahudi dan Nasrani tidak dijadikan in-group waktu itu? Sebab, Deklarasi Madinah telah dikhianati oleh kelompok Yahudi (waktu itu), dan mendapat dukungan dari kelompok Kristiani yang ada di Madinah (waktu itu). Bagaimana dengan kehidupan bernegara dewasa ini? Kalau saya melihat realitas bernegaranya Amerika, ternyata mereka belum bisa menerima koleganya yang Katholik untuk masuk dalam in-group mereka. In-groupnya adalah kaum Protestan, hehehe. Untuk ayat yang sifatnya ekslusif begini ya jangan terlalu. Bukankah setiap keluarga ada ekslusivitas... :) Wassalam, chodjim - Original Message - From: Sunny To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, February 09, 2007 3:34 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam Berbicara tentang demokrasi kompatibel, coba diperhatikan dulu apa yang ditulis dalam kitab suci Al Quran 5:51. - Original Message - From: Dana Pamilih To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 08, 2007 6:16 PM Subject: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam Terimakasih utk koreksi datanya. Dan ternyata hanya minoritas yg bisa berdemokrasi. Jadi hipotesa bahwa Islam paling siap demokrasi tidak ada dukungan data empirisnya? --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Ari Condrowahono [EMAIL PROTECTED] wrote: 1. hisss, yg aku ajukan kan posting yg sebelumnya. dari delapan negara yg diteliti oom Hoffman. Azerbaijan, Bangladesh, Bosnia, Croatia, Georgia,Macedonia, Russia, and Turkey 2. Kalo masalah tingkat demokrasi sih, udah jelaslah, kan sebelumnya juga tertulis : Currently, 47 countries have citizenries composed of Muslim majorities. Mali was the only such country given a rating of free by Freedom House (2002) for the period from 2001 to 2002; of the remaining 46 countries, 28 were rated not free. During the same period, only 11 of the 47 countries were considered electoral democracies by Freedom House. Dana Pamilih wrote: Benarkah demikian? Dari 59 negara anggota OIC yg demokratis cuma Indonesia, Turki dan Malaysia. --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Ari Condrowahono masarcon@ . wrote: Herannya umat Islam malah lebih siap berdemokrasi, daripada pemeluk aggama tetangga [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.432 / Virus Database: 268.17.30/674 - Release Date: 2/7/2007 3:33 PM [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam
Mas Wikan, saya suatu hari membaca kitab Kabbalah. Kitab ini bagian dari kitab gnostiknya orang Yahudi. Dalam kitab itu disebutkan bahwa pengertian Adam diangkat sebagai khalifah, tidaklah ditujukan kepada manusia secara umum. Penamaan Adam pada manusia (versi mereka) itu mengandung maksud bahwa dunia ini telah diberikan oleh Tuhan kepada Bani Israel. Dalam kitab Kabbalah disebutkan bahwa Adam merupakan proses Alef-Dal-Mem dalam menguasai dunia. Dari semua jenis manusia yang hadir di dunia, Adam adalah nenek-moyang Bani Israil yang pertama kali dipilih sebagai penguasa dunia. Kemudian kejayaannya berada di tangan David (Daud). Selanjutnya, dunia ini akan dikuasai Bani Israil dibawah pimpinan Mesias, dan Mesias bukanlah Yesus tapi anak turun Israil yang menjunjung tinggi tegaknya kerajaan bani Israil di akhir zaman. Nah, dari prinsip itulah orang-orang Israil (bukan Yahudi lho, sebab yang Yahudi belum tentu anak turun Israil) berusaha keras untuk menguasai dunia! Wassalam, chodjim - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Thursday, February 08, 2007 9:37 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Pandangan Orientalis terhadap Islam Dana, coba diingat2 lagi ... agama Yahudi punya tipikal yang hampir mirip dengan Islam Nabinya berhasil membawa umatnya menuju wilayah baru Nabi tersebut juga menjadi pemimpin bagi umatnya Nabi tersebut menjadi kepala negara dan membawa hukum dari Tuhan bagi umatnya bedanya dengan Islam ... anak turun Nabi tersebut akhirnya menjadi Raja di Kerajaan Israel sekaligus sebagai Nabi, sebelum akhirnya kerajaan tersebut hancur ditelan jaman pula (saya kurang tahu apakah ada semacam doktrin, umat Yahudi menjadi maju karena mempelajari Taurat dan menjadi mundur karena menjauhi Taurat). kalau di negara Islam Madinah, sepeninggal Nabi, pemimpinnya dipilih dengan cara yang berbeda2. ada yang dipilih langsung oleh sebagian rakyat, ada yang ditunjuk oleh sekelompok orang, tapi di masa berikutnya pemimpin didasarkan pada faktor keturunan. ya mungkin itu sebabnya mengapa umat Yahudi juga bersikeras dengan pendirian negara Israel, untuk mewujudkan janji-janji Allah di masa kini. sama halnya pula dengan umat Islam yang sebagian merasa perlu untuk mewujudkan negara Islam untuk mencontoh Nabi Muhammad dan menganggap pendirian negara tersebut sebagai bagian dari ajarannya. salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 2/8/07, Dana Pamilih [EMAIL PROTECTED] wrote: Barangkali pandangan ini akurat karena dalam agama lain negara berdasarkan agama adalah perkembangan belakangan dan nabinya bukan pemimpin negara. Akibatnya Islam itu secara doktriner suatu negara agama, suatu teokrasi, sehingga pemisahan agama dari negara adalah tindakan yg bertentangan dg doktrin awal Islam. Jadi pemisahan itu mengakibatkan bukan Islam lagi. Baru mengerti saya. [Non-text portions of this message have been removed]