Penjelasan mengenai postingan "jgledek" dimuat pada harian Bisnis Indonesia 
hari ini dan juga di 
http://berita-terkini.infogue.com/mirip_catatan_toko 
   
Semoga pengalaman tersebut memicu semangat kita untuk bekerja lebih baik dalam 
upaya menyusun laporan keuangan pemerintah yang kredibel.   
    
Salam,
budisan 
 
 
Kamis, 17/07/2008 08:44 WIB  http://web.bisnis.com/artikel/2id1354.html
Menanti laporan keuangan negara yang kredibel
oleh : John Andhi Oktaveri & Erna S. U. Girsang 
Siapa menyangka Wakil Presiden Jusuf Kalla ternyata pernah marah besar dan 
melempar laporan keuangan yang diserahkan pejabat Departemen Keuangan karena 
masalah pembukuan yang dinilai tidak lebih dari catatan keuangan sebuah toko. 
Kejadian itu bukan terjadi sekarang tapi lima hari setelah pemerintahan Kabinet 
Indonesia Bersatu di bawah kepemimpinannya berjalan. Pengalaman ini dituturkan 
Wapres dalam sambutannya pada Rapat Kerja Nasional Akuntansi dan Pelaporan 
Keuangan Pemerintah yang dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, 
kemarin. 
Apa pasal Wapres bisa begitu geram? Kekesalan Wapres saat itu cukup beralasan 
karena sebagai seorang mantan pedagang, dia sadar betul betapa pentingnya 
sebuah laporan keuangan. Apalagi laporan keuangan sebuah negara berpenduduk 
lebih dari 200 juta jiwa dengan aset yang sangat besar. 
Pada satu sisi, mengelola keuangan negara dengan toko ada persamaannya, 
terutama karena sama-sama membutuhkan laporan keuangan. Akan tetapi, struktur 
dan teknik pelaporan keuangan negara tentu berbeda. Untuk itulah dia menekankan 
betapa pentingnya sistem pelaporan keuangan yang terstruktur berdasarkan aturan 
akuntansi yang berlaku. 
"Saya terkejut sekali bahwa yang dilaporkan itu sama dengan laporan toko," ujar 
Kalla yang disambut tawa peserta Rakernas. 
Lalu, Kalla menceritakan bahwa dia meminta laporan lebih baik lagi. Namun, 
laporan berikutnya ternyata belum juga memuaskan pria kelahiran Watampone 
Sulawesi Selatan yang sebelum menjadi orang nomor dua di negara ini sempat 
memimpin perusahaan besar NV Hadji Kalla. 
Puncak kemarahan Kalla justru muncul setelah melihat bagaimana sebuah laporan 
keuangan negara dari Departemen Keuangan itu disusun secara amburadul karena 
tidak terstruktur dengan baik. "Saya lebih marah lagi karena digabunglah dana 
dolar sekian, yen sekian, pound sterling sekian, euro sekian. Ini sama saja 
jambu tambah apel tambah kambing tambah kerbau, ditotal jadi begitu. Saya 
lemparkan laporan itu dan masih saya simpan itu," katanya. 
Menurut Wapres, kejadian itu menunjukkan betapa konyolnya administrasi keuangan 
negara sehingga tidak mengetahui berapa kekuatan keuangan negara. Padahal, dia 
ingin mengetahui kekuatan keuangan pemerintah sehingga yang dipanggil pertama 
kali adalah menteri keuangan. 
Sri Mulyani memang mengakui pada awalnya laporan keuangan negara belum 
memuaskan. Penyebabnya, belum ada perhatian penuh seluruh lembaga pemerintah 
yang besar terhadap laporan tersebut. Instansi pemerintah sampai saat ini masih 
mengutamakan pelayanan publik, sementara persoalan laporan keuangan menjadi 
urusan belakangan. 
Laporan keuangan pemerintah secara umum masih di bawah standar akuntasi 
keuangan karena masih dipengaruhi kebiasaan pengelolaan uang negara yang tidak 
disertai dengan pelaporan. Menghadapi kondisi ini, pihaknya akan terus 
melakukan perbaikan, meskipun tidak mudah karena terkait dengan budaya dan 
kebiasaan di birokrasi yang sudah berlangsung sejak puluhan tahun. 
Kendati begitu, kendala tersebut secara berangsur-angsur bisa diatasi apabila 
ada komitmen yang sungguh-sungguh dari setiap pimpinan yang bertanggung jawab 
atas pelaksanaan anggaran dan pengelolaan kekayaan, ataupun kewajiban negara. 
Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah telah berhasil memperbaiki laporan 
keuangan. Misalnya, jumlah anggaran belanja yang kurang dapat 
dipertanggungjawabkan turun dari Rp970 miliar pada 2006, menjadi Rp240 miliar 
pada 2007. Kemajuan lain, nilai kekayaan bersih pemerintah pusat menjadi 
positif, yaitu sebesar Rp169,25 triliun sampai 31 Desember 2007. 
Saran konstruktif
Menkeu juga menegaskan opini disclaimer (tidak memberikan pendapat) dari Badan 
Pemeriksa Keuangan atas laporan keuangan pemerintah pusat selama ini, bukanlah 
akhir dari segalanya untuk berdiam diri tanpa perlu melakukan perbaikan. Upaya 
untuk terus memperbaiki diri itu harus dibarengi dengan dukungan konstruktif 
dari eksternal auditor yang memberikan penilaian. 
Jangan sampai BPK sebagai lembaga audit negara malah mempermalukan pemerintah 
dari sisi laporan keuangan. Dia berharap ke depan, koreksi BPK kepada 
pemerintah bukan dengan cara mempermalukan karena pada dasarnya saran yang 
disampaikan secara baik-baik akan diterima sejalan dengan upaya memperbaiki 
diri. 
Di sisi lain, pejabat pelaksana Menko Perekonomian itu juga menyebut masih 
adanya perbedaan asas perhitungan pemerintah dan BPK. Lembaga auditor eksternal 
pemerintah itu melakukan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah dengan asas 
bruto, sedangkan pemerintah menggunakan asas neto dalam melaporkan penerimaan 
migas, mengklasifikasi dana bergulir, dan konsolidasi pendapatan dalam LKPP. 
Perbedaan itu tidak dapat serta merta dipastikan ada satu pihak yang bersalah, 
tetapi masing-masing pihak seharusnya saling menghormati penerapan standar 
akuntasi yang berbeda itu. Persoalannya, timbulnya ketidakpercayaan masyarakat 
kepada birokrasi semakin kuat apabila BPK ikut-ikutan menghembuskan kesan 
negatif dengan hasil pemeriksaan yang menyebutkan 'ada dana yang tidak bisa 
dipertanggungjawabkan.' 
Menanggapi keluhan Sri Mulyani ini, Wakil Ketua BPK Abdullah Zainie mengatakan 
BPK telah menyampaikan hasil pemeriksaan LKPP sesuai dengan prosedur. Hasil 
audit itu disampaikan kepada rakyat melalui DPR. Dengan begitu, dia berharap 
pemerintah dan DPR dapat menindaklanjuti semua temuan BPK agar pengelolaan 
keuangan negara semakin efektif dan optimal. 
Sejatinya, perseteruan antara pemerintah dan BPK bukan hal baru karena polemik 
'siapa yang paling benar' ini sudah dimulai sejak empat tahun lalu. Akan 
tetapi, perbaikan administrasi keuangan negara yang kredibel tentu tidak bisa 
dibereskan dalam sebuah ajang lempar wacana yang berkepanjangan. ([EMAIL 
PROTECTED]/[EMAIL PROTECTED])  
 
----- Original Message ----
From: jgledek <[EMAIL PROTECTED]>
To: forum-prima@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, July 16, 2008 2:34:16 PM
Subject: [Forum Prima] LKPP pernah dilempar JK???


Dear miliser..

Secara tidak sengaja, saya melihat running text di metro tv.. isinya 
seperti gledek ditengah hari... ini dia :

" Pak Jusuf Kala mengaku pernah melempar LKPP yang amburadul kepada 
Dirjen Perbendaharaan saat itu, Pak Mulia Nasution.."

Selanjutnya tidak ada penjelasan apakah beliau juga masih doyan 
melempar LKPP kita pada tahun berikutnya.. .

Selamat dan sukses untuk para peserta rakernas akuntansi dan 
pelaporan keuangan semoga menghasilkan rumusan kebijakan di bidang akuntansi 
dan pelaporan keuangan yang nantinya bermuara pada 
penciptaan dan pembuatan LKPP yang jauh dari disclamer. Dengan kata 
lain : Pak JK merasa berat untuk melempar LKPP, karena LKPP kita 
jauh lebih padat dan akuntable.. amin. 

 


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke