[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi
On Thu, 19 Feb 2004 15:14:37 +0700 Rahmat Abimanyu (RA) wrote: Terus terang saya merasa sedih setiap kali membaca berita tentang privatisasi, yang ujung-ujungnya mengarah Asingisasi. Saya tidak habis pikir mengapa rasa nasionalisme para penguasa negeri ini seakan sudah pudar. Privatisasinya sendiri sih sudah benar, proses privatisasinya yg perlu diperbaiki. Cara yg sekarang digunakan adalah menjual ke strategic buyer mestinya perlu dipilih-pilih, bukan jual ke pokoknya yg punya uang agar asset itu bisa terus tumbuh dan berkembang, perlu dipilah agar nantinya pemerintah (qq pemegang kebijakan/policy) tidak bisa dipaksa mengikuti maunya para owner baru. -- syafril --- Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED] List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi
Lebih sakit mana? - dijajah bangsa asing atau - dijajah bangsa sendiri -- Agung (33) -- AKU BERMIMPI JADI KORUPTOR AKHIR-akhir ini media massa, seminar, diskusi, konferensi pers, talk show, ngerumpi, dan pembicaraan di warung-warung gegap gempita dengan topik KKN. Terpilihnya Komisi Pemberantasan Korupsi oleh DPR diberitakan secara hiruk-pikuk pula. Saya sempat berpikir apakah KPK akan efektif karena modus operandi korupsi yang begitu beragam. Lagi pula, moral dan mental yang sudah rusak tidak termasuk dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jadi, kalau diibaratkan pohon, KPK hanya menangani daun yang rusak karena akarnya busuk. Selama akarnya tidak diobati, selalu akan bermunculan daun-daun yang rusak. Mengobati akar atau kalau sudah tidak bisa membunuhnya saja, tidak termasuk domain KPK. Karena intensnya dikonfrontasi dengan topik KKN seperti ini, saya tertimpa mimpi. Dalam mimpi itu saya menjadi koruptor. Saya menguasai betul berbagai cara berkorupsi, dari yang paling kotor sampai yang paling canggih. Maka, saya menjadi orang sangat kaya. Rasanya tidak seorang pun yang mempunyai gambaran betapa besar kekayaan yang saya peroleh dari korupsi. Semuanya bisa dibeli dengan uang, juga hukum. Maka, dalam salah satu pesta ketika saya mabuk, saya berkata, I am the Lord, I am the law, and I am the richest man in Indonesia. MIMPI selalu kacau. Dalam melakukan korupsi saya terkadang menjadi penguasa, terkadang pengusaha, terkadang pegawai negeri rendahan, terkadang pengusaha besar, tukang parkir, dan apa saja yang mempunyai kekuasaan. Kekuasaan adalah modal dasar korupsi. Sebagai pengusaha saya menyalahgunakan semua celah yang ada. Yang paling mudah dan sederhana adalah menjadi rekanan dan pemasok kepada pemerintah. Pemerintah membutuhkan barang dan jasa. Setiap tahunnya membelanjakan jumlah uang yang luar biasa besarnya. Caranya adalah kongkalikong dengan pejabat yang mempunyai wewenang untuk membeli barang dan jasa untuk kebutuhan kementerian atau badan pemerintah yang dipimpinnya. Harga saya naikkan berkali lipat dan selisihnya saya bagi dengan sang pejabat. Hasilnya lumayan, tetapi saingannya berat, karena banyak sekali yang melakukan hal ini. Konsepnya terlampau mudah. Meski demikian, saya sudah tidak melakukannya sendiri. Saya sudah mempunyai banyak pegawai tingkat tinggi yang tidak memalukan kalau saya suruh bergaul dengan para pejabat yang rata-rata sarjana. Merekalah yang melayani pejabat habis- habisan, dari melayani istri dan anak- anaknya sampai mengantarkan sambil membayari mereka berbelanja. Bahkan, mereka sampai berfungsi sebagai pembantu rumah tangga sang pejabat. Modal utama cara berbisnis seperti ini adalah rai gedhek, mental budak, dan tahan ngelesot berhari-hari sambil sering berfungsi sebagai badut. Usaha ini yang dilakukan pegawai-pegawai saya berjalan terus. Saya sendiri meningkatkan diri dalam berkreasi dan inovasi konsep-konsep yang lebih canggih. Setiap zaman saya memberi peluang KKN yang bentuknya lain. Sejak tahun enam puluhan saya sudah melakukan banyak cara. Semuanya saya lakukan dalam mimpi juga, yang ketika itu saya bermimpi menjadi konglomerat. Berbagai modus operandi sudah saya tulis dalam berbagai artikel yang dihimpun dalam buku kecil dengan judul Saya Bermimpi Jadi Konglomerat. DALAM mimpiku sekarang aku untung besar dengan hanya ongkang-ongkang saja. Pemerintah bermaksud meningkatkan ekspor (export drive). Caranya memberikan kredit murah dengan bunga 12 persen setahun asalkan kreditnya dipakai untuk membiayai kegiatan ekspor. Bunga deposito ketika itu 22 persen setahun. Saya mengajukan permohonan kredit ekspor dengan rencana ekspor yang meyakinkan. Feasibility study dibuat oleh konsultan asing dan ditulis dalam bahasa Inggris. Pejabat tinggi kita menganggap apa saja yang asing dan dalam bahasa Inggris mesti lebih benar dan lebih pandai. Demikian juga laporan keuangan saya juga seluruhnya ditulis dalam bahasa Inggris setelah diaudit oleh kantor akuntan yang termasuk big five di dunia. Segera saja kreditnya cair. Tentu dengan uang suap seperlunya. Kegiatan ekspor juga saya laksanakan. Hanya yang saya ekspor gombal, kain pel, potongan- potongan sisa tekstil untuk membuat pakaian jadi. Barang-barang ini diekspor kepada perusahaan saya sendiri di Singapura. Setibanya, barang-barang itu langsung dibuang. Jadi tidak ada penggunaan uang dari kredit ekspor untuk ekspor beneran. Namun, saya dapat memperlihatkan semua dokumen ekspor. Kredit dengan bunga 12 persen saya depositokan dengan bunga 22 persen. Kredit yang saya peroleh Rp 500 miliar. Dalam setahun saya mendapatkan pendapatan bersih (setelah dipotong pajak) sebesar Rp 93,5 miliar, yaitu 22 persen dari Rp 500 miliar dipotong pajak sebesar 15 persen. Bunga yang harus saya bayarkan kepada bank BUMN sebesar 12 persen dari Rp 500 miliar atau Rp 60 miliar. Saya untung Rp 33,5
[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi
Yang lebih menyedihkan lagi, orang2 seperti KKG ini, yang berani mengupas borok2 republik ini secara intelektual, tidak banyak. Bisa dihitung dengan jari. Lantas, apakah sebagian besar rakyat Indonesia sudah menjadi koruptor semua? Nggak ya melakukan 'pribumisasi', nggak ya 'asingisasi', semuanya diwarnai dengan perilaku KKN. Minta ampun dah, thobt Gusti!. Salam hangat, HermanSyah XIV. DanYON [EMAIL PROTECTED] 02/20/2004 10:13 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi Lebih sakit mana? - dijajah bangsa asing atau - dijajah bangsa sendiri -- Agung (33) -- AKU BERMIMPI JADI KORUPTOR AKHIR-akhir ini media massa, seminar, diskusi, konferensi pers, talk show, ngerumpi, dan pembicaraan di warung-warung gegap gempita dengan topik KKN. Terpilihnya Komisi Pemberantasan Korupsi oleh DPR diberitakan secara hiruk-pikuk pula. Saya sempat berpikir apakah KPK akan efektif karena modus operandi korupsi yang begitu beragam. Lagi pula, moral dan mental yang sudah rusak tidak termasuk dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Jadi, kalau diibaratkan pohon, KPK hanya menangani daun yang rusak karena akarnya busuk. Selama akarnya tidak diobati, selalu akan bermunculan daun-daun yang rusak. Mengobati akar atau kalau sudah tidak bisa membunuhnya saja, tidak termasuk domain KPK. Karena intensnya dikonfrontasi dengan topik KKN seperti ini, saya tertimpa mimpi. Dalam mimpi itu saya menjadi koruptor. Saya menguasai betul berbagai cara berkorupsi, dari yang paling kotor sampai yang paling canggih. Maka, saya menjadi orang sangat kaya. Rasanya tidak seorang pun yang mempunyai gambaran betapa besar kekayaan yang saya peroleh dari korupsi. Semuanya bisa dibeli dengan uang, juga hukum. Maka, dalam salah satu pesta ketika saya mabuk, saya berkata, I am the Lord, I am the law, and I am the richest man in Indonesia. MIMPI selalu kacau. Dalam melakukan korupsi saya terkadang menjadi penguasa, terkadang pengusaha, terkadang pegawai negeri rendahan, terkadang pengusaha besar, tukang parkir, dan apa saja yang mempunyai kekuasaan. Kekuasaan adalah modal dasar korupsi. Sebagai pengusaha saya menyalahgunakan semua celah yang ada. Yang paling mudah dan sederhana adalah menjadi rekanan dan pemasok kepada pemerintah. Pemerintah membutuhkan barang dan jasa. Setiap tahunnya membelanjakan jumlah uang yang luar biasa besarnya. Caranya adalah kongkalikong dengan pejabat yang mempunyai wewenang untuk membeli barang dan jasa untuk kebutuhan kementerian atau badan pemerintah yang dipimpinnya. Harga saya naikkan berkali lipat dan selisihnya saya bagi dengan sang pejabat. Hasilnya lumayan, tetapi saingannya berat, karena banyak sekali yang melakukan hal ini. Konsepnya terlampau mudah. Meski demikian, saya sudah tidak melakukannya sendiri. Saya sudah mempunyai banyak pegawai tingkat tinggi yang tidak memalukan kalau saya suruh bergaul dengan para pejabat yang rata-rata sarjana. Merekalah yang melayani pejabat habis- habisan, dari melayani istri dan anak- anaknya sampai mengantarkan sambil membayari mereka berbelanja. Bahkan, mereka sampai berfungsi sebagai pembantu rumah tangga sang pejabat. Modal utama cara berbisnis seperti ini adalah rai gedhek, mental budak, dan tahan ngelesot berhari-hari sambil sering berfungsi sebagai badut. Usaha ini yang dilakukan pegawai-pegawai saya berjalan terus. Saya sendiri meningkatkan diri dalam berkreasi dan inovasi konsep-konsep yang lebih canggih. Setiap zaman saya memberi peluang KKN yang bentuknya lain. Sejak tahun enam puluhan saya sudah melakukan banyak cara. Semuanya saya lakukan dalam mimpi juga, yang ketika itu saya bermimpi menjadi konglomerat. Berbagai modus operandi sudah saya tulis dalam berbagai artikel yang dihimpun dalam buku kecil dengan judul Saya Bermimpi Jadi Konglomerat. DALAM mimpiku sekarang aku untung besar dengan hanya ongkang-ongkang saja. Pemerintah bermaksud meningkatkan ekspor (export drive). Caranya memberikan kredit murah dengan bunga 12 persen setahun asalkan kreditnya dipakai untuk membiayai kegiatan ekspor. Bunga deposito ketika itu 22 persen setahun. Saya mengajukan permohonan kredit ekspor dengan rencana ekspor yang meyakinkan. Feasibility study dibuat oleh konsultan asing dan ditulis dalam bahasa Inggris. Pejabat tinggi kita menganggap apa saja yang asing dan dalam bahasa Inggris mesti lebih benar dan lebih pandai. Demikian juga laporan keuangan saya juga seluruhnya ditulis dalam bahasa Inggris setelah diaudit oleh kantor akuntan yang termasuk big five di dunia. Segera saja kreditnya cair. Tentu dengan uang suap seperlunya. Kegiatan ekspor juga saya laksanakan. Hanya yang saya ekspor gombal, kain pel, potongan- potongan sisa tekstil untuk membuat pakaian jadi. Barang-barang ini diekspor kepada
[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi
Assalu'alaikum. Rekan Sodik, Terus terang saya merasa sedih setiap kali membaca berita tentang privatisasi, yang ujung-ujungnya mengarah Asingisasi. Saya tidak habis pikir mengapa rasa nasionalisme para penguasa negeri ini seakan sudah pudar. Baik itu penguasa kelas teri di daerah maupun tingkat menteri atau anggota DPR. Dimata mereka hanyalah uang, bisnis dan keuntungan saja yang dipikirkan. Banyak perusahaan fital yang telah dijual sahamnya ke asing, sementara kepemilikan negara untuk kepentingan bangsa Indonesia ini diabaikan. Ambil saja contoh yang masih hangat di ingatan kita tentang Indosat, perusahaan telepon seluler yang pasarnya sedang melaju pesat, sekarang sebagian besar sahamnya sudah dimiliki Singapura. Bahkan sekarang Indosat mau mengambil Satelindo. Ini suatu bukti bahwa pihak asing sudah menjurus ke arah monopoli telekomunikasi di Indonesia. Sementara PT Telkom yang aslinya perusahaan negara dituduh telah memonopoli telekomunikasi di Indonesia dan mematikan perusahaan swasta. Contoh lain Bank BNI akan dijual ke swasta. Sekarang air akan dikuasai asing. Bisa jadi nanti Pertamina juga akan dimiliki asing. Jadi apa dong aset negara yang akan tersisa? Sepertinya nanti bangsa kita kembali akan dijajah asing. Rakyat kita akan membayar mahal kebutuhan sehari-harinya kepada perusahaan asing, dan negara lain yang akan menikmati keuntungannya. Melalui forum alumni Mahawarman ini saya menghimbau kepada rekan-rekan yang mempunyai kemampuan, wewenang dan kekuatan, tolong lakukan sesuatu agar dapat mencegah merajalelanya praktek-praktek asingisasi yang akibatnya dapat menghancurkan ekonomi, bangsa dan negara Indonesia. Mari kita kembalikan dan pupuk rasa nasionalisme yang tinggi bangsa kita, agar kita semua sadar, agar bangsa Indonesia ini selamat dari kehancuran dan penjajahan yang ke dua kalinya oleh bangsa lain. Semoga himbauan dan harapan saya ini menjadi kenyataan, dan Indonesia selamat dari kehancuran. Wassalam, R.Abimanyu -Original Message- From: Abdullah Sodik [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, February 19, 2004 11:55 AM To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [yonsatu] Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi Content-Type: text/plain Rekan-rekan yth. Berikut Pernyataan Sikap Bersama Menolak Privatisasi dan Komersialisasi Sumberdaya Air Serta Campur Tangan Asing Dalam RUU Sumberdaya Air. Moga-moga kita bisa berpikir sejernih air yang kita kehendaki untuk kehidupan kita dalam mensikapi hal tersebut. Tentu saja jika air jernih menjadi barang yang langka dan mahal sebagai implikasi jika diprivatisasi (lebih tepat ASINGISASI) maka yang mampu menikmati adalah orang-orang seperti kita, sementara rakyat yang tidak seberuntung kita akan menikmati air berkwalitas rendah..Mungkin kita masih ingat ketika menjadi siswa Diklatsar, maka air sangat bernilai meskipun kwalitasnya sangat rendah untuk diminum (air sawah, sungai, rawa...dsb). Memang betul, bahwa air utuk kehidupan kita haruslah berkwalitas baik dan siap diminum tanpa harus dimasak lebih dahulu, tetapi tentunya ada cara lain tanpa harus ASINGISASI. Apa begitu...? Bagaimana menurut rekan-rekan? Selamat berdiskusi Salam Asodik - Original Message - From: kusfiARDI mailto:[EMAIL PROTECTED] To: Wartawan-Indonesia mailto:[EMAIL PROTECTED] ; ekonomi nasional mailto:[EMAIL PROTECTED] ; BUMN mailto:[EMAIL PROTECTED] ; jaringan indonesia muda mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, February 18, 2004 10:20 PM Subject: [Wartawan-Indonesia] statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi kawan-kawan yang baik, berikut kami lampirkan statement koalisi tolak privatisasi air. dan kami sekaligus mengundang kawan-kawan untuk hadir pada aksi penolakan privatisasi air yang akan dilakukan besok, 19 Februari 2003 di DPR dani koordinator aksi 0812 9671744 Koalisi AntiPrivatisasi Air Koalisi Anti Utang (KAU), WALHI, LSADI UIN, Hizbuth Thahir, LMND, HMI-MPO FMN, LPRM,Serikat Tani Nasional (STN), Federasi Serikat Petani Indonesia (FSPI) Pernyataan Sikap Bersama Menolak Privatisasi dan Komersialisasi Sumberdaya Air Serta Campur Tangan Asing Dalam RUU Sumberdaya Air Akses terhadap air merupakan hak asasi setiap manusia . Air merupakan hajat hidup orang banyak yang dijamin oleh Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 maupun Deklarasi Ecosoc (Ekonomi, Sosial dan Budaya) PBB November 2002. Namun kini hak tersebut terancam karena adanya keinginan oleh sejumlah investor asing dan lembaga keuangan (IMF, Bank Dunia, ADB) untuk menguasai sumber-sumber air dan badan penyedia air bersih (PDAM) milik pemerintah. Ini dilakukan dengan cara meminta pemerintah untuk mengeluarkan peraturan yang memberi keleluasan adanya privatisasi perusahaan penyediaan air (PDAM) dan penguasaan sumber air oleh investor /pengusaha. Jutaan orang, mahasiswa, petani, aktivis, akademisi, tokoh partai, dan masyarakat awam di berbagai negara saat ini sedang menentang rencana privatisasi air dan