Jika anak belum dewasa atau tidak menolak untuk dikurung ya bisa saja.

Tapi bagaimana jika sudah dewasa dan dapat berfikir normal lalu menolak untuk 
di'terapi',
dan sudah yakin dg. jalan hidupnya dan meminta orang tuanya untuk bisa menerima 
dia apa adanya?
Apa mau rame terus bertengkar? Apa mau "dikeroyok"? Apa bisa "dikurung"? 
lha wong ada berita, baru dilarang pacaran saja sudah langsung kabur dari rumah 
sampe urusan dengan polisi segala.
Apa lebih baik memang kabur saja? Nggak diaku anak lagi?

Homoseksual itu kan tidak bisa dianggap seperti narkoba dong mbak Lina.
Narkoba itu jika terus dilakukan ujungnya jelas merusak diri sendiri secara 
fisik --> kematian.
Pecandu narkoba itu harus ditolong agar tidak menyakiti dirinya sendiri.

Pelaku homoseksual itu kan dapat berfungsi secara positif dalam masyarakat.
Sama juga dengan pelaku yang "aneh-aneh" lain.

Nah situasi seperti ini yang banyak terjadi bukan?




  ----- Original Message ----- 
  From: Lina Dahlan 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, May 13, 2008 4:15 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Soal anak dan Kurung - PRO MBAK NING;


  Soal kurung mengurung. Sepertinya lembaga yang mengurusi 
  ketergantungan narkoba juga memakai sistem 'kurung mengurung' supaya 
  bisa memutus tali rantai pasien dgn pengedar ato supaya si pasien 
  bisa mengatasi/melewati titik tertentu thdp narkoba.

  Tentu saja bukan sekedar 'mengurung' tanpa ada tindakan 'pengobatan' 
  ato terapi lainnya. Namun, mengurung juga merupakan salah satu 
  terapi.

  'Mengurung' bisa juga dengan mengalihkan perhatian anak. Bisa jadi 
  anak di'rumah'kan tapi diberi kegiatan positif lainnya dirumah. 
  Peran ibu sebagai pengawas memang menjadi lebih ekstra.

  wassalam,

  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Awan Biru <[EMAIL PROTECTED]> 
  wrote:
  >
  > Sekedar urun rembug, sebagai orang tua yang sudah punya anak yang 
  menjelang dewasa.
  > 
  > Kadang kadang sebagai ortu, kita dengan gampang bilang, kita 
  kurung anak kita dari pada berbuat dosa, dll.
  > Tahun lalu, Teman SMA anak saya, kurang lebih di"kurung", karena 
  dia tidak boleh melakukan hal hal yang "wajar" yang dilakukan oleh 
  teman teman sebayanya. Yang "wajar" dalam hal ini, adalah pacaran, 
  nongkrong di cafe, dll.
  > Kelihatannya anak itu, nurut aja, karena jarang keluar bersama 
  dengan teman teman, termasuk anak saya. ( Mungkin kalau takut 
  di "kurung" oleh ibunya, kan mendingan bisa chatting di internet 
  dari pada di kurung di kamar mandi..... he.... he... )
  > 
  > Awal tahun ajaran ini, mereka kuliah di Univ. Karena anak itu 
  sudah cukup dewasa dan lebih bebas, menurut anak saya nggak sampai 
  sebulan di Univ ( jauh dari orangtuanya ) dia punya pacar. Tentu 
  saja orang tuanya nggak tahu.
  > 
  > Inikah yang kita cari dan kita harapkan dengan meng'kurung' anak 
  kita ?
  > Kalau seandainya sudah ada hormon kelainannnya, memangnya kurung 
  bisa menyelesaikan masalah ? Mungkin bisa, kalau belum dewasa, 
  setelah dewasa dan punya kebebasan, apakah masih bisa juga di 
  kurung ?
  > Kita memang tidak berharap untuk punya anak yang berkelainan... 
  tapi kalau seandainya itu terjadi, bagaimana yang kita lakukan ?
  > 
  > Silahkan di lanjut
  > 
  > Salam
  > AB
  > 
  > 
  > 
  > [Non-text portions of this message have been removed]
  >



   


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG. 
  Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.16/1429 - Release Date: 12/05/2008 
18:14


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke