Itu dia, kenapa cuma terjadi di pilkada DKI? Artinya kan isu SARA itu dimainkan cuma oleh kelompok kepentingan, baik yang anti maupun pro Ahok. Di luar 2 kelompok kepentingan itu terbukti Rakyat Indonesia tetap menjunjung kebhinekaan.
Jadi, ide kebhinekaan inilah yang harus diperkuat, jangan malah terus digempur dengan isu "kasus Ahok itu SARA". Dalam masalah SARA / penodaan agama itu sendiri, Ahok sudah meminta maaf. Lalu, kenapa pula Rakyat terus dikompori bahwa kasus ini memang kasus SARA, sehingga harus diadili 'pake sistem hukum' -> hukum sebagai alat untuk mengadili... :p Siapa yang bisa menjamin, hukum sebagai alat untuk mencari mana yang salah mana yang benar, bisa betul-betul menyelesaikan kasus seperti ini secara adil? Kira-kira apa yang terjadi dengan orang bermental Ahok jika dia sebagai warga gusuran mendengar gubernurnya nyablak mau membunuh orang di depan umum (dalam jumlah ribuan pula!). Apa dia akan mendukung gubernur bermental pembunuh seperti itu? --- jonathangoeij@... wrote: Sama sekali tidak sepele, hal yg menunjukkan si Ahok tidak professional dalam mengontrol diri-nya sendiri. Tetapi tetap saja fakta yg menggerakkan berbagai gerakan anti-Ahok itu SARA. On Sunday, March 5, 2017 6:28 PM, ajeg wrote: Apa kata-kata Ahok yang mau membunuh 2000 orang di depan umum begini mau dibilang sepele? https://groups.yahoo.com/neo/groups/GELORA45/conversations/messages/196913 Bisa saja yang terlihat sebagai gerakan anti non-muslim itu sepenuhnya SARA, tapi kenapa cuma terjadi di pilkada DKI, padahal di 22 pilkada lain calon non-muslim toh didukung "partai-partai islam". --- jonathangoeij@... wrote: Saya rasa kok sepenuhnya SARA, berbagai kasus seperti Sumber Waras, Reklamasi, ataupun bahkan Penggusuran yg jelas terlihat korbannya tidaklah menimbulkan demo dan tekanan yg besar2an. Hanya masalah kata2 yg sepele yg sebetulnya tidak ada apa2nya dgn gampang dipakai membakar emotional bela agama. Melihat perbandingan dgn daerah lain terlihat disini agama dipolitikkan. Tetapi memang benar Ahok tidak professional mengontrol dirinya sendiri. --- ajegilelu@... wrote : Angka perbandingan ini membuktikan bahwa kasus Ahok sebenarnya bukan soal SARA. Bukti bahwa Rakyat Indonesia bisa sebal dengan kepemimpinan yang tidak beretika; berlidah tajam tapi cengeng bukan main. Jelas, Ahok bukan tipe orang yang "profesional" dalam memimpin dirinya. Sangat berbahaya jika ketidakbecusan mengendalikan diri itu dibawa untuk memimpin masyarakat. --- SADAR@... wrote: Partai Islam di 22 Pilkada Usung CalonNon-Islam [JAKARTA]Pilkada2017 menunjukkan, partai Islam –yakni PKS, PPP, dan PKB- di 22 pilkada mengusungcalon non-Islam. Hanya pilgub DKI yang menampilkan decouplingseriusyakni partai Islam dan partai nasionalis berada di kubu berbeda. Keterpisahanini memicu pertarungan yang diwarnai isu suku, agama, ras, dan antargolongan(SARA). Kampanye menolak pemimpin non-Islam merebak di mana-mana. Kampanyeseperti ini bukan hanya menghambat perkembangan Indonesia menuju negarademokratis, melainkan juga merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Sedangkanbagi parpol yang mempropagandakan penolakan pemimpin non-Islam di Jakarta, namundi pemilihan kepala daerah lainnya malah mendukung, akan dicap inkonsisten.Parpol semacam ini akan dirugikan dengan sikap politiknya. PresidiumKomite Independen Pemantau Pemilu (KIPP), Jojo Rohi mengatakan, inkonsistensiakan menggerus kepercayaan masyarakat terhadap partai. "Agamaseharusnya tidak digunakan sebagai tongkat pemukul untuk menghantam sesama anakbangsa yang maju dalam pilkada, melainkan tongkat pengungkit bagi peningkatanmoral bangsa, salah satunya agar tidak melakukan korupsi," kata Jojo, Kamis(2/3).