[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi

2004-02-22 Terurut Topik Syafril Hermansyah
On Thu, 19 Feb 2004 15:14:37 +0700 Rahmat Abimanyu (RA) wrote:

 Terus terang saya merasa sedih setiap kali membaca berita tentang
 privatisasi, yang ujung-ujungnya mengarah Asingisasi. Saya tidak
 habis pikir mengapa rasa nasionalisme para penguasa negeri ini seakan
 sudah pudar. 

Privatisasinya sendiri sih sudah benar, proses privatisasinya yg perlu
diperbaiki.
Cara yg sekarang digunakan adalah menjual ke strategic buyer mestinya
perlu dipilih-pilih, bukan jual ke pokoknya yg punya uang agar asset
itu bisa terus tumbuh dan berkembang, perlu dipilah agar nantinya
pemerintah (qq pemegang kebijakan/policy) tidak bisa dipaksa mengikuti
maunya para owner baru.


-- 
syafril
---
Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED]

List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED]


--[YONSATU - ITB]-  
Arsip   : http://yonsatu.mahawarman.net  atau   
  http://news.mahawarman.net   
News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman 
Other Info  : http://www.mahawarman.net 
   


[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi

2004-02-20 Terurut Topik DanYON
Lebih sakit mana?
- dijajah bangsa asing
atau
- dijajah bangsa sendiri

--
Agung (33)


--

AKU BERMIMPI JADI KORUPTOR

AKHIR-akhir ini media massa, seminar, diskusi, konferensi pers, talk 
show, ngerumpi, dan pembicaraan di warung-warung gegap gempita 
dengan topik KKN. Terpilihnya Komisi Pemberantasan Korupsi oleh DPR 
diberitakan secara hiruk-pikuk pula. Saya sempat berpikir apakah KPK 
akan efektif karena modus operandi korupsi yang begitu beragam.

Lagi pula, moral dan mental yang sudah rusak tidak termasuk dalam 
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 
Jadi, kalau diibaratkan pohon, KPK hanya menangani daun yang rusak 
karena akarnya busuk. Selama akarnya tidak diobati, selalu akan 
bermunculan daun-daun yang rusak. Mengobati akar atau kalau sudah 
tidak bisa membunuhnya saja, tidak termasuk domain KPK.

Karena intensnya dikonfrontasi dengan topik KKN seperti ini, saya 
tertimpa mimpi. Dalam mimpi itu saya menjadi koruptor. Saya 
menguasai betul berbagai cara berkorupsi, dari yang paling kotor 
sampai yang paling canggih. Maka, saya menjadi orang sangat kaya. 
Rasanya tidak seorang pun yang mempunyai gambaran betapa besar 
kekayaan yang saya peroleh dari korupsi. Semuanya bisa dibeli dengan 
uang, juga hukum. Maka, dalam salah satu pesta ketika saya mabuk, 
saya berkata, I am the Lord, I am the law, and I am the richest man 
in Indonesia.

MIMPI selalu kacau. Dalam melakukan korupsi saya terkadang menjadi 
penguasa, terkadang pengusaha, terkadang pegawai negeri rendahan, 
terkadang pengusaha besar, tukang parkir, dan apa saja yang 
mempunyai kekuasaan. Kekuasaan adalah modal dasar korupsi.

Sebagai pengusaha saya menyalahgunakan semua celah yang ada. Yang 
paling mudah dan sederhana adalah menjadi rekanan dan pemasok kepada 
pemerintah. Pemerintah membutuhkan barang dan jasa. Setiap tahunnya 
membelanjakan jumlah uang yang luar biasa besarnya. Caranya adalah 
kongkalikong dengan pejabat yang mempunyai wewenang untuk membeli 
barang dan jasa untuk kebutuhan kementerian atau badan pemerintah 
yang dipimpinnya. Harga saya naikkan berkali lipat dan selisihnya 
saya bagi dengan sang pejabat. Hasilnya lumayan, tetapi saingannya 
berat, karena banyak sekali yang melakukan hal ini.

Konsepnya terlampau mudah. Meski demikian, saya sudah tidak 
melakukannya sendiri. Saya sudah mempunyai banyak pegawai tingkat 
tinggi yang tidak memalukan kalau saya suruh bergaul dengan para 
pejabat yang rata-rata sarjana. Merekalah yang melayani pejabat 
habis- habisan, dari melayani istri dan anak- anaknya sampai 
mengantarkan sambil membayari mereka berbelanja. Bahkan, mereka 
sampai berfungsi sebagai pembantu rumah tangga sang pejabat.

Modal utama cara berbisnis seperti ini adalah rai gedhek, mental 
budak, dan tahan ngelesot berhari-hari sambil sering berfungsi 
sebagai badut. Usaha ini yang dilakukan pegawai-pegawai saya 
berjalan terus. Saya sendiri meningkatkan diri dalam berkreasi dan 
inovasi konsep-konsep yang lebih canggih.

Setiap zaman saya memberi peluang KKN yang bentuknya lain. Sejak 
tahun enam puluhan saya sudah melakukan banyak cara. Semuanya saya 
lakukan dalam mimpi juga, yang ketika itu saya bermimpi menjadi 
konglomerat. Berbagai modus operandi sudah saya tulis dalam berbagai 
artikel yang dihimpun dalam buku kecil dengan judul Saya Bermimpi 
Jadi Konglomerat.

DALAM mimpiku sekarang aku untung besar dengan hanya ongkang-ongkang 
saja. Pemerintah bermaksud meningkatkan ekspor (export drive). 
Caranya memberikan kredit murah dengan bunga 12 persen setahun 
asalkan kreditnya dipakai untuk membiayai kegiatan ekspor. Bunga 
deposito ketika itu 22 persen setahun. Saya mengajukan permohonan 
kredit ekspor dengan rencana ekspor yang meyakinkan. Feasibility 
study dibuat oleh konsultan asing dan ditulis dalam bahasa Inggris. 
Pejabat tinggi kita menganggap apa saja yang asing dan dalam bahasa 
Inggris mesti lebih benar dan lebih pandai. Demikian juga laporan 
keuangan saya juga seluruhnya ditulis dalam bahasa Inggris setelah 
diaudit oleh kantor akuntan yang termasuk big five di dunia.

Segera saja kreditnya cair. Tentu dengan uang suap seperlunya. 
Kegiatan ekspor juga saya laksanakan. Hanya yang saya ekspor gombal, 
kain pel, potongan- potongan sisa tekstil untuk membuat pakaian 
jadi. Barang-barang ini diekspor kepada perusahaan saya sendiri di 
Singapura. Setibanya, barang-barang itu langsung dibuang. Jadi tidak 
ada penggunaan uang dari kredit ekspor untuk ekspor beneran. Namun, 
saya dapat memperlihatkan semua dokumen ekspor. Kredit dengan bunga 
12 persen saya depositokan dengan bunga 22 persen. Kredit yang saya 
peroleh Rp 500 miliar. Dalam setahun saya mendapatkan pendapatan 
bersih (setelah dipotong pajak) sebesar Rp 93,5 miliar, yaitu 22 
persen dari Rp 500 miliar dipotong pajak sebesar 15 persen. Bunga 
yang harus saya bayarkan kepada bank BUMN sebesar 12 persen dari Rp 
500 miliar atau Rp 60 miliar. Saya untung Rp 33,5 

[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi

2004-02-20 Terurut Topik hermansyah
Yang lebih menyedihkan lagi, orang2 seperti KKG ini, yang berani mengupas 
borok2 republik ini secara intelektual, tidak banyak.
Bisa dihitung dengan jari.  Lantas, apakah sebagian besar rakyat Indonesia 
sudah menjadi koruptor semua?
Nggak ya melakukan 'pribumisasi', nggak ya 'asingisasi', semuanya diwarnai 
dengan perilaku KKN.  Minta ampun dah, thobt Gusti!.

Salam hangat,
HermanSyah XIV.






DanYON [EMAIL PROTECTED]
02/20/2004 10:13
Please respond to yonsatu

 
To: [EMAIL PROTECTED]
cc: 
Subject:[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan 
 aksi


Lebih sakit mana?
- dijajah bangsa asing
atau
- dijajah bangsa sendiri

--
Agung (33)


--

AKU BERMIMPI JADI KORUPTOR

AKHIR-akhir ini media massa, seminar, diskusi, konferensi pers, talk 
show, ngerumpi, dan pembicaraan di warung-warung gegap gempita 
dengan topik KKN. Terpilihnya Komisi Pemberantasan Korupsi oleh DPR 
diberitakan secara hiruk-pikuk pula. Saya sempat berpikir apakah KPK 
akan efektif karena modus operandi korupsi yang begitu beragam.

Lagi pula, moral dan mental yang sudah rusak tidak termasuk dalam 
tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). 
Jadi, kalau diibaratkan pohon, KPK hanya menangani daun yang rusak 
karena akarnya busuk. Selama akarnya tidak diobati, selalu akan 
bermunculan daun-daun yang rusak. Mengobati akar atau kalau sudah 
tidak bisa membunuhnya saja, tidak termasuk domain KPK.

Karena intensnya dikonfrontasi dengan topik KKN seperti ini, saya 
tertimpa mimpi. Dalam mimpi itu saya menjadi koruptor. Saya 
menguasai betul berbagai cara berkorupsi, dari yang paling kotor 
sampai yang paling canggih. Maka, saya menjadi orang sangat kaya. 
Rasanya tidak seorang pun yang mempunyai gambaran betapa besar 
kekayaan yang saya peroleh dari korupsi. Semuanya bisa dibeli dengan 
uang, juga hukum. Maka, dalam salah satu pesta ketika saya mabuk, 
saya berkata, I am the Lord, I am the law, and I am the richest man 
in Indonesia.

MIMPI selalu kacau. Dalam melakukan korupsi saya terkadang menjadi 
penguasa, terkadang pengusaha, terkadang pegawai negeri rendahan, 
terkadang pengusaha besar, tukang parkir, dan apa saja yang 
mempunyai kekuasaan. Kekuasaan adalah modal dasar korupsi.

Sebagai pengusaha saya menyalahgunakan semua celah yang ada. Yang 
paling mudah dan sederhana adalah menjadi rekanan dan pemasok kepada 
pemerintah. Pemerintah membutuhkan barang dan jasa. Setiap tahunnya 
membelanjakan jumlah uang yang luar biasa besarnya. Caranya adalah 
kongkalikong dengan pejabat yang mempunyai wewenang untuk membeli 
barang dan jasa untuk kebutuhan kementerian atau badan pemerintah 
yang dipimpinnya. Harga saya naikkan berkali lipat dan selisihnya 
saya bagi dengan sang pejabat. Hasilnya lumayan, tetapi saingannya 
berat, karena banyak sekali yang melakukan hal ini.

Konsepnya terlampau mudah. Meski demikian, saya sudah tidak 
melakukannya sendiri. Saya sudah mempunyai banyak pegawai tingkat 
tinggi yang tidak memalukan kalau saya suruh bergaul dengan para 
pejabat yang rata-rata sarjana. Merekalah yang melayani pejabat 
habis- habisan, dari melayani istri dan anak- anaknya sampai 
mengantarkan sambil membayari mereka berbelanja. Bahkan, mereka 
sampai berfungsi sebagai pembantu rumah tangga sang pejabat.

Modal utama cara berbisnis seperti ini adalah rai gedhek, mental 
budak, dan tahan ngelesot berhari-hari sambil sering berfungsi 
sebagai badut. Usaha ini yang dilakukan pegawai-pegawai saya 
berjalan terus. Saya sendiri meningkatkan diri dalam berkreasi dan 
inovasi konsep-konsep yang lebih canggih.

Setiap zaman saya memberi peluang KKN yang bentuknya lain. Sejak 
tahun enam puluhan saya sudah melakukan banyak cara. Semuanya saya 
lakukan dalam mimpi juga, yang ketika itu saya bermimpi menjadi 
konglomerat. Berbagai modus operandi sudah saya tulis dalam berbagai 
artikel yang dihimpun dalam buku kecil dengan judul Saya Bermimpi 
Jadi Konglomerat.

DALAM mimpiku sekarang aku untung besar dengan hanya ongkang-ongkang 
saja. Pemerintah bermaksud meningkatkan ekspor (export drive). 
Caranya memberikan kredit murah dengan bunga 12 persen setahun 
asalkan kreditnya dipakai untuk membiayai kegiatan ekspor. Bunga 
deposito ketika itu 22 persen setahun. Saya mengajukan permohonan 
kredit ekspor dengan rencana ekspor yang meyakinkan. Feasibility 
study dibuat oleh konsultan asing dan ditulis dalam bahasa Inggris. 
Pejabat tinggi kita menganggap apa saja yang asing dan dalam bahasa 
Inggris mesti lebih benar dan lebih pandai. Demikian juga laporan 
keuangan saya juga seluruhnya ditulis dalam bahasa Inggris setelah 
diaudit oleh kantor akuntan yang termasuk big five di dunia.

Segera saja kreditnya cair. Tentu dengan uang suap seperlunya. 
Kegiatan ekspor juga saya laksanakan. Hanya yang saya ekspor gombal, 
kain pel, potongan- potongan sisa tekstil untuk membuat pakaian 
jadi. Barang-barang ini diekspor kepada

[yonsatu] Re: Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi

2004-02-19 Terurut Topik Rahmat Abimanyu
Assalu'alaikum. 
Rekan Sodik,
Terus terang saya merasa sedih setiap kali membaca berita tentang privatisasi, yang 
ujung-ujungnya mengarah Asingisasi.
Saya tidak habis pikir mengapa rasa nasionalisme para penguasa negeri ini seakan sudah 
pudar. Baik itu penguasa kelas teri di daerah maupun tingkat menteri atau anggota DPR. 
Dimata mereka hanyalah uang, bisnis dan keuntungan saja yang dipikirkan. Banyak 
perusahaan fital yang telah dijual sahamnya ke asing, sementara kepemilikan negara 
untuk kepentingan bangsa Indonesia ini diabaikan. Ambil saja contoh yang masih hangat 
di ingatan kita tentang Indosat, perusahaan telepon seluler yang pasarnya sedang 
melaju pesat, sekarang sebagian besar sahamnya sudah dimiliki Singapura. Bahkan 
sekarang Indosat mau mengambil Satelindo. Ini suatu bukti bahwa pihak asing sudah 
menjurus ke arah monopoli telekomunikasi di Indonesia. Sementara PT Telkom yang 
aslinya perusahaan negara dituduh telah memonopoli telekomunikasi di Indonesia dan 
mematikan perusahaan swasta. Contoh lain Bank BNI akan dijual ke swasta. Sekarang air 
akan dikuasai asing. Bisa jadi nanti Pertamina juga akan dimiliki asing. Jadi apa dong 
aset negara yang akan tersisa? 
Sepertinya nanti bangsa kita kembali akan dijajah asing. Rakyat kita akan membayar 
mahal kebutuhan sehari-harinya kepada perusahaan asing, dan negara lain yang akan 
menikmati keuntungannya. 
Melalui forum alumni Mahawarman ini saya menghimbau kepada rekan-rekan yang mempunyai 
kemampuan, wewenang dan kekuatan, tolong lakukan sesuatu agar dapat mencegah 
merajalelanya praktek-praktek asingisasi yang akibatnya dapat menghancurkan ekonomi, 
bangsa dan negara Indonesia. Mari kita kembalikan dan pupuk rasa nasionalisme yang 
tinggi bangsa kita, agar kita semua sadar, agar bangsa Indonesia ini selamat dari 
kehancuran dan penjajahan yang ke dua kalinya oleh bangsa lain.
Semoga himbauan dan harapan saya ini menjadi kenyataan, dan Indonesia selamat dari 
kehancuran. 

Wassalam,
R.Abimanyu

-Original Message-
From: Abdullah Sodik [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, February 19, 2004 11:55 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [yonsatu] Statemen menolak pengesahan RUU air dan undangan aksi


Content-Type: text/plain
Rekan-rekan yth. 
Berikut Pernyataan Sikap Bersama Menolak Privatisasi dan Komersialisasi
Sumberdaya Air  Serta Campur Tangan Asing Dalam RUU Sumberdaya Air.
 
Moga-moga kita bisa berpikir sejernih air yang kita kehendaki untuk
kehidupan kita dalam mensikapi hal tersebut. 
Tentu saja jika air jernih menjadi barang yang langka dan mahal sebagai
implikasi jika diprivatisasi (lebih tepat ASINGISASI) maka yang mampu
menikmati adalah orang-orang seperti kita, sementara rakyat yang tidak
seberuntung kita akan menikmati air berkwalitas rendah..Mungkin kita
masih ingat ketika menjadi siswa Diklatsar, maka air sangat bernilai
meskipun kwalitasnya sangat rendah untuk diminum (air sawah, sungai,
rawa...dsb).  
 
Memang betul, bahwa air utuk kehidupan kita haruslah berkwalitas baik dan
siap diminum tanpa harus dimasak lebih dahulu, tetapi tentunya ada cara lain
tanpa harus ASINGISASI. Apa begitu...?
 
Bagaimana menurut rekan-rekan? Selamat berdiskusi
 
Salam
Asodik
 
- Original Message - 
From: kusfiARDI mailto:[EMAIL PROTECTED]  
To: Wartawan-Indonesia mailto:[EMAIL PROTECTED]  ;
ekonomi nasional mailto:[EMAIL PROTECTED]  ; BUMN
mailto:[EMAIL PROTECTED]  ; jaringan indonesia muda
mailto:[EMAIL PROTECTED]  
Sent: Wednesday, February 18, 2004 10:20 PM
Subject: [Wartawan-Indonesia] statemen menolak pengesahan RUU air dan
undangan aksi
 
kawan-kawan yang baik,
 
berikut kami lampirkan statement koalisi tolak privatisasi air. dan kami
sekaligus mengundang kawan-kawan untuk hadir pada aksi penolakan privatisasi
air yang akan dilakukan besok, 19 Februari 2003 di DPR
 
dani
koordinator aksi
0812 9671744
 
 
Koalisi AntiPrivatisasi Air
  
 
 
Koalisi Anti Utang (KAU), WALHI, LSADI UIN, Hizbuth Thahir, LMND, HMI-MPO
FMN, LPRM,Serikat Tani Nasional (STN), Federasi Serikat Petani Indonesia
(FSPI)
 
 
 

Pernyataan Sikap Bersama

Menolak Privatisasi dan Komersialisasi Sumberdaya Air 
Serta Campur Tangan Asing
Dalam RUU Sumberdaya Air
 
 
Akses terhadap air  merupakan hak  asasi setiap manusia . Air merupakan
hajat hidup orang banyak yang dijamin oleh Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945
maupun Deklarasi Ecosoc (Ekonomi, Sosial dan Budaya) PBB November 2002.
Namun kini hak tersebut terancam karena adanya keinginan oleh sejumlah
investor asing  dan lembaga keuangan (IMF, Bank Dunia, ADB) untuk menguasai
sumber-sumber air dan badan penyedia air bersih (PDAM) milik pemerintah.
Ini dilakukan dengan cara meminta pemerintah untuk mengeluarkan peraturan
yang memberi keleluasan adanya privatisasi perusahaan penyediaan air (PDAM)
dan penguasaan sumber air oleh investor /pengusaha. Jutaan  orang,
mahasiswa, petani, aktivis, akademisi, tokoh partai, dan masyarakat awam di
berbagai negara saat ini sedang menentang rencana privatisasi air dan