Priyadi Iman Nurcahyo wrote:
> On Sunday 13 March 2005 22:35, donnybu wrote:
>
>
> ok, pertama2 saya minta maaf kepada mas donnybu atas reaksi saya
sebelumnya.
> untuk hal ini sepertinya kita selalu berseberangan pendapat, masih
ingat dulu
> saya pernah mencoba menulis ulang sebuah artikel di detik? :)

eh ndak apa2 mas, saya yang justru minta maaf kalau dalam dalam
merespon masukan dari teman2, ada beberapa hal yang seolah2
"berseberangan". sebenarnya ya itu tadi, perbedaan adalah rahmat. btw,
saya rada2 lupa, kapan mas pri dulu nulis buat detikinet.com (IT
detikcom) ya? saya resign dari detikinet sekitar tahun 2001 (masuk
1999). dan sejak sebulan lalu, saya ditarik kembali dan diminta untuk
membenahi dan meningkatkan kualitas detikinet. salah satu tugas saya
adalah mereinkarnasikan detikinet menjadi sebuah "portal baru"
(disainnya, rubrikasinya, penulisannya, awaknya, dsb).

kini tengah dirancang berbagai macam hal yang akan menuju ke hal
tersebut. mudah2an kalau semua lancar, detikinet akan bereinkarnasi :)
nah karena saya masih ngurusin lsm saya ICT Watch dan juga ngajar di
beberapa kampus, jadi tidak tiap hari saya bisa standby di kantor
detikcom. untuk itu, tentu saja setiap masukan dan saran, merupakan hal
yang terpenting untuk pengembangan detikinet kedepannya.

btw, saya lupa menyampaikan juga. tulisan yang sudah dalam bentuk
arsip, baik di blog, milis atau situs pribadi, boleh juga dikirimkan ke
detikinet, asalkan ditulis ulang dan ada penambahan isu2 atau hal2 yang
terbaru :) jadi ndak sekedar copy-paste persis....

> pendapat saya masih sama. detikinet terlalu mendekatkan diri ke dunia

> underground dibandingkan ke sisi lainnya. ciri artikel detik tentang
deface
> tetap sama seperti dulu: mencantumkan identitas/nickname oknum,
kata-kata
> hasil deface, dan terkadang bahkan screenshot. hal ini menurut saya
sudah
> cukup untuk menjadi 'bahan bakar' untuk para oknum tersebut. mereka
sudah
> melakukan tindak kriminal dan menurut saya tidak akan peduli terhadap

> editorial yang ditaruh di bawah artikel.

ya memang. masih banyak para oknum yang berdarah muda, baca cuma
judulnya aja, lalu udah panas. itu kalau dikasih koran rakyat merdeka,
mungkin bawaannya pingin berantem melulu. hehehehe.... tetapi saya juga
"terpaksa" beberapa hari belakangan melakukan penetrasi langsung ke
chatroom mereka. saya posting url berita di detikinet, dan mereka
ternyata membaca baik2.

terbukti banyak yang kemudian melakukan posting dengan menggaris-bawahi
(menyadari) bahwa aksi mereka sebenarnya sudah "melenceng". ya bagi
yang berdarah muda, tetap aja ngotot. ini ndak bisa diapa2in. kalau
saya lihat di beberapa chatroom indonesia dan malaysia, kini di
topiknya sudah ada ajakan untuk meredakan ketegangan dan menyatakan
bahwa RI dan malaysia bersahabat.

> menurut saya sebenarnya sudah cukup informasi bahwa situs ini
dicrack, situs
> itu dicrack dan tentunya tidak perlu sampai ada 1/2 lusin berita
tentang
> deface dalam 1 hari. gimana kalau dibahas juga liputan dari sisi
lainnya,
> yaitu dari pihak yang mengalami kerugian. selain itu bisa bahas juga
dari
> sisi teknisnya juga misalnya dari servis mana cracker bisa menyusup,
jangan
> cuma dibahas dari sisi intriknya saja. ini kan detikinet, bukan
detikhot :)

yes. ini saya sepakat. sebenarnya hampir 1/2 lusin berita soal deface
adalah bagian dari konsep "running news". jadi kalau artikel di media
cetak, mungkin cukup jadi 1-2 berita saja, tetapi ulasannya agak
panjang. nah karena di detikinet tipikal berita adalah tidak panjang2
(agar tidak melelahkan mata pembaca), maka berita di "running",
sehingga menjadi beberapa bagian.

nah kemudian kita memang sudah berniat melakukan konfirmasi kepara para
korban. tetapi memang ada beberapa kendala. misalnya bagi situs
pemerintah yang jadi korban, ini akan sulit mencari kontak personnya
(kendala klasik). lalu eskalasi serangan mulai meningkat ketika masuk
sesi liburan panjang (kamis malam - sabtu pagi). ini juga merepotkan,
karena banyak pihak yang sudah "off". jadi tetap kita berupaya untuk
terus keep-in-touch dengan stakeholder.

misalnya 2 hari lalu, ketika tim detikcom sedang SWOT ke anyer, hp saya
ditelpon oleh salah satu ISP. mereka ingin memberikan klarifikasi. ya
kemudian saya minta tolong untuk mengirimkan saja e-mail langsung ke
redaksi, agar bisa segera di follow up. nah pas kemaren sore saya tiba
kembali di detikcom, saya buka komputer, e-mail klarifikasi tersebut
belum sampai ke mailbox saya.

lalu dari soal teknisnya, sebenarnya di awal2 berita (kalau ndak
salah), sempat dijelaskan. teknisnya kemungkinan SQL injection. tetapi
jika ternyata belum ada, saya minta maaf. nah karena kita lihat dari
tipikal seluruh serangan tersebut nyaris sama tekniknya, dan tekniknya
juga yang itu2 juga seperti bertahun2 silam, maka "news value" atas
teknis tersebut agak kurang menarik kalau dipisahkan tersendiri. untuk
itu, teknisnya digabungkan dalam satu badan berita. angle berita yang
dipakai akhirnya adalah yang rekan2 baca beberapa hari belakangan ini.

tetapi sangat mungkin, jika memang ada serangan lagi yang sifatnya
unik, meskipun targetnya "biasa saja", maka angle berita justru dari
teknis tersebut. jadi detikinet bener2 mempertimbangkan 5w+1h untuk
penentuan judul + angle berita. ya kalo gak who, why, what, when, ya
how. jadi kalau "how"-nya biasa saja, ya ada pilihan 4w lainnya.
kebetulan, di kasus deface ini, yang kuat adalah di who (indonesia vs
malaysia), why (sengketa ambalat) dan what (saling deface).

> intinya mungkin seperti yang saya katakan sebelumnya, masyarakat
melihat
> aktivitas crack mengcrack sebagai sesuatu yang 'wah', 'hebat', 'patut

> dibanggakan', 'patriotik', 'nasionalis', dll dsb. menurut saya (dan
mudah2an
> sebagian besar di sini juga) cracking adalah hanyalah tindak kriminal
biasa,
> bedanya hanya menggunakan media internet. sekarang tinggal bagaimana
reaksi
> media massa dengan detik salah satunya menyikapi kondisi demikian.

saya yakin, masyarakat kita, khususnya sidang pembaca detikinet secara
umum cukup dewasa untuk membaca pesan yang tersurat dan tersirat di
pemberitaan. apalagi kalau seperti rekan2 di teknologia, pasti dengan
mudah dapat menebak, berada di posisi mana sebenarnya detikinet dalam
kasus aksi salingdeface tersebut. sebenarnya gak hanya detikinet atau
berita IT saja. bahkan berita2 politik di media massa nasional
sekalipun, atau CNN kalaupun mau dikata demikian, bisa kita tebak
posisinya dari pemberitaan mereka "selengkap"-nya. dari judul,
pemilihan angle, pemilihan nara sumber, waktu tayang, durasi,
audio-visual pendukung, dsb.

> sebenarnya kalau mau kita lihat, bentuk 'perang cyber' bukan cuma
crack
> mengcrack. di blog juga sangat ramai, kita bisa dengan mudah cari
opini dari
> pihak kita atau seberang, di pihak kita bisa lihat homepage dudi
gurnadi,
> sedangkan untuk pihak malaysia misalnya di http://www.jeffooi.com/.
detikinet
> saat ini bahkan belum memuat himbauan dari pak budi rahardjo. saat
ini pun
> saya sibuk memoderasi komentar-komentar tentang yang masuk ke blog
saya,
> dalam satu jam bisa ada 5-10 komentar tentang ambalat, tapi hampir
semuanya
> memang cuma 'sumpah serapah' dari kedua belah pihak. coba sekali-kali
search
> technorati atau bloglines dengan keyword 'ambalat'. saya yakin di
sana lebih
> banyak yang menarik daripada cuma sekedar crack mengcrack.

tenang saja mas. komunitas blog sudah menjadi sebuah pertimbangan yang
serius bagi teman2 di detikinet. tetapi memang untuk mengangkat sebuah
opini di blog menjadi sebuah berita, tidak mudah. karena menyangkut
5w+1h tadi. khususnya, "who", alias "siapa dia?". beda misalnya ketika
irak dalam persiapan akan digempur oleh amerika. ada sebuah blog yang
terkenal, milik seorang remaja di iraq, yang terus-menerus melakukan
update kondisi iraq di blognya. nah blognya tersebut bahkan menjadi
pemberitaan di media2 massa internasional. orang tidak lagi
mementingkan "who"-nya, tetapi sudah pada "what"-nya, yaitu "situasi
terkini iraq".

ok trus balik ke soal komunitas blog indonesia, dalam salah satu
rancangan rubrikasi baru di detikinet nantinya, adalah review/ulasan
tentang blog-blog (bloggers) indonesia. jadi mudah2an ini bisa menjadi
salah satu katalis bagi rekan2 blogger dalam menuangkan ide2nya di blog
dengan lebih baik lagi :)

lalu soal komen dari para pakar, tenang saja. detikinet punya aturan
main dan kebijakan sendiri. ok, saya bongkar lagi sedikit ya dapur
detikinet. ketika pertama kali ada indikasi aksi deface, dengan judul
kecil "Numpang Isu Sengketa Ambalat", sebenarnya tim detikinet sudah
akan menghubungi para pakar. tetapi waktu itu saya minta untuk ditahan
dulu, tunggu perkembangan lebih lanjut. mengapa demikian? ya karena
kalau belum apa-apa sudah meminta komentar para pakar, padahal isu yang
muncul belum ada apa-apanya, ini akan sia-sia.

sama misalnya di suatu kelurahan ada 2-3 anak kena demam berdarah, lalu
media massa meminta komentar menteri kesehatan, dengan pertanyaan
"apakah demam berdarah sudah mewabah?". jadi di tiap pemberitaan yang
"running" di detikinet, saya minta rekan2 di detikinet terapkan "sense
of closing". jadi topik2 tertentu silakan di "running", tetapi sebelum
kita masuk ke topik lainnya untuk di "running", maka topik sebelumnya
harus ada "penutup"-nya.

seperti apa penutupnya? ya tergantung topik beritanya. bisa ditutup
dengan pendapat para pakar, bisa dari kondisi terkini di lapangan, bisa
pernyataan dari pemerintah, dsb. nah permasalahannya, berapa lama suatu
topik tertentu dapat di running? ya tergantung banyak hal, bisa dari
isunya itu sendiri, kondisi di lapangan, keterbaharuan 5w+1h, dan
termasuk masukan dari pembaca seperti yang dilakukan oleh rekan2 di
teknologia ini. jadi, pesan sponsor, "jangan putus membaca detikinet"
:D


> kalau detik gak setuju, saya akan coba ikut saran rekan2 yang lain,
diamkan
> saja, jangan dibaca... jadi ini masukan saya yang terakhir untuk hal
ini.

tidak setuju khan bukan berarti harus didiamkan khan? :) justru kalau
tidak setuju, ya kita cari titik temunya. kalau kata orang pacarang,
diam berarti setuju. makanya, banyak yang akhirnya "MBA".....
hehehehehe... ups... j/k :P

jadi tetaplah menjadi pembaca setia detikinet. setia ini khan menjadi
relatif, bisa tiap hari, atau tiap bulan, atau sesekali tengok seperti
kang budi. ndak apa2, asalkan masih tetap di tengok, dan kalau ada yang
perlu dikritik, sampaikan saja langsung ke e-mail saya di
donnybu[at]ictwatch.com atau donnybu[at]staff.detik.com. karena kalau
"ngomel"-nya di milis atau di blog saja, saya kadang2 ndak bisa mantau
terus2an. ntar pas ada isu yang memang menarik dan penting untuk di
follow-up, saya bisa kehilangan momen tersebut :)

> mengenai artikel untuk detik? terus terang niat ke sana sudah ada,
hanya saja
> saya belakangan ini ngeblog sudah menjadi refleks :) kadang-kadang
artikel
> yang saya rencanakan untuk dikirim ke detik terpublish. tapi tunggu
aja,
> suatu saat pasti ada. mudah2an kritik saya gak menjadi penghalang
artikel
> saya untuk masuk detik :)

walah, kalau perlu, kritikan untuk detikinet.com, di-rewrite, lalu
jadikan saja artikel. ndak masalah kok mas. saya pernah menulis artikel
untuk warta ekonomi soal peran media dalam "membakar" emosi para pelaku
aksi deface. ya dimuat tuh. lalu saya pernah menulis untuk detikinet (1
tahun lalu), ya saya katakan kalau media massa punya peranan juga dalam
eskalasi aksi deface, ya ndak masalah kok. yang perlu dihindari khan
sebenarnya "serangan" yang bersifat frontal ke suatu media tertentu.
misalnya secara detil menulis nama medianya.

jadi misalnya menulis "detikinet kurang mendidik", tetapi minta dimuat
oleh detikinet atau oleh media lain, ya itu pasti sulit. tetapi kalau
secara umum digambarkan, "media massa TI kurang mendidik", nah ini ndak
masalah sama sekali.

jadi saya ndak pernah kepikiran bahwa suatu kritikan akan menjadi
hambatan bagi kita untuk lebih saling kenal, saling berkolaborasi, dan
saling memanfaatkan (dalam hal positif tentunya) :)


> sekali lagi mohon maaf kalau ada kata2 saya yang menyinggung...

mudah2an saya dimaafken juga, kalau rada "bawel" dalam menjawab
beberapa pertanyaan/tanggapan rekan2 :)


nb:
sekedar share informasi tambahan....
beberapa artikel yang paling banyak dibaca "hanya" pada sabtu kemaren
adalah

Aksi e-Ganyang Situs RI - Malaysia
'Internet Indonesia Siaga Satu!'
http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/03/tgl/12/time/93013/idnews/315356/idkanal/110/
(dibaca lebih dari 8000 kali)

Aksi e-Ganyang Situs RI - Malaysia
'Indonesia' Klaim Kepemilikan Siti Nurhaliza
http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/03/tgl/11/time/101923/idnews/315190/idkanal/110/
(dibaca lebih dari 6700 kali)


mudah2an bermanfaat :)

-dbu-

Kirim email ke