mbak Lina, 

Bukankah, persoalan umat itu rule of conduct?
Niat baik kan tidak cukup, harus dengan cara-cara yang baik.
Umat tidak bisa memisahkan hak diri dengan hak orang lain.
Bilang, "sholat pak", silahkan saja itu hak...tapi memaksa sholat itu nggak 
Islami dan bathil.
apalagi sampe "sholat dengan cara ini kalo nggak penjara", itu kelaliman yang 
nyata...

Sami'na wa atha'na itu sama Allah dan Rasul dan Ulil Amri, 
bukan sama pseudo-nabi asal arab...  lucunya ada pseudo-nabi ngaku2 Ulil-Amri 
lagi....

Preference pribadi tidak boleh dicampurkan dengan preference orang lain.
Kita bilang "nggak normal", itu preference kita, hak kita.
Memaksakan preference kita ke orang lain itu yang nggak halal.

Ngurus keluarga itu menjadi pilihan-pilihan kita.
Sewaktu anak masih kecil, kita berhak untuk mengatur.
Bahkan itu-pun dicontohkan rasulullah tanpa pukul-memukul...
Bukankah rasulullah pernah marah dengan seorang sahabat yang menaikkan nada 
suaranya ke anaknya?
Apalagi ketika anak sudah dewasa...apalagi ngurus orang lain...

Bayangkanlah bahwa setiap orang itu anak dari orang juga...
Ketika mencemooh, ngata-ngatain, dll. seperti yang biasa dilakukan, 
seharusnya kita yang waras bisa mendakwahi orang yang mencemooh itu...
bukan malah ikut-ikutan...
itulah ukhuwah...

Ketika ada ulama yang dengan kesungguhan memiliki pendapat yang berbeda,
mengapa kita cemooh, kita persekusi? mengapa tidak kita diskusikan pendapatnya 
itu?
itulah ukhuwah...

  ----- Original Message ----- 
  From: Lina Dahlan 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Wednesday, May 14, 2008 12:48 PM
  Subject: [wanita-muslimah] Re: Soal anak dan Kurung - PRO MBAK NING;


  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi Prihatmanto" 
  <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  >
  > Nah, 
  > mbak Lina sudah bisa menempatkan diri pada situasinya.
  > 
  > Tentu saja tidak cuekkan? 
  > atau "tidak tega" kan? emang tega apaan? mbunuh?
  > 
  > Yang terjadi kan dialog.
  > mbak Lina minta begini, anaknya akan merespon begini.
  > 
  > Jalan akhir kan mbak Lina, memberi 'terapi jangan ketemu saya 
  sebelum sembuh" ;-)
  > Itu juga pilihan kan... yang sangat situasional kalo pak abdul 
  latif katanya nggak akan begitu...
  > 
  > saya juga mungkin tidak akan seperti mbak, 
  > saya akan tetapi sabar saja dalam menasehati, memberi teladan, 
  bicara, diskusi terus...
  > 
  > Nah selama terapi terakhir itu, apa sih yang mbak Lina harapkan?
  > apa anaknya jadi hidup susah karena semua orang mencemooh,
  > dia jadi nggak bisa makan, karena mata pencahariannya dimatikan 
  orang,
  > sehingga mendapatkan pelajaran dari "susahnya hidup",
  > atau gimana?
  > 
  > apa mbak Lina sadar ketika bicara bahwa saya itu materialistis?
  > Bukankah malah mbak Lina yang tidak mau membuka mata? hidup 
  diangan-angan? "merasa bisa" dan tanpa empati?
  > Lha wong diri sendiri saja nggak pasti kok bisa begitu?
  > Ada ulama berpendapat berbeda ttg homo, alih-alih dipelajari lalu 
  didiskusikan malah dicemooh...
  > 
  > Bayangkan jika anak anda autis, lalu dibilang orang idiot dan 
  orang tuanya nggak becus...
  > Bayangkan jika anak anda homo, lalu dicemooh, dimatikan mata 
  pencahariannya, 
  > lalu anda disalahkan karena nggak becus ngurus anak,
  > Berempati-lah mbak Lina...
  > 
  > Bagi mbak Lina dan banyak orang, homoseksual itu kan problem "dosa 
  besar".
  > Bandingkan dengan "durhaka dengan orang tua", juga dosa besarkan? 
  Nah bagaimana anda bisa mengurus "durhaka"?
  > Apa diasingkan dll.?
  > 
  > 
  > 

  Nah itu juga yang saya (dan mungkin juga mbak Ning) ingin ketahui, 
  yaitu tindakan apa yang mas Ase ambil. Rupanya, mas Ase emang gak 
  cuek juga dan menaydari bhw narkoba and homoseks adalah suatu yang 
  tdk normal. Betul kalo soal terapinya itu pilihan. Yang hanya saya 
  ingin diskusikan adalah kita tidak boleh tinggal diam.

  > ----- Original Message ----- 
  > From: Lina Dahlan 
  > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  > Sent: Wednesday, May 14, 2008 9:22 AM
  > Subject: [wanita-muslimah] Re: Soal anak dan Kurung - PRO MBAK 
  NING;
  > 
  > 
  > Kalau menurut Mas Ase: terima apa adanya, cuek, pasrah, gak tega?
  > 
  > Apa batasan 'normal'. Apa batasan 'dewasa'?
  > 
  > Mas Ase, Kalo sikonnya: "ada seorang anak meminta ortunya untuk 
  > menerima dia apa adanya" itu mengartikan anak tsb punya kelainan 
  > yang harus dipaksakan diterima oleh ortunya. Toh kalo sikonnya 
  > normal, gak usah diminta ortu pasti menerima anaknya apa adanya. 
  Ini 
  > juga mengindikasikan bhw ketidaknormalan itu bukan dari lahir. 
  > karena kalo dari lahir, pastinya ortu sudah bisa menerima dan 
  gak 
  > usah diminta.
  > 
  > Kalo saya sih, saya akan minta anak dewasa saya yang homo 
  > untuk 'terapi'. Kalo gak mau (membangkang), silakan pilih cara 
  hidup 
  > sendiri dan saya akan terapkan terapi untuk tidak menemui saya 
  lagi. 
  > Saya ikhlas. Jadi, saya akan terus mensupport dengan do'a saya 
  saja 
  > setelah saya memberinya terapi pribadi saya. Gak perlu ada 
  > pertengkaran kan? Gak perlu "keroyok" kan ? Gak perlu 
  di "kurung" 
  > kan? cuma perlu syaraf yang kuat untuk bisa memberi terapi spt 
  itu.
  > 
  > Soal anak pacaran. Anak kalo lagi pacaran, itu sangat emosional. 
  Itu 
  > artinya mereka dalam keadaan tidak sadar (buta). Apakah dalam 
  > keadaan spt itu anak 'dewasa'? Dewasa yang buta? Harus ada 
  terapi. 
  > Terapi yang beda: Nikah!...:-))) Toh udah dewasa...:-)))Biar 
  tambah 
  > dewasa, iya toh? Apa mas Ase mau mengatakan "untuk nikah mereka 
  > belum dewasa"?...:-)))
  > 
  > Saya hanya mengatakan "kurungan" merupakan salah satu terapi. 
  Cocok 
  > untuk kasus tertentu.
  > 
  > Bergaul dengan orang narkoba, cenderung untuk menjadi narkoba. 
  > Bergaul dengan homoseks, cenderung untuk menjadi homoseks. Anak 
  kita 
  > yang homo akan cenderung menularkan ke orang lain. Naudzubilah 
  min 
  > dzaalik. Tali rantai itu mesti diputus. Butuh suatu cara, entah 
  > terapi entah edukasi. Bukan nerimo! Narkoba dan Homoseks 
  > merupakan "suatu yang bukan normal" didunia yang normal...:-)). 
  > Setidaknya kita mencegah diri menjadi narkoba or homo, bukan ? 
  Lalu 
  > mengapa kita biarkan mereka ? Dimana kepedulian kita? 
  > 
  > Mungkin perbedaan saya dan mas Ase adalah cara pandang mas Ase 
  yang 
  > materialistis (hanya memandang dari kerugian fisik spt adakah 
  orang 
  > lain yang dirugikan scr materi), sedang saya memandang jauh dari 
  > sekedar materi. 
  > 
  > Hmm, benar adanya bahwa kita dapat dinilai dengan cara 'siapa 
  para 
  > sahabat dan kerabat' kita? 'Bergaulah dengan orang saleh'. Smoga 
  > ketularan saleh.
  > 
  > wassalam, 
  > 
  > --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Ary Setijadi 
  Prihatmanto" 
  > <ary.setijadi@> wrote:
  > >
  > > Jika anak belum dewasa atau tidak menolak untuk dikurung ya 
  bisa 
  > saja.
  > > 
  > > Tapi bagaimana jika sudah dewasa dan dapat berfikir normal 
  lalu 
  > menolak untuk di'terapi',
  > > dan sudah yakin dg. jalan hidupnya dan meminta orang tuanya 
  untuk 
  > bisa menerima dia apa adanya?
  > > Apa mau rame terus bertengkar? Apa mau "dikeroyok"? Apa 
  > bisa "dikurung"? 
  > > lha wong ada berita, baru dilarang pacaran saja sudah langsung 
  > kabur dari rumah sampe urusan dengan polisi segala.
  > > Apa lebih baik memang kabur saja? Nggak diaku anak lagi?
  > > 
  > > Homoseksual itu kan tidak bisa dianggap seperti narkoba dong 
  mbak 
  > Lina.
  > > Narkoba itu jika terus dilakukan ujungnya jelas merusak diri 
  > sendiri secara fisik --> kematian.
  > > Pecandu narkoba itu harus ditolong agar tidak menyakiti 
  dirinya 
  > sendiri.
  > > 
  > > Pelaku homoseksual itu kan dapat berfungsi secara positif 
  dalam 
  > masyarakat.
  > > Sama juga dengan pelaku yang "aneh-aneh" lain.
  > > 
  > > Nah situasi seperti ini yang banyak terjadi bukan?
  > > 
  > > ----- Original Message ----- 
  > > From: Lina Dahlan 
  > > To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  > > Sent: Tuesday, May 13, 2008 4:15 PM
  > > Subject: [wanita-muslimah] Re: Soal anak dan Kurung - PRO MBAK 
  > NING;
  > > 
  > > 
  > > Soal kurung mengurung. Sepertinya lembaga yang mengurusi 
  > > ketergantungan narkoba juga memakai sistem 'kurung mengurung' 
  > supaya 
  > > bisa memutus tali rantai pasien dgn pengedar ato supaya si 
  > pasien 
  > > bisa mengatasi/melewati titik tertentu thdp narkoba.
  > > 
  > > Tentu saja bukan sekedar 'mengurung' tanpa ada 
  > tindakan 'pengobatan' 
  > > ato terapi lainnya. Namun, mengurung juga merupakan salah satu 
  > > terapi.
  > > 
  > > 'Mengurung' bisa juga dengan mengalihkan perhatian anak. Bisa 
  > jadi 
  > > anak di'rumah'kan tapi diberi kegiatan positif lainnya 
  dirumah. 
  > > Peran ibu sebagai pengawas memang menjadi lebih ekstra.
  > > 
  > > wassalam,



   


------------------------------------------------------------------------------


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG. 
  Version: 7.5.524 / Virus Database: 269.23.16/1431 - Release Date: 13/05/2008 
19:55


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke