adi wrote: > > intensi menulis dan pilihan apa yang akan ditulis juga berperan. > misal soal deface .. lebih menarik kalau dibahas teknis deface- > mendeface dibanding mengkaitkan soal ambalat, apalagi kalau sudah > masuk dlm kategori IT. misalnya, ada ratusan bahkan mungkin ribuan > kasus deface, kenapa yang diangkat hanya yang berkaitan dengan > soal ambalat?
setiap berita akan menarik bagi sebagian orang, dan tidak akan menarik bagi sebagian yang lain. akan sulit untuk dapat memuaskan setiap orang, dalam satu waktu yang bersamaan. lalu kaitan dengan ambalat, karena pertimbangan 5w + 1h. selain itu, setiap berita harus diupayakan ada anchor beritanya (berita jangkar), yang berfungsi sebagai lokomotif/kepala atas serangkaian "running" news. > pada dasarnya, untuk yang berkaitan dengan IT, sangat sedikit > ruang yang ada u/ opini, karena hampir di seluruh bagiannya > bersifat obyektif. untuk IT teknis ya. untuk non-teknis, seperti sosial, budaya, politik, opini sangat mungkin. > seringkali memang batasannya tidak tegas. setidaknya orang bisa > melihat dari buahnya (hasil tulisannya). misal, orang bisa mengetahui > atau membandingkan intensi seorang budi rahardjo yang menulis soal > IT dibanding seorang 'wartawan'. Bukannya bermaksud mengkastakan > wartawan pada posisi paling bawah u/ soal IT. Maksudnya, apa sih > yang bisa ditulis dari seorang dengan pengetahuan IT dangkal > (seperti saya) misalnya. tulisan wartawan adalah (pada umumnya) berupa potret keadaan. tulisan pakar adalah (pada umumnya) berupa opini/pendapat yang didasarkan atas keahliannya. bukan berarti tidak ada wartawan yang pakar, dan bukan berarti tidak ada pakar yang wartawan. ketika saya berprofesi sebagai wartawan, saya menulis apa pendapat orang atau memotret suatu kondisi tertentu se-obyektif mungkin. ketika saya berprofesi sebagai nara sumber, saya menulis berdasarkan pengetahuan yang saya miliki, dan akan terasa lebih subyektif. jadi saya yakin, wartawan2 di desk IT manapun sebenarnya memiliki kapabilitas dan kompetensi yang mantap soal IT, tetapi karena mereka berperan sebagai "tukang potret", maka sedikit sekali mereka punya kesempatan (deadline, mengedit naskah, wawancara nara sumber, etc) untuk bertutur dan beropini berdasarkan pengetahuan mereka. jadi saya pribadi sangat salut dengan profesi teman2 wartawan yang sebenarnya juga berkompeten sebagai nara sumber, karena mereka rela tidak menyempatkan diri untuk berposisi sebagai nara sumber, dan membantu nara sumber lain untuk menyampaikan pendapatnya kepada publik. > Sessi kriminal di televisi misalnya, agak aneh juga kalau 'intensi' > berita lebih mengarah ke soal bisnis/politik dan sebaliknya. ndak terlalu aneh. kasus kriminal pembunuhan istri direktur BIN lalu, dikaitkan dengan soal bisnis. kasus bisnis penjualan tanker pertamina, dikaitkan dengan kriminal. kasus kriminal pembunuhan ulama2 di daerah waktu menjelang pemilu lalu, dikaitkan dengan politik. kasus politik akbar tanjung, dikaitkan dengan kriminal. jadi melihat satu hal, akan lebih baik dari multidimensi. > Kembali ke materi detikinet, tinggal dikembalikan ke pada tujuan > semula kenapa kanal tersebut dimunculkan. untuk memberikan update informasi yang terkait dengan IT di tanah air ataupun dunia, bagi masyarakat awam (newbiee) atau yang sudah ahli (geek), dan tidak terbatas hanya soal teknis belaka, tetapi juga soal2 IT yang terkait dengan bisnis, sosial, budaya dan lainnya. tinggal nanti adalah masalah porsi dari masing2 pemberitaan tersebut, terkait dengan segmen, demografi dan psikografi pembacanya yang heterogen. > Salam, > > P.Y. Adi Prasaja demikian, mudah2an bermanfaat :) -dbu-