At 08:45 PM 9/18/2007, you wrote: >Betul, bang. Semua orang adalah ekonom, dan sekumpulan orang dalam >masyarakat adalah kumpulan ekonom. Dari mikro jadi makro, dari individu jadi >agregat, bergantung apa yg mau dibahas kan?
Sebagian besar sih iya. Tapi tergantung mazhab juga sih. Kalau menurut aliran Austrian - ekonomi makro itu nggak ada -- karena semua ekonomi pada dasarnya adalah ekonomi mikro. Tapi ya tentu supaya bisa memahami cara berpikir aliran Austrian -- anda harus memperhatikan asumsi-asumsinya. Ada beberapa asumsi yang khas - semisal: "sesungguhnya tidak ada yang namanya pemerintah - yang ada hanyalah orang yang mengambil peran pemerintah - dan pada banyak hal kepentingan orang-orang inilah yang diatas namakan sebagai kepentingan pemerintah (dan secara retorika disebut kepentingan rakyat)." Apa anda bisa membantah asumsi tersebut di atas? >Individu (normal) hampir selalu mendasarkan keputusan ekonominya atas logika >dan rasio. Sementara di sisi lain, seperti anda juga tahu, massa itu >seringkali irrasional. Saya yakin Bang Poltak yg pengetahuannya luas ini >pasti pernah baca "Extraordinary Popular Delusions and the Madness of >Crowds" nya Charles Mackay, kan? Walau isinya lebih banyak ceritanya >dibanding analisanya, tapi poinnya jelas bahwa massa itu seringkali >irasional, terutama ketika motif ekonominya adalah keuntungan sebesar2nya >utk diri masing2 (baca: greed). Saya sudah baca buku MacKay, juga beberapa buku lain tentang fenomena bubble (karena pada dasarnya saya tertarik pada studi business cycle). Tentang bubble dan tingkah laku aktor di dalamnya ada saya singgung dalam posting saya hari ini dengan subject "Fenomena Bubble". Betul massa terkadang irrasional -- tetapi juga betul bahwa PADA JAUH LEBIH BANYAK KEADAAN -- massa bersikap rasional. Contohnya: Orang akan cenderung menyukai membeli pada harga murah. Orang akan cenderung mengurangi konsumsi suatu barang - kalau harganya menjadi terlalu mahal. Nah, sekarang coba kita periksa fenomena bubble: Tidakkah itu adalah tingkah laku yang berlawanan dengan prinsip di atas? (membeli pada harga mahal (hanya semata-mata berdasar ekspektasi barang tersebut jadi lebih mahal lagi) -- suatu fenomena yang disebut "Greater Fools Theory"). Seberapa lama sih orang bisa tetap irrasional? (Sebelum orang tersebut "punah"...) Marx meramalkan punahnya mekanisme pasar - karena Marx berasumsi bahwa pasar adalah mekanisme yang SELALU distortif. Tetapi ternyata yang terbukti sebaliknya. Marxisme lebih duluan punah. (Dan kalau kita baca "Das Kapital" - kita akan membaca bahwa buku tersebut dipersembahkan oleh Marx kepada Charles Darwin...). >Bagi saya pribadi, sulit untuk berharap bahwa not-so-existed "invisible >hands" dapat mengendalikan massa ekonom yang besar dan irrasional (oleh >"greed"). You'll definitely need a "riot police" with baton and shield to >control them. Anda terlalu menekankan diri pada irrasionalitas manusia -- tapi melupakan realita sehari-hari di bawah ini - yang merupakan gambaran atas apa yang disebut "Invisible Hand" yang termuat dalam Wealth of Nation-nya Adam Smith. Coba deh anda lihat kehidupan sehari-hari. Apakah anda menanam beras untuk memperoleh nasi yang anda makan? Apakah anda memelihara ayam untuk memperoleh daging ayam yang anda makan? Apakah anda membuat genteng dan dinding rumah anda sendiri? Tentu tidak. Anda memperoleh itu semua dari orang lain. Apakah anda memperolehnya dari belas kasihan orang lain? Tentu tidak. Tidak ada seorang petani pun yang menanam beras khusus untuk seorang bernama Bernie (atau Poltak). Tidak ada seorang peternak ayam pun memelihara ayam hanya untuk seorang bernama Bernie (atau Poltak). Tidak ada tukang bata atau pun pembuat genteng - membuat itu semua untuk seseorang bernama Bernie (atau Poltak). Mereka cuma memikirkan kepentingan sendiri-sendiri. Tetapi jelas bahwa hasil kerja mereka berguna bagi saya dan anda. Saya menukarkan gaji saya dengan beras, daging ayam, genteng, dan bata. Juga dengan jasa pencuci mobil, tukang cukur, tukang parkir, satpam, pendeta, ustadz, dokter, psikolog, psikiater, dll. Semuanya berada dalam lingkaran besar yang bernama perdagangan. Ada pembeli. Ada penjual. Ada pasar. (yang kadang irrasional - tetapi boleh dikata pada 90% keadaan cukup rasional - ("otherwise the market itself will collapse") Apakah ada yang mengatur itu semua? Tidak ada. Semuanya dilakukan sendiri-sendiri. Spontan. Itu sebabnya mengapa disebut "SEOLAH-OLAH diatur oleh tangan yang tak terlihat ("Invisible Hand"). Anda yakin tidak ada proses "yang seolah-olah diatur oleh tangan yang tak terlihat"...? (Terjemahan paling tepat atas apa yang ditulis oleh Adam Smith) Kalau begitu ya siap-siap saja anda menanam padi, memelihara ayam, membuat batu bata dan genteng, serta belajar kedokteran, psikologi, kerohanian, dll. Tidak ada pasar cuma akan membuat kita menjadi sub-human.