Boro-2 ktp pak, saya pernah alami di saat-2 mulai maraknya penerbitan kartu kredit (sekitar masa krismon?), salah satu bank asing tersebut sudah mencetak kan KK atas nama saya dan mengantarkannya ke alamat saya. Tentu saya tolak dengan mengguntingnya. Mendapatkan data ktp dinegeri ini kan gampangnya minta ampun. Di awal tahun 2000an, sebagai dampak dari tata kelola data pribadi yang dibiarkan seperti itu oleh pemerintah kita, seorang anak buah saya yang gajinya tidak lebih dari 2 jutaan, terlibat hutang sebesar 35 jutaan, dari kartu kredit yang dimilikinya sebanyak 13 kartu. Menurut saya, tidak hanya cara-2 biadab debt collector saja yang harus ditertibkan pemerintah, tapi juga "kemudahan" seorang mendapatkan (atau diberikan) KK, harus lah diatur dan diawasi pemerintah. Contoh yang terjadi beberapa tahun setelah reunifikasi Jerman, begitu banyak masyarakat ex timur yang terjerat hutang (karena mereka tidak terbiasa dengan prilaku kapitalis), tapi pemerintah jerman langsung tanggap dengan merubah regulasi pemberian kredit, dan tentunya disertai pelaksanaan dan pengawasan yang effective. Jadi sepantasnya lah kalo pemerintah kita ngga budeg-2 amat, mustinya sih udah sejak sepuluh tahun lalu mulai berkeringet dikit demi melindungi masyarakat nya. Salam, bodo
--- In Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com, "marcel" <idmarce...@...> wrote: > > Yupe...bank jaman sekarang terlalu mudah kasih kta atau kartu kredit. Bikin > kartu kredit cuma modal ktp doang. Udahannya org ga bersalah yang diteror > gini.... > > thx > > marcel > > -----Original Message----- > From: Lisman Manurung <lism...@...> > Sender: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > Date: Sun, 15 Aug 2010 20:16:24 > To: <Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com> > Reply-To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com > Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Bank HSBC dan Standard Chartered > mengancam orang yang tidak bersalah > > Saya pikir etika bisnis juga perlu ditegakkan. Penegaknya adalah pelaku > bisnis/penyedia jasa . Bentuknya apa? Perbankan papan atas (HSBC kan papan > atas > iya?) juga perlu cermat memilih konsumennya (apakah berpotensi memajukan > bisnis > atau merongrong?) dan tentu memilih rekan/mitra  kerjanya (debt collector > nya). >