Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI
Iko iyo mantap disskusi ko. Sato ambo ciek. Sabananyo alah banyak urang rantau nan buek bpr di ranah. Tapi maaf Malah bungonyo samo yo rentenir. Sudahtu caro karajonyo samo lo yo bank convensional. Mancari urang minang nan batua2 ikhlas condo prof yunus ko yo agak payah. Maaf ateh kritikan ambo ko. Zuhrizul/ 40 th. chaniago Sent from my iPhone On 16 Jan, 2013, at 1:46 PM, andi.j...@rantaunet.org wrote: Terima kasih atas penjelasannya Dinda Akmal, ya Prof M Yunus itu yang saya maksud, maklum lah kadang2 antene suko manakua jadi gelombang nan randah2 sajo tatangkok :-) Nah sy pikir Pak MN bisa jadi Prof M Yunusnya orang awak paling tidak aplikasi nyata secara lansung di ranah minang yang lansung dieksekusinya dilapangan segala pemikiran beliau yang jernih diatas kertas itu Kalaupun perlu modal awal dari hati saya yang paling dalam mau share tentunya sesuai kemampuan saya. Jujur saya katakan sebagai orang minang yang merantau ke daerah orang dalam NKRI saya memang mencari penghidupan pada usaha yang dikelola oleh sistim Kapitalis dalam kontek ekonomi bahasa sederhanya Pemilik modal (kapital) boleh mengeruk untung sebanyak-banyaknya dan sebaliknya boleh juga rugi melarat sebesar-besarnya Beliau posting orasinya disini dan kita baca, silahkan simak sendiri (karena kita baca toh dengan detail) anak beliau yang sukses2 itu saya pikir juga merantau dan bekerja pada sistim Kapitalis disebuah perusahaan minyak negara Barat..alhamdulillah sebuah kenikmatan bagi beliau dan klga sebagai orang minang yang merantau di NKRI, dari sekian banyak orang minang lainnya yang berada pada zona nyaman Wass-Jepe Powered by Telkomsel BlackBerry® From: Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Wed, 16 Jan 2013 12:49:31 +0700 To: rantaunet@googlegroups.comrantaunet@googlegroups.com ReplyTo: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI Pada Rabu, 16 Januari 2013, menulis: Uni Evy dan Dunsanak palanta RN Ya saya termasuk kawan Uni Evy jugakan di dunia Maya :-) ... Seperti kata Akmal apa aplikasi dari Pak MN jika Pak MN memang melakukan sebuah gerakan (aksi) paling tidak ada contoh gugatan atau pandangan beliau dia yang menjadi pemicu bagi masyarakat lain semisal beliau membuat koperasi kerakyatan, mengandal apa yang ada bangsa ini tabu memakai produk yang diciptakan oleh sistim kapitalis dan lain sebagainya seperti dicontohkan oleh tokoh intelektual Bangladesh (Bank Rakyat itu) saya lupa namanya ? Demikian banyak maaf Salam-Jepe Powered by Telkomsel BlackBerry® ANB: Namanya Prof. Muhammad Yunus, kanda Jepe, pendiri Grameen Bank, dan Nobelis Perdamaian 2006. Waktu saya masih di TEMPO, saya pernah mewawancarai beliau. Orang yang sederhana, banyak bergurau, dan memakai pakaian khas Bangladesh seperti gamis Arab itu kemana-mana. Prof Yunus memang luar biasa. Lahir dari keluarga berada, dan sudah nyaman hidup di Barat, tapi memutuskan pulang kampung dan membenahi ekonomi rakyat lewat gebrakan mikro kredit dalam bentuk pinjaman uang untuk beli payung sampai pulsa telpon, agar semua benda yang sebelumnya akrab dengan masyarakat tapi tak punya nilai ekonomis, bahkan konsumtif, menjadi aset produksi. Lebih dari itu, Prof Yunus membalikkan stereotipe negatif nasabah kecil yang sebelumnya dikaitkan dengan kredit macet (non-performing loan tinggi) yang membuat bank-bank konvensional ogah membantu mereka, justru menjadi kesan positif karena NPL di segmen ini justru amat sangat rendah. Mereka disiplin mengembalikan pinjaman mikro kredit sesuai jatuh tempo. Ini yang sebelumnya pernah saya sebutkan dalam posting juga tentang Organisasi Minang sebagai pressure group. Kalau Prof Yunus diundang ke Minang, atas dasar persahabatan sesama komunitas Muslim Asia, dan cara kerja Grameen diduplikasi, sangat mungkin perbaikan di level ekonomi rakyat ini akan berkembang signifikan. Wassalam, ANB Cibubur -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah
Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI
Memang nampaknyo baliau ko ba bana surang Hanyo babuek nan takana dek baliau sajo, tanpa memikirkan/merespon berbagai tanggapan thd baliau sabalunnyo di palanta iko Sahinggo berbagai tanggapan sabalunnyo hanyo bagaikan batu jatuh kelubuk sajo ---TR 58 th, bandera sirah, mangakeh di banua etam Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Mochtar Naim mochtarn...@yahoo.com Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Tue, 15 Jan 2013 22:35:15 To: rantaunet rantaunet rantaunetRantauNet@googlegroups.com; su...@yahoogroups.comsu...@yahoogroups.com; ba...@yahoogroups.comba...@yahoogroups.com Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Cc: Meuthia Naimmeuthia_suy...@yahoo.com; Elvira Naimelviran...@yahoo.com; Emil Pkemi...@yahoo.com; Amelia Indrajayaamelian...@yahoo.com Subject: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI Kawan2 di Dunia Maya, Naskah berikut yang semula saya persiapkan untuk dibacakam sebagai Orasi pada upacara 80 Tahun Mochtar Naim di Aula Gubernuran, hari Kamis tgl 10 Januari 2013 yl, ternyata tidak jadi dibacakan. Saya jadinya menyampaikan Orasi saya secara lisan-spontan seperti diharapkan oleh Panitia. Silahkan baca bagi yang berminat... MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI Mochtar Naim Orasi yang disampaikan pada Acara 80 Tahun Mochtar Naim, Kamis, 10 Januari 2013, Di Aula Gubernuran Pemda Sumatera Barat, Padang. I E MPAT PULUH TAHUN sudah sejak saya menyampaikan Disertasi mengenai “Merantau: Minangkabau Voluntary Migration” di University of Singapore Dept of Sociology (1973). Terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia oleh sahabat saya: Ansari dan Rustam St Rumah Tinggi (alm): Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau diterbitkan oleh Gadjah Mada Univ Press, tahun 1979, dan Edisi ke II nya tahun 1984. Sementara Edisi ke III nya dengan Penerbit Rajawali, terbit baru kemarin ini, bertepatan dengan hari maulid-natal ke 80 penulis sendiri, 25 Desember 2012 yl, yang juga dirayakan oleh seluruh dunia Masehi. Kuliah-kuliah di bidang Sosiologi untuk tingkat PhD sudah saya selesaikan sebelumnya di New York University, New York, sambil mengajar Bahasa Indonesia di universitas yang sama dan bekerja di Perwakilan Indonesia ke PBB, dsb, di mana saya sempat bermukim selama 8 tahun, dan isteri, Asma, 6 tahun, di kota metropolitan NY itu, ketika Indonesia sedang bergolak karena pemberontakan PRRI dan Permesta. Sebelum ke New York, selama dua tahun, saya merantau ke Kanada, ke kota Montreal yang berbahasa dobel, Inggeris dan Perancis, melanjutkan studi tentang Islam untuk Master di Institute of Islamic Studies, McGill Univ. Dan itupun langsung tancap dari Yogya dengan mutar-mutar dulu di Baghdad, Kairo dan beberapa kota di Eropa. Dengan hanya sebuah surat rekomendasi dari Buya Hamka yang waktu itu adalah profesor Tasawuf dan Sejarah Islam di PTAIN saya berangkat ke Kanada tanpa mengepit gelar Drsnya dalam bidang Studi Islam di PTAIN ataupun bidang studi ekonomi di UII, di Yogya. Saya begitu tamat dari SMA Negeri Birugo di Bukittinggi th 1951, langsung tancap ke Yogya memasuki Univ Gadjah Mada Fakultas HESP (Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik), dan dapat beasiswa dari Kemdikbud. Di PTAIN pun sesudah itu saya juga dapat beasiswa, semua karena nilai baik yang saya bawa dari SMA Negeri Birugo Bukittinggi. Namun UGM kemudian saya tinggalkan dan saya konsentrasi ke studi Islam dan Ekonomi. Saya memerlukan setahun lagi di tingkat doktoral untuk mendapatkan gelar Drs di kedua sekolah tinggi tersebut. Selama 8 tahun di negeri Paman Sam itu, sayapun sempat menete ke sana ke mari. Saya sempat setahun, sebelum ke New York, jadi asisten peneliti di Yale University, di bawah Prof Karl Pelzer yang ahli ekonomi geografi perkebunan di Sumatera Timur, dan Prof Isidore Dyen, ahli bahasa-bahasa Malayo-Polinesia. Lalu jadi pengajar Bahasa Indonesia sebagai instruktur dan native speaker di Cornell Univ, dan di SUNY Oswego College, NY State, di tepi danau Ontario, sebagai profesor tamu. Sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang dari rantau Amerika itu, kami mendapatkan dua anak belahan jiwa: Amelia Indrayeni (1965) dan Emil Hasan (1966), yang sekarang juga sudah jadi orang, dengan masing-masing punya 4 anak. Yang tertua dari anak Amelia, cucu pertama kami, Affan Rizki, 23 tahun, bahkan sudah menamatkan studi Ekonomi Internasionalnya di Univ Tilburg, Negeri Belanda. Anak kami yang ketiga, Elvira Endajelita, hasil satu-satunya dari ranah kampung halaman sendiri, setelah pulang kembali ke sarang, lahir di Padang, ketika sedang kasak-kusuknya menyiapkan Seminar Kebudayaan Minangkabau di Batu Sangkar, tahun 1970. Sebagai oleh-oleh anak terakhir, bungsu, untuk dibawa pulang dari rantau Singapura, Meuthia Alvernia, lahir di rumah sakit Mount Alvernia, Singapura tahun 1972, ketika juga bersihening menyiapkan disertasi Merantau itu. Kemana orang tua ke sana juga anak-anak,
Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI
Berterima kasihlah pada si buruk Indonesia ini karena tak banyak anak negeri yang mendapat kesempatan seperti Bapak. Kalau urusan pintar berjibun orang pintar dinegeri ini tapi kesempatan belum menemui mereka.. Ini lagu Elvis untuk Bapak dengarkan lah sambil berleha leha dihari tua What a Wonderful Life It’s a wonderful life This life I’m livin’ What a wonderful life, days with a life of ease, oh-ho-oh Well, I’ve got no job to worry me No big bad boss to hurry me It’s a wonderful life life’s good to me It’s a wonderful road This road I’m travelin’ It’s a wonderful road headin’ beyond the hills, oh-ho-oh Oh it may go straight or it may detour But one thing that I know for sure It’s a wonderful life, life’s good to me Don’t know where I’m goin’ Don’t care where I’m goin’ Like the four winds are blowin’ I go on Laughin’ the day away, lovin the night away Till the moon is gone It’s a wonderful life This life I’m livin’ What a wonderful life Livin’ the life I love, oh yeah Well I’ve got neighbors, I’ve got friends Just about anywhere the rainbow ends It’s a wonderful life, life’s good to me Don’t know where I’m goin’ Don’t care where I’m goin’ Like the four winds are blowin’ I go on Laughin’ the day away, lovin the night away Till the moon is gone It’s a wonderful life This life I’m livin’ What a wonderful life Livin’ the life I love, oh yeah Well I’ve got neighbors, I’ve got friends Just about anywhere the rainbow ends It’s a wonderful life, life’s good to me What a wonderful life, life’s good to me, yeah Crazy life, life’s good to me Oh what a life Zulkarnain Kahar http://www.maninjau.net/ From: Mochtar Naim mochtarn...@yahoo.com To: rantaunet rantaunet rantaunet RantauNet@googlegroups.com; su...@yahoogroups.com su...@yahoogroups.com; ba...@yahoogroups.com ba...@yahoogroups.com Cc: Meuthia Naim meuthia_suy...@yahoo.com; Elvira Naim elviran...@yahoo.com; Emil Pk emi...@yahoo.com; Amelia Indrajaya amelian...@yahoo.com Sent: Tuesday, January 15, 2013 8:35 AM Subject: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI Kawan2 di Dunia Maya, Naskah berikut yang semula saya persiapkan untuk dibacakam sebagai Orasi pada upacara 80 Tahun Mochtar Naim di Aula Gubernuran, hari Kamis tgl 10 Januari 2013 yl, ternyata tidak jadi dibacakan. Saya jadinya menyampaikan Orasi saya secara lisan-spontan seperti diharapkan oleh Panitia. Silahkan baca bagi yang berminat... MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI Mochtar Naim Orasi yang disampaikan pada Acara 80 Tahun Mochtar Naim, Kamis, 10 Januari 2013, Di Aula Gubernuran Pemda Sumatera Barat, Padang. I E MPAT PULUH TAHUN sudah sejak saya menyampaikan Disertasi mengenai “Merantau: Minangkabau Voluntary Migration” di University of Singapore Dept of Sociology (1973). Terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia oleh sahabat saya: Ansari dan Rustam St Rumah Tinggi (alm): Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau diterbitkan oleh Gadjah Mada Univ Press, tahun 1979, dan Edisi ke II nya tahun 1984. Sementara Edisi ke III nya dengan Penerbit Rajawali, terbit baru kemarin ini, bertepatan dengan hari maulid-natal ke 80 penulis sendiri, 25 Desember 2012 yl, yang juga dirayakan oleh seluruh dunia Masehi. Kuliah-kuliah di bidang Sosiologi untuk tingkat PhD sudah saya selesaikan sebelumnya di New York University, New York, sambil mengajar Bahasa Indonesia di universitas yang sama dan bekerja di Perwakilan Indonesia ke PBB, dsb, di mana saya sempat bermukim selama 8 tahun, dan isteri, Asma, 6 tahun, di kota metropolitan NY itu, ketika Indonesia sedang bergolak karena pemberontakan PRRI dan Permesta. Sebelum ke New York, selama dua tahun, saya merantau ke Kanada, ke kota Montreal yang berbahasa dobel, Inggeris dan Perancis, melanjutkan studi tentang Islam untuk Master di Institute of Islamic Studies, McGill Univ. Dan itupun langsung tancap dari Yogya dengan mutar-mutar dulu di Baghdad, Kairo dan beberapa kota di Eropa. Dengan hanya sebuah surat rekomendasi dari Buya Hamka yang waktu itu adalah profesor Tasawuf dan Sejarah Islam di PTAIN saya berangkat ke Kanada tanpa mengepit gelar Drsnya dalam bidang Studi Islam di PTAIN ataupun bidang studi ekonomi di UII, di Yogya. Saya begitu tamat dari SMA Negeri Birugo di Bukittinggi th 1951, langsung tancap ke Yogya memasuki Univ Gadjah Mada Fakultas HESP (Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik), dan dapat beasiswa dari Kemdikbud. Di PTAIN pun sesudah itu saya juga dapat beasiswa, semua karena nilai baik yang saya bawa dari SMA Negeri Birugo Bukittinggi. Namun UGM kemudian saya tinggalkan dan saya konsentrasi ke studi Islam dan Ekonomi. Saya memerlukan setahun lagi di tingkat doktoral untuk mendapatkan gelar Drs di kedua sekolah tinggi tersebut. Selama 8 tahun di negeri Paman Sam itu, sayapun sempat menete ke sana ke mari. Saya sempat setahun, sebelum ke New York,
Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI
Terima kasih Uda Mochtar telah berbagi orasinya. Ada rasa kebanggan terutama anak2 juga berhasil dalam studi dan tetap ber ABSSBK. 2013/1/15 Mochtar Naim mochtarn...@yahoo.com Kawan2 di Dunia Maya, Naskah berikut yang semula saya persiapkan untuk dibacakam sebagai Orasi pada upacara 80 Tahun Mochtar Naim di Aula Gubernuran, hari Kamis tgl 10 Januari 2013 yl, ternyata tidak jadi dibacakan. Saya jadinya menyampaikan Orasi saya secara lisan-spontan seperti diharapkan oleh Panitia. Silahkan baca bagi yang berminat... * * *MERANTAU SEPANJANG MASA,* ***MERANTAU DITINJAU KEMBALI* ** *Mochtar Naim* * * Orasi yang disampaikan pada Acara 80 Tahun Mochtar Naim, Kamis, 10 Januari 2013, Di Aula Gubernuran Pemda Sumatera Barat, Padang. ** ** I E MPAT PULUH TAHUN sudah sejak saya menyampaikan Disertasi mengenai “Merantau: Minangkabau Voluntary Migration” di University of Singapore Dept of Sociology (1973). Terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia oleh sahabat saya: Ansari dan Rustam St Rumah Tinggi (alm): *Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau *diterbitkan oleh Gadjah Mada Univ Press, tahun 1979, dan Edisi ke II nya tahun 1984. Sementara Edisi ke III nya dengan Penerbit Rajawali, terbit baru kemarin ini, bertepatan dengan hari maulid-natal ke 80 penulis sendiri, 25 Desember 2012 yl, yang juga dirayakan oleh seluruh dunia Masehi. Kuliah-kuliah di bidang Sosiologi untuk tingkat PhD sudah saya selesaikan sebelumnya di New York University, New York, sambil mengajar Bahasa Indonesia di universitas yang sama dan bekerja di Perwakilan Indonesia ke PBB, dsb, di mana saya sempat bermukim selama 8 tahun, dan isteri, Asma, 6 tahun, di kota metropolitan NY itu, ketika Indonesia sedang bergolak karena pemberontakan PRRI dan Permesta. Sebelum ke New York, selama dua tahun, saya merantau ke Kanada, ke kota Montreal yang berbahasa dobel, Inggeris dan Perancis, melanjutkan studi tentang Islam untuk Master di Institute of Islamic Studies, McGill Univ. Dan itupun langsung tancap dari Yogya dengan mutar-mutar dulu di Baghdad, Kairo dan beberapa kota di Eropa. Dengan hanya sebuah surat rekomendasi dari Buya Hamka yang waktu itu adalah profesor Tasawuf dan Sejarah Islam di PTAIN saya berangkat ke Kanada tanpa mengepit gelar Drsnya dalam bidang Studi Islam di PTAIN ataupun bidang studi ekonomi di UII, di Yogya. Saya begitu tamat dari SMA Negeri Birugo di Bukittinggi th 1951, langsung tancap ke Yogya memasuki Univ Gadjah Mada Fakultas HESP (Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik), dan dapat beasiswa dari Kemdikbud. Di PTAIN pun sesudah itu saya juga dapat beasiswa, semua karena nilai baik yang saya bawa dari SMA Negeri Birugo Bukittinggi. Namun UGM kemudian saya tinggalkan dan saya konsentrasi ke studi Islam dan Ekonomi. Saya memerlukan setahun lagi di tingkat doktoral untuk mendapatkan gelar Drs di kedua sekolah tinggi tersebut. Selama 8 tahun di negeri Paman Sam itu, sayapun sempat menete ke sana ke mari. Saya sempat setahun, sebelum ke New York, jadi asisten peneliti di Yale University, di bawah Prof Karl Pelzer yang ahli ekonomi geografi perkebunan di Sumatera Timur, dan Prof Isidore Dyen, ahli bahasa-bahasa Malayo-Polinesia. Lalu jadi pengajar Bahasa Indonesia sebagai instruktur dan *native speaker *di Cornell Univ, dan di SUNY Oswego College, NY State, di tepi danau Ontario, sebagai profesor tamu. Sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang dari rantau Amerika itu, kami mendapatkan dua anak belahan jiwa: Amelia Indrayeni (1965) dan Emil Hasan (1966), yang sekarang juga sudah jadi orang, dengan masing-masing punya 4 anak. Yang tertua dari anak Amelia, cucu pertama kami, Affan Rizki, 23 tahun, bahkan sudah menamatkan studi Ekonomi Internasionalnya di Univ Tilburg, Negeri Belanda. Anak kami yang ketiga, Elvira Endajelita, hasil satu-satunya dari ranah kampung halaman sendiri, setelah pulang kembali ke sarang, lahir di Padang, ketika sedang kasak-kusuknya menyiapkan Seminar Kebudayaan Minangkabau di Batu Sangkar, tahun 1970. Sebagai oleh-oleh anak terakhir, bungsu, untuk dibawa pulang dari rantau Singapura, Meuthia Alvernia, lahir di rumah sakit Mount Alvernia, Singapura tahun 1972, ketika juga bersihening menyiapkan disertasi Merantau itu. Kemana orang tua ke sana juga anak-anak, sehingga merekapun menjadi pengembara dunia ke berbagai penjuru benua. Ke empat-empatnya lulusan ITB yang dua di antaranya sekarang juga mengikuti jejak Dad-nya mengambil gelar Dr, satu yang tua di UI dan satu lagi yang bungsu, sudah hampir selesai, di Griffith U, Brisbane, negara ‘Kang Guru,’ Australia. Sedang Masternya, Amelia dapatkan di Univ of Colorado, Boulder, AS; Elvira di National Univ of Singapore dan Meuthia di Univ of Leeds, England. Meuthia ditemani oleh anak satu-satunya, sibiran tulang, Ismail Halim Suyudi, 10 tahun, lahir di Leeds, England, bersekolah di Brisbane, Australia. Emil, anak
Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI
Alhamdulillah, senang membaca bagaimana Pak MN dan keluarga besar mendapatkan kelimpahan hidup yang mungkin hanya mimpi bagi sebagian besar orang Minang. Dalam konteks kontribusi keilmuan, selain riset Pak MN tentang merantau, adakah bentuk aplikatif dari hasil studi bapak itu yang pernah (sudah) diterapkan untuk meningkatkan taraf hidup rang Minang? Nilai dasar apa yang bisa dilekatkan pada rang Minang semisal American Dream, Japanese Bushido atau kalau pada kategori sosial yang horisontal konsep Protestant Ethic yang pernah diteliti Max Weber, dan dikaitkan dengan kebangkitan kapitalisme (Protestant Ethic and The Spirit Capitalism). Jika merantau adalah aktivitas fisik, apa sebenarnya value urang Minang itu, Pak MN? Kemandirian? Survival? Atau apa? Kita ingat menyusul huru-hara 1998 di mana banyak pemodal dan industrialis besar, terutama di sektor keuangan, masuk karantina dan menjadi pasien BPPN, ekonomi di level mid dan grass root yang banyak diisi rang Minang praktis bertahan tak tergoyah oleh imbas gonjang-ganjing. Apakah ini salah satu value yang bisa diduplikasi dan diterapkan bagi sektor lain dalam kehidupan etnis Minangkabau? Mohon pencerahan Pak MN. Salam, Akmal N. Basral 44+, Cibubur Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Mochtar Naim mochtarn...@yahoo.com Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Tue, 15 Jan 2013 22:35:15 To: rantaunet rantaunet rantaunetRantauNet@googlegroups.com; su...@yahoogroups.comsu...@yahoogroups.com; ba...@yahoogroups.comba...@yahoogroups.com Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Cc: Meuthia Naimmeuthia_suy...@yahoo.com; Elvira Naimelviran...@yahoo.com; Emil Pkemi...@yahoo.com; Amelia Indrajayaamelian...@yahoo.com Subject: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI Kawan2 di Dunia Maya, Naskah berikut yang semula saya persiapkan untuk dibacakam sebagai Orasi pada upacara 80 Tahun Mochtar Naim di Aula Gubernuran, hari Kamis tgl 10 Januari 2013 yl, ternyata tidak jadi dibacakan. Saya jadinya menyampaikan Orasi saya secara lisan-spontan seperti diharapkan oleh Panitia. Silahkan baca bagi yang berminat... MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI Mochtar Naim Orasi yang disampaikan pada Acara 80 Tahun Mochtar Naim, Kamis, 10 Januari 2013, Di Aula Gubernuran Pemda Sumatera Barat, Padang. I E MPAT PULUH TAHUN sudah sejak saya menyampaikan Disertasi mengenai “Merantau: Minangkabau Voluntary Migration” di University of Singapore Dept of Sociology (1973). Terjemahannya ke dalam Bahasa Indonesia oleh sahabat saya: Ansari dan Rustam St Rumah Tinggi (alm): Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau diterbitkan oleh Gadjah Mada Univ Press, tahun 1979, dan Edisi ke II nya tahun 1984. Sementara Edisi ke III nya dengan Penerbit Rajawali, terbit baru kemarin ini, bertepatan dengan hari maulid-natal ke 80 penulis sendiri, 25 Desember 2012 yl, yang juga dirayakan oleh seluruh dunia Masehi. Kuliah-kuliah di bidang Sosiologi untuk tingkat PhD sudah saya selesaikan sebelumnya di New York University, New York, sambil mengajar Bahasa Indonesia di universitas yang sama dan bekerja di Perwakilan Indonesia ke PBB, dsb, di mana saya sempat bermukim selama 8 tahun, dan isteri, Asma, 6 tahun, di kota metropolitan NY itu, ketika Indonesia sedang bergolak karena pemberontakan PRRI dan Permesta. Sebelum ke New York, selama dua tahun, saya merantau ke Kanada, ke kota Montreal yang berbahasa dobel, Inggeris dan Perancis, melanjutkan studi tentang Islam untuk Master di Institute of Islamic Studies, McGill Univ. Dan itupun langsung tancap dari Yogya dengan mutar-mutar dulu di Baghdad, Kairo dan beberapa kota di Eropa. Dengan hanya sebuah surat rekomendasi dari Buya Hamka yang waktu itu adalah profesor Tasawuf dan Sejarah Islam di PTAIN saya berangkat ke Kanada tanpa mengepit gelar Drsnya dalam bidang Studi Islam di PTAIN ataupun bidang studi ekonomi di UII, di Yogya. Saya begitu tamat dari SMA Negeri Birugo di Bukittinggi th 1951, langsung tancap ke Yogya memasuki Univ Gadjah Mada Fakultas HESP (Hukum, Ekonomi, Sosial dan Politik), dan dapat beasiswa dari Kemdikbud. Di PTAIN pun sesudah itu saya juga dapat beasiswa, semua karena nilai baik yang saya bawa dari SMA Negeri Birugo Bukittinggi. Namun UGM kemudian saya tinggalkan dan saya konsentrasi ke studi Islam dan Ekonomi. Saya memerlukan setahun lagi di tingkat doktoral untuk mendapatkan gelar Drs di kedua sekolah tinggi tersebut. Selama 8 tahun di negeri Paman Sam itu, sayapun sempat menete ke sana ke mari. Saya sempat setahun, sebelum ke New York, jadi asisten peneliti di Yale University, di bawah Prof Karl Pelzer yang ahli ekonomi geografi perkebunan di Sumatera Timur, dan Prof Isidore Dyen, ahli bahasa-bahasa Malayo-Polinesia. Lalu jadi pengajar Bahasa Indonesia sebagai instruktur dan native speaker di Cornell Univ, dan di SUNY Oswego College, NY State, di tepi danau
Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI
Pada Rabu, 16 Januari 2013, menulis: Uni Evy dan Dunsanak palanta RN Ya saya termasuk kawan Uni Evy jugakan di dunia Maya :-) ... Seperti kata Akmal apa aplikasi dari Pak MN jika Pak MN memang melakukan sebuah gerakan (aksi) paling tidak ada contoh gugatan atau pandangan beliau dia yang menjadi pemicu bagi masyarakat lain semisal beliau membuat koperasi kerakyatan, mengandal apa yang ada bangsa ini tabu memakai produk yang diciptakan oleh sistim kapitalis dan lain sebagainya seperti dicontohkan oleh tokoh intelektual Bangladesh (Bank Rakyat itu) saya lupa namanya ? Demikian banyak maaf Salam-Jepe Powered by Telkomsel BlackBerry® * * ANB: Namanya Prof. Muhammad Yunus, kanda Jepe, pendiri Grameen Bank, dan Nobelis Perdamaian 2006. Waktu saya masih di TEMPO, saya pernah mewawancarai beliau. Orang yang sederhana, banyak bergurau, dan memakai pakaian khas Bangladesh seperti gamis Arab itu kemana-mana. Prof Yunus memang luar biasa. Lahir dari keluarga berada, dan sudah nyaman hidup di Barat, tapi memutuskan pulang kampung dan membenahi ekonomi rakyat lewat gebrakan mikro kredit dalam bentuk pinjaman uang untuk beli payung sampai pulsa telpon, agar semua benda yang sebelumnya akrab dengan masyarakat tapi tak punya nilai ekonomis, bahkan konsumtif, menjadi aset produksi. Lebih dari itu, Prof Yunus membalikkan stereotipe negatif nasabah kecil yang sebelumnya dikaitkan dengan kredit macet (non-performing loan tinggi) yang membuat bank-bank konvensional ogah membantu mereka, justru menjadi kesan positif karena NPL di segmen ini justru amat sangat rendah. Mereka disiplin mengembalikan pinjaman mikro kredit sesuai jatuh tempo. Ini yang sebelumnya pernah saya sebutkan dalam posting juga tentang Organisasi Minang sebagai pressure group. Kalau Prof Yunus diundang ke Minang, atas dasar persahabatan sesama komunitas Muslim Asia, dan cara kerja Grameen diduplikasi, sangat mungkin perbaikan di level ekonomi rakyat ini akan berkembang signifikan. Wassalam, ANB Cibubur -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/
Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI
Terima kasih atas penjelasannya Dinda Akmal, ya Prof M Yunus itu yang saya maksud, maklum lah kadang2 antene suko manakua jadi gelombang nan randah2 sajo tatangkok :-) Nah sy pikir Pak MN bisa jadi Prof M Yunusnya orang awak paling tidak aplikasi nyata secara lansung di ranah minang yang lansung dieksekusinya dilapangan segala pemikiran beliau yang jernih diatas kertas itu Kalaupun perlu modal awal dari hati saya yang paling dalam mau share tentunya sesuai kemampuan saya. Jujur saya katakan sebagai orang minang yang merantau ke daerah orang dalam NKRI saya memang mencari penghidupan pada usaha yang dikelola oleh sistim Kapitalis dalam kontek ekonomi bahasa sederhanya Pemilik modal (kapital) boleh mengeruk untung sebanyak-banyaknya dan sebaliknya boleh juga rugi melarat sebesar-besarnya Beliau posting orasinya disini dan kita baca, silahkan simak sendiri (karena kita baca toh dengan detail) anak beliau yang sukses2 itu saya pikir juga merantau dan bekerja pada sistim Kapitalis disebuah perusahaan minyak negara Barat..alhamdulillah sebuah kenikmatan bagi beliau dan klga sebagai orang minang yang merantau di NKRI, dari sekian banyak orang minang lainnya yang berada pada zona nyaman Wass-Jepe Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Akmal Nasery Basral ak...@rantaunet.org Sender: rantaunet@googlegroups.com Date: Wed, 16 Jan 2013 12:49:31 To: rantaunet@googlegroups.comrantaunet@googlegroups.com Reply-To: rantaunet@googlegroups.com Subject: Re: [R@ntau-Net] MOCHTAR NAIM - MERANTAU SEPANJANG MASA, MERANTAU DITINJAU KEMBALI Pada Rabu, 16 Januari 2013, menulis: Uni Evy dan Dunsanak palanta RN Ya saya termasuk kawan Uni Evy jugakan di dunia Maya :-) ... Seperti kata Akmal apa aplikasi dari Pak MN jika Pak MN memang melakukan sebuah gerakan (aksi) paling tidak ada contoh gugatan atau pandangan beliau dia yang menjadi pemicu bagi masyarakat lain semisal beliau membuat koperasi kerakyatan, mengandal apa yang ada bangsa ini tabu memakai produk yang diciptakan oleh sistim kapitalis dan lain sebagainya seperti dicontohkan oleh tokoh intelektual Bangladesh (Bank Rakyat itu) saya lupa namanya ? Demikian banyak maaf Salam-Jepe Powered by Telkomsel BlackBerry® * * ANB: Namanya Prof. Muhammad Yunus, kanda Jepe, pendiri Grameen Bank, dan Nobelis Perdamaian 2006. Waktu saya masih di TEMPO, saya pernah mewawancarai beliau. Orang yang sederhana, banyak bergurau, dan memakai pakaian khas Bangladesh seperti gamis Arab itu kemana-mana. Prof Yunus memang luar biasa. Lahir dari keluarga berada, dan sudah nyaman hidup di Barat, tapi memutuskan pulang kampung dan membenahi ekonomi rakyat lewat gebrakan mikro kredit dalam bentuk pinjaman uang untuk beli payung sampai pulsa telpon, agar semua benda yang sebelumnya akrab dengan masyarakat tapi tak punya nilai ekonomis, bahkan konsumtif, menjadi aset produksi. Lebih dari itu, Prof Yunus membalikkan stereotipe negatif nasabah kecil yang sebelumnya dikaitkan dengan kredit macet (non-performing loan tinggi) yang membuat bank-bank konvensional ogah membantu mereka, justru menjadi kesan positif karena NPL di segmen ini justru amat sangat rendah. Mereka disiplin mengembalikan pinjaman mikro kredit sesuai jatuh tempo. Ini yang sebelumnya pernah saya sebutkan dalam posting juga tentang Organisasi Minang sebagai pressure group. Kalau Prof Yunus diundang ke Minang, atas dasar persahabatan sesama komunitas Muslim Asia, dan cara kerja Grameen diduplikasi, sangat mungkin perbaikan di level ekonomi rakyat ini akan berkembang signifikan. Wassalam, ANB Cibubur -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur Lokasi disetiap posting - Hapus footer seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama mengganti subjeknya. === Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/ -- -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. === UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail