Kekurangan konsumsi pangan bisa berarti rakyat kelaparan. Mungkin kelaparan ini bisa disebabkan karena banyaknya pendatang baru (transmigrasi spontan) yang berkeliaran dan tidak mempunyai pekerjaan untuk menghidupkan keluarganya. Efek lain yang bruruk dari transmigrasi, ialah meningkatnya kejahatan, prostitusi dan penyakit menular, seperti gonorea, sipilis, HIV AIDS dll penyakit.
Kalau kurang makanan bisa juga menjebabkan kesehatan penduduk setempat menjadi mundur, dan tentunya juga karena kurang makanan maka pengaruh terhadap pertumbuhan anak menurun jasmaniah dan kemampuan menyergap pelajaran di sekolah lemah. From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 13, 2016 4:43 AM To: GELORA45@yahoogroups.com Subject: Re: [GELORA45] 20 Juta Orang di RI Kekurangan Konsumsi Pangan Ingat lamat2 sebelum eksekusi Bali 9 Australia memberi bantuan sekitar 1 milyar dollar yg dipakai untuk peningkatan gizi ibu dan kanak2, sayangnya mungkin karena Jokowi haus darah bantuan itu dipangkas banyak sekali. ---In GELORA45@yahoogroups.com, <ajegilelu@...> wrote : Program belanja pangan khusus untuk peningkatan gizi seperti itu belum dengar. Tapi pernah ada program keluarga berencana (KB) yang mencakup layanan ibu dan kandungan, bukan melulu tentang kontrasepi. Lalu ada juga program pelayanan terpadu yang diselenggarakan setiap bulan di setiap kelurahan (Posyandu) untuk melayani kesehatan balita serta lansia. Beda dengan program KB yang mengalami koma mendadak, Posyandu sempat morat-marit dulu selama gejolak krismon dan betul-betul bangkrut ketika meletus reformasi. Maklum, program bulanan di kantor kelurahan ini merupakan swadaya masyarakat dengan dukungan tenaga kesehatan pemerintah. Di era Gus Dur, program swadaya Rakyat ini coba dibangkitkan lagi. Tapi gonjang-ganjing politik, dan terutama akibat krismon yang tak terpulihkan, membuat kemampuan Rakyat sangat terbatas. Jaman SBY, program KB dan Posyandu ini sepertinya digabung ke dalam KIA (Kesehatan Ibu dan Anak). Hanya saja kalau ditanya, orang Indonesia ngertinya KIA itu ya pabrik mobil Korea.. --- jonathangoeij@... wrote: Di US ada program khusus untuk meningkatkan gizi Ibu dan anak balita, namanya Women Infant Care (WIC) https://www.nutrition.gov/food-assistance-programs/wic-women-infants-and-children program ini memberi semacam voucher yg bisa dibelanjakan di supermarket untuk barang2 tertentu seperti susu, formula, keju, cereal dlsb. Program ini sangat sukses selain kekurangan gizi bisa ditekan hampir mendekati nol juga ternyata juga penghematan anggaran yang luar biasa...lho? kok bisa? karena biaya kesehatan bisa ditekan. Nggak tahu diantara kartu2 sakti Jokowi itu apakah ada program peningkatan gizi ibu dan anak2, seandainya belum ada patut dipertimbangkan. On Wednesday, October 12, 2016 12:10 PM, jonathangoeij@... wrote: Daerah2 seperti NTT, NTB, Papua, dan Papua Barat rasanya bukannya kantong2 Islam, sedang Sumatra Barat dan Sumatra Utara memang iya. Rasanya kekurangan pangan ini bukan karena masalah haji. Kutipan berita: Adakah temuan lainnya selain masalah kekurangan konsumsi pangan? Sekitar 37% malnutrisi terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun. Khususnya di NTT, sebagian NTB, Papua, Papua Barat, kemudian di Sumatera Barat, Sumatera Utara, terutama di pulau-pulau kecil di wilayah itu. Pulau-pulau itu merupakan beberapa daerah yang sebelumnya terdampak tsunami. --- comoprima45@... wrote : DARI ANDA PRIBADI dengan kata lain dari Eoerang Expert bernama AjeGile-emang Gile 2016-10-12 18:47 GMT+02:00 ajeg : Dari mana Anda bisa begitu yakin ke 20 juta orang itu menjadi miskin lantaran uangnya dipakai naik haji? Atau ini sekedar menunjukkan sikap rasis? --- comoprima45@... wrote: ANALYSA SUATU DNA MASYARAKAT .......Dan kepercayaan yang sering membuat FATAL.... ------------------------------ ------------------------------ ------------------------------ ------------------------------ ------------------ Gimana 20 Juta Anak2 bisa makan sehat dan berkecukupan Jika Uang KELUARGA terutama untuk anak2nya Habis dipakai untuk Beaya dan Keperluan NAIK HAJI oleh 1O JUTA orang Tuanya ...... >> Pulang dari Haji mereka Tinggal cari Utang ..... a.. Anak2nya itu Terlantar ,Tak bisa makan sehat dan Tak bisa makan secekupnya ...apalagi untuk Sekolah > boleh Dilupalan untuk selamaya b.. Hutang pun tambah bertumpuk > karena HUtang Bulanan berikutnya haabis dipakai Bunga Hutang dari Bulan2 sebelumnya c.. Kepaksa jual SAWAH -satu2 nya Milik yg tertinggal untuk menunjang Hidup se.hari2... .. ( Itupun kalau masih ada .dan kalau dimiliki sebelumnya ....) AKHIRNYA : > ANAK2 TERLANTAR SEMUA ( mending kalau cuman punya 1 atau 2 anak.... belum lagi BINI2....nya , yang lebih dari 1 .....hahhaaaa.. ) > SAWAH HABIS TERJUAL > HUTANG semakin BERTUMPUK > CARI KERJAAAN SULIT ( engga punya Kwalifikasi - maupun Pengalaman Kerja lain , yang bisa cukup untuk mempertahankan Hidup dan menghidupi Keluragnya )... > YANG tertinggal cuming Satu2nya > GELAR HAJI yang engga Laku dimana2 didunia , bahkan maupun di Acherat (Diplom Haji kan engga ADA dan Tidak tertulis ...Jadi manpulan dibawa kekuburun ...untuk ditujukkan pada Malaekat yang beridiri dipintu Gerbang Surga sewaktu para Umat harus masuk Gerbang Surga.... ..........Laul Mereka Heran dan Tak mengerti dirinya sendiri ... MENGAPA UMAT ISLAM ITU SELALU TERHINA...... dan MREKA LUPA DAN TAK PERNAH MENGERTI DIRINYA sendiri , bahwa RESPEKT ITU TIDAK BISA DIMINTA ataupu DIBELI melainkan HARUS DIBANGUN SENDIRI oleh setiap orang , karena CHARAKTER YANG BAIK dan KUAT , CARA BERPIKIR yang baik serta DAYA PIKIR yang membumi dan meyakinkan dari SESEORANG ITULAH .... yang justru akan membuat ORANG LAIN DISEKITAR KITA RESPEKT pada KITA..... (Jalan Lain bisa dikatakan Hampir Tak ada .......kendaitpun sampai menamakan dirinya HABIB .... ) 2016-10-12 17:35 GMT+02:00 ajeg : Di usia kepala 7 sekarang ini Indonesia masih berkutat di episode kebutuhan dasar yaitu, sandang-pangan-papan. Bukan cuma kalangan miskin saja yang bermasalah dengan kebutuhan dasar itu, kalangan terdidik dan kaya juga merasa kekurangan akan sandang-pangan-papan yang mewah. Itu sebabnya korupsi merajalela. Belum terlihat tanda-tanda dimulainya pembangunan untuk membawa Indonesia memasuki era produksi / industri secara nasional. Untuk memenuhi kebutuhan dasar itu saja masyarakat dikepung perusahaan / industri besar swasta. --- jetaimemucho1@... wrote: Selasa 11 Oct 2016, 07:10 WIB Wawancara Khusus Kepala Perwakilan FAO 20 Juta Orang di RI Kekurangan Konsumsi Pangan Muhammad Idris - detikFinance Jakarta - Di tengah ingar-bingar pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, rupanya masih banyak penduduk Indonesia yang belum mampu memenuhi kebutuhan pangan mereka secara layak. Badan Pangan PBB (Food and Agriculture Organization of The United Nations/FAO) mengungkapkan, dari total 250 juta orang jumlah penduduk Indonesia, 7,9% atau sekitar 20 juta orang masih kekurangan pangan. Sebagian besar tersebar di Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Papua Barat, dan Papua. Sementara sisanya berada di pulau-pulau kecil Sumatera dan sebagian Pulau Jawa. Masalah tersebut tak semata berkutat pada kekurangan pangan, namun meluas pada masalah ketiadaan akses untuk pemenuhan makanan yang layak, sehingga berbuntut pada gizi buruk. Jika diuraikan benang kusutnya, maka kemiskinan menjadi penyebabnya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah kekurangan konsumsi pangan ini, detikFinance berkesempatan mewawancarai Mark Smulders, Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste di kantornya, Menara Thamrin, Jakarta, Jumat (7/10/2016). Berikut petikan wawancaranya: Berapa jumlah orang di dunia yang masih mengalami kekurangan konsumsi pangan? Ada sekitar 800 juta orang masih kelaparan di dunia. Ini karena kekurangan makanan atau masih kelaparan saat mereka pergi tidur setiap malamnya, tidak cukup kalori. Karena makanan yang tidak cukup, tidak ada energi untuk bisa menjalankan aktivitasnya. Bagaimana dengan Indonesia, berapa jumlah orang yang masih kekurangan konsumsi pangan? Di Indonesia ada 7,9% dari 250 juta orang atau sekitar 20 juta orang mengalami kekurangan pangan. Tidak cukup protein, tidak cukup vitamin dan mineral, harusnya makan lebih banyak mengandung protein dan sayuran untuk melengkapi nasi putih. Di Asia Tenggara ada 60 juta penduduk kekurangan makanan yang layak, dan sepertiganya ada di Indonesia yang tidak cukup mendapatkan makanan layak karena kemiskinan. Ini sebagian besar di NTT, NTB, Papua, Papua Barat. Bank Dunia dan BPS (Badan Pusat Statistik) memperkirakan 11% populasi hidup di bawah kemiskinan, itu kira-kira 28 juta orang yang tidak punya cukup uang untuk membeli makanan. Hanya makan sekali, hanya makan dua kali karena tidak cukup uang. Adakah temuan lainnya selain masalah kekurangan konsumsi pangan? Sekitar 37% malnutrisi terjadi pada anak-anak di bawah 5 tahun. Khususnya di NTT, sebagian NTB, Papua, Papua Barat, kemudian di Sumatera Barat, Sumatera Utara, terutama di pulau-pulau kecil di wilayah itu. Pulau-pulau itu merupakan beberapa daerah yang sebelumnya terdampak tsunami. Menurut FAO, apa yang harus dilakukan pemerintah untuk mengatasi masalah kekurangan konsumsi pangan ini? Sudahkah pemerintah melakukannya? Pemerintah umumnya sudah punya kebijakan berupa komoditas strategis seperti beras, jagung, dan kedelai. Namun itu sebenarnya tak cukup hanya dengan usaha memproduksi makanan. Tapi sebenarnya lebih tepat dengan intensifikasi lahan. Lahan-lahan (pertanian) di Indonesia kecil-kecil, sehingga tak menghasilkan pendapatan yang cukup untuk petani. Jadi kita dorong pemerintah lebih melakukan arah perbaikan manajemen, mengantisipasi perubahan iklim, dan program seperti intensifikasi dengan mina padi, karena produksinya menghasilkan pendapatan yang bagus. Selain itu, kita juga mendorong untuk mengatasi malnutrisi. Ini terjadi karena sulitnya akses pada makanan yang higienis dan air bersih. Pemerintah perlu memperhatikan hal ini agar kualitas makanan terjaga. (hns/wdl)