Mbak Ade Suerani. Penjelasan orang-orang lain yang kurang lebih sejalan dan mencerahkan, nggak bisa menggantikan penjelasan dari saya, begitu kata mbak Ade. Dan sayalah yang 'mengklaim' dikotomi adalah pikiran iblis, katanya lagi. Okeh.. Di bawah postingan ini saya copy paste 2 dari postingan saya dulu ttg pikiran dikotomi semu - yang mbak Ade baca.
Jadi dikotomi yang dimaksud itu sehubungan dengan: - pluralitas di alam raya ini, tapi ternyata dimaknai secara dikotomis dalam pikiran kita sendiri. makanya ini disebut dikotomi palsu (false dichotomy), karena adanya cuma dalam persepsi pikiran kita. lha kenyataan itu pluralitas kok... - pikiran dikotomi semu bisa hinggap ke setiap kita. Lha ini kan tumbuh dari pikiran khas anak kecil 'me, myself and I', dan yang lainnya itu 'bukan saya' - anthrocentris gitu. Sampe sekarang juga kita emang kebiasaan membagi segalanya dalam 2 bagian. Ini sih alamiah saja, tapi bisa berpotensi menyempitkan bahkan merusak kalau kita memperturutkannya begitu saja. - iblis di sini kan saya bilang psikologis. psikologi seperti ini adalah urusannya kita semua. tapi pada saat yang sama cuma kita sendiri yang bisa mencairkan pikiran dikotomis kita tsb. - kenapa harus dicairkan? karena dikotomi itu menguasai pikiran kita sedemikian rupa hingga kita langsung membenturkan pluralism dan isme- isme lain-lain itu dengan Islam yang agama wahyu (dari Allah). Kok jadi begitu kita memperlakukan wahyu Allah itu? Yang saya tawarkan adalah pengertian, bahwa wahyu Allah memenuhi secara intensif, inilah kunci katanya MEMENUHI. Mohon dikeluarkan jurus 'rasa- rasanya' mbak Ade untuk memahami kunci kata ini. Wahyu Allah memenuhi isme-isme lain termasuk pluralism yang kita praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. KATAKAN APA PENDAPAT MBAK ADE MENGENAI INI KHUSUSNYA. - sedemikian rupa menyitir pikiran sebagian orang, sehingga mereka merusak rumah dan kampung orang lain. apa ini bukan namanya pikiran iblis yang merusak? Psikologi yang merusak, itu maksud saya. Tolong mbak Ade renungkan baik-baik penjelasan saya itu. Selain itu saya mau klarifikasi postingan mbak Ade: - Saya nggak lagi komentarin fatwa MUI per se. Dan saya nggak pernah bilang bahwa 'semua agama itu benar'. Ini kan kata mbak Ade sendiri. Kalimat itu sungguh misleading. Baca postingan mbak Anita dan mbak Chae. Mereka menjabarkan ttg ini lebih baik daripada saya. - Istilah 'mengklaim' ini tolong dibetulin deh. Kalau 'mengklaim' itu dikonotasikan dengan 'klaim sepihak' untuk kepentingan argumen saya sendiri, YOU ARE OBVIOUSLY WRONG. Anda salah baca. Baca lagi baik-baik. Ini saya kutip: "Dikotomi adalah pikiran iblis. Dan iblis itu dalam diri kita. Ini jadi urusannya psikologi". Saya bilang ini adalah urusan psikologis setiap kita. Karena anda ngomongin MUI - siapa saja nggak terkecuali MUI, saya, Pak Chodjim, mbak Ade nggak lepas dari psikologi ini, kapan saja dan dimana saja. Lalu apa yang saya klaim secara sepihak? - Saya malah nggak bilang bahwa 'iblis itu makhluk sesat'. Disini saya wa bil khusus bilang aspek psikologis kita yang bisa jadi potensi iblis. yu was wisu fi sudurin nas.... - Lalu karena anda bilang ini adalah 'klaim' saya - anda tulis: "Tidak sepakat lalu muncul klaim, kesannya orang lain salah, kita benar. Kita semua setuju adanya perbedaan. Lalu orang yang berbeda pemikiran/hati dengan kita, kita klaim begini begitu, adilkah? Bukankah ini mengambil alih iradatnya Tuhan? Solusinya kita harus SALING MEMAHAMI, bukan mengklaim, apalagi pakai bawa-bawa iblis, hehe... Biarkan orang dengan cara berpikirnya dan dengan hatinya, jangan dipaksa, karena bisa berantem". Beginikah yang anda pahami dari tulisan saya itu? Nggak melihat kemungkinan lain dari tulisan saya yang saya copy paste lagi? Watch it, babe. Jangan-jangan ini akibat dari pikiran dikotomis.....:-)) INGAT MBAK ADE, YANG NGAJAK BERANTEM BENERAN TUH BUKANNYA SAYA DAN MBAK ADE TAPI FPI. Pesan saya lagi, betulin istilah 'klaim'. Dan ehem..ehem....kata mbak Herni iblis nggak norak-norak amat sih....kayak sex juga...:-)) Asyik dong.. Kutipan dari postingan saya dulu: ================= Inilah salah satu contoh pemikiran dikotomis. Kenapa membenturkan pluralism dengan agama (Islam?). Agama yang berasal dari wahyu itu sifatnya memenuhi secara intensif, termasuk memenuhi pluralism. Pemikiran dikotomi semu, bisa merasuki siapa saja termasuk yang liberal kek, yang fundies kek. Dikotomi menciptakan kesemuan musuh, yaitu memproyeksikan 'yang lain' sebagai musuh. Misalnya, walaupun sudah dibilang bahwa pluralism itu bukan mencampuradukkan agama, tetep saja disebut begitu. Lalu memang ada juga lib yang 'mencampuradukkan' agama dengan sembarangan, atau menafikan pengalaman beragama sama sekali. Dikotomi adalah pikiran iblis. Dan iblis itu dalam diri kita. Ini jadi urusannya psikologi. Karena itu saya lemparkan lagi kepada temen-temen yang 'menolak' pluralism. Kenapa sampai ada dikotomi dalam pikiran anda, tentang Islam(ism) dan pluralism? Ingat, dikotomi palsu adalah pikiran iblis. Cairkan pikiran semacam ini sekarang juga. ================= Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ade Suerani" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Saya ingin diklarifikasi langsung oleh mbak Mia. Karena bukan mbak > Herni, bukan juga Pak Chodijm or kkl (kawan-kawan lain) yang > mengklaim "dikotomi adalah pikiran iblis". Ini yang ingin saya > tanyakan PADA mbak Mia, dikotomi yang dimaksud itu apa? So, perlu > keseragaman (standarisasi) sehingga kita bisa bersetuju dikotomi > adalah pikiran iblis, ala mbak. > > Pluralisme yang mbak komentari yang oleh penulisnya disebut > membenarkan semua agama, ini yang diharamkan MUI, bukan? Difatwakan > oleh MUI, bukan? Kesan saya fatwa MUI ini oleh mbak disebut pikiran > iblis. Mbak Mia oke kalau tidak sependapat, tapi kenapa harus > mengklaim itu adalah pikiran iblis? > Gus Dur saja tidak bilang begitu. Hasyim Muzadi saja cuma bilang MUI > telah melakukan langkah mundur, bagaimana mungkin seorang mbak Mia > berani klaim MUI yang fatwanya mengharamkan pluralisme (wong > pluralismenya saja belum seragam maknanya apa?) adalah pikiran > iblis? Iblis itu makhluk yang menyesatkan. Jadi apakah fatwa itu > sesat? Saya belum baca ada ulama yang bilang fatwa itu sesat or > menyesatkan, tuh. Jadi kenapa mbak Mia yang harus lebih dulu bilang > fatwa itu menyesatkan (baca: pikiran iblis)? > > Ini yang saya kurang setuju sebenarnya. Tidak sepakat lalu muncul > klaim, kesannya orang lain salah, kita benar. Kita semua setuju > adanya perbedaan. Karena Tuhan memang menciptakan perbedaan itu. > Lalu orang yang berbeda pemikiran/hati dengan kita, kita klaim > begini begitu, adilkah? Bukankah ini mengambil alih iradatnya Tuhan? > Kita bisa damai dan tentram kalau ada saling memahami. Biarkan > perbedaan itu. Kata Ratna Megawangi, "Biarkanlah Berbeda..." lalu > dilanjutkan dengan "Toleransi beragama" yang saya artikan > dengan "saling memahami". Kita tidak mempunyai hak memaksakan orang > lain untuk sepemikiran apalagi sehati dengan kita. "Bukan kamu yang > memberikan petunjuk, tapi Allah-lah yang memberikan taufik." al- > Baqoroh lupa di ayat mana. > > Solusinya kita harus SALING MEMAHAMI, bukan mengklaim, apalagi pakai > bawa-bawa iblis, hehe... Biarkan orang dengan cara berpikirnya dan > dengan hatinya, jangan dipaksa, karena bisa berantem. > > Wassalamu'alaikum, > Ade > > Mia wrote: > > Mbak Ade baca dong penjelasan di bawah, dan penjelasan temen- temen > > lain di thread ini. Saya rasa cukup jelas, kalau anda mau > > merunutnya, dan menanggapi dari situ. > > > > Anda juga rancu. Perlu keseragaman, di lain pihak bilang nggak > boleh > > pukul rata. Lha, dalam hal ini menyeragamkan = memukulratakan. > > > > Salam > > Mia Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED] Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/